TUGAS AKHIR
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar sarjana
Program Studi Farmasi
oleh
Fariz Muhamad
NIM : 15416248201107
1
2
3
4
tanaman tumbuh 1.5 hingga 2 meter, yang biasanya memakan waktu 3 sampai 6
bulan ( Anastasia., 2017)
2.13 Kandungan Daun Kelor
Daun kelor merupakan salah satu bagian dari tanaman yang telah banyak di
teliti kandungan gizi dan kegunaannya. Daun kelo kaya akan nutrisi, diantaranya
kasium, besi, protein, vitamin A, vitamin C, dan vitamin B. selain itu, daun kelor
juga kaya akan asam askorbat, asam amino, sterol, glukosida isoquasertin, karoten
ramentin, kaemperol dan kaemferitin. Hasil analisis nutrisi yang di hasilkan oleh
Singh (2012), menunjukan adanya kandungan senyawa-senyawa berikut:
Tabel 2.1 Kandungan Daun kelor per 100 gr
Kandungan Jumlah
Protein 6.7 mg
Lemak 1.7 mg
Karbohidrat 13.47 mg
Serat 0.9 mg
Kalsium 440 mg
Fosfor 70 mg
Besi 7 mg
Daun kelor juga mengandung subtansi estrogenic dan pektin esterase. Asam
amino esensial yang terdapat dalam protein daun adalah :
Tabel 2.2 Kandungan Protein Daun Kelor Per 100 gr
Kandungan Jumlah
Agrinin 6 mg
Metionim 2 mg
Treonin 4.9 mg
Leusin 9.3 mg
Valin 7.1 mg
ekstrak daun kelor memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri Escherichia coli
dan staphylococcus aureus, dari hasil penelitian yang dilakukan didapat kadar
hambat minimum sebesar 12mm pada bakteri Escherichia coli dan 11mm pada
bakteri staphylococcus aureus.
2.2 Minyak Kelapa Sawit
Minyak kelapa sawit sering digunakan sebagai bahan baku minyak makan,
margarin, sabun, kosmetika, industri baja, kawat, radio, kulit serta industri farmasi.
Minyak kelapa sawit merupakan susunan dari fatty acids, esterified, serta glycerol
yang masih banyak lemaknya. Keduanya tinggi serta penuh akan fatty acids antara
50% dan 80% dari masing-masingnya. Minyak kelapa sawit mempunai 16 karbon
yang penuh asam lemak palmitat, juga berisikan, vitamin E, vitamin K, serta
magnesium (Yenny, 2010).
Berikut ini adalah tabel dari komposisi trigliserida dan tabel komposisi
asam lemak dari minyak kelapa sawit ( Nurhida, 2004).
Tabel 2.3 Komposisi Trigliserida dalam Minyak Kelapa Sawit
Trigliserida Jumlah ( % )
Tripaltimin 3–5
Dipalmito – Stearine 1–3
Oleo – Miristopalmitin 0–5
Oleo – Dipalmitin 21 – 43
Oleo – Palmitostearine 10 - 11
Palmito – Diolein 32 – 48
Linoleo – Diolein 3 – 12
Stearo – Diolein 0-6
Asam Oleat 30 – 45
Asam Laurat -
Asam Linoleat 7 - 11
suka air) dan larut dalam zat organic sedangkan COONa+ sebagai kepala
yang bersifat hidrofilik (suka air) dan larut dalam air.
