Oleh:
Latar Belakang
Tujuan
Tujuan dari pembuatan tugas akhir ini adalah untuk membuat perancangan
pabrik, menganalisis, dan menemukan proses yang paling efektif dan menguntungkan
untuk mengekstraksi daun kelor.
PRODUSKI EKSTRAK DAUN KELOR (Moringa oleifera)
Bahan Baku
Salah satu faktor penting untuk pendirian pabrik yaitu bahan baku. Bahan baku
yang digunakan untuk produksi ekstrak daun kelor diantaranya daun kelor (Moringa
oleifera), ethanol, dan CO2.
Ethanol
Ethanol merupakan pelarut organic yang banyak digunakan untuk proses
ekstraksi senyawa aktif. Pelarut ethanol digunakan karena sifat kepolarannya yang
sesuai dengan senyawa aktif yang ingin diambil dari daun kelor. Ethanol memiliki
konstanta dielektrik sebesar 24.3 yang efektif digunakana untuk ekstraksi senyawa
polar (Azwanida 2015). Ethanol digunakan sebagai co-solvent untuk meningkatkan
keefektifan ekstraksi senyawa aktif pada daun kelor dengan menggunakan metode SFE
(Super Critical Fluid Extraction).
Alternatif Proses
Pada ekstraksi daun kelor, terdapat tiga alternatif proses produksi yaitu
ekstraksi daun kelor menggunakan metode maserasi, ekstraksi daun kelor
menggunakan metode subkritis ethanol, dan ekstraksi daun kelor menggunakan metode
superkritis CO2. Masing-masing proses metode ekstraksi tersebut dapat dilihat pada
gambar 1, gambar 2, dan gambar 3.
Gambar 1 merupakan gambar ekstraksi daun kelor menggunakan metode
maserasi. Maserasi merupakan cara ekstraksi yang paling sederhana dengan cara
merendam serbuk daun kelor menggunakan pelarut yang sesuai dan tanpa pemanasan.
Kelebihan dari ekstraksi dengan metode maserasi yaitu unit alat yang dipakai
sederhana, biaya operasionalnya relatif rendah, dan prosesnya tanpa pemanasan.
Sedangkan kelemahan dari ekstraksi dengan metode maserasi yaitu proses ekstraksi
tidak sempurna, karena zat aktif hanya mampu terekstraksi sebesar 50% saja, dan
prosesnya lama, karena memerlukan waktu beberapa hari. Berdasarkan gambar 1,
dapat dilihat bahwa daun kelor diekstrak dengan menggunakan pelarut ethanol 96%,
dengan bahan baku daun kelor segar sebesar 14 ton, dan rendemen yang dihasilkan
sebesar 500 gr ekstrak daun kelor.
Gambar 2 merupakan gambar ekstraksi daun kelor menggunakan metode
subkritis ethanol. Proses ekstraksi subkritikal ini menggunakan pelarut berupa ethanol.
Pemilihan proses subkritikal dikarenakan rendemen yang dihasilkan sebesar 2.60%.
Proses ekstraksi yang dilakukan hanya membutuhkan waktu 2.05 jam sehingga akan
meningkatkan jumlah produksi perharinya dibandingkan dengan menggunakan
maserasi selama 5 hari. Proses ekstraksi dengan subkritikal etanol tidak menggunakan
suhu tinggi sehingga kecil peluang terjadinya kerusakan pada senyawa penting dalam
daun kelor.
Gambar 3 merupakan gambar ekstraksi daun kelor menggunakan metode
superkritis CO2. Ekstraksi dengan menggunakan metode superkritis CO2 digunakan
untuk ekstraksi serbuk daun kelor dengan variabel tekanan dan temperatur akan
diperoleh spesifikasi kondisi polaritas tertentu yang sesuaui untuk melarutkan senyawa
dengan kandungan tertentu. CO2 superkritis digunakan sebagai pelarut untuk
mengekstrak bahan aktif tanaman tanpa terjadi denaturasi. Keuntungan dari
penggunaan metode ini yaitu Degradasi molekul tak stabil minimum, selektivitas
pelarut yang digunakan tinggi, pengaturan tekanan dan temperatur kemampuan pelarut
dapat dikontrol, kekentalan rendah, ekstraksi cepat, sedangkan kerugian pada metode
ini yaitu investasi sangat tinggi, biaya operasi tinggi, dan operator yang
mengoperasikan memerlukan skill tinggi. Pada gambar 3 dapat dilihat bahwa dengan
bahan baku 52 ton daun kelor segar dapat menghasilkan 500 kg rendemen dari ektrak
daun kelor.
