Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN AKHIR PERANCANGAN PABRIK

EKSTRAK DAUN KELOR

Oleh:

Zavira Ramadhanti F34150008


Faris Arkan F34150009
Razlina Rahman F34150010
Nova Rizki A F34150012
Finda Bangkit W F34150013

DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2018
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanaman kelor (Moringa oleifera L) merupakan tanaman yang mudah tumbuh


di daerah tropis, seperti Indonesia. Tanaman kelor di Indonesia sudah banyak dijumpai
di Aceh, Kalimantan, Ujung Pandang dan Kupang (Fahey dalam Ma’ruf et al 2016).
Ketersediaan daun kelor (Moringa oleifera) yang cukup melimpah serta tersedia
sepanjang tahun (Satria 2017) menjadi salah satu pertimbangan mengapa daun kelor
banyak digunakan sebagai bahan baku dalam berbagai macam produk yang akan
dihasilkan. Selain itu, tanaman kelor juga merupakan komoditas yang memiliki banyak
manfaat (Luthfiyah 2012). Tanaman kelor dikenal sebagai tanaman yang banyak
digunakan untuk memenuhi nutrisi, serta digunakan dalam produk suplemen makanan
dan obat. Tanaman kelor telah banyak digunakan dalam pengobatan beragam penyakit,
seperti infeksi kulit, anemia, asma, darah kotor, bronkitis dan kolera (Razis et al dalam
Dimalia 2017). Selain itu, diketahui juga bahwa tanaman kelor memiliki berbagai
fungsi, seperti anti-inflamasi, antioksidan, antikanker, antiulkus, anti-diabetes, anti-
asma, analgetik, antihiperlipidemia dan hepatoprotektor (Shah dalam Dimalia 2017).
Salah satu bagian dari tanaman kelor yang memiliki banyak manfaat adalah daun kelor.
Ekstrak daun kelor sudah dikenal luas di Indonesia sebagai tanaman obat khususnya di
daerah pedesaan, tetapi belum dimanfaatkan secara maksimal dalam kehidupan
(Hariana 2008).
Sebagai salah satu negara berkembang, Indonesia banyak melakukan
pengembangan di segala bidang, salah satunya adalah pengembangan di bidang
industri, termasuk industri farmasi. Saat ini, Indonesia masih bergantung kepada negara
lain dalam beberapa kasus pemenuhan kebutuhan bahan baku maupun bahan antara
dalam industri farmasi. Permasalahan tersebut dapat diatasi dengan pemanfaatan
ekstrak daun kelor yang memiliki berbaga manfaat dalam bidang kesehatan, sehingga
dapat dimanfaatkan dalam pengembangan industri farmasi Indonesia. Potensi produksi
dan komersialisasi ekstrak daun kelor ini menyebabkan perlunya dilakukan pembuatan
perancangan pabrik, analisis, dan penentuan proses yang paling efektif dan
menguntungkan untuk mengekstraksi daun kelor.

Tujuan

Tujuan dari pembuatan tugas akhir ini adalah untuk membuat perancangan
pabrik, menganalisis, dan menemukan proses yang paling efektif dan menguntungkan
untuk mengekstraksi daun kelor.
PRODUSKI EKSTRAK DAUN KELOR (Moringa oleifera)

