Anda di halaman 1dari 24

UJI KARAKTERISTIK FISIK EKSTRAK DAUN

KELOR (Moringa Oleifera L.) TERHADAP


FORMULASI SABUN PADAT MINYAK KELAPA
SAWIT

TUGAS AKHIR
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar sarjana
Program Studi Farmasi

oleh

Fariz Muhamad
NIM : 15416248201107

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS TEKNOLOGI DAN ILMU KOMPUTER
UNIVERSITAS BUANA PERJUANGAN KARAWANG
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Meningkatnya jumlah angka penduduk di Indonesia mengakibatkan
peningkatan akan kebutuhan sehari-hari. Salah satu kebutuhan keseharian yang
mengalami peningkatan adalah sabun.
Sabun merupakan campuran dari asam lemak dengan natrium yang
digunakan untuk pembersih tubuh sehari-hari, berbentuk padat, busa, dengan atau
tanpa zat tambahan lain, serta tidak menimbulkan iritasi kulit.
Sabun padat merupakan salah satu inovasi yang menjadikan sabun menjadi
lebih menarik. Sabun batang transparan memiliki busa yang lebih halus
dibandingkan dengan sabun yang mengandung SLS (sodium lauril sulfate), jauh
dari bakteri, limbah sabun lebih ramah lingkungan, harga terjangkau, serta banyak
keuntungan lainnya dari sabun padat (Astri,2015).
Minyak kelapa sawit mengandung senyawa asam palmitat yang cukup tinggi
yaitu sebesar 44.3% (Depperin, 2007). Fungsi asam palmitat ini dalam sabun untuk
kekerasan sabun serta menghasilkan busa yang lembut dan stabil, karena
kebanyakan orang beranggapan bahwa semakin banyak busa semakin dapat
membersihkan kotoran dengan baik.
Penambahan bahan lainnya dapat memaksimalkan maanfaat dari sabun padat.
Bahan lain yang digunakan dalam penelitian ini yaitu ekstrak daun kelor dan juga
minyak zaitun. Hal ini diketahui bahwa daun kelor (Moringa oleifera L.)
merupakan salah satu pohon sayuran hijau yang banyak tumbuh di Asia termasuk
di Indonesia seperti wilayah Jawa Barat. Bagian kelor yang telah diteliti
mengandung banyak manfaat bagi kesehatan tubuh adalah daunnya. Daun kelor
mengandung makro dan mikronutrien seperti protein, Fe, vitamin A, vitamin C dan
betakaroten, yang sesuai dengan intake harian yang dianjurkan WHO untuk
memenuhi kebutuhan gizi tubuh (Hasanah, 2017). Ekstrak daun kelor juga dapat
menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli dan Staphylococus aureus yang
dapat menyebabkan infeksi kulit pada manusia (Farimawali, 2016).

1
2

Dari pemaparan diatas penambahan daun kelor memiliki manfaat yang


banyak dalam penambahan zat aktif untuk formulasi sediaan sabun padat minyak
kelapa sawit karena selain daun kelor mudah didapatkan di daerah jawa, ekstrak
daun kelor juga dapat membunuh bakteri penyebab infeksi kulit seperti Escherichia
coli dan Staphylococus aureus (Farimawali, 2016).
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas peneliti memiliki masalah yaitu :
Adakah pengaruh ekstrak daun kelor terhadap sifat fisik (kadar air, pH, dan
stabilitas busa) dari formulasi sabun padat minyak kelapa sawit.
1.3. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh ekstrak daun kelor
terhadap sifat fisik (kadar air, pH, dan stabilitas busa) formulasi sabun padat minyak
kelapa sawit.
1.4. Jadwal Kegiatan
Rencana kegiatan yang akan dilakukan dalam pengerjaan Tugas Akhir
meliputi penyusunan proposal, pengumpulan bahan, pembuatan formulasi, dan
pengujian kualitas sabun dari hasil penelitian.
Pada penelitian ini saya menggunakan referensi yang dimuat atau dikutip dari
buku, jurnal papers penelitian berstandar issn, juga skripsi. Pembuatan formulasi
ini mengumpulkan data secara kualitatif dan kuantitatif, dengan metode penelitian
Eksperimental.
Tabel 1 : Jadwal Kegiatan
Bulan
bulan ke 1 bulan ke 2 bulan ke 3
Kegiatan Februari 2019 Maret 2019 April 2019
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Perencanaan
Persiapan
Pelaksanaan
Pelaporan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Daun Kelor (Moringa Oleifera L.)