2.4 Analisis Sifat Fisik Sabun
Fisiko kimia adalah nama sifat yang mengacu ke sifat fisik dari sebuah
senyawa kimia. Hal ini berarti sifat sifat fisika dalam senyawa Kimia, bahasa
lainnya adalah sebuah ilmu mengenai mengenai sifat fisika di ilmu kimia. Dalam
penelitian in yang bertujuan untuk menganalisis sifat fisikokimia dari pengaruh
daun kelor dalam formulasi sabun mandi padat minyak kelapa sawit, adapun
pengujian yang akan dilakukan yaitu:
2.4.1 Uji pH
Menyesuaikan dengan syarat yang telah ditetapkan oleh SNI yaitu 7-11, pH
yang terlalu tinggi atau terlalu rendah dapat menyebabkan kerusakan pada lapisan
luar atau dalam bagian kulit.
pH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat
keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan. Ia didefinisikan sebagai
kologaritma aktivitas ion hidrogen (H+) yang terlarut. Koefisien aktivitas ion
hidrogen tidak dapat diukur secara eksperimental, sehingga nilainya didasarkan
pada perhitungan teoretis. Skala pH bukanlah skala absolut. Ia bersifat relatif
terhadap sekumpulan larutan standar yang pH-nya ditentukan berdasarkan
persetujuan internasional.
Konsep pH pertama kali diperkenalkan oleh kimiawan Denmark Søren Peder
Lauritz Sørensen pada tahun 1909. Tidaklah diketahui dengan pasti makna
singkatan "p" pada "pH". Beberapa rujukan mengisyaratkan bahwa p berasal dari
singkatan untuk power p (pangkat), yang lainnya merujuk kata bahasa Jerman
Potenz (yang juga berarti pangkat), dan ada pula yang merujuk pada kata potential.
(Antoni, 2017).
2.4.2 Uji Kadar Air
Penetapan kandungan air dapat dilakukan dengan beberapa cara. Hal ini
tergantung pada sifat bahannya. Pada umumnya penentuan kadar air dilakukan
dengan mengeringkan bahan dalam oven pada suhu 105 – 110°C selama 2 jam atau
sampai didapat berat yang konstan. Untuk bahan yang tidak tahan panas, seperti
8
bahan berkadar gula tinggi, minyak, daging, kecap dan lain-lain pemanasan
dilakukan dalam oven vakum dengan suhu yang lebih rendah (BSN, 2016).
2.4.3 Uji Stabilitas Busa
Tujuan uji stabilitas ini adalah untuk mengetahui stabilitas yang diukur
dengan tinggi busa dalam tabung reaksi dengan skala dengan rentan waktu tertentu
dan kemampuan surfaktan untuk menghasilkan busa. Menurunnya volume cairan
yang mengalir dari busa setelah rentan waktu tertentu setelah busa pecah dan
menghilang dinyatakan sebagai persen. Stabilitas busa dinyatakan sebagai
ketahanan suatu gelembung untuk mempertahankan ukuran dan atau pecahnya
lapisan film dari gelembung, untuk stabilitas busa setelah lima menit busa harus
mampu bertahan antara 60-70% dari volume awal (Dwi, 2013).
BAB III
METODE PENELITIAN
8
3.4 Instrumen Penelitian
3.4.1 Alat
Alat yang di gunakan oven, autoklaf, penggaris, jarum ose, Erlenmeyer,
incubator, tabung reaksi, cawan petri, pipet ukur, beaker glass, batang pengaduk,
tangas air, gelas ukur, cawan uap.
3.4.2 Bahan
Dibuat 3 rancangan formula sabun yang akan digunakan dengan perbedaan
jumlah minyak kelapa sawit yang akan di gunakan, Formula 1, Formula 2 , Formula
3. (Sameng, 2013)
Formula Formula Formula Formula Formula Formula
Bahan Satuan 1 2 3 4 5 6
0% 2% 4% 3% 6% 5%
Ext Etanol. 1.5 3 2.5
Daun Kelor g 0 1 2
Minyak Sawit g 18 18 18 18 18 18
Minyak 10 10 10
Kelapa (vco) g 10 10 10
Minyak Zaitun g 6 6 6 6 6 6
NaoH g 4 4 4 4 4 4
Akuades g 12 12 12 12 12 12
Parfum mL qs qs qs qs qs qs
Cocamid DEA g 1 1 1 1 1 1
11
matahari langsung. Selanjutnya disaring, dipisahkan dengan filtratnya. Ampas di
ekstraksi kembali dengan etanol 96% yang baru dengan jumlah yang sama. Ekstrak
yang diperoleh kemudian di uapkan dengan evaporator, hingga mendapat ekstrak
kental.