Deskripsi Produk Ekstrak Daun Kelor


Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan cara ekstraksi senyawa
aktif dari simplisia nabati dan hewani dengan menggunakan pelarut yang sesuai.
Pelarut yang digunakan harus memiliki sifat yang sesuai dengan kerakteristik dari
senyawa aktif yang akan diekstrak ( Isnan & Nurhaedah 2017). Ekstrak daun kelor
merupakan sediaan pekat hasil ekstraksi simplisia daun kelor dengan menggunakan
pelarut yang sesuai untuk mengambil senyawa aktif didalamnya. Sediaan yang dipilih
dalam bentuk ekstrak, dikarenakan senyawa aktif akan lebih mudah untuk diserap oleh
tubuh dan ekstrak yang dihasilkan dapat dikembangkan menjadi produk turunan
lainnya dengan kombinasi bersamaan dengan bahan lain.
Ekstrak daun kelor yang dihasilkan memiliki keunggulan pada kandungan
phytochemical nya yang dapat dijadikan sebagai sediaan untuk kebutuhan farmasi. .
Sediaan dalam bentuk bubuk ekstrak daun kelor, sediaan dalam bentuk bubuk lebih
disarankan karena lebih awet dan mudah disimpan (McLellan et a 2010). Pasar yang
akan dituju untuk ekstrak daun kelor adalah industri-industri farmasi yang akan
mengolah lebih lanjut ekstrak daun kelor untuk menjadi obat. Ekstrak daun kelor yang
akan dipasarkan diperuntukan khusus untuk sediaan farmasi obat penyakit Diabetes
mellitus. Antioksidan akan memberikan penambahan antioksidan pada Sel beta yang
berfungsi untuk meningkatkan sekresi dari insulin sehingga mencegah hyperglikemik
yang berakhir pada diabetes mellitus (Lakshmipriya et al 2016).

Bahan Baku
Salah satu faktor penting untuk pendirian pabrik yaitu bahan baku. Bahan baku
yang digunakan untuk produksi ekstrak daun kelor diantaranya daun kelor (Moringa
oleifera), ethanol, dan CO2.

Daun Kelor (Moringa oleifera)


Daun kelor berbentuk bulat telur dengan tepi daun rata dan ukurannya kecil-
kecil bersusun majemuk dalm satu tangkai (Tilong 2012). Daun kelor muda berwarna
hijau muda dan berubah menjadi hijau tua pada daun yang sudah tua. Duan berwarna
hijau tua biasanya digunakan untuk membuat tepung atau powder daun kelor. Daun
kelor merupakan salah satu bagian dari tanaman kelor yang telah banyak diteliti
kandungan gizi dan kegunaannya. Daun kelor sangat kaya akan nutrisi, diantaranya
kalsium, besi, protein, vitamin A, vitamin B dan vitamin C. Daun kelor mengandung
zat besi lebih tinggi daripada sayuran lainnya yaitu sebesar 17,2 mg/100 g (Yameogo
et al 2011).
Kelor dikenal sebagai Mother’s Best Friend dan Miracle Tree karena
kandungan gizi yang tinggi serta khasiat dan manfaatnya yang sangat banyak. Kelor
dikenal diseluruh dunai sebagai tanaman bergizi dan WHO telah memperkenalkan
kelor sebagai salah satu pangan alternative untuk mengatasi masalah gizi (malnutrisi)
(Broin 2010). Kandungan daun kelor yang mengandung unsur zat gizi mikro yang
sangat dibutuhkan oleh tubuh seperti betacaroten, thamin (B1), riboflavin (B2), niacin
(B3), kalsium, zat besi, fosfor, magnesium, seng, serta vitamin C (Jongrungruangchok
et al 2010). Selain mengandung sumber gizi yang sangat baik, kelor juga mengandung
antioksidan dan antimikroba yang baik. Kelor mengandung flavonoid, phenolic,
kharatenoid, dan tanin yang merupakan golongan dari phytochemical yang berpesan
sebagai antikanker, antitumor, antihyperglikemik dan antimikroba yang baik (Anwar
et al 2007).

Ethanol
Ethanol merupakan pelarut organic yang banyak digunakan untuk proses
ekstraksi senyawa aktif. Pelarut ethanol digunakan karena sifat kepolarannya yang
sesuai dengan senyawa aktif yang ingin diambil dari daun kelor. Ethanol memiliki
konstanta dielektrik sebesar 24.3 yang efektif digunakana untuk ekstraksi senyawa
polar (Azwanida 2015). Ethanol digunakan sebagai co-solvent untuk meningkatkan
keefektifan ekstraksi senyawa aktif pada daun kelor dengan menggunakan metode SFE
(Super Critical Fluid Extraction).

