Disusun Oleh :
Kelompok 5 :
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2018
1
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa,
karena atas berkat dan limpahan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan sebuah
makalah dengan tepat waktu.
Berikut ini penulis mempersembahkan sebuah makalah dengan judul “
Ekstraksi Senyawa Bioaktif Dari Rimpang Curcuma Mangga Menggunakan
Pelarut Ramah Lingkungan Natural Deep Eutectic Solvent (NADES)” yang
menurut penulis dapat memberikan manfaat yang besar bagi pembaca
Melalui kata pengantar ini penulis lebih dahulu meminta maaf dan
memohon permakluman bilamana isi makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan
yang penulis buat kurang tepat atau menyinggung perasaan pembaca.
Dengan ini penulis mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa
terimakasih dan semoga Allah SWT memberkahi makalah ini sehingga dapat
memberikan manfaat.
Aamiin...
Penulis
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
dalam air serta rendahnya bioavailabilitas curcumin itu sendiri sehingga
menyebabkan banyak ketidakpastian dalam efek terapeutik (Bar-Sela G et al.,
2010). Curcumin telah dilaporkan aman dikonsumsi hingga dosis 12
gram/hari. Namun, karena curcumin mengalami metabolisme yang cepat
dalam tubuh sehingga bioavailabilitasnya rendah. Curcumin yang telah
dikonsumsi dalam jumlah banyak hanya sedikit terdeteksi dalam tubuh (
Salem et al, 2014). Total curcumin yang dikonsumsi (3,6 gram/hari) hanya
terdeteksi dalam jumlah nanomolar pada 1 jam dihari pertama, hari kedua,
kedelapan, dan keduapuluh sembilan. Curcumin adalah suatu curcuminoid
yang diketahui terdapat dalam Curcuma. Curcuma mangga atau yang lebih
dikenal sebagai kunir putih telah diketahui mengandung senyawasenyawa
bioaktif antikanker berupa curcuminoid (curcumin (C), demethoxycurcumin
(DMC) dan bisdemethoxycurcumin (BDMC)), polisakarida, caretonoid,
ataupun minyak-minyak essensial (Fagundes et al., 2015). Secara umum,
senyawa bioaktif tersebut diektraksi menggunakan pelarut organik seperti
etanol, metanol, heksana, ataupun secara steam distillation menggunakan uap
air. Ekstraksi adalah salah satu proses kimia yang tidak ramah lingkungan
karena melibatkan senyawa organik yaitu solvent/zat pelarut itu sendiri. Oleh
sebab itu, upaya untuk meminimalkan, mengganti atau bahkan
menghilangkan penggunaan pelarut organik yang mudah menguap (Volatile
Organic Carbon, VOC) dalam proses ekstraksi terus dikembangkan. Upaya
ini harus mengarah pada penghematan biaya baik untuk pembuangan limbah
dan pemanfaatan energi. Penggunaan senyawa kimia dalam proses ekstraksi
senyawa-senyawa obat akan memperbesar resiko terdapatnya residu senyawa
kimia di dalam ekstrak kasar obat-obatan yang diperoleh. Resiko lebih lanjut,
terdepositnya senyawa kimia tersebut didalam tubuh jika dikonsumsi dalam 3
jangka waktu tertentu. Oleh sebab itu, perlu digunakan pelarut ramah
lingkungan yang aman bagi kesehatan dan kebersihan lingkungan pada proses
ekstraksi senyawa-senyawa obat. Pelarut eutektik (Deep Eutectic Solvent,
DES) serta cairan ionik (Ionic Liquids, ILs) adalah dua kandidat green
solvent yang banyak diteliti di samping cairan superkritis (Supercritical
5
Fluids, SCF). Namun, ILs menghadapi beberapa tantangan untuk aplikasi
dalam skala besar seperti berbiaya produksi tinggi, masalah toksisitas,
stabilitas jangka panjang yang belum sepenuhnya diketahui, dan viskositas
ILs yang relatif tinggi. Natural Deep Eutectic Solvents (NADES) merupakan
bagian dari DES yang ramah lingkungan dan dibuat dari senyawa-senyawa
metabolit primer yang alami dan aman seperti asam-asam amino,
monosakarida, disakarida, polisakarida, asam asetat, asam laktat, kolin
klorida dll dengan perbandingan mol ratio tertentu. Natural Deep Eutectic
Solvents (NADES) akan digunakan sebagai pelarut pengganti pelarut-pelarut
organik yang selama ini digunakan dalam penelitian ini mengingat
keunggulannya yang terbuat dari bahan-bahan alam yang ramah lingkungan.