Kelor (Moringa oleifera L.) merupakan tanaman yang berasal dari dataran
sepanjang sub Himalaya yaitu India, Pakistan, Bangladesh, dan Afghanistan. Kelor
termasuk jenis tumbuhan perdu berumur panjang berupa semak atau pohon dengan
ketinggian 7-12 meter. Batangnya berkayu (lignosus), tegak, berwarna putih kotor,
berkulit tipis dan mudah patah. Cabangnya jarang dengan arah percabangan tegak
atau miring serta cenderung tumbuh lurus dan memanjang (Tilong, 2012).
Daun kelor dapat dijadikan antibakteri alami sebagai alternatif sebagai
pengganti bahan sintesis dalam mencegah infeksi bakteri. Daun kelor dikenal
mempunyai berbagai senyawa yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri. Daun
kelor diketahui mengandung senyawa fitokimia seperti flavonoid, saponin, dan
tanin yang berperan sebagai antibakteri.
2.11 Klasifikasi Tanaman Daun Kelor
Adapun klasifikasi tanaman menurut Krisnadi (2015), adalah sebagai
berikut:
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub Divisio : Magnaliophyta
Classis : Dicotyledoneae
Ordo : Capparales
Familia : Moringaceae
Genus : Moringa
Spesies : Moringa oleifera L.

2.12 Morfologi Tanaman


Kelor adalah jenis tanaman monokotil dari familia moringaceae. Bagian-
bagian tanaman daun kelor banyak dimanfaatkan. Batang kayunya tegak dan
mempunyai akar yang kuat. Daunnya berbentuk bulat telur dengan ukuran kecil-
kecil tersusun majemuk dalam satu tangkai. Daun kelor dapat dipanen setelah

3
4

tanaman tumbuh 1.5 hingga 2 meter, yang biasanya memakan waktu 3 sampai 6
bulan ( Anastasia., 2017)
2.13 Kandungan Daun Kelor
Daun kelor merupakan salah satu bagian dari tanaman yang telah banyak di
teliti kandungan gizi dan kegunaannya. Daun kelo kaya akan nutrisi, diantaranya
kasium, besi, protein, vitamin A, vitamin C, dan vitamin B. selain itu, daun kelor
juga kaya akan asam askorbat, asam amino, sterol, glukosida isoquasertin, karoten
ramentin, kaemperol dan kaemferitin. Hasil analisis nutrisi yang di hasilkan oleh
Singh (2012), menunjukan adanya kandungan senyawa-senyawa berikut:
Tabel 2.1 Kandungan Daun kelor per 100 gr
Kandungan Jumlah
Protein 6.7 mg
Lemak 1.7 mg
Karbohidrat 13.47 mg
Serat 0.9 mg
Kalsium 440 mg
Fosfor 70 mg
Besi 7 mg

Daun kelor juga mengandung subtansi estrogenic dan pektin esterase. Asam
amino esensial yang terdapat dalam protein daun adalah :
Tabel 2.2 Kandungan Protein Daun Kelor Per 100 gr
Kandungan Jumlah
Agrinin 6 mg
Metionim 2 mg
Treonin 4.9 mg
Leusin 9.3 mg
Valin 7.1 mg

Penelitian daun kelor sebagai antioksidan oleh Fatimawali dkk. Tentang


“Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Kelor (Moringa Oleifera L.) Terhadap
Bakteri Escherichia coli dan Staphylococus Aureus. Mei 2016” dijelaskan bahwa
5

ekstrak daun kelor memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri Escherichia coli
dan staphylococcus aureus, dari hasil penelitian yang dilakukan didapat kadar
hambat minimum sebesar 12mm pada bakteri Escherichia coli dan 11mm pada
bakteri staphylococcus aureus.
2.2 Minyak Kelapa Sawit
Minyak kelapa sawit sering digunakan sebagai bahan baku minyak makan,
margarin, sabun, kosmetika, industri baja, kawat, radio, kulit serta industri farmasi.
Minyak kelapa sawit merupakan susunan dari fatty acids, esterified, serta glycerol
yang masih banyak lemaknya. Keduanya tinggi serta penuh akan fatty acids antara
50% dan 80% dari masing-masingnya. Minyak kelapa sawit mempunai 16 karbon
yang penuh asam lemak palmitat, juga berisikan, vitamin E, vitamin K, serta
magnesium (Yenny, 2010).
Berikut ini adalah tabel dari komposisi trigliserida dan tabel komposisi
asam lemak dari minyak kelapa sawit ( Nurhida, 2004).
Tabel 2.3 Komposisi Trigliserida dalam Minyak Kelapa Sawit
Trigliserida Jumlah ( % )
Tripaltimin 3–5
Dipalmito – Stearine 1–3
Oleo – Miristopalmitin 0–5
Oleo – Dipalmitin 21 – 43
Oleo – Palmitostearine 10 - 11
Palmito – Diolein 32 – 48
Linoleo – Diolein 3 – 12
Stearo – Diolein 0-6