3.5.4 Pembuatan Sabun
Pembuatan sabun pertama NaOH ke dalam akuades ( 30% ) diaduk hingga
larut diletakan pada tempat yang tahan panas, kemudian minyak ( kelapa sawit,
zaitun, vco ) dibusakan dengan pengadukan penambahan cocamide DEA, kemudian
larutan NaOH 30% dicampur dengan larutan minyak tadi diaduk hingga merata,
kemudian ditambah ekstrak daun kelor dengan pelan-pelan dicampurkan ketika
larutan sudah mulai dingin. Ditunggu larutan mengental membentuk biang sabun
dan hentikan pengadukan, kemudian masukan parfum kedalam adonan dan dicetak.
3.6 Uji Parameter Mutu
Pengujian mutu sabun padat meliputi : uji sifat fisik. Sifat fisik yang diamati
yaitu pH, kadar air,dan stabilitas busa.
3.6.1 Uji Kadar Air
Prinsip uji kadar air yaitu pengukuran kekurangan bobot setelah pemanasan
pada suhu 105oC. dengan cara timbang cawan petri yang telah dikeringkan dalam
oven pada suhu 105oC selama 30 menit, timbang 5g sampel, panaskan pada suhu
105oC selama 1 jam, hingga bobot tetap.
3.6.2 Uji pH
Pengukuran nilai pH dilakukan dengan cara menggunakan pH meter pada
larutan sampel 10% yang dibuat dengan melarutkan 1 gram sampel dengan 9 ml
air. Pengukuran di lakukan pada suhu 25oC dengan cara mencelupkan elektroda pH
yang telah dibilas dengan air suling kedalam larutan sampel. Nilai pH ditentukan
setelah angka yang terbaca pada pH meter menjadi stabil. Pengukuran dilakukan
sebanyak 3 kali pengulangan.
3.6.3 Uji Stabilitas Busa
Uji stabilitas busa dilakukan dengan cara 1 gram sample dilarutkan dalam 9
ml air, dimasukan kedalam tabung reaksi, kemudian dikocok selama 30 detik. Busa
yang terbentuk diukur tingginya. Lalu sampel didiamkan selama 15 menit,
kemudian tinggi busanya diukur kembali setiap 5 menit.
12
3.7 Diagram Alir Penelitian
Pengambilan Sampel
Pembuatan Simplisia
Pembuatan Ekstrak
Pengujian Sediaan
13
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Sabun terdiri dari basis dan zat aktif. Pembuatan sabun diawali dengan
mencampurkan minyak kelapa sawit, minyak kelapa (VCO) dan minyak zaitun,
diaduk perlahan hingga homogen serta dipanaskan di atas tangas air hingga suhu
43oC. NaOH di cairkan dengan air karena dalam bentuk cair lebih mudah
bercampur dengan minyak, saat pencampuran NaOH harus menggunakan sarung
tangan, masker, kacamata karna larutan awalnya akan menjadi panas dan berbau
menyengat, yaitu cairan berwarna keruh yang lama kelamaan diaduk akan berubah
warna menjadi jernih. Setelah jernih diamkan pada suhu ruang dan tunggu hingga
suhunya 43oC. Lalu tambahkan minya yang suhunya sudah disamakan dengan
larutan NaOH sedikit demi sedikit, serta di aduk dengan cepat, hingga larutan yang