Selain itu Dai et al. (2013) menunjukkan kesesuaian NADES seperti proline-
malic acid (PMA), sucrose-choline chloride (SCC), glucose-choline chloride
(GCC), sorbitol-choline chloride (SoCC), 1,2-propanediol-choline chloride
(PCC), fructose-glucose-sucrose (FGS), dan lactic acid-glucose (LAG) untuk
ekstraksi senyawa-senyawa fenolat seperti cartormin dan carthamin dari
safflower (Flos Carthami) dan corolla dari Carthamus tinctorius L. Hasil
ekstraksi menunjukkan kelarutan cartormin dan carthamin yang tinggi di
dalam NADES: Sucrosecholine chloride (SCC), PMA, dan LAG. Kelarutan
senyawa fenolat yang tinggi di dalam NADES juga diikuti oleh
senyawasenyawa lain: rutin, quercetin, asam sinamat, carthamin, taxol, dan
ginkgolide B dalam NADES (Dai et al, 2013). Bervariasinya senyawa-
senyawa bioaktif yang dapat larut dalam NADES, baik makromolekul
maupun mikromolekul, menunjukkan besarnya potensi yang dimiliki NADES
sebagai pelarut-multi komponen 4 baik senyawa-senyawa nonpolar hingga
polar. Namun, masih diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai aplikasi dari
NADES sebagai pelarut ekstraksi yang ramah lingkungan terhadap senyawa-
senyawa bioaktif yang lainnya. Menimbang keunggulan yang dimiliki
NADES tersebut di atas dan pentingnya penggunaan ekstrak senyawa obat
yang bebas dari residu kimia, berbagai tipe NADES (netral, asam, dan basa)
akan digunakan sebagai pelarut dalam mengekstraksi senyawa bioaktif dari
6
Curcuma mangga. Diharapkan, dengan tingginya kemampuan NADES untuk
melarutkan senyawasenyawa non polar dan polar tersebut akan meningkatkan
kelarutan curcumin di dalam air sehingga kesenjangan antara kebutuhan dan
supply curcumin dipasaran untuk uji klinis dapat terpenuhi. Selain tipe
NADES, pengaruh kandungan air dalam NADES terhadap perolehan yield
curcumin juga turut di teliti dalam penelitian ini.
2.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari ekstraksi.
2. Untuk mengetahui pengertian dari curcuma mangga.
3. Untuk mengetahui pengertian dari curcumin.
4. Untuk mengetahui metode analisa curcumin.
5. Untuk mengetahui cara pembuatan pelarut NADES.
6. Untuk mengetahui cara mengekstraksi senyawa bioaktif curcumin manga
menggunakan Pelarut NADES.
7. Untuk mengetahui cara mengekstraksi dengan soklet dan maserasi
senyawa bioaktif curcumin manga menggunakan Pelarut NADES.
8. Untuk mengetahui sifat – sifat fisik pelarut NADES.
7
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 EKSTRAKSI
Ekstraksi yaitu proses pemisahan dan isolasi senyawa target dari suatu raw
material dengan penambahan pelarut tertentu untuk mengeluarkansenyawa
target dari raw material atau zat cair. Senyawa target yang diinginkan bersifat
larut dalam pelarut (solvent) (Wahyuni et al., 2004). Terdapat beberapa teknik
ekstraksi padat-cair (leaching) yg tersedia: soxhlet, maserasi, perkolasi,
destilasi dengan air/ steam. Namun, belum ada metode ekstraksi tunggal dan
terstandarisasi untuk memperoleh senyawa bioaktif dari suatu bahan alam.
Masing-masing metode ekstraksi menghadirkan kelebihan dan kekurangan.