Karbon Dioksida (CO2)


Karbon dioksida merupakan senyawa yang banyak digunakan untuk
mengekstrak senaywa phytochemical dari tanaman. Ekstraksi dengan menggunakan
CO2 banyak dimanfaatkan oleh industri herbal untuk engambilsenyawa aktif yang
terdapat ditanaman. CO2 pada suhu dan tekanan tertentu bertindak sebagai pelarut.
Proses pengubahan CO2 menjadi pelarut dilakuan dengan meningkatkan tekanan CO2
sehingga teradi perubahan fasa dari gas menjadi cair.

DIAGRAM ALIR PROSES

Alternatif Proses
Pada ekstraksi daun kelor, terdapat tiga alternatif proses produksi yaitu
ekstraksi daun kelor menggunakan metode maserasi, ekstraksi daun kelor
menggunakan metode subkritis ethanol, dan ekstraksi daun kelor menggunakan metode
superkritis CO2. Masing-masing proses metode ekstraksi tersebut dapat dilihat pada
gambar 1, gambar 2, dan gambar 3.
Gambar 1 merupakan gambar ekstraksi daun kelor menggunakan metode
maserasi. Maserasi merupakan cara ekstraksi yang paling sederhana dengan cara
merendam serbuk daun kelor menggunakan pelarut yang sesuai dan tanpa pemanasan.
Kelebihan dari ekstraksi dengan metode maserasi yaitu unit alat yang dipakai
sederhana, biaya operasionalnya relatif rendah, dan prosesnya tanpa pemanasan.
Sedangkan kelemahan dari ekstraksi dengan metode maserasi yaitu proses ekstraksi
tidak sempurna, karena zat aktif hanya mampu terekstraksi sebesar 50% saja, dan
prosesnya lama, karena memerlukan waktu beberapa hari. Berdasarkan gambar 1,
dapat dilihat bahwa daun kelor diekstrak dengan menggunakan pelarut ethanol 96%,
dengan bahan baku daun kelor segar sebesar 14 ton, dan rendemen yang dihasilkan
sebesar 500 gr ekstrak daun kelor.
Gambar 2 merupakan gambar ekstraksi daun kelor menggunakan metode
subkritis ethanol. Proses ekstraksi subkritikal ini menggunakan pelarut berupa ethanol.
Pemilihan proses subkritikal dikarenakan rendemen yang dihasilkan sebesar 2.60%.
Proses ekstraksi yang dilakukan hanya membutuhkan waktu 2.05 jam sehingga akan
meningkatkan jumlah produksi perharinya dibandingkan dengan menggunakan
maserasi selama 5 hari. Proses ekstraksi dengan subkritikal etanol tidak menggunakan
suhu tinggi sehingga kecil peluang terjadinya kerusakan pada senyawa penting dalam
daun kelor.
Gambar 3 merupakan gambar ekstraksi daun kelor menggunakan metode
superkritis CO2. Ekstraksi dengan menggunakan metode superkritis CO2 digunakan
untuk ekstraksi serbuk daun kelor dengan variabel tekanan dan temperatur akan
diperoleh spesifikasi kondisi polaritas tertentu yang sesuaui untuk melarutkan senyawa
dengan kandungan tertentu. CO2 superkritis digunakan sebagai pelarut untuk
mengekstrak bahan aktif tanaman tanpa terjadi denaturasi. Keuntungan dari
penggunaan metode ini yaitu Degradasi molekul tak stabil minimum, selektivitas
pelarut yang digunakan tinggi, pengaturan tekanan dan temperatur kemampuan pelarut
dapat dikontrol, kekentalan rendah, ekstraksi cepat, sedangkan kerugian pada metode
ini yaitu investasi sangat tinggi, biaya operasi tinggi, dan operator yang
mengoperasikan memerlukan skill tinggi. Pada gambar 3 dapat dilihat bahwa dengan
bahan baku 52 ton daun kelor segar dapat menghasilkan 500 kg rendemen dari ektrak
daun kelor.
Gambar 1 Ekstraksi Daun Kelor Menggunakan Metode Maserasi
Gambar 2 Ekstraksi Daun Kelor Menggunakan Metode Subkritis Ethanol
Gambar 3 Ekstraksi Daun Kelor Menggunakan Metode Superkritis CO2
Alternatif Terpilih