mulanya berwarna jernih menjadi keruh dan mengental. Pencampuran minyak dan
NaOH dilakukan terlebih dahulu karena kedua bahan tersebut berfungsi sebagai
basis sabun. Campuran tersebut diaduk pada suhu 43°C - 45°C ( minyak dan larutan
Naoh suhu sebisa mungkin disamakan ) agar reaksi penyabunan dapat berjalan
dengan baik, karena jika pengadukan dilakukan diatas suhu tersebut dapat
menyebabkan sediaan menjadi berbusa dan meluap, dan apabila dibawah suhu
tersebut akan menyebabkan sediaan menjadi tidak homogen. Pengadukan
dilakukan hingga terbentuk pasta ( Kental ), selanjutnya ditambahkan cocamide
sebagai pelembut busa, selanjutnya ditambahkan ekstrak daun kelor sebagai zat
aktif. Penambahan zat aktif dilakukan terakhir untuk menjaga stabilitas dan
homogenitas sediaan yang terbentuk, lalu diaduk hingga homogen dan dimasukkan
ke dalam cetakan lalu diamkan selama 24 jam. Setelah di diamkan 24jam
keluarkan dari cetakan, lalu di diamkan lagi selama 2 minggu – 1 bulan untuk
proses curing ( pengerasan ). Setelah proses curing sabun di uji sifat fisiknya yaitu
kadar air, pH, dan stabilitas busa.
4.1.1 Uji Kadar Air
Berdasarkan analisis keragaman diketahui bahwa kadar air sabun padat tidak
berbeda nyata terhadap perubahan konsentrasi ektrak daun kelor. Sabun dengan
14
penambahan ekstrak daun kelor 0; 1; 2; 3; 4; 5%, masing-masing mempunyai kadar
air 3.4%; 2.4%, 3.6%; 8%; 2.4%, 2.2%. bila dibandingkan dengan standar kadar air
menurut SNI yaitu maksimal 15%, sehingga sabun padat daun kelor tidak
melampaui ketentuan. Banyaknya air yang ditambahkan pada sabun akan
berpengaruh terhadap kelarutan. Semakin banyak air yang terkandung dalam sabun
maka sabun akan semakin mudah menyusut saat digunakan. Kadar air terbaik untuk
sabun sesuai ketentuan SNI adalah maksimal 15%. ( SNI 06-3532-1994 )
Pengujian dilakukan dengan oven pengering selama 2 jam secara bertahap
hingga bobo tetap dengan suhu 105oC, berikut adalah perhitungan dari hasil uji
kadar air :
𝑤1−𝑤2
Rumus kadar air adalah, kadar air = 𝑥100% , dimana :
𝑤
15
c. Formula 3
Berat crusibel kosong = 32.71 gr
Berat crusibel + Sample = 37.73 gr
Pengovenan 1 Jam = 37.61 gr
Pengovenan 2 Jam = 37.55 gr
𝑤1−𝑤2
Kadar air = 𝑥100%
𝑤
37.73 𝑔𝑟 −37.55 𝑔𝑟
Kadar air = 𝑥100%
5 𝑔𝑟
Kadar air = 8%
e. Formula 5
Berat crusibel kosong = 32.95 gr
Berat crusibel + Sample = 37.98 gr
Pengovenan 1 Jam = 37.88 gr
Pengovenan 2 Jam = 37.86 gr
𝑤1−𝑤2
Kadar air = 𝑥100%
𝑤
37.98 𝑔𝑟 −37.86 𝑔𝑟
Kadar air = 𝑥100%
5 𝑔𝑟
16
37.69 𝑔𝑟 −37.58 𝑔𝑟
Kadar air = 𝑥100%
5 𝑔𝑟
17
sehingga dapat menyebabkan iritasi pada kulit, sedangkan nilai pH yang terlalu
tinggi juga dapat menyebabkan iritasi pada kulit (Hernani, 2010).