Tabel 2.4 Komposisi Asam Lemak Minyak Kelapa Sawit


Asam Lemak Jumlah ( % )
Asam Kaprilat -
Asam Kaproat -
Asam Miristat 1.1 – 2.5
Asam Palmitat 40 – 46
Asam Stearat 3.6 – 4.7
6

Asam Oleat 30 – 45
Asam Laurat -
Asam Linoleat 7 - 11

2.3 Mekanisme Pembuatan Sabun


Saponifikasi merupakan proses hidrolisis basa terhadap lemak dan minyak,
dan reaksi saponifikasi bukan merupakan reaksi kesetimbangan. Hasil mula-mula
dari penyabunan adalah karboksilat karena campurannya bersifat basa. Setelah
campuran diasamkan, karboksilat berubah menjadi asam karboksilat. Reaksi
penyabunan disebut raksi saponifikasi.

Sifat – sifat sabun yaitu :


a. Sabun bersifat basa. Sabun adalah garam alkali dari asam lemak suku tinggi
sehingga akan dihidrolisis parsial oleh air. Karena itu larutan sabun dalam
air bersifat basa. CH3(CH2)16COONa + H2O → CH3(CH2)16COOH +
NaOH.
b. Sabun menghasilkan buih atau busa. Jika larutan sabun dalam air diaduk
maka akan menghasilkan buih, peristiwa ini tidak akan terjadi pada air
sadah. Dalam hal ini sabun dapat menghasilkan buih setelah garamgaram
Mg atau Ca dalam air mengendap. CH3(CH2)16COONa + CaSO4 →Na2SO4
+ Ca(CH2(CH2)16COO)2.
c. Sabun mempunyai sifat membersihkan. Sifat ini disebabkan proses kimia
koloid, sabun (garam natrium dari asam lemak) digunakan untuk mencuci
kotoran yang bersifat polar maupun non polar, karena sabun mempunyai
gugus polar dan non polar. Molekul sabun mempunyai rantai hidrogen
CH3(CH2)16 yang bertindak sebagai ekor yang bersifat hidrofobik (tidak
7

suka air) dan larut dalam zat organic sedangkan COONa+ sebagai kepala
yang bersifat hidrofilik (suka air) dan larut dalam air.
2.4 Analisis Sifat Fisik Sabun
Fisiko kimia adalah nama sifat yang mengacu ke sifat fisik dari sebuah
senyawa kimia. Hal ini berarti sifat sifat fisika dalam senyawa Kimia, bahasa
lainnya adalah sebuah ilmu mengenai mengenai sifat fisika di ilmu kimia. Dalam
penelitian in yang bertujuan untuk menganalisis sifat fisikokimia dari pengaruh
daun kelor dalam formulasi sabun mandi padat minyak kelapa sawit, adapun
pengujian yang akan dilakukan yaitu:

2.4.1 Uji pH
Menyesuaikan dengan syarat yang telah ditetapkan oleh SNI yaitu 7-11, pH
yang terlalu tinggi atau terlalu rendah dapat menyebabkan kerusakan pada lapisan
luar atau dalam bagian kulit.
pH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat
keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan. Ia didefinisikan sebagai
kologaritma aktivitas ion hidrogen (H+) yang terlarut. Koefisien aktivitas ion
hidrogen tidak dapat diukur secara eksperimental, sehingga nilainya didasarkan
pada perhitungan teoretis. Skala pH bukanlah skala absolut. Ia bersifat relatif
terhadap sekumpulan larutan standar yang pH-nya ditentukan berdasarkan
persetujuan internasional.
Konsep pH pertama kali diperkenalkan oleh kimiawan Denmark Søren Peder
Lauritz Sørensen pada tahun 1909. Tidaklah diketahui dengan pasti makna
singkatan "p" pada "pH". Beberapa rujukan mengisyaratkan bahwa p berasal dari
singkatan untuk power p (pangkat), yang lainnya merujuk kata bahasa Jerman
Potenz (yang juga berarti pangkat), dan ada pula yang merujuk pada kata potential.
(Antoni, 2017).
2.4.2 Uji Kadar Air
Penetapan kandungan air dapat dilakukan dengan beberapa cara. Hal ini
tergantung pada sifat bahannya. Pada umumnya penentuan kadar air dilakukan
dengan mengeringkan bahan dalam oven pada suhu 105 – 110°C selama 2 jam atau
sampai didapat berat yang konstan. Untuk bahan yang tidak tahan panas, seperti
8

