Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH FITOKIMIA

Optimasi Ekstraksi Senyawa Bioaktif dari Kulit Manggis


Melalui Metode Refluks: Pendekatan Praktikum dalam
Meningkatkan Kualitas Ekstrak

Disusun oleh :

2258031027 Aditia Leo Hasmal


2258031028 Triana Anggraini
2258031029 Ananda Agung Nugraha
2258031030 Hecitha Anriesta
2268031032 Diah Karina Wibowo
2218031026 Adinda Aryanti

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang hingga saat ini
masih memberikan nikmat iman dan kesehatan, sehingga kami dapat menyelesaikan
laporan praktikum tentang "Optimasi Ekstraksi Senyawa Bioaktif dari Kulit Manggis
Melalui Metode Refluks: Pendekatan Praktikum dalam Meningkatkan Kualitas Ekstrak"
tepat waktu. Laporan praktikum ini ditulis untuk memenuhi tugas mata kuliah Praktikum
Fitokimia.

Tak lupa kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
berpartisipasi dan berkontribusi dalam penyusunan makalah ini. Ucapan terima kasih
kami sampaikan kepada Apt. Ramadhan Tryandi, M.Sc. selaku dosen pengampu mata
kuliah Praktikum Fitokimia atas bimbingan dan tugas yang diberikan.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan Laporan praktikum ini masih jauh dari
sempurna karena kekurangan kami. Maka dari itu penyusun dengan senang hati
menerima kritik dan saran yang membangun untuk menyempurnakan laporan praktikum
ini. Penyusun berharapkarya tulis ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bandar Lampung, 25 Maret 2024

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................... 2

DAFTAR ISI .................................................................................................................................. 3

BAB I ............................................................................................................................................. 5

PENDAHULUAN.......................................................................................................................... 5

1.1 Latar Belakang ........................................................................................................................ 5

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................... 6

BAB II ............................................................................................................................................ 7

TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................................................. 7

2.1 Kulit Manggis ......................................................................................................................... 7

2.2 Komponen Bioaktif Kulit Manggis ........................................................................................ 8

2.2.1 Senyawa saponin ........................................................................................................... 8

2.2.2 Senyawa xanthone ......................................................................................................... 9

2.3 Manfaat Kulit manggis ......................................................................................................... 10

2.3.1 Sebagai Antioksidan .................................................................................................... 10

2.3.2 Sebagai antiinflamasi .................................................................................................. 11

2.3.3 Sebagai antibakteri ...................................................................................................... 11

2.3.4 Sebagai antijamur ........................................................................................................ 11

2.3.5 Sebagai antivirus ......................................................................................................... 11

2.3.6 Sebagai antidiabetes .................................................................................................... 11

2.4 Metode Ekstrasi Menggunakan Refluks ............................................................................... 12

2.5 Metode Rotary Evaporator.................................................................................................... 12

2.6 Metode KLT ......................................................................................................................... 14

3
BAB III ......................................................................................................................................... 15
METODE PERCOBAAN ............................................................................................................ 15

BAB IV ........................................................................................................................................ 19

PEMBAHASAN .......................................................................................................................... 19

BAB V .......................................................................................................................................... 24

KESIMPULAN ............................................................................................................................ 24

5.1 Kesimpulan .................................................................................................................... 24

5.2 Kritik dan Saran ............................................................................................................. 24

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................... 25

4
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kulit manggis (Garcinia mangostana L.) telah dikenal secara luas karena potensi
kesehatannya yang tinggi. Kulit manggis mengandung beragam senyawa bioaktif,
seperti xanthone, flavonoid, tanin, dan lainnya, yang memiliki berbagai manfaat
farmakologis, termasuk antioksidan, antiinflamasi, antikanker, dan antimikroba.
Ekstraksi senyawa-senyawa ini dari kulit manggis menjadi fokus utama penelitian
karena potensi aplikasi mereka dalam industri farmasi, makanan, dan kosmetik.
Metode ekstraksi yang efisien dan efektif diperlukan untuk memperoleh senyawa-
senyawa tersebut dalam konsentrasi yang tinggi.

Salah satu metode ekstraksi yang umum digunakan adalah metode refluks. Metode
refluks memungkinkan ekstraksi yang lebih efisien dengan menggunakan pelarut
tertentu dan memanfaatkan pemanasan dan kondensasi berulang untuk mendapatkan
senyawa-senyawa yang diinginkan dari bahan tanaman. Penerapan metode refluks
dalam ekstraksi kulit manggis diharapkan dapat menghasilkan ekstrak dengan
kandungan senyawa bioaktif yang optimal.

Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa ekstraksi kulit manggis dengan


metode refluks dapat menghasilkan ekstrak yang kaya akan senyawa xanthone, yang
dikenal memiliki aktivitas antioksidan yang kuat. Namun, penting untuk
mengoptimalkan parameter ekstraksi seperti jenis pelarut, suhu, waktu, dan rasio
bahan:pelarut untuk memaksimalkan rendemen dan kualitas ekstrak yang dihasilkan.

Dalam konteks ini, makalah ini bertujuan untuk mengeksplorasi dan membahas
proses ekstraksi kulit manggis menggunakan metode refluks. Fokus utama akan
diberikan pada parameter-parameter kunci yang memengaruhi efisiensi dan hasil
ekstraksi, serta pada karakterisasi ekstrak yang dihasilkan. Tujuan akhirnya adalah

5
untuk memberikan pemahaman yang lebih baik tentang potensi kulit manggis sebagai
sumber senyawa bioaktif dan relevansi metode refluks dalam pemisahan dan
pemurnian senyawa-senyawa tersebut. Diharapkan hasil penelitian ini dapat
memberikan kontribusi pada pengembangan produk-produk berbasis kulit manggis
dengan manfaat kesehatan yang lebih besar.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengaruh variasi jenis pelarut terhadap rendemen dan kualitas


ekstrak kulit manggis yang dihasilkan melalui metode refluks?

2. Bagaimana pengaruh rasio bahan:pelarut terhadap efisiensi dan kualitas ekstrak


kulit manggis yang dihasilkan menggunakan metode refluks?

3. Apa karakteristik fisikokimia dari ekstrak kulit manggis yang diekstraksi


dengan metode refluks, termasuk kandungan xanthone dan aktivitas
antioksidan?

4. Bagaimana perbandingan efektivitas metode refluks dengan metode ekstraksi


lainnya dalam memperoleh senyawa-senyawa bioaktif dari kulit manggis?

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kulit Manggis


Indonesia merupakan negara yang memiliki berbagai jenis tanaman yang dapat
berguna sebagai tanaman obat, salah-satunya adalah manggis. Kulit manggis yang
selama ini dibuang ternyata memiliki banyak manfaat bagi kesehatan. Kulit
manggis mempunyai kandungan kimia berupa saponin, tanin, flavonoid, steroid dan
kuinon serta unsur natrium, kalium, magnesium, kalsium, besi, dan tembaga. Pada
kulit manggis juga didapatkan beberapa beberapa senyawa aktif yaitu grup dari
xanthone dengan turunannya alpha-mangostin, beta-mangostin, gamma-mangostin,
garcinone, mangostanol, dan gartinin.

Di Indonesia, dikenal lebih dari 20.000 jenis tumbuhan obat. Namun, tanaman
yang baru terdata ±1.000 jenis, dan yang dimanfaatkan hanya ± 300 sebagai
obat tradisional. Salah satu tumbuhan yang memiliki potensi besar dan diyakini
memiliki sifat menyehatkan adalah manggis. Manggis merupakan salah satu
buah yang digemari oleh masyarakat Indonesia. Tanaman manggis berasal dari
hutan tropis yang teduh di kawasan Asia Tenggara, manggis (Garcinia
mangostana L.) merupakan pohon buah yang berasal dari daerah asia tenggara
meliputi Indonesia, Malaysia, Thailand dan Myanmar. Secara umum, orang hanya
mengkonsumsi buannya saja dan cenderung membuang kulit buah manggis
tersebut. Bagian tanaman yang secara tradisional sering dipakai dalam pengobatan
tradisional (diare, disentri, eksim dan penyakit kulit lainnya) adalah kulit buah.

Menurut Hutapea, kulit buah manggis mengandung saponin dan tanin. Sedangkan
Maliana et al., (2015) menyatakan ekstrak etanol kulit buah manggis mengandung
senyawa bioaktif dari golongan tanin, polifenol, alkaloid, terpenoid, dan flavonoid.

7
Penelitian Praptiwi dan Poeloengan (2019) dan Pasaribu et al., (2017) diperoleh
ekstrak etanol kulit buah manggis yang positif mengandung alkaloid, saponin, tanin,
fenolik, flavonoid, triterpenoid, steroid dan glikosida. Berdasarkan latar belakang
di atas, perlu dilakukan uji pendahuluan simplisia dan skrining fitokimia ekstrak
kental kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) yang diperoleh dari Desa
Luwus, Kecamatan Baturiti, Tabanan, Bali.