Gambar 1 Ekstraksi Daun Kelor Menggunakan Metode Maserasi
Gambar 2 Ekstraksi Daun Kelor Menggunakan Metode Subkritis Ethanol
Gambar 3 Ekstraksi Daun Kelor Menggunakan Metode Superkritis CO2
Alternatif Terpilih
Beberapa tempat seperti Nusa Tenggara Timur, Aceh, Blora, dan daerah
lainnya merupakan daerah penghasil daun kelor terbanyak di Indonesia. Menurut
salah satu pengusaha daun kelor Krisnadi (2018), pangsa pasar di luar negeri
sangatlah besar. Tujuan ekspor daun kelor yaitu negara dari benua Eropa dan
Amerika Utara. Dalam sebulan, penjualan daun kelor oleh salah satu produsen
tepung daun kelor dapat mencapai 2 ton dengan harga Rp 250.000 perkilo dengan
omzet sebesar Rp 500.000.000 perbulan yang dijual ke pasar luar negeri. Selain itu,
menurut Ruba (2018), NTT menargetkan ekspor daun kelor sebesar 1000 ton
pertahun yang akan dikirim ke Afrika. Hal tersebut menunjukkan bahwa daun kelor
sangat potensial di pasaran khususnya pasar internasional yang sangat tertarik pada
produk alami.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar F, Latif S, Ashraf M, Gilani AH. 2007. Moringa oliefera: A food plant with
multiple medicinal uses. Phytotherapy Research 21:17-25.
Azwanida NN. 2015. A review on the extraction methods use in medicinal plants,
principle, strength, and limitation. Medicinal Aromatic Plants. 4(3): 2-6.
Broin. 2010. Growing and processing moringa leaves. Perancis (FR): Imprimerie
Horizon.
Dimalia V. 2017. Uji pengaruh ekstrak etanol 90% daun kelor (Moringa oleifera
Lam.) terhadap kadar serum testosteron, bobot testis, morfologi spermatozoa
serta mounting frequency dan mounting latency tikus jantan galur Sprague-
Dawley [Skripsi]. Jakarta (ID): Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Hariana. 2008. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya. Jakarta (ID): Niaga Swadaya.
Isnan W, Nurhaedah M. 2017. Ragam manfaat tanaman kelor (Moringa oleifera)
bagi masyarakat. Jurnal Teknis EBONI .14(1): 63-75.
Krisnadi AD. 2018. Kelor Indonesia tembus pasar dunia [internet]. [Referenced
2018 Desember 13]. Available from:
https://www.kompasiana.com/imamwiguna/5a5d76d25e137366877d0de3/k
elor-indonesia-tembus-pasar-dunia?page=1.
Lakshmipriya G, Kruthi D, Dvarai SK. 2016. Moringa oleifera: a review on
nutritive importance and its medicinal application. Food Sciences and
Human Wellness 5: 40-46.
Luthfiyah F. 2012. Potensi gizi daun kelor (Moringa oleifera). Media Bina Ilmiah.
6(2): 1978-3787.
Ma’ruf A, Supriadi, S Nuryanti. 2016. Pemanfaatan biji kelor (Moringa oleifera L.)
sebagai pasta gigi. Jurnal Akademika Kimia. 5(2): 61-66.
McLellan L, Mckenzie J, Clapham ME. 2010. A study to determine if dried moringa
leaf powder is an acceptable supplement to combine with maize meal for
Malawian children. Health Sciences 28: 30-34.
Satria EW. 2017. Respon Pemberian Tepung Daun Kelor (Moringa Oliefera)
Dalam Pakan Terhadap Penampilan Produksi Dan Kualitas Telur Ayam
Petelur [Thesis]. Malang (ID): Universitas Brawijaya.
Tilong AD. 2012. Kelor Penakluk Diabetes. Jogjakarta (ID): DIVA Press.
Yameogo WC, Bengaly DM, Savadogo A, Nikiema PA. 2011. Determination of
chemical composition and nutritional values of Moringa oleifera leaves.
Pakistan Journal of Nutrition .10(3): 264-268.