Dari tiga alternatif proses ekstraksi potensial yang teridentifikasi yaitu


ekstraksi daun kelor menggunakan metode maserasi, ekstraksi daun kelor
menggunakan metode subkritis ethanol, dan ekstraksi daun kelor menggunakan
metode superkritis CO2. Alternatif proses ekstraksi yang terpilih yaitu ekstraksi
daun kelor menggunakan metode superkritis CO2. Pemilihan proses ini dikarenakan
rendemen yang dihasilkan sebesar xxxx% yang merupakan rendemen tertinggi
dibandingkan dengan dua proses lainnya. Proses ekstraksi yang dilakukan hanya
membutuhkan waktu xx jam sehingga akan meningkatkan jumlah produksi
perharinya dibandingkan dengan menggunakan maserasi selama 5 hari dan
subkritis ethanol selama 2.05 jam. Proses ekstraksi dengan superkritis CO2, tekanan
dan temperatur pelarut dapat dikontrol, viskositas solven rendah karena bersifat
seperti gas, sehingga koefisien perpindahan massanya tinggi, pemisahan kembali
solven dari ekstrak cukup cepat dan sempurna karena pada keadaan normal solven
tersebut berupa gas, sehingga dengan penurunan tekanan solven otomatis akan
keluar sebagai gas, dapat menggunakan solven berupa fluida yang tidak merusak
lingkungan, serta ekstraksi berjalan dengan cepat.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan alternatif proses ini yaitu,
rendemen yang dihasilkan, waktu ekstraksi, kemudahan kontrol tekanan dan
temperatur, viskositas, pemisahan CO2 dengan ekstrak, dan ramah lingkungan.

Ringkasan Proses Ekstraksi

Ekstraksi Daun Kelor Menggunakan Metode Maserasi


Pada ekstraksi dengan menggunakan metode maserasi bahan baku yang
digunakan yaitu 14 ton daun kelor segar, daun kelor segar kemudian dicuci lalu
dikeringkan selama 5 hari dibawah sinar matahari. Kemudian diperoleh daun kelor
kering sebesar 4600 kg. Tahap selanjutnya yaitu daun kelor kering dikecilkan
ukurannya dengan hammer mill, sehingga diperoleh daun kelor serbuk sebesar 3500
kg. Daun kelor serbuk ini dimasukan pada ekstraktor, selain itu pelarut ethanol 96%
juga dimasukan dalam ekstraktor. Proses ekstraksi dengan kondisi suhu pada
ekstraktor yaitu 25oC dan diekstraksi selama 24 jam. Setelah proses ekstraksi
kemudian disaring yang akan menghasilkan filtrat dan residu. Residu yang
dihasilkan akan diekstraksi lagi hingga 5 kali ekstraksi. Filtrat yang terkumpul
kemudian dimasukan kedalam evaporator dengan suhu 30-40oC, tekanan 75 mmHg
selama 10 jam. Hasil evaporasi kemudian diinkubasi selama 7 hari dan dihasilkan
ekstrak daun kelor sebesar 500 gr. Alat yang digunakan pada metode ini yaitu,
hammer mill, ekstraktor maserasi, separator, evaporator, dan inkubator.