Demikian pula, tidak ada metode ekstraksi tunggal yang mampu mengekstrak
semua senyawa bioaktif yang terkandung di dalam bahan alam (Mustaq etal.,
2014). Teknik ekstraksi konvensional yang paling umum digunakan adalah
ektraksi perendaman (maserasi), ekstraksi , soxhlet dan destilasi. (Rastagno
dan Prado.,2003) . Jenis-jenis metode ekstraksi yang digunakan adalah
sebagai berikut:
A. Maserasi.
Maserasi merupakan metode sederhana yang paling banyak
digunakan. Metode ini dilakukan dengan memasukkan serbuk tanaman
dan pelarut yang sesuai ke dalam wadah inert yang tertutup rapat pada
suhu kamar. Proses ekstraksi dihentikan ketika tercapai kesetimbangan
antara konsentrasi senyawa dalam pelarut dengan konsentrasi dalam sel
tanaman. Setelah proses ekstraksi, pelarut dipisahkan dari sampel dengan
penyaringan. Kerugian utama dari metode maserasi ini adalah memakan
banyak waktu, pelarut yang digunakan cukup banyak, dan besar
kemungkinan beberapa senyawa hilang. Selain itu, beberapa senyawa
mungkin saja sulit diekstraksi pada suhu kamar. Namun di sisi lain,
8
metode maserasi dapat menghindari rusaknya senyawa-senyawa yang
bersifat termolabil (tidak tahan panas) (Mukhriani, 2014).
B. Soxhlet.
Metode ini dilakukan dengan menempatkan serbuk sampel dalam
sarung selulosa (dapat digunakan kertas saring) dalam slonsong yang
ditempatkan di atas labu dan di bawah kondensor. Pelarut yang sesuai
dimasukkan ke dalam labu dan suhu penangas diatur di bawah suhu reflux.
Pada Soxhlet konvensional, sampel ditempatkan dalam thimble-holder dan
selama beroperasi secara bertahap diisi dengan fresh solvent dari labu
distilasi. Ketika cairan mencapai tingkat overflow, secara otomatis
dikosongkan oleh siphon kemudian pelarut mengalir kembali ke labu
destilasi. Operasi ini diulang sampai ekstraksi selesai dicapai. Keuntungan
dari metode ini adalah proses ektraksi yang kontinyu, sampel terekstraksi
oleh pelarut murni hasil kondensasi sehingga tidak membutuhkan banyak
pelarut dan tidak memakan banyak waktu. Kerugiannya adalah senyawa
yang bersifat termolabil dapat terdegradasi karena ekstrak yang diperoleh
terus-menerus berada pada titik didih. Ekstraksi soxhlet adalah teknik
ekstraksi yang sangat sederhana dan umum digunakan sebagai metode
pembanding dengan pendekatan efisiensi ekstraksi~100% (Castro dan
Ayuso, 2000). Cairan superkritis (Supercritical Fluids, SFS), yang
sebagian besar menggunakan karbon dioksida (CO2), cairan ionik (Ionic
Liquids, ILs), dan pelarut eutektik (Deep Eutectic Solvent, DES) adalah
kandidat green solvent Pelarut ini telah diberi label sebagai "green" karena
tekanan uapnya diabaikan dan tidak mudah terbakar dibandingkan
penggunaan solvent dari golongan volatile organic compounds (VOCs)
Green solvent memiliki efek minimal terhadap kesehatan manusia, aman
dan ramah lingkungan dalam hal pemanfaatan, dan pembuangan.
(Deetlefs, 2010)
Cairan ionik dan DES adalah campuran dari garam yang berbentuk
cair pada suhu kamar dan memiliki sifat fisik-kimia yang dapat
disesuaikan dengan selektivitas yang diharapkan hanya dengan
9
menggabungkan jenis kation dan anion yang berbeda. Cairan ionik terdiri
dari kation sintetis khas seperti dialkylimidazolium dan derivatif
alkylpyridium, dan anion seperti chloroaluminatedan logam halida lainnya
(Domínguez de María, 2011). Bila perlu, jenis anion yang reaktif terhadap
adanya uap air tsb dapat diganti dengan halida atau anion (BF4 atau PF4)
yang lebih stabil terhadap kehadiran air dan udara (Gorke et al., 2010).
Namun, ILs masihmenghadapi tantangan untuk aplikasi skala besar karena
mahal dan toksik (Thuy Pham et al., 2010). Cairan ionik (ILs) diproduksi
secara sintetis dari komponen yang sangat murni tetapi umumnya masih
memerlukan proses pemurnian lebih lanjut karena kehadiran sedikit
pengotor dapat mengubah sifat ILs secara signifikan. Campuran metabolit
primer seperti gula, gula alkohol, poli-alkohol, basa organik, asam
organik, dan asam amino dapat membentuk DES dan disebut sebagai
Natural Deep Eutectic Solvent (NADES) (Choi et al., 2011). Berdasarkan
penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, NADES dibagi dalam tipe-
tipe sebagai berikut (Dai et al., 2013) :
a. cairan ionik, terdiri dari asam-asam organik (asam sitrat, asam maleat,
asam laktat) dan senyawa-senyawa basa (choline chloride, dan
betaine);
b. NADES netral, tidak ada konstituen ionik, seperti campuran
Polyalcohol (gliserol, glisin, 1-2-propandiol);
c. NADES yang bersifat asam, terdiri dari senyawa-senyawa netral
(glukosa, fruktosa, sukrosa, maltosa, trehalose) dan senyawa-senyawa
asam;
d. NADES yang bersifat basa, yang terdiri dari senyawa- senyawa netral
dan senyawa-senyawa basa.