Kulit manggis adalah salah satu limbah buah yang mengandung xanthone, dimana
xanthone sendiri terdiri atas beberapa senyawa; mangostin, αdan β-mangostin,
epikatekin, mangostanol, mangosterol, mangostinon A dan B, garcinon B, gartanin,
trapezifolixanthone serta tovophyllin B . Miryanti et al. mengungkapkan bahwa
senyawa xanthone pada kulit manggis termasuk dalam salah satu jenis senyawa
tinggi antioksidan dengan kandungan 66,7 kali lebih tinggi daripada wortel dan 8,3
kali lebihtinggi daripada jeruk.

2.2 Komponen Bioaktif Kulit Manggis


2.2.1 Senyawa Saponin
Saponin merupakan senyawa yang bersifat asam, berbentuk kristal, tidak
berwarna, titik lebur yang tinggi, mengandung oksigen, memiliki 1 sampai 6
molekul monosakarida, dan mengandung beberapa senyawa asam alifatik
dalam bentuk ester. Sifat asam pada saponin ditandai adanya satu atau dua
gugus –CO-- (karbonil) dalam aglikon atau molekul gula. Adanya kandungan
oksigen pada saponin kemungkinan mengandung gugus hidroksil (-OH),
aldehida (-CHO), atau –CH2OH. Jenis saponin ini memiliki aktivitas hemolitik
dengan kekuatan yang berbeda tergantung pada jenis atau tipe substitusinya

Adanya senyawa saponin yang berfungsi sebagai antiseptik dan memicu


pertumbuhan kolagen untuk mempercepat proses penyembuhan inflamasi.
Senyawa saponin dan flavonoid yang terkandung dalam kulit manggis
(Garcinia mangostana Linn.) juga bekerja dengan cara menghambat enzim
lipooksigenase dan siklooksigenase pada kaskade inflamasi. Terdapat pula

8
tanin serta catechin yang memiliki aktivitas antiinflamasi, dimana catechin
merupakan golongan dari flavonoid yang juga dapat menghambat pengeluaran

prostaglandin pada jalur asam arakhidonat yang merupakan mediator


peradangan penting. Penekanan prostaglandin sebagai mediator inflamasi dapat
menyebabkan berkurangnya nyeri dan pembengkakan, dan mengurangi
vasodilatasi pembuluh darah dan aliran darah lokal, sehingga migrasi sel radang
pada area radang akan menurun dan reaksi inflamasi akan berlangsung lebih
singkat kemudian proses proliferasi dapat segera terjadi.

Pada pencegahan atau pengobatan penyakit, saponin berperan sebagai


antibakteri, antifungi, antivirus, pengontrol kadar glukosa darah, serta mampu
menghambat pertumbuhan sel tumor (Yanuartono dkk, 2017). Berdasarkan
hasil penelitian terhadap daging mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) dengan
kadar rata-rata saponin yaitu 20,4% dapat mencegah terjadinya penyakit
diabetes dengan menghambat kerja enzim α-glukosidase dalam memproduksi
glukosa dari karbohidrat. Dengan demikian, saponin dapat menimbulkan efek
hipoglikemia yaitu terjadi penurunan kadar glukosa dalam darah.

2.2.2 Senyawa Xanthone


Sebagai antioksidan, manggis dapat menetralisir radikal bebas yang masuk
atau diproduksi di dalam tubuh, mencegah penuaan organ tubuh, mencegah
penyakit jantung, mencegah kanker dan kebutaan serta dapat meningkatkan
sistem kekebalan tubuh. Sebenarnya fungsi utama antioksidan adalah
menetralisir per- oksida yang dikenal sebagai radikal bebas. Radikal bebas
merupakan molekul yang tidak stabil karena kehilangan elektron. Untuk
mencapai kestabilan, radikal bebas mengambil elektron dari molekul atau sel
yang ada di dalam tubuh. Hal ini akan menyebabkan kerusakan pada sel tubuh,
yang menyebabkan berbagai penyakit degeneratif seperti jantung koroner,
ateroskelrosis, osteoporosis, kanker, sirosis hati, Alzheimer, obstruksi paru,
diabetes, ginjal kronis, dan stroke (Putra, Sitiatava, 2011).

9
Xanthone tergolong senyawa fenolik yang memiliki struktur cincin 6 atom
karbon terkonjugasi ditandai dengan ikatan karbon rangkap sehingga
memberikan struktur yang stabil. Turunan xanthone memiliki struktur yang
hampir sama. Berikut rumus struktur xanthone dan turunannya

2.3 Manfaat Kulit manggis


2.3.1 Sebagai Antioksidan
Senyawa xanthone sebagai antioksidan dapat menetralisir radikal bebas yang
masuk atau diproduksi di dalam tubuh, mencegah penuaan organ tubuh,
mencegah penyakit jantung, mencegah kanker dan kebutaan serta dapat
meningkatkan sistem kekebalan tubuh.