Ekstraksi Daun Kelor Menggunakan Metode Subkritis Ethanol


Pada ekstraksi dengan menggunakan metode subkritis ethanol bahan baku
berupa daun kelor segar yang digunakan yaitu sebesar 125.5 ton/hari. Daun kelor
segar ini kemudian dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 50oC selama
8 jam. Setelah dilakaukan pengeringan kemudian daun kelor kering dihaluskan
dengan menggunakan hammer mill ukuran 0.5 mm. Hasil serbuk daun kelor yaitu
sebesar 19 ton kemudian dicampurkan dengan pelarut ethanol 70% sebanyak 475
L. Campuran tersebut kemudian diekstraksi pada kondisi suhu 126.6oC selama 2
jam 5 menit. Hasil ekstraksi kemudian difiltrasi dan menghasilkan filtrat dan residu
(ampas). Filtrat kemudian dievaporasi pada suhu 50oC dengan kondisi vacuum.
Pada saat evaporasi maka pelarut ethanol akan menguap, uap pelarut akan
ditampung dan digunakan kembali. Rendemen yang dihasilkan pada metode ini
yaitu sebesar 2.6% atau sebesar 500 kg ekstrak daun kelor. Alat yang digunakan
pada metode ini yaitu oven, hammer mill ukuran 0.5 mm, mixer, ekstraktor, alat
filtrasi, dan evaporator.

Ekstraksi Daun Kelor Menggunakan Metode Superkritis CO2


Pada ekstraksi dengan menggunakan metode superkritis CO2 menggunakan
bahan baku sebesar 52 ton/hari daun kelor segar. Daun kelor segar kemudian
dikeringkan pada oven pada suhu 50oC selama 8 jam. Daun kelor kering kemudian
dihaluskan dengan hammer mill ukuran 0.5 mm. Serbuk daun kelor sebanyak 7878
kg/h kemudian dipompa dengan tekanan 50 bar masuk kedalam supercritical fluid
extraction (SFE). Selain serbuk daun kelor yang dimasukan pada ekstraktor juga
menambahkan liquid CO2 dan ethanol. CO2 dalam bentuk gas sebelumnya
dimasukan pada kompresor dengan suhu 871oC tekanan 500 bar dan kemudian
didinginkan sehingga menghasilkan liquid CO2. Sedangkan ethanol dipompa pada
tekanan 1.064 bar yang kemudian dimasukan pada heater dengan kondisi suhu
240.8oC. Serbuk daun kelor dimasukan dalam ekstraktor terlebih dahulu, kemudian
liquid CO2 dan ethanol dimasukan pada ekstraktor. Supercritical fluid extraction
(SFE) diatur pada kondisi suhu 31 oC dengan tekanan 50 bar. Hasil ekstraksi
kemudian difiltrasi. Kemudian diseparasi menghasilkan filtrat dan gas CO2. Gas
CO2 diubah dalam bentuk liquid CO2 kemudian digunakan kembali untuk ekstraksi.
Sedangkan filtrat yang dihasilkan akad dievaporasi dengan suhu 40 oC. Dan
dihasilkan 500 kg ekstrak daun kelor. Alat yang digunakan pada metode ini yaitu
oven, hammer mill ukuran 0.5 mm, pump, kompresor, cooler, heater, supercritical
fluid extraction (SFE), separator, dan rotary evaporator.

PANGSA PASAR DAUN KELOR

Daun kelor telah banyak diketahui manfaatnya oleh masyarakat sekitar


maupun kalangan luar negeri. Hal tersebut dapat diketahui karena banyaknya
penelitian yang menyatakan bahwa daun kelor memiliki kandungan gizi yang tinggi
serta memiliki manfaat dalam mencegah penyakit seperti penyakit kanker, jantung,
diabetes, dan lain-lain. Hal tersebut menjadi daya tarik bagi pasar kelor di dalam
dan luar negeri. Pada pasar dalam negeri, daun kelor telah dimanfaatkan menjadi
sayuran maupun produk lainnya seperti suplemen makanan dari ekstrak daun kelor,
teh daun kelor, dan obat herbal untuk berbagai macam penyakit. Berikut ini
merupakan merupakan produk dari daun kelor yang telah dikomersilkan