e. NADES yang bersifat amfoter, kombinasi dari asam amino (-
Proline, -Alanine) dan gula, polyalcohol, atau senyawa-senyawa
asam.
Meskipun memiliki viskositas tinggi, NADES masih berwujud cair
pada suhu kamar dan bahkan pada suhu rendah. Viskositas akan menurun
10
secara signifikan dengan penambahan sejumlah kecil air. Selain itu,
NADES memiliki cakupan polaritas dalam rentang yang lebar, mulai
lebih polar daripada air hingga polaritas sama dengan metanol. NADES
terbukti menjadi pelarut yang sangat baik untuk berbagai metabolit
dengan polaritas rendah sampai menengah yang tidak atau sukar larut
dalam air. Makromolekul seperti DNA, protein dan polisakarida juga larut
dalam NADES. NADES yang tidak beracun dan ramah lingkungan
digunakan untuk berbagai aplikasi pada bidang makanan, kosmetik,
agrokimia dan industri farmasi sebagai media baru Green Technology
(Dai et al., 2013).
11
antineoplastik (anti-kanker) dan polifenol berfungsi sebagai antioksidan
(Mangan, 2003). Kunyit putih telah digunakan di klinik di China untuk
pengobatan kanker servik (Windono, 2002). Kunyit putih diketahui
mengandung 11 senyawa, yaitu campuran stigmaterol dan β - sitosterol,
demethoxycurcumin, bisdemethoxycurcumin, 1,17-bis (4-hidroksifenil)-1,4,6-
heptatrien -3-on, 7-hidroksi-6-metoksi kaumarin, curcumin, zerumin B,
curcumanggoside, asam-4- hidroksisinamik, 12-diene,15,16-dial dan
calcalatarin A (Abas, 2005)
2.3 CURCUMIN
Curcumin dan oleoresin adalah dua komponen utama yang merupakan
faktor paling penting untuk signifikansi kunyit. Curcumin merupakan salah
satu zat utama yang ditemukan dalam rimpang Curcuma manga dan curcuma
lainnya. Curcumin (C), demethoxycurcumin (DMC) dan
bisdemethoxycurcumin (BDMC) termasuk dalam kelompok diarylheptanoids.
Ketiga senyawa ini disebut curcuminoid. Curcumin umumnya digunakan
sebagai zat pewarna serta additive. WHO makanan menyatakan asupan harian
diterima dari curcumin sebagai aditif makanan di kisaran 0-3 mg/kg.
Penggunaan terapeutik juga telah diteliti dan dikenal memiliki potensi
penggunaan sebagai antikanker (Lestari dan Indrayanto, 2014)
12
Curcumin memiliki titik leleh 176-177°C, membentuk garam coklat
kemerahan dengan alkali, tidak larut dalam air (Nabati et al., 2014), tetapi
larut dalam metanol, etanol, alkali, keton, asam asetat, dichloromethane
(DCM) atau dimethyl sulfoxide(DMSO) dan kloroform (Bagchi, 2012).
Mengingat curcumin memiliki kelarutan yang berbeda pada kisaran pH 3-9.
Curcumin berada pada kondisi paling stabil pada 10-55 ᵒC dan akan
terdegradasi secara total pada 70 ᵒC selama 24 jam membentuk vanilin, asam
vanilin, asam ferulat, feruloylmethane, dan phydroxybenzaldehyde. Kunyit
mengandung sekitar 4-6%-berat curcuminoid, 2-4%-berat minyak esensial dan
2-3%-berat karotenoid termasuk turmerone, atlantone, dan zingiberone.