bahan berkadar gula tinggi, minyak, daging, kecap dan lain-lain pemanasan
dilakukan dalam oven vakum dengan suhu yang lebih rendah (BSN, 2016).
2.4.3 Uji Stabilitas Busa
Tujuan uji stabilitas ini adalah untuk mengetahui stabilitas yang diukur
dengan tinggi busa dalam tabung reaksi dengan skala dengan rentan waktu tertentu
dan kemampuan surfaktan untuk menghasilkan busa. Menurunnya volume cairan
yang mengalir dari busa setelah rentan waktu tertentu setelah busa pecah dan
menghilang dinyatakan sebagai persen. Stabilitas busa dinyatakan sebagai
ketahanan suatu gelembung untuk mempertahankan ukuran dan atau pecahnya
lapisan film dari gelembung, untuk stabilitas busa setelah lima menit busa harus
mampu bertahan antara 60-70% dari volume awal (Dwi, 2013).
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Lokasi Penelitian


3.1.1 Jenis Penelitian
Sesuai dengan judul penelitian ini, maka penelitian ini termasuk metode
penelitian yang dilakukan secara eksperimental. Formulasi sediaan sabun padat
minyak kelapa sawit (Palm Oil) dan ekstrak daun kelor (Moringa oleifera L.).
Penelitian eksperimental adalah penelitian yang dimaksudkan untuk
mengetahui ada tidaknya akibat dari yang dikenakan pada subjek selidik. Dengan
kata lain penelitian eksperimen mencoba meneliti ada tidaknya hubungan sebab
akibat. Caranya adalah dengan membandingkan satu atau lebih kelompok
eksperimen yang diberi perlakuan dengan satu atau lebih kelompok pembanding
yang tidak menerima perlakuan (Gulo2015).
3.1.2 Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di laboratorium Formulasi Sediaan Solida dan Semi
Solida jurusan Farmasi ( S1 ) Fakultas Teknologi dan Informasi Universitas Buana
Perjuangan Karawang.
Penelitian dilaksanakan di laboratorium formulasi sediian solida dan semi
solida untuk melaksanakan proses pembuatan sabun padat berbasis dasar campuran
lemak dan ekstrak daun kelor (moringa oleifera L.).
3.2 Pendekatan Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan oleh penulis lebih mendekati kearah
penelitian dengan metode eksperimental. Seperti yang telah di jelaskan diatas,
metode eksperimental merupakan metode penelitian yang ingin mengetahui
hubungan sebab-akibat antara suatu variabel dengan variabel lainnya.
3.3 Sampel
Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah sampel dari bahan tanaman
yaitu daun kelor (Moringa oleifera L) juga minyak lemak yang terdiri dari minyak
kelapa sawit (Palm oil) dan minyak zaitun (Olea eurioaea).

8
3.4 Instrumen Penelitian
3.4.1 Alat
Alat yang di gunakan oven, autoklaf, penggaris, jarum ose, Erlenmeyer,
incubator, tabung reaksi, cawan petri, pipet ukur, beaker glass, batang pengaduk,
tangas air, gelas ukur, cawan uap.
3.4.2 Bahan
Dibuat 3 rancangan formula sabun yang akan digunakan dengan perbedaan
jumlah minyak kelapa sawit yang akan di gunakan, Formula 1, Formula 2 , Formula
3. (Sameng, 2013)
Formula Formula Formula Formula Formula Formula
Bahan Satuan 1 2 3 4 5 6
0% 2% 4% 3% 6% 5%
Ext Etanol. 1.5 3 2.5
Daun Kelor g 0 1 2
Minyak Sawit g 18 18 18 18 18 18
Minyak 10 10 10
Kelapa (vco) g 10 10 10
Minyak Zaitun g 6 6 6 6 6 6
NaoH g 4 4 4 4 4 4
Akuades g 12 12 12 12 12 12
Parfum mL qs qs qs qs qs qs
Cocamid DEA g 1 1 1 1 1 1

3.5 Teknik Pengolahan


3.5.1 Pengambilan sampel daun
Sampel daun kelor diambil dari. Daun yang diambil adalah daun yang segar.
3.5.2 Pengelolahan sampel
Daun kelor yang sudah dipetik si sortasi basah kemudian dipisahkan dari
kotoran yang terdapat pada sampel, lalu dicuci dengan air yang mengalir, lalu di
buat simplisia kering, setelah itu di bersihkan kembali dari kotoran yang terdapat
pada simplisia, lalu setelah kering sampel di serbukan menggunakan blender.
3.5.3 Ekstraksi Sampel
Sampel di ekstraksi dengan pelarut etanol 96%. Sampel daun kelor yang telah
kering ditimbang sebanyak 1kg dimasukan kedalam wadah maserasi, kemudian
ditambahkan etanol 96% sebanyak 10 liter hingga terendam seluruhnya. Wadah
maserasi ditutup dan di simpan selama 3x24 jam di tempat yang terlindung dari

