Kekuatan Kekuatan praktikan selama PPL di SMA Negeri 6 Semarang diantaranya yaitu praktikan mudah bersosialisasi dengan guru, guru pamong, siswa, karyawan atau dengan kata lain semua warga sekolah. Selain itu praktikan mudah menciptakan kondisi suasana yang kondusif pada saat proses pembelajaran berlangsung, kemudian praktikan bisa menerapkan media pembelajaran yang interaktif contohnya memberikan simulasi video pada materi tertentu, memberikan jembatan keledai berupa lagu – lagu ataupun singkatan yang lain untuk mempermudah dalam menghafal materi tertentu, lalu menerapkan games Kahoot hal itu dikarenakan agar siswa tertarik, termotivasi dan semangat dalam pembelajaran. Kelemahan Selama PPL di SMA Negeri 6 Semarang saya memiliki beberapa kelemahan diantaranya yaitu sebagai awal dalam praktik mengajar, praktikan mengalami kendala dalam pengelolaan kelas dikarenakan ketika mengajar masih ada rasa canggung dan grogi atau deg - degan. Selain itu ketika penyampaian materi saya belum sepenuhnya lancar, kemudian saya belum memberikan contoh yang cukup banyak pada setiap ulasan materi. B. Kemampuan diri praktikan Kemampuan saya sebagai mahasiswa praktikan sangatlah jauh dari kata professional, karena saya disini juga belajar dari bapak – ibu guru di sekolah agar menjadi guru yang professional. Apalagi kita tahu bahwa sekarang pembelajaran menggunakan kurikulum 2013 atau berada pada abad 21 yang ditandai dengan adanya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang sangat pesat sehingga memberikan pengaruh dalam dunia pendidikan. Pendidikan dalam abad 21 memberikan tantangan tersendiri bagi saya yaitu pada pendidikan karakter. Saya sebagai praktikan yang nantinya akan menjadi guru professional saya akan bersungguh – sungguh dalam menanamkan karakter dalam diri siswa. Sebagai praktikan kita harus berusaha bagaimana siswa kita mempunyai karakter yang bernilai positif, dan kita tahu juga bahwa dalam kurikulum 2013 menerapkan pembelajaran saintifik, kita tahu bahwa pembelajaran saintifik adalah pembelajaran yang menekankan peserta didik untuk aktif dalam meengkonstruk konsep, jadi disini guru tidak selalu menjelaskan atau biasa disebut teacher center melainkan sekarang pembelajarannya yaitu student center artinya siswa dituntut untuk aktif selama pembelajaran. Berdasarkan praktik pengalaman mengajar saya di SMA Negeri 6 Semarang, saya sudah bisa menerapkan pembelajaran yang berorientasi student center, hal ini dibuktikan dengan saya memberikan suatu permasalahan mengenai materi tertentu kemudian siswa diminta berdiskusi sehingga siswa cenderung aktif dalam pembelajaran. ,Keberhasilan dalam melaksanakan PPL didukung oleh beberapa faktor salah satunya kemampuan public speaking. Kemampuan public speaking sangatlah penting karena dalam menyampaikan materi kita harus jelas dan lancar menerangkannya, tidak boleh terbata – bata. Tetapi kemampuan public speaking yang saya miliki jauh dari kata sempurna karena kita tahu bahwa dalam berbicara didepan umum sangatlah sulit, apalagi kita berbicara didepan siswa langsung hal itu tentunya jauh lebih sulit. Tetapi saya tidak mudah putus asa begitu saja, saya akan belajar public speaking dengan melihat guru pamong dalam mengajar didalam kelas. Faktor kedua yang harus dimiliki praktikan yaitu kemampuan dalam mengkondisikan kelas. Menurut saya, saya mengganggap saya sudah mampu dalam mengkondisikan kelas agar kelas tersebut tidak gaduh dll. Cara yang saya lakukan yaitu saya membuat perjanjian kepada siswa sebelum melaksanakan pembelajaran, dan apabila siswa melanggar perjanjian tersebut maka siswa akan menerima konsekuensi. Tetapi saya tetap belajar dari guru pamong ataupun guru yang lain dalam melakukan pengkondisian kelas guna untuk menambah pengetahuan saya akan kemampuan tersebut. C. Harapan praktikan dalam melaksanakan PPL Harapan praktikan dalam melaksanakan PPL adalah materi atau ilmu yang saya dapatkan dari bangku kuliah semoga dapat diterima oleh siswa dengan baik dan jelas, kemudian ketika saya menjelaskan materi kepada siswa semoga siswa dapat paham akan materi yang saya sampaikan. Selain itu pula Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang saya buat bisa sesuai dengan apa yang nanti saya sampaikan waktu dikelas. Kemudian saya berharap dengan saya PPL di SMA Negeri 6 Semarang yang diketahui bahwa sekolah ini memiliki kedisplinan yang bagus atau aturan dan tata tertib yang ketat sehingga suatu saat jika saya ditempatkan disekolah lain saya berharap sekolah yang saya ampu nantinya bisa seperti SMA Negeri 6 Semarang. Saya juga berharap kelak saya bisa menjadi menjadi guru yang tertib dan mengajarkan kepada anak peserta didik menjadi siswa yang tertib pula.
D. Nilai tambah yang diperoleh mahasiswa setelah melaksanakan PPL
Nilai tambah yang saya peroleh setelah melaksanakan PPL adalah saya mengetahui bagaimana susahnya menjadi seorang guru. Seorang guru itu tugasnya bukan hanya mengajar tetapi seorang guru harus juga mendidik, melatih siswa dari segala aspek sehingga menghasilkan siswa yang berdedikasi tinggi terhadap dunia pendidikan. Selain itu pula nilai tambah yang saya peroleh setelah melaksanakan PPL yaitu nilai kedisplinan dari SMA Negeri 6 Semarang mulai dari dari disiplin berpakaian, disiplin waktu dan tertib. Displin waktu artinya semua warga sekolah taat akan aturan waktu contohnya jam masuk sekolah yaitu pukul 06.45 artinya jika warga sekolah terlambat dengan waktu yang ditentukan mereka akan mendapatkan konsekuensinya misalnya dilakukan apel ataupun pembinaan, selain itu pula setiap harinya ada siswa yang bertugas menjadi STP2K atau PKS dibantu dengan guru lainnya untuk mengecek kelengkapan pakaian siswa dan ketepatan jam dating mereka ke sekolah. Selain itu pula nilai tambah yang saya peroleh setelah melaksanakan PPL yaitu kebijakan pengurangan plastik disekolah atau less plastic . Dimana ketika di ruang lingkup sekolahan tidak boleh ada plastik sekali pakai yang digunakan. Kebijakan ini sudah berjalan dengan baik contohnya siswa dilarang membeli botol air kemasan, siswa diharuskan membawa botol minum atau tumblr sendiri karena dalam setiap ruang kelas sudah tersedia air galon, kemudian dikantin sudah tidak menggunakan kantong kresek untuk membungkus makanan melainkan pakai kertas, kemudian sudah tidak ada sedotan plastik dikantin SMA Negeri 6 Semarang. Kebijakan ini sesuai dengan program SMA Negeri 6 Semarang yaitu sebagai sekolah Adiwiyata.