Konstituante lain termasuk gula-gula, protein dan resin juga terkandung
didalam kunyit (Paulucci et al., 2013)
13
Metode analisa curcuminoids: curcumin(C), demethoxycurcumin
(DMC) dan bisdemethoxycurcumin (BDMC) secara kromatografi telah
banyakdikembangkan. Metode analisis curcuminoids secara HPLC
menawarkan keuntungan, yang mana pemisahan dan penentuan
kandungan dari curcuminoids dapat dilakukan secara simultan. Selain itu,
metode ini memiliki ketelitian yang tinggi dan rendahnya detection limit
(Zhang et al., 2013). Sejumlah penelitian telah dilakukan untuk dapat
memisahkan pigmen Curcuminoid antara lain: secara thin layer
chromatography (TLC), high performance thin layer chromatography
(HPTLC), dan column chromatography(CC). Metode HPLC sensitif, tepat,
dan akurat untuk deteksi dan kuantifikasi curcuminoid dalam ekstrak
rimpang Curcuma. Pemisahan dengan High Performance Liquid
Chromatography (HPLC) dilakukan sebagian besar menggunakan kolom
fase terbalik (reversed-phase column) menggunakan mobile phase
campuran air, asetonitril, etanol, dan metanol. Karena pigmen curcuminoid
bervariasi dalam struktur kimia maka karakteristik fisika-kimia serta sifat
fungsional akan bervariasi pula (Revathy et al., 2011).
b. Thin Layer Chromatography(TLC)
Metode Thin Layer Chromatography (TLC) atau Kromatografi
Lapis Tipis (KLT) umumnya digunakan sebagai metode kualitatif untuk
memantau jalannya suatu reaksi, proses pemisahan atau yang lainnya.
Mengingat metode ini cukup sederhana, mudah dan murah. Silika gel
adalah fase stasioner paling umum digunakan dalam TLC dengan sistem
pelarut yang berbeda termasuk benzen, etil asetat, etanol, kloroform, asam
asetat, heksan, dan metanol untuk pemisahan kromatografi.
14
untuk FG-H2O) dicampurkan sesuai dengan mol ratio yang telah ditentukan
pada botol tertutup. Campuran tersebut diaduk pada suhu 700C menggunakan
magnetic stirrerdalam water bath hingga diperoleh campuran berbentuk
liquida yang bening. Selanjutnya campuran liquid yang diperoleh dimasukkan
ke dalam freeze-dry hingga beratnya konstan ( 3 hari). Campuran liquida
keluar freeze-dry diamati, jika tetap berbentuk cairan liquida yang bening
(tidak mengendap, tidak berubah warna ataupun mengkristal), maka
selanjutnya campuran liquida tersebut disebut sebagai NADES
15
48, 72, dan 96 jam dan dianalisa yield curcuminoid yang didapat. Jika terjadi
perubahan fisik, misal terjadi kritalisasi ataupun karamelisasi, ekstraksi
dihentikan. Selanjutnya sampel disimpan pada suhu ruang dan gelap untuk
keperluan analisa pada tahap selanjutnya.
16
etanol, menggunakan rotary evaporator untuk menguapkan solvent
mendapatkan ekstrak terkonsentrasi. Timbang berat ekstrak yang diperoleh.
Simpan ekstrak tersebut pada tempat gelap untuk analisa selanjutnya.
17
terkonsentrasi. Timbang berat ekstrak yang diperoleh. Simpan ekstrak
tersebut pada tempat gelap untuk analisa selanjutnya. Ekstraksi soxhlet
dan maserasi ini dilakukan secara duplo (dua kali ulangan).
18
dan terdekomposisi pada >200 0C (Dai et al., 2013). Viskositas NADES
menurun dengan peningkatan suhu, dan menurun secara signifikan dengan
penambahan air. Sebaliknya, viskositas NADES akan meningkat dengan
turunnya suhu penyimpanan.
19
BAB 3
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
1. Natural Deep Eutectic Solvent (NADES) dapat digunakan sebagai pelarut
dalam ekstraksi senyawa bioaktif berupa curcuminoid terutama curcumin
dari Curcuma manga .
2. Ekstraksi senyawa bioaktif (curcuminoid) menggunakan pelarut NADES
FS-H2O memberikan yield lebih besar dibandingkan dengan ekstraksi
menggunakan etanol ataupun air.
3. Yield senyawa bioaktif dari Curcuma mangga (curcuminoid) secara
ekstraksi Soxhlet menggunakan pelarut Natural Deep Eutectic
Solvent(NADES) diperoleh hasil senyawa bioaktif yield lebih kecil
dibandingkan dengan ekstraksi secara maserasi.
3.2 SARAN
1. Pada penelitian selanjutkan dilakukan pembuatan NADES tipe basa
dengan komponen yang berbeda.