11
matahari langsung. Selanjutnya disaring, dipisahkan dengan filtratnya. Ampas di
ekstraksi kembali dengan etanol 96% yang baru dengan jumlah yang sama. Ekstrak
yang diperoleh kemudian di uapkan dengan evaporator, hingga mendapat ekstrak
kental.
3.5.4 Pembuatan Sabun
Pembuatan sabun pertama NaOH ke dalam akuades ( 30% ) diaduk hingga
larut diletakan pada tempat yang tahan panas, kemudian minyak ( kelapa sawit,
zaitun, vco ) dibusakan dengan pengadukan penambahan cocamide DEA, kemudian
larutan NaOH 30% dicampur dengan larutan minyak tadi diaduk hingga merata,
kemudian ditambah ekstrak daun kelor dengan pelan-pelan dicampurkan ketika
larutan sudah mulai dingin. Ditunggu larutan mengental membentuk biang sabun
dan hentikan pengadukan, kemudian masukan parfum kedalam adonan dan dicetak.
3.6 Uji Parameter Mutu
Pengujian mutu sabun padat meliputi : uji sifat fisik. Sifat fisik yang diamati
yaitu pH, kadar air,dan stabilitas busa.
3.6.1 Uji Kadar Air
Prinsip uji kadar air yaitu pengukuran kekurangan bobot setelah pemanasan
pada suhu 105oC. dengan cara timbang cawan petri yang telah dikeringkan dalam
oven pada suhu 105oC selama 30 menit, timbang 5g sampel, panaskan pada suhu
105oC selama 1 jam, hingga bobot tetap.
3.6.2 Uji pH
Pengukuran nilai pH dilakukan dengan cara menggunakan pH meter pada
larutan sampel 10% yang dibuat dengan melarutkan 1 gram sampel dengan 9 ml
air. Pengukuran di lakukan pada suhu 25oC dengan cara mencelupkan elektroda pH
yang telah dibilas dengan air suling kedalam larutan sampel. Nilai pH ditentukan
setelah angka yang terbaca pada pH meter menjadi stabil. Pengukuran dilakukan
sebanyak 3 kali pengulangan.
3.6.3 Uji Stabilitas Busa
Uji stabilitas busa dilakukan dengan cara 1 gram sample dilarutkan dalam 9
ml air, dimasukan kedalam tabung reaksi, kemudian dikocok selama 30 detik. Busa
yang terbentuk diukur tingginya. Lalu sampel didiamkan selama 15 menit,
kemudian tinggi busanya diukur kembali setiap 5 menit.

12
3.7 Diagram Alir Penelitian

Pengambilan Sampel

Pembuatan Simplisia

Pembuatan Ekstrak

Pembuatan Sedian Sabun


Sampel 1, 2, 3, 4, 5

Pengujian Sediaan

13
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Sabun terdiri dari basis dan zat aktif. Pembuatan sabun diawali dengan
mencampurkan minyak kelapa sawit, minyak kelapa (VCO) dan minyak zaitun,
diaduk perlahan hingga homogen serta dipanaskan di atas tangas air hingga suhu
43oC. NaOH di cairkan dengan air karena dalam bentuk cair lebih mudah
bercampur dengan minyak, saat pencampuran NaOH harus menggunakan sarung
tangan, masker, kacamata karna larutan awalnya akan menjadi panas dan berbau
menyengat, yaitu cairan berwarna keruh yang lama kelamaan diaduk akan berubah
warna menjadi jernih. Setelah jernih diamkan pada suhu ruang dan tunggu hingga
suhunya 43oC. Lalu tambahkan minya yang suhunya sudah disamakan dengan
larutan NaOH sedikit demi sedikit, serta di aduk dengan cepat, hingga larutan yang
mulanya berwarna jernih menjadi keruh dan mengental. Pencampuran minyak dan
NaOH dilakukan terlebih dahulu karena kedua bahan tersebut berfungsi sebagai
basis sabun. Campuran tersebut diaduk pada suhu 43°C - 45°C ( minyak dan larutan
Naoh suhu sebisa mungkin disamakan ) agar reaksi penyabunan dapat berjalan
dengan baik, karena jika pengadukan dilakukan diatas suhu tersebut dapat
menyebabkan sediaan menjadi berbusa dan meluap, dan apabila dibawah suhu
tersebut akan menyebabkan sediaan menjadi tidak homogen. Pengadukan
dilakukan hingga terbentuk pasta ( Kental ), selanjutnya ditambahkan cocamide
sebagai pelembut busa, selanjutnya ditambahkan ekstrak daun kelor sebagai zat
aktif. Penambahan zat aktif dilakukan terakhir untuk menjaga stabilitas dan
homogenitas sediaan yang terbentuk, lalu diaduk hingga homogen dan dimasukkan
ke dalam cetakan lalu diamkan selama 24 jam. Setelah di diamkan 24jam
keluarkan dari cetakan, lalu di diamkan lagi selama 2 minggu – 1 bulan untuk
proses curing ( pengerasan ). Setelah proses curing sabun di uji sifat fisiknya yaitu
kadar air, pH, dan stabilitas busa.
4.1.1 Uji Kadar Air
Berdasarkan analisis keragaman diketahui bahwa kadar air sabun padat tidak
berbeda nyata terhadap perubahan konsentrasi ektrak daun kelor. Sabun dengan