Sebenarnya fungsi utama antioksidan adalah menetralisir per-oksida yang


dikenal sebagai radikal bebas. Untuk mencapai kestabilan, radikal bebas
mengambil elektron dari molekul atau sel yang ada di dalam tubuh. Hal ini
akan menyebabkan kerusakan pada sel tubuh, yang menyebabkan berbagai
penyakit degeneratif seperti jantung koroner, ateroskelrosis, osteoporosis,
kanker, sirosis hati, Alzheimer, obstruksi paru, diabetes, ginjal kronis, dan
stroke (Putra, Sitiatava, 2011). Xanthone tergolong senyawa fenolik yang
memiliki struktur cincin 6 atom karbon terkonjugasi ditandai dengan ikatan
karbon rangkap sehingga memberikan struktur yang stabil. Turunan xanthone
memiliki struktur yang hampir sama. Berikut rumus xanthone dan turunannya
:

10
2.3.2 Sebagai Antiinflamasi
Inflamasi atau peradangan merupakan proses perlindungan sel darah putih
bersama senyawa kimia lain dalam melindungi tubuh dari infeksi benda asing,
seperti bakteri dan virus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa xanthone dalam
kulit manggis memiliki sifat antiinflamasi pada tikus percobaan. Selain itu, α-
mangostin pada kulit manggis mampu mencegah aktivitas enzim
ciclooxigenase (COX), yaitu enzim penanda adanya inflamasi pada tubuh.

2.3.3 Sebagai Antibakteri


Beberapa hasil penelitian tentang manfaat senyawa xanthone memperlihatkan
bahwa xanthone bersifat antimikroba terhadap MRSA (methicillin resistant
staphylococcus aureus) yaitu bakteri yang telah kebal terhadap obat antibiotik
yang dapat menyebabkan infeksi parah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
aktivitas xanthone dalam kulit manggis terhadap pertumbuhan staphylococcus
aureus yang resisten terhadap antibiotik metisilin.

2.3.4 Sebagai Antijamur


Xanthone juga memiliki kemampuan untuk menghambat aktivitas
kapang/jamur penyebab penyakit atau fitopatogenik.

2.3.5 Sebagai Antivirus


Hasil penelitian menyimpulkan bahwa ekstrak kulit manggis menunjukkan
potensi dalam menghambat HIV-1 protease yang mempengaruhi replikasi HIV.

2.3.6 Sebagai Antidiabetes


Hasil penelitian menyebutkan bahwa komponen mangiferin pada kulit manggis
mampu menurunkan kadar gula darah pada tikut percobaan penderita diabetes.
Mangiferin tersebut mampu menurunkan kejadian resistensi insulin.

11
2.4 Metode Ekstrasi Menggunakan Refluks
Ekstraksi adalah mengambil atau menarik suatu senyawa yang terdapat dalam
suatu bahan dengan pelarut yang sesuai. Salah satu metode untuk mensintesis
suatu senyawa yaitudengan menggunakan refluks kondensor. Refluks merupakan
salah satu metode dalam ilmu kimia yang digunakan untuk proses isolasi suatu
senyawa, baik organik maupun anorganik. Umumnya digunakan untuk mensistesis
senyawa-senyawa yang mudah menguap atau volatile.

Serbuk daun mareme diekstraksi menggunakan metode refluks dengan tujuan agar
metabolit sekunder pada sampel dapat tertarik sempurna, karena refluks merupakan
salah satu teknik ekstraksi panas sehingga diharapkan proses penyarian terjadi
secara optimal.

2.5 Metode Rotary Evaporator


Rotary evaporator atau rotavapor adalah alat yang digunakan dalam laboratorium
kimia, dan biokimia untuk menguapkan pelarut. Komponen utama dalam rotary
evaporator adalah vacuum system, yang terdiri dari vacuum pump dan controller, labu

12
evaporasi yang berputar dapat dipanaskan dalam pemanas fluid bath dan kondenser
dengan labu penampung kondensat. Sistem dapat bekerja karena tekanan rendah, dan
titik didih dari pelarut yang rendah, termasuk pelarut. Alat ini membuat pelarut dapat
dipisahkan tanpa pemanasan berlebih. Rotary evaporator sangat efektif untuk
memisahkan sebagian pelarut organik selama proses ekstraksi.

Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga
terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan menggunakan pelarut cair. Proses
ekstraksi secara umum dapat dilakukan dengan cara maserasi, perkolasi, refluks.
Namun, proses ekstraksi tersebut membutuhkan waktu lama. Rotary evaporator
merupakan alat yang biasa digunakan di laboratorium kimia untuk mengefisienkan dan
mempercepat pemisahan pelarut dari suatu larutan.