Gambar 1 Ekstrak daun kelor Gambar 2 Teh daun kelor

Beberapa tempat seperti Nusa Tenggara Timur, Aceh, Blora, dan daerah
lainnya merupakan daerah penghasil daun kelor terbanyak di Indonesia. Menurut
salah satu pengusaha daun kelor Krisnadi (2018), pangsa pasar di luar negeri
sangatlah besar. Tujuan ekspor daun kelor yaitu negara dari benua Eropa dan
Amerika Utara. Dalam sebulan, penjualan daun kelor oleh salah satu produsen
tepung daun kelor dapat mencapai 2 ton dengan harga Rp 250.000 perkilo dengan
omzet sebesar Rp 500.000.000 perbulan yang dijual ke pasar luar negeri. Selain itu,
menurut Ruba (2018), NTT menargetkan ekspor daun kelor sebesar 1000 ton
pertahun yang akan dikirim ke Afrika. Hal tersebut menunjukkan bahwa daun kelor
sangat potensial di pasaran khususnya pasar internasional yang sangat tertarik pada
produk alami.
DAFTAR PUSTAKA

Anwar F, Latif S, Ashraf M, Gilani AH. 2007. Moringa oliefera: A food plant with
multiple medicinal uses. Phytotherapy Research 21:17-25.
Azwanida NN. 2015. A review on the extraction methods use in medicinal plants,
principle, strength, and limitation. Medicinal Aromatic Plants. 4(3): 2-6.
Broin. 2010. Growing and processing moringa leaves. Perancis (FR): Imprimerie
Horizon.
Dimalia V. 2017. Uji pengaruh ekstrak etanol 90% daun kelor (Moringa oleifera
Lam.) terhadap kadar serum testosteron, bobot testis, morfologi spermatozoa
serta mounting frequency dan mounting latency tikus jantan galur Sprague-
Dawley [Skripsi]. Jakarta (ID): Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Hariana. 2008. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya. Jakarta (ID): Niaga Swadaya.
Isnan W, Nurhaedah M. 2017. Ragam manfaat tanaman kelor (Moringa oleifera)
bagi masyarakat. Jurnal Teknis EBONI .14(1): 63-75.
Krisnadi AD. 2018. Kelor Indonesia tembus pasar dunia [internet]. [Referenced
2018 Desember 13]. Available from:
https://www.kompasiana.com/imamwiguna/5a5d76d25e137366877d0de3/k
elor-indonesia-tembus-pasar-dunia?page=1.
Lakshmipriya G, Kruthi D, Dvarai SK. 2016. Moringa oleifera: a review on
nutritive importance and its medicinal application. Food Sciences and
Human Wellness 5: 40-46.
Luthfiyah F. 2012. Potensi gizi daun kelor (Moringa oleifera). Media Bina Ilmiah.
6(2): 1978-3787.
Ma’ruf A, Supriadi, S Nuryanti. 2016. Pemanfaatan biji kelor (Moringa oleifera L.)
sebagai pasta gigi. Jurnal Akademika Kimia. 5(2): 61-66.
McLellan L, Mckenzie J, Clapham ME. 2010. A study to determine if dried moringa
leaf powder is an acceptable supplement to combine with maize meal for
Malawian children. Health Sciences 28: 30-34.
Satria EW. 2017. Respon Pemberian Tepung Daun Kelor (Moringa Oliefera)
Dalam Pakan Terhadap Penampilan Produksi Dan Kualitas Telur Ayam
Petelur [Thesis]. Malang (ID): Universitas Brawijaya.
Tilong AD. 2012. Kelor Penakluk Diabetes. Jogjakarta (ID): DIVA Press.
Yameogo WC, Bengaly DM, Savadogo A, Nikiema PA. 2011. Determination of
chemical composition and nutritional values of Moringa oleifera leaves.
Pakistan Journal of Nutrition .10(3): 264-268.

Anda mungkin juga menyukai