14
penambahan ekstrak daun kelor 0; 1; 2; 3; 4; 5%, masing-masing mempunyai kadar
air 3.4%; 2.4%, 3.6%; 8%; 2.4%, 2.2%. bila dibandingkan dengan standar kadar air
menurut SNI yaitu maksimal 15%, sehingga sabun padat daun kelor tidak
melampaui ketentuan. Banyaknya air yang ditambahkan pada sabun akan
berpengaruh terhadap kelarutan. Semakin banyak air yang terkandung dalam sabun
maka sabun akan semakin mudah menyusut saat digunakan. Kadar air terbaik untuk
sabun sesuai ketentuan SNI adalah maksimal 15%. ( SNI 06-3532-1994 )
Pengujian dilakukan dengan oven pengering selama 2 jam secara bertahap
hingga bobo tetap dengan suhu 105oC, berikut adalah perhitungan dari hasil uji
kadar air :
𝑤1−𝑤2
Rumus kadar air adalah, kadar air = 𝑥100% , dimana :
𝑤

W1 = berat awal ( crusible + sample )


W2 = berat akhir ( crusible + sample )
W = berat sample
a. Formula 1
Berat crusibel kosong = 33.17 gr
Berat crusibel + Sample = 38.20 gr
Pengovenan 1 Jam = 38.05 gr
Pengovenan 2 Jam = 38.03 gr
𝑤1−𝑤2
Kadar air = 𝑥100%
𝑤
38.20 𝑔𝑟 −38.03 𝑔𝑟
Kadar air = 𝑥100%
5 𝑔𝑟

Kadar air = 3.4%


b. Formula 2
Berat crusibel kosong = 32.59 gr
Berat crusibel + Sample = 37.61 gr
Pengovenan 1 Jam = 37.49 gr
Pengovenan 2 Jam = 37.49 gr
𝑤1−𝑤2
Kadar air = 𝑥100%
𝑤
37.61 𝑔𝑟 −37.49 𝑔𝑟
Kadar air = 𝑥100%
5 𝑔𝑟

Kadar air = 2.4%

15
c. Formula 3
Berat crusibel kosong = 32.71 gr
Berat crusibel + Sample = 37.73 gr
Pengovenan 1 Jam = 37.61 gr
Pengovenan 2 Jam = 37.55 gr
𝑤1−𝑤2
Kadar air = 𝑥100%
𝑤
37.73 𝑔𝑟 −37.55 𝑔𝑟
Kadar air = 𝑥100%
5 𝑔𝑟

Kadar air = 3.6%


d. Formula 4
Berat crusibel kosong = 32.30 gr
Berat crusibel + Sample = 37.32 gr
Pengovenan 1 Jam = 37.24 gr
Pengovenan 2 Jam = 37.24 gr
𝑤1−𝑤2
Kadar air = 𝑥100%
𝑤
37.32 𝑔𝑟 −37.24 𝑔𝑟
Kadar air = 𝑥100%
5 𝑔𝑟

Kadar air = 8%
e. Formula 5
Berat crusibel kosong = 32.95 gr
Berat crusibel + Sample = 37.98 gr
Pengovenan 1 Jam = 37.88 gr
Pengovenan 2 Jam = 37.86 gr
𝑤1−𝑤2
Kadar air = 𝑥100%
𝑤
37.98 𝑔𝑟 −37.86 𝑔𝑟
Kadar air = 𝑥100%
5 𝑔𝑟

Kadar air = 2.4%


f. Formula 6
Berat crusibel kosong = 32.66 gr
Berat crusibel + Sample = 37.69 gr
Pengovenan 1 Jam = 37.60 gr
Pengovenan 2 Jam = 37.58 gr
𝑤1−𝑤2
Kadar air = 𝑥100%
𝑤

16
37.69 𝑔𝑟 −37.58 𝑔𝑟
Kadar air = 𝑥100%
5 𝑔𝑟

Kadar air = 2.2%


Tabel 4.1 Hasil Uji Kadar Air

Formula Kadar Air Maksimal


F1 = 0 gr ekstrak 3.40% 15%
F2 = 1 gr ekstrak 2.40% 15%
F3 = 2 gr ekstrak 3.60% 15%
F4 = 1.5 gr ekstrak 8% 15%
F5 = 3 gr ekstrak 2.40% 15%
F6 = 2.5 gr ekstrak 2.20% 15%