Alat ini menggunakan prinsip vakum destilasi, sehingga tekanan akan menurun dan
pelarut akan menguap dibawah titik didihnya. Rotary evaporator sering digunakan
dibandingkan dengan alat lain yang memiliki fungsi sama karena alat ini mampu
menguapkan pelarut dibawah titik didih sehingga zat yang terkandung di dalam pelarut
tidak rusak oleh suhu tinggi.

13
2.6 Metode KLT
Prinsip KLT yaitu untuk memisahkan komponen kimia berdasarkan prinsip absorbansi
dan partisi, yang ditentukan oleh fase diam dan fase gerak. Fase diam yang digunakan
adalah plat KLT yang berupa silika gel yang bersifat polar.

KLT merupakan suatu metode pemisahan suatu senyawa berdasarkan perbedaan


distribusi dua fase yaitu fase diam dan fase gerak. Fase diam yang digunakan ialah plat
silika gel yang bersifat polar, sedangkan eluen yang digunakan sebagai fase gerak
bersifat sangat polar karena mengandung air. Kepolaran fase diam dan fase gerak
hampir sama, tetapi masih lebih polar fase gerak sehingga senyawa flavonoid yang
dipisahkan terangkat mengikuti aliran eluen, karena senyawa flavonoid bersifat polar.
KLT yang digunakan terbuat dari silika gel dengan ukuran 20 cm x 20 cm GF254
(Merck). Penggunaan bahan silika karena pada umumnya silica digunakan untuk
memisahkan senyawa asam-asam amino, fenol, alkaloid, asam lemak, sterol dan
terpenoid.

14
BAB III
METODE PERCOBAAN

3.1 Tempat dan Waktu

Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Farmasi, Fakultas


Kedokteran, Universitas Lampung. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret
2024.

3.2 Bahan dan Alat


Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah kulit buah manggis (Garcinia
mangostana L.) yang diperoleh di Bandar Lampung. Bahan-bahan kimia yang
digunakan adalah akuades. Alat yang digunakan yaitu gelas kimia, gelas ukur,
tabung reaksi, pipet tetes, sendok, erlenmeyer, pipet tetes, oven, kertas saring,
aluminium foil,rotary evaporator, alat gelas, neraca analitik, refluks.

3.3 Persiapan Sampel

Kulit buah manggis yang telah dikeringkan kemudian ditetapkan kadar airnya.
Kadar air simplisia merupakan parameter penting untuk dievaluasi. Tingginya kadar
air simplisia dapat mempengaruhi kualitas dari simplisa tersebut. Simplisia dengan
kadar air yang tinggi dapat menjadi media yang baik untuk pertumbuhan mikroba
(Barbosa et al., 2008). Dari hasil penetapan kadar air, diperoleh bahwa kadar air
simplisia kulit buah Garcinia mangostana L. adalah 8,39%±0,09%. Hasil tersebut
telah memenuhi persyaratan kadar air simplisia kulit buah Garcinia mangostana L.
yaitu maksimal 10%.

1. Persiapan bahan baku


Kulit buah manggis segar disiapkan kemudian dilanjutkan dengan sortasi bahan
baku dengan memilih kulit buah manggis yang memiliki warna merah tua dan

15
tidak rusak. Kulit manggis dicuci dengan air mengalir untuk membersihkan
debu atau kotoran yang menempel pada permukaan bunga. Kulit manggis yang
sudah bersih kemudian dipisahkan antara kuntum dengan tangkai bunga.

2. Pengeringan
Pengeringan dilakukan menggunakan oven dengan suhu 60ºC durasi 4 jam
selama 2 hari. Pada saat pengeringan dengan oven suhu yang digunakan tidak
terlalu tinggi dikarenakan dapat merusak senyawa yang akan dilakukan
ekstrasi.

3. Penghalusan
Kulit buah manggis yang sudah dikeringkan kemudian dihaluskan
menggunakan blender, dan lakukan pengayakan kulit manggis agar
mendapatkan sampel yang sangathalus.

3.4 Pembuatan Ekstraks


• Refluks
Serbuk kulit buah manggis diekstraksi menggunakan metode refluks dengan
tujuan agar metabolit sekunder pada sampel dapat tertarik sempurna, karena
refluks merupakan salah satu teknik ekstraksi panas sehingga diharapkan
proses penyarian terjadi secara optimal.

• Rotary evaporator
Alat ini digunakan untuk mendapatkan analit dengan pelarut yang sudah
teruapkan sehingga hanya terdapat analit yang dihasilkan.

