Anda di halaman 1dari 3

REFLEKSI ASESMEN FORMATIF

Di dalam kelas ketika menyampaikan materi tentu harapan setiap pendidik adalah nilai akhir
setiap anak didiknya. Maka diadakan pengujian dalam bentuk tulisan kemudian jika nilainya
diatas KKM berarti tuntas dalam menyampaikan materinya dan sebaliknya bila nilainya dibawah
KKM berarti materi yang disampaikan belum tuntas. Begitulah seterusnya, lantas yang jadi
pertanyaannya adalah apa yang menjadi tujuan pembelajaran bagi murid ? jawabnya yang
mungkin seharusnya apa murid membutuhkan dalam tujuan pembelajaran atau malah guru yang
pada umumnya justru guru yang lebih banyak menuntut tujuan dari pembelajaran tanpa
memahami kesulitan apa yang dialami anak didiknya. Apalagi dengan banyaknya tuntutan yang
berkembang tentang nilai yang menjadi sorotan masyarakat bahwa sekolah terbaik itu dari hasil
nilai terbaik, guru terbaik itu dari hasil nilai terbaik, juga murid terbaik itu dari nilai terbaik.
Inilah miskonsepsi yang pertama dari asesemen formatif, dampaknya pada anak adalah anak
cendrung stress, tidak percaya diri, sulit konsentrasi, cepat bosan dan akhirnya menjust guru dan
materi pelajarannya yang kurang menarik di mata mereka. Dari sisi pendidik juga merasakan hal
yang sama, guru cendrung kesulitan ketika menyikapi murid yang berbeda.

Setelah mengikuti modul pembelajaran di merdeka belajar secara daring saya mendapatkan
banyak pembelajaran yang menarik untuk disimak, terutama perhatian saya tertuju pada refleksi
asesmen formatif, secara mendalam saya mengikuti baru menyadari banyak hal yang harus
diperbaiki. Apa itu aseseman formatif ? bagaimana penerapannya ?siapa yang dituju ?dan apa
keuntungan yang didapat setelah diterapkan? Hingga bagaimana kaitannya dengan merdeka
belajar ? perubahan apa yang didapat setelah diterapkan dan banyak pertanyaan pokok lainnya.

Assesmen formatif merupakan assesmen yang bertujuan untuk mendapatkan informasi sehingga
guru bisa melakukan rencana tindak lanjut, monitoring dan koreksi mandiri terhadap proses
belajar. Untuk mencapai tujuan tersebut dan mendorong murid ikut menilai dirinya sendiri
memerlukan proses asesmen yang mendukung murid berkomitmen pada tujuan pembelajaran,
mandiri terhadap cara, serta memiliki kemampuan untuk terus melakukan refleksi terhadap
proses belajar.

Asesmen formatif juga berfungsi memahami posisi siswa dalam trajectory belajar: apa yang
dipahami dan belum dipahami, apa yang bisa dan belum bisa dilakukan. Hasilnya dipakai
sebagai umpan balik bagi siswa dan guru. Untuk memenuhi fungsi ini, asesmen harus bersifat
personal dan hasilnya segera diketahui. Secara praktis, asesmen formatif sebenarnya merupakan
bagian integral dari pengajaran (instruksi). Segala sesuatu yang dilakukan guru untuk memahami
kebutuhan belajar siswa dalam proses pengajaran dapat disebut sebagai asesmen formatif.

Pengalaman kami dalam melaksanakan formatif, asesmen formatif kami rancang agar dapat
mengukur tingkat pemahaman peserta didik terhadap suatu topik. Kemudian, hasil formatif akan
menentukan tindak lanjut yang akan diberikan kepada peserta didik: apakah peserta didik itu
dapat melanjutkan ke pembelajaran selanjutnya, memperdalam penguasaan materi, atau
mengulangi materi yang telah dipelajari.
Untuk menciptakan murid-murid merdeka belajar di SDS Islam Al-Furqon memerlukan proses
pembelajaran yang memfasilitasi karakter merdeka belajar. Dengan cara sebagai berikut ;

1. Membangun komitmen pada tujuan, seperti


- Menyuburkan motivasi internal
- Melibatkan murid menetapkan tujuan
- Menunjukan manfaat belajar
- Memberikan umpan balik yang kontruktif
- Menyediakan tantangan bertingkat dan bermakna
2. Membangun kemandirian belajar
- Meminta murid mencari informasi
- Memfasilitasi pengalaman sukses
- Membangun komunitas kelas yang positif
- Meminta murid memantau kemajuannya
- Melakukan diferensiasi pengajaran
3. Menumbuhkan kebiasaan refleksi
- Variasikan pertanyaan selama pembelajaran
- Dokumentasikan proses dan hasil belajar
- Melibatkan murid melakukan asesmen diri
- Sediakan waktu belajar tidak terstruktur
- Menunjukkan toleransi terhadap kekeliruan

Dari ketiga point diatas tentu saja tidak semua bisa diterapkan karena ada beberapa keadaan
murid dan fasilitas untuk disesuikan dan sangat penting adalah murid dapat :

1. Memahami tujuan belajarnya


2. Memberikan pendapat dan umpan balik yang kontruktif
3. Mendapat tantangan yang bertingkat / bermakna melalui tahapan
4. Terlibat aktif dalam pembelajaran dan berpikir melalui pertanyaan-pertanyaan
5. Terlibat aktif dalam mencari informasi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan
6. Menunjukan toleransi terhadap kekeliruan

Dan dari proses-proses diatas dapat dilihat bahwa cara 5M, membangun keberlanjutan,
sangat dominan dalam proses asesmen formatif untuk merdeka belajar disekolah kami.

Selanjutnya tantangan yang kami hadapi setelah menerapkan strategi diatas sebagai berikut :

1. Belum siapnya guru-guru lain terlibat didalamnya


2. Perlunya fasilitas yang mendorong tercapainya asesmen formatif itu untuk diterapkan
3. Belum terjalinnya komunikasi yang tepat untuk murid dan guru
4. Sebagian murid belum memahami tujuan merdeka belajar
5. Guru dan orangtua masih berorintasi dengan nilai dan materi
6. Berharap adanya tunjangan atau materi bagi guru-guru yang telah menerapknya
7. Kurangnya referensi dan inisiatif diantara murid dan guru yang kurang respek dengan
keadaan yang ada.
8. Tidak mau menerapkannya secara berkelanjutan karena tidak semua guru memakainya
9. Terjadi pembiaran dari kalangan guru dan orangtua terhadap miskonsepsi dan
mispersepsi pentingnya tujuan asesmen formatif bagi murid.
10. Masih mencoba cara lain sebagai jalan pintas demi tercapainya KKM.

Akhirnya aksi yang bisa kami terapkan agar tantangan diatas dapat teratasi, kami melakukan
agenda pengimbasan sehari bersama TIM GURU PENGGERAK MERDEKA BELAJAR SDS
ISLAM AL-FURQON dengan waktu yang telah disepakati bersama guru-guru disekolah kami
SDS Islam Al-Furqon TUBABA. Kegiatannya adalah Sosialisasi untuk penerapan 6 modul dan
terutama modul asesmen formatif . Dan diharapkan dapat menjadi penyemangat bagi guru-guru
dalam pengajaran dan menjadikan murid memiliki kemampuan memperbaiki kekurangan diri
dan menjadikan assesmen yang berkelanjutan sesuai tingkatannya.

Panaragan Jaya, 06 Oktober 2021

PENULIS

FREDI ANTONI

Anda mungkin juga menyukai