Hasil Uji Kadar Air


16.00%
14.00%
12.00%
10.00%
8.00%
6.00%
4.00%
2.00%
0.00%
F1 = 0 gr F2 = 1 gr F3 = 2 gr F4 = 1.5 gr F5 = 3 gr F6 = 2.5 gr
ekstrak ekstrak ekstrak ekstrak ekstrak ekstrak

Kadar Air Maksimal

Gambar 4.1 Hasil Uji Kadar Air


4.1.2 Uji pH
pH merupakan nilai yang menunjukkan derajat keasaman suatu bahan.
Derajat keasaman (pH) merupakan parameter penting pada produk kosmetik,
karena pH dapat mempengaruhi daya absorpsi kulit. Berdasarkan hasil penelitian
nilai pH sabun F1;F2;F3;F4;F5;F6 yaitu 10; 9.91; 9.7; 9.97; 9.87; 9.94. Nilai pH
sabun yang dihasilkan telah memenuhi persyaratan SNI. Menurut SNI 1996, pH
sabun cair standar yang telah ditetapkan yakni 8-11 (SNI, 1996). Secara umum,
produk sabun memiliki pH yang cenderung basa, hal ini dikarenakan bahan dasar
penyusun sabun cair teresebut yaitu NaOH yang bersifat basa kuat. Nilai pH sabun
yang terlalu rendah dapat menyebabkan peningkatan daya absorbsi sabun pada kulit

17
sehingga dapat menyebabkan iritasi pada kulit, sedangkan nilai pH yang terlalu
tinggi juga dapat menyebabkan iritasi pada kulit (Hernani, 2010).
Tabel 4.2 Hasil Uji pH

Formula pH pH Maksimal
F1 = 0 gr ekstrak 10.00 11.00
F2 = 1 gr ekstrak 9.91 11.00
F3 = 2 gr ekstrak 9.70 11.00
F4 = 1.5 gr ekstrak 9.97 11.00
F5 = 3 gr ekstrak 9.87 11.00
F6 = 2.5 gr ekstrak 9.94 11.00

Hasil Uji pH
11.50

11.00

10.50

10.00

9.50

9.00
F1 = 0 gr F2 = 1 gr F3 = 2 gr F4 = 1.5 gr F5 = 3 gr F6 = 2.5 gr
ekstrak ekstrak ekstrak ekstrak ekstrak ekstrak

pH pH Maksimal

Gambar 4.3 Hasil Uji pH


4.1.3 Uji Stabilitas Busa
Busa merupakan salah satu parameter yang paling penting dalam
menentukan mutu produk-produk kosmetik terutama sabun. Tujuan pengujian busa
untuk melihat daya busa dari sabun cair. Busa yang stabil dalam waktu lama lebih
diinginkan karena busa dapat membantu membersihkan tubuh (Pradipto, 2009).
Tinggi busa diukur setiap 5 menit selama 15 menit berturut-turut untuk mengamati
konsistensi keberadaan busa. Tinggi busa sampel yang diperoleh berturut-turut
setelah menit ke-5, 10 dan 15.
a. Formula 1
1 gr Sample + 9 ml air 0 menit = 8.8 cm
5 menit = 8.7 cm

18
10 menit = 8.7 cm
15 menit = 8.7cm

𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝐴𝑘ℎ𝑖𝑟
Stabilitias Busa = 𝑥100%
𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝐴𝑤𝑎𝑙
8.7 𝑐𝑚
Stabilitas Busa = 8.8 𝑐𝑚 𝑥100%

Stabilitas Busa = 98.8%


b. Formula 2
1 gr Sample + 9 ml air 0 menit = 9.4 cm
5 menit = 9.3 cm
10 menit = 9.3 cm
15 menit = 9.1 cm

𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝐴𝑘ℎ𝑖𝑟
Stabilitias Busa = 𝑥100%
𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝐴𝑤𝑎𝑙
9.1 𝑐𝑚
Stabilitas Busa = 9.4 𝑐𝑚 𝑥100%

Stabilitas Busa = 96.8%


c. Formula 3
1 gr Sample + 9 ml air 0 menit = 9.4 cm
5 menit = 9.3 cm
10 menit = 9.1 cm
15 menit = 9 cm

𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝐴𝑘ℎ𝑖𝑟
Stabilitias Busa = 𝑥100%
𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝐴𝑤𝑎𝑙
9 𝑐𝑚
Stabilitas Busa = 9.4 𝑐𝑚 𝑥100%