• Waterbath
Sampel yang telah dilakukan rotary evaporator mempunyai struktur
sampel yang

16
belum terlalu kental, sehingga kita perlu melakukan water bath selama 3
jam agar sampel tersebut menjadi lebih kental dan hanya sedikit menyisakan
pelarut.

3.5 Cara Kerja

1. Persiapan bahan baku kulit bunga manggis dicuci lalu dikeringkan dengan
bantuansinar matahari dan oven.

2. Haluskan kulit buah manggis menggunakan blender hingga benar-benar halus

3. Lakukan pengayakan pada kulit buah manggis, kemudian blender kembali


sampaisimplisia benar-benar halus

4. Timbang simplisia kulit buah manggis sebanyak 250 gram.

5. Kemudian memasukkan ke dalam tabung alat refluks.

6. Memasukkan pelarut (aquadest) sampai tanda batas ke dalam labu refluks.

7. Memasang peralatan refluks.

8. Ekstraksi dilakukan selama 2 jam dengan menghitung berapa banyak sirkulasi


yangterjadi selama proses berlangsung

9. Setelah selesai, ekstrak kulit buah manggis di ambil dari refluks dan
mengeluarkan ampas kulit manggis.

10. Saring sampel yang sudah dilakukan ekstrasi menggunakan kertas saring.

11. Hasil ekstrak kulit buah manggis dimasukkan ke dalam rotary evaporator.

12. Dilakukan pengentalan dengan metode evaporasi agar hasil ekstrak lebih
kentalselama kurang lebih 1-2 jam.

13. Lanjutkan pengentalan menggunakan waterbath.

14. Setelah kental, dilakukan uji KLT dan saponin.

17
3.6 Diagram Alir

Kulit buah manggis dikeringkan


dengan sinar matahari dan oven

Haluskan menggunakan blender


dan diayak sampai halus

Timbang simplisia 250 gram

Masukkan kedalam alat refluks


dan aquades sebagai pelarut

Ekstrasi dilakukan selama 3 jam dan


keluarkan ampas jika sudah selesai

Pengentalan menggunakan rotary


evaporator selama 2 jam

Dilakukan uji KLT dan saponin

18
BAB IV
PEMBAHASAN

Praktikum ini bertujuan untuk melakukan ekstraksi senyawa aktif dari kulit manggis
menggunakan metode refluks dengan pelarut air. Kulit manggis dikenal memiliki kandungan
senyawa bioaktif seperti flavonoid dan antosianin yang memiliki berbagai manfaat bagi
kesehatan.

Kulit manggis yang telah dikeringkan dan dihaluskan kemudian diekstraksi menggunakan
metode refluks. Dalam metode ini, serbuk kulit manggis diekstrasi menggunakan pelarur air
dan dilakukan variasi suhu dan waktu ekstraksi untuk mengoptimalkan hasil ekstraksi. Suhu
ekstraksi dipilih dalam rentang yang sesuai dengan suhu air mendidih.

Serbuk kulit buah manggis diekstraksi menggunakan metode refluks dengan tujuan agar
metabolit sekunder pada sampel dapat tertarik sempurna, karena refluks merupakan
salah satu teknik ekstraksi panas sehingga diharapkan proses penyarian terjadi secara
optimal. Proses refluks dilakukan pada suhu 60oC untuk menjaga stabilitas dari senyawa
antioksidan. Sebanyak 200 gr serbuk simplisia serbuk kering diekstraksi menggunakan
air aquades. Ekstraksi metode refluks lebih efisien dibandingkan metode perkolasi atau
maserasi dan membutuhkan pelarut dan waktu ekstraksi yang lebih sedikit. Pelarut air
digunakan pada praktikum ini karena pelarut campur tersebut dengan adanya air maka
semakin banyak pelarut polar dalam kulit manggis yang dapat berdifusi kedalam
pelarut dan yang lebih penting adalah tidak

19
toksik bagi tubuh manusia. Refluks merupakan salah satu metode ekstraksi yang
menggunakan alat kondensor melalui proses pemanasan selama waktu dan jumlah
pelarut tertentu. Metode ini digunakan karena merupakan proses ekstraksi yang cukup
sempurna (Marjoni, 2016). Penggunaan pelarut metanol dalam ekstraksi karena metanol
merupakan senyawa organik bersifat polar yang sangat baik untuk melarutkan saponin.

Setelah proses ekstraksi selesai, dilakukan pengujian kualitatif terhadap ekstrak kulit
manggis yang6 dihasilkan. Pengujian dilakukan dengan menggunakan reagen khusus
untuk mendeteksi keberadaan senyawa-senyawa tertentu seperti saponin.