Tabel 4.2 Hasil Uji pH
Formula pH pH Maksimal
F1 = 0 gr ekstrak 10.00 11.00
F2 = 1 gr ekstrak 9.91 11.00
F3 = 2 gr ekstrak 9.70 11.00
F4 = 1.5 gr ekstrak 9.97 11.00
F5 = 3 gr ekstrak 9.87 11.00
F6 = 2.5 gr ekstrak 9.94 11.00
Hasil Uji pH
11.50
11.00
10.50
10.00
9.50
9.00
F1 = 0 gr F2 = 1 gr F3 = 2 gr F4 = 1.5 gr F5 = 3 gr F6 = 2.5 gr
ekstrak ekstrak ekstrak ekstrak ekstrak ekstrak
pH pH Maksimal
18
10 menit = 8.7 cm
15 menit = 8.7cm
𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝐴𝑘ℎ𝑖𝑟
Stabilitias Busa = 𝑥100%
𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝐴𝑤𝑎𝑙
8.7 𝑐𝑚
Stabilitas Busa = 8.8 𝑐𝑚 𝑥100%
𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝐴𝑘ℎ𝑖𝑟
Stabilitias Busa = 𝑥100%
𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝐴𝑤𝑎𝑙
9.1 𝑐𝑚
Stabilitas Busa = 9.4 𝑐𝑚 𝑥100%
𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝐴𝑘ℎ𝑖𝑟
Stabilitias Busa = 𝑥100%
𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝐴𝑤𝑎𝑙
9 𝑐𝑚
Stabilitas Busa = 9.4 𝑐𝑚 𝑥100%
19
𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝐴𝑘ℎ𝑖𝑟
Stabilitias Busa = 𝑥100%
𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝐴𝑤𝑎𝑙
9.5 𝑐𝑚
Stabilitas Busa = 𝑥100%
10 𝑐𝑚
𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝐴𝑘ℎ𝑖𝑟
Stabilitias Busa = 𝑥100%
𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝐴𝑤𝑎𝑙
9 𝑐𝑚
Stabilitas Busa = 9.3 𝑐𝑚 𝑥100%
𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝐴𝑘ℎ𝑖𝑟
Stabilitias Busa = 𝑥100%
𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝐴𝑤𝑎𝑙
8.6 𝑐𝑚
Stabilitas Busa = 8.9 𝑐𝑚 𝑥100%
20
Hasil Uji Stabilitas Busa
120%
100%
80%
60%
40%
20%
0%
F1 = 0 gr F2 = 1 gr F3 = 2 gr F4 = 1.5 gr F5 = 3 gr F6 = 2.5 gr
ekstrak ekstrak ekstrak ekstrak ekstrak ekstrak
21
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Pengaruh dari penambahan ekstrak daun kelor terhadap sifat fisik dari
formulasi sabun padat minyak kelapa sawit tidak terlalu berpengaruh terhadap
perubahan kadar air, pH, dan stabilitas busa. Adapun yang cukup berpengaruh yaitu
warna dari sabun, yang mulanya putih menjadi hijau kehitaman.
Pada sampel pembanding (F1) memiliki kadar air;pH;dan stabilitas busa yaitu
3.4% ; 10.00 ; 98.8%, sampel F2 2.4% ; 9.91 ; 96.8%, sampel F3 3.6% ; 9.7 ; 95.7%,
sampel F4 8% ; 9.97 ; 95%, sampel F5 2.4% ; 9.87 ; 96.7%, sampel F6 2.2% ; 9.94
; 96.6%. Ekstrak daun kelor tidak memiliki pengaruh yang berarti dalam sifat fisik
tersebut, namun semakin banyak ekstrak daun kelor yang di tambahkan semakin
gelap pula warna sabun.
5.2 Saran
Dibutuhkan pengadukan yang cepat pada saat pembuatan sabun, maka dari
itu bisa menggunakan hand mixer ataupun magnetic stirrer untuk mempermudah
pengadukan. Untuk peneliti selanjutnya diperlukan adanya penelitian dengan
metode lainnya.
22
DAFTAR PUSTAKA
23