Stabilitas Busa = 95.7%


d. Formula 4
1 gr Sample + 9 ml air 0 menit = 10 cm
5 menit = 9.8 cm
10 menit = 9.6 cm
15 menit = 9.5 cm

19
𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝐴𝑘ℎ𝑖𝑟
Stabilitias Busa = 𝑥100%
𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝐴𝑤𝑎𝑙
9.5 𝑐𝑚
Stabilitas Busa = 𝑥100%
10 𝑐𝑚

Stabilitas Busa = 95%


e. Formula 5
1 gr Sample + 9 ml air 0 menit = 9.3 cm
5 menit = 9.2 cm
10 menit = 9.1 cm
15 menit = 9 cm

𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝐴𝑘ℎ𝑖𝑟
Stabilitias Busa = 𝑥100%
𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝐴𝑤𝑎𝑙
9 𝑐𝑚
Stabilitas Busa = 9.3 𝑐𝑚 𝑥100%

Stabilitas Busa = 96.7%


f. Formula 6
1 gr Sample + 9 ml air 0 menit = 8.9 cm
5 menit = 8.8 cm
10 menit = 8.7 cm
15 menit = 8.6 cm

𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝐴𝑘ℎ𝑖𝑟
Stabilitias Busa = 𝑥100%
𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝐴𝑤𝑎𝑙
8.6 𝑐𝑚
Stabilitas Busa = 8.9 𝑐𝑚 𝑥100%

Stabilitas Busa = 96.6%

Tabel 4.4 Hasil Uji Stabilitas Busa

Formula Stabilitas Busa Standar


F1 = 0 gr ekstrak 99% > 70%
F2 = 1 gr ekstrak 96.80% > 70%
F3 = 2 gr ekstrak 95.70% > 70%
F4 = 1.5 gr ekstrak 95% > 70%
F5 = 3 gr ekstrak 96.70% > 70%
F6 = 2.5 gr ekstrak 96.60% > 70%

20
Hasil Uji Stabilitas Busa
120%

100%

80%

60%

40%

20%

0%
F1 = 0 gr F2 = 1 gr F3 = 2 gr F4 = 1.5 gr F5 = 3 gr F6 = 2.5 gr
ekstrak ekstrak ekstrak ekstrak ekstrak ekstrak

Stabilitas Busa Standar Minimal

Gambar 4.4 Hasil Uji Stabilitas Busa

21
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Pengaruh dari penambahan ekstrak daun kelor terhadap sifat fisik dari
formulasi sabun padat minyak kelapa sawit tidak terlalu berpengaruh terhadap
perubahan kadar air, pH, dan stabilitas busa. Adapun yang cukup berpengaruh yaitu
warna dari sabun, yang mulanya putih menjadi hijau kehitaman.
Pada sampel pembanding (F1) memiliki kadar air;pH;dan stabilitas busa yaitu
3.4% ; 10.00 ; 98.8%, sampel F2 2.4% ; 9.91 ; 96.8%, sampel F3 3.6% ; 9.7 ; 95.7%,
sampel F4 8% ; 9.97 ; 95%, sampel F5 2.4% ; 9.87 ; 96.7%, sampel F6 2.2% ; 9.94
; 96.6%. Ekstrak daun kelor tidak memiliki pengaruh yang berarti dalam sifat fisik
tersebut, namun semakin banyak ekstrak daun kelor yang di tambahkan semakin
gelap pula warna sabun.

5.2 Saran
Dibutuhkan pengadukan yang cepat pada saat pembuatan sabun, maka dari
itu bisa menggunakan hand mixer ataupun magnetic stirrer untuk mempermudah
pengadukan. Untuk peneliti selanjutnya diperlukan adanya penelitian dengan
metode lainnya.

22
DAFTAR PUSTAKA

Asri Widyasanti. 2016. Pembuatan sabun padat transparan menggunakan minyak


kelapa sawit (palm Oil) dengan penambahan bahan aktif ekstrak the putih
(Camelia sinensis). 5(3): 125-136.
Fatimawali. 2016. Uji aktivitas antibakteri daun kelor (Moringa oleifera L.)
terhadap bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus. 5(2): 1-10.
Badan Standarisasi Nasional., 2016.Standar Mutu Sabun Mandi. SNI 06-3532-
2016
Nining Riana Sari. 2015. Pengaruh masker jagung dan minyak zaitun terhadap
perawatan kulit wajah. Skripsi. Semarang: Universitas Negri Semarang
Anastasia. 2017. Pengaruh Variasi Konsentrasi Sari Daun Kelor Terhadap Hasil
Uji Organoleptik Dan Kandungan Vitamin A Pada Yogurt Susu Sapi .
Skripsi. Yogyakarta: Universitas Sanata Darma
Yenny Kasim. 2010. Pembuatan Sabun Dari Minyak Sawit. Makalah.

23

Anda mungkin juga menyukai