2. Menambahkan kuantitas (banyaknya) bahan baku serbuk Curcuma manga
yang digunakan untuk ekstraksi agar mendapatkan hasil yang maksimal.
20
DAFTAR PUSTAKA
21
Biocatalysis. Journal Of Biotechnology and Bioprocess Engineering 15:
40–53.
Jayandran, Muhamed Haneefa, and Balasubramanian. 2015. Synthesis
Characterization and Comparative Studies Of Turmeric Oleoresin Derived
From Selected Turmeric Plants. Asian Journal of Pharmaceutical Science
& Technology 5 (1): 18–21.
Lestari, Maria L.A.D., and Gunawan Indrayanto. 2014. Chapter Three -
Curcumin. In Profiles of Drug Substances, Excipients and Related
Methodology. Volume 39:113–204. Academic Press.
Mangan, Yellia. 2003. Cara Bijak Menaklukkan Kanker. AgroMedia. Jakarta: PT
Graha Ilmu.
Mukhriani. 2014. Ekstraksi, Pemisahan Senyawa, Dan Identifikasi Senyawa
Aktif. Jurnal Kesehatan 7 (2): 361–67.
Mushtaq, Mian Yahya, Young Hae Choi, et all., .. 2014. Extraction for
Metabolomics: Access to The Metabolome. Journal Of Phytochemical
Analyis 25: 291–306.
Nabati, Mehdi, Mehrdad Mahkam, and Hassan Heidari. 2014. Isolation and
Characterization of Curcumin from Powdered Rhizomes of Turmeric Plant
Marketed in Maragheh City of Iran with Soxhlet Technique. Journal Of
Iranian Chemical Communication 2: 236– 43.
Paulucci, Viviane P., Renê O. Couto, et all., .2013. Optimization of the Extraction
of Curcumin from Curcuma Longa Rhizomes’.
Pushpakumari, K.N, Varghese Naijo, and Kottol Kavitha. 2014. Purification And
Seperation Of Individual Curcuminoids From Spent Turmeric Oleoresin,
A By- Product From Curcumin Production Industry. International Journal
of Pharmaceutical Sciences and Research 5 (8): 3246–54.
Putra, Effendy De Lux. 2004. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi Dalam Bidang
Farmasi. USU Digital Library.
Rastagno, Mauricio, and Juliana Prado. 2003. Natural Product Extraction. RSC
Publishing.
Revathy, S, S Elumalai, Merina Benny, and Benny Antony. 2011. Isolation,
Purification and Identification of Curcuminoids from Turmeric (Curcuma
Longa L.) by Column Chromatography. Journal of Experimental Sciences
2 (7): 21–25.
22
Saefudin, Fauzia Syarif, and Chairul. 2014. Potensi Antioksidan Dan Aktivitas
Antiproliferasi Ekstrak Kunyit Putih (Curcuma Zedoaria Rosc.) Pada Sel
Hela. Pusat Penelitian Biologi-LIPI 17 (3): 381–90.
Salem, M, S Rohani, and E.R Gillies. 2014. Curcumin, a Promising Anti-Cancer
Therapeutic: A Review of Its Chemical Properties, xviii Bioactivity and
Approaches to Cancer Cell Delivery. Royal Society of Chemistry Advance
4, 10815–10829.
Thuy Pham, Thi Phuong, Chul-Woong et all., .2010. Environmental Fate and
Toxicity of Ionic Liquids: A Review. Water Research, Emerging
Contaminants in water: Occurrence, fate, removal and assessment in the
water cycle (from wastewater to drinking water), 44 (2): 352–72.
Wahyuni, A Hardjono, and Paskalina Hariyantiwasi Yamrewav. 2004. Ekstraksi
Kurkumin Dari Kunyit. Prosiding Seminar Nasional Rekayasa Kimia Dan
Proses.
Windono, Tri, and Nani Parfati. 2002. Curcuma Zedoaria (Berg Ius) Roscoem
Kajian Pustaka Kandungan Kimia Dan Aktivitas Farmakologik. Surabaya
: Fakultas Farmasi Universitas Surabaya.
Zhang, Qi, David Thomas, and Ian Acworth. 2013. The Quantitative Analysis of
Curcuminoids in Food and Food Additives Using Rapid HPLC With
Electrochemical, UV, or Fluorescence Detection. Thermo Fisher
Scientific, Chelmsford, MA, USA.
23