20
Adanya saponin dalam ekstrak ditandai dengan terbentuknya busa stabil seperti pada
Gambar 1. Busa yang timbul pada ekstrak menunjukkan adanya glikosida yang
memiliki kemampuan membentuk busa dalam air yang terhidrolisis menjadi senyawa
glukosa dan aglikon (Mien dkk, 2015). Pembentukan busa pada ekstrak menunjukkan
saponin merupakan senyawa makromolekul yang mempunyai sifat yang dapat
menurunkan tegangan permukaan air. Hal ini disebabkan karena saponin memiliki dua
gugus yaitu gugus hidrofilik yang merupakan gugus yang larut zat yang bersifat polar
seperti air dan gugus lipofilik yang merupakan gugus yang larut dalam zat yang bersifat
nonpolar seperti lemak/minyak. Dengan adanya penyerapan molekul saponin dalam
permukaan air mnenyebabkan terjadinya penurunan tegangan permukaan air yang
mengakibatkan terbentuknya busa.

Dengan demikian, pengamatan adanya busa pada ekstraksi kulit manggis merupakan
indikasi bahwa tanaman ini mengandung saponin. Kandungan saponin dalam kulit buah
manggis memberikan tambahan nilai potensial dalam penggunaannya sebagai bahan
alami dalam berbagai aplikasi industri dan farmasi, serta memberikan dasar untuk
penelitian lebih lanjut terkait dengan manfaat kesehatan tanaman ini.

KLT merupakan suatu metode pemisahan suatu senyawa berdasarkan perbedaan


distribusi dua fase yaitu fase diam dan fase gerak. Fase diam yang digunakan ialah plat
silika gel yang bersifat polar, sedangkan eluen yang digunakan sebagai fase gerak
bersifat sangat polar karena mengandung air. Kepolaran fase diam dan fase gerak
hampir sama, tetapi masih lebih polar fase gerak sehingga senyawa flavonoid yang
dipisahkan terangkat mengikuti aliran eluen, karena senyawa saponin bersifat polar.
KLT yang digunakan terbuat dari silika gel dengan ukuran 20 cm x 20 cm GF254
(Merck). Penggunaan bahan silika karena pada umumnya silica digunakan untuk
memisahkan senyawa asam-asam amino, fenol, alkaloid, asam lemak, sterol dan
terpenoid.

21
Kemudian setelah jenuh dilakukan penotolan sampel pada lapisan penyerap (plat KLT)
yang selanjutnya penyerap dimasukkan kedalam bejana yang berisi fase gerak yang
sudah jenuh. Pada saat proses pengembangan, plat KLT akan mengabsorbsi fase gerak.
Setelah mencapai batas atas plat kemudian plat diangkat dan dikeringkan dengan cara
diangin-anginkan dan deteksi senyawa yang diidentifikasi dibawah sinar UV dengan
panjang gelombang 254 nm dan 366 nm. Panjang gelombang 254 nm untuk melihat
bercak pada plat KLT. Sedangkan UV pada panjang gelombang 366 nm digunakan
untuk melihat warna atau bercak yang tidak terlihat pada panjang gelombang 254 nm
oleh mataBercak yang tampak ditandai agar mudah untuk dianalisa karena jika sinar UV
dimatikan bercak tidak tampak lagi. Berdasarkan hasil identifikasi KLT terlihat bercak
pada plat KLT dibawah sinar UV panjang gelombang 366 nm berwarna kekuningan.

Hasil praktikum menunjukkan bahwa suhu dan waktu ekstraksi memengaruhi hasil
ekstraksi senyawa aktif dari kulit manggis. Pada suhu tertentu dan waktu ekstraksi yang
optimal, diperoleh ekstrak dengan konsentrasi senyawa aktif yang maksimal.
Penggunaan pelarut air dalam ekstraksi kulit buah manggis dipilih karena keamanan dan
kemudahan penggunaannya. Selain itu, pelarut air memungkinkan ekstraksi senyawa-
senyawa polar yang terdapat dalam kulit buah manggis.

22
Meskipun metode hot ekstraksi dengan pelarut air digunakan dalam praktikum ini,
metode lain seperti ekstraksi dengan pelarut organik juga umum digunakan.
Perbandingan antara metode-metode tersebut dapat menjadi fokus penelitian lanjutan.
Ekstrak kulit manggis yang dihasilkan melalui metode ini memiliki potensi untuk
digunakan dalam berbagai aplikasi, seperti dalam industri farmasi, kosmetik, atau
sebagai bahan tambahan dalam produk makanan dan minuman.

23
BAB V
KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil ialah :
1. Berdasarkan hasil uji saponin, terdapat adanya kandungan senyawa saponin
yang ditandai dengan adanya busa dalam sampel tersebut.

2. Dari hasil uji KLT dapat disimpulkan bahwa terdapat sedikit senyawa polar
yang ditandai dengan sedikitnya pergerakan sampel yang ada dalam plat KLT.

3. Tidak dilakukannya penyinaran menggunakan sinar UV pada uji KLT dapat


mempengaruhi hasil yang didapatkan.

4. Variasi waktu ekstraksi menunjukkan adanya hubungan linier dengan


rendemen ekstrak kulit manggis. Namun, perpanjangan waktu ekstraksi tidak
selalu menghasilkan peningkatan yang signifikan dalam kandungan senyawa
bioaktif, sehingga perlu mempertimbangkan keseimbangan antara rendemen
dan kualitas ekstrak.

5. Pelarut dapat memengaruhi konsentrasi senyawa bioaktif dalam ekstrak. Rasio


yang optimal biasanya tergantung pada sifat-sifat bahan baku dan pelarutyang
digunakan.

5.2 Kritik dan Saran

Dalam penulisan ini penulis mengharapkan penulisan laporan praktikum ini


sempurna namun tanpa dipungkiri dalam kenyataannya laporan praktikum ini
memliki banyak kekurangan dan perlu diperbaiki dikarenakan kurangnya
pengetahuan yang dimiliki oleh penulis. Oleh sebab itu adanya kritik maupun
saran yang membangun sangat diharapkan oleh penulis dari pembaca untuk
mengevaluasi pembuatan makalah ke depannya. Agar dapat nmenghasilkan karya
tulis yang bermanfaat bagi banyak orang.

24
DAFTAR PUSTAKA

Dwintanandi, C., Nahzi, M. Y. I., & Raharja, S. D. (2016). Pengaruh Ekstrak Kulit
Manggis (Garcinia Mangostana Linn.) Terhadap Jumlah Makrofag Pada
Inflamasi Pulpa Studi In Vivo Pada Gigi Molar Rahang Atas Tikus (Rattus
Norvegicus) Wistar Jantan. Dentino: Jurnal Kedokteran Gigi, 1(2), 44-50.

Devi, E. T. (2017). Isolasi dan identifikasi senyawa flavanoid pada ekstrak daun seledri
(Apium graveolens L.) dengan metode refluks. PSEJ (Pancasakti Science
Education Journal), 2(1), 56-67.

Darma, W., & Marpaung, M. P. (2020). Analisis jenis dan kadar saponin ekstrak akar
kuning (Fibraurea chloroleuca Miers) secara gravimetri. Dalton: Jurnal
PendidikanKimia dan Ilmu Kimia, 3(1).

Irmayanti, P. Y., Arisanti, C. I. S., & Wijayanti, N. P. A. D. (2021). Uji pendahuluan


serbuk simplisia dan skrining fitokimia ekstrak etanol kulit buah manggis
(Garcinia mangostana L.) yang berasal dari Desa Luwus, Kecamatan
Baturiti, Tabanan, Bali. Jurnal Farmasi Udayana, 2(4), 279708.

Indra, I., Nurmalasari, N., & Kusmiati, M. (2019). Fenolik total, kandungan flavonoid,
dan aktivitas antioksidan ekstrak etanol daun mareme (Glochidion
arborescense blume.). JSFK (Jurnal Sains Farmasi & Klinis), 6(3), 206-
212.

Lutfiyah, L., Nahzi, M. Y. I., & Raharja, S. D. (2016). Pengaruh Ekstrak Kulit Manggis
(Garcinia Mangostana L.) Terhadap Jumlah Neutrofil pada Inflamasi Pulpa
Studi in Vivo pada Tikus Wistar Jantan. Dentino: Jurnal Kedokteran Gigi,
1(2), 96- 101.

25
Priyanti, P., Partuti, T., Amalina, N., Rahmiaty, D., Yanti, W., Nadyana, H., ... &
Annisa, N. (2021). Ekstrak Etanol Kulit Manggis Sebagai Maskergel
Peeloffberantioksidan. Jurnal Kimia Mulawarman, 18(2), 62-67.

Wehantouw, F. (2019). Aktivitas antihiperglikemik ekstrak kulit manggis


(garcinia mangostana l.) Pada tikus yang diinduksi sukrosa. Chemistry
Progress, 4(2).

Wigoeno, Y. A., Azrianingsih, R., & Roosdiana, A. (2013). Analisis kadar glukomanan
pada umbi porang (Amorphophallus muelleri Blume) menggunakan
refluks kondensor. Biotropika: Journal of Tropical Biology, 1(5), 231-235.

26
27

Anda mungkin juga menyukai