Anda di halaman 1dari 23

MODUL 1

HIPERLIPIDEMIA
A. Definisi Penyakit
Hiperlipidemia merupakan suatu keadaan dimana terjadi peningkatan kadar
kolesterol dengan atau tanpa peningkatan kadar trigliserida dalam darah.
Hiperlipidemia atau hiperkolesterolemia termasuk salah satu abnormalitas fraksi lipid
dalam darah atau lebih dikenal dengan dislipidemia. Pada dyslipidemia terdapat
kenaikan kadar Low Density Lipoprotein (LDL) dan penurunan kadar High Density
Lipoprotein (HDL), sedangkan pada hiperlipidemia hanya terdapat kenaikan LDL
tanpa penurunan kadar HDL.
Dislipidemia didefinisikan sebagai peningkatan kolesterol total, lipoprotein
tingkat rendah (LDL) kolesterol, atau trigliserida; lipoprotein dengan densitas rendah
rendah (HDL) kolesterol; atau kombinasi kelainan ini. Hiperlipoproteinemia
menggambarkan peningkatan konsentrasi makromolekul lipoprotein yang
mengangkut lipid dalam plasma. Kelainan plasma Lipid dapat menyebabkan
predisposisi pada koroner, serebrovaskular, dan penyakit arteri vaskular perifer.
(Dipro 7th Edition, 2008).
B. Patofisiologi Penyakit
1. Kolesterol, trigliserida, dan fosfolipid diangkut dalam aliran darah sebagai
kompleks lipid dan protein yang dikenal sebagai lipoprotein. Tinggi kolesterol
total dan LDL dan kolesterol HDL yang berkurang dikaitkan dengan
perkembangan penyakit jantung koroner (PJK).
2. Hipotesa respon-terhadap-cedera menyatakan bahwa faktor risiko seperti
teroksidasi LDL, cedera mekanis pada endotelium, homosistein berlebihan,
serangan imunologis, atau perubahan akibat infeksi pada endotel dan Fungsi
intimal menyebabkan disfungsi endotel dan rangkaian seluler interaksi yang
berujung pada aterosklerosis. Hasil klinis akhirnya termasuk angina, infark
miokard, aritmia, stroke, penyakit arteri perifer, aneurisma aorta perut, dan
kematian mendadak.
3. Lesi aterosklerotik diperkirakan timbul dari transportasi dan retensi plasma
LDL melalui lapisan sel endotel ke dalam matriks ekstraselular dari ruang
subendotelial Begitu berada di dinding arteri, LDL secara kimiawi
dimodifikasi melalui oksidasi dan glycation nonenzymatic. Sedikit teroksidasi
LDL kemudian merekrut monosit ke dinding arteri. Monosit ini kemudian
menjadi berubah menjadi makrofag yang mempercepat oksidasi LDL.
4. LDL yang dioksidasi memprovokasi respons inflamasi yang dimediasi oleh
sebuah angka dari chemoattractants dan sitokin (misalnya, stimulasi koloni
monokrom faktor, molekul adhesi interseluler, faktor pertumbuhan trombosit,
mengubah faktor pertumbuhan, interleukin-1, interleukin-6).
5. Cedera berulang dan perbaikan di dalam plak aterosklerotik akhirnya terjadi
untuk topi berserat melindungi inti yang mendasari lipid, kolagen, kalsium,
dan sel-sel inflamasi seperti limfosit T. Pemeliharaan yang berserat plak
sangat penting untuk mencegah pecahnya plak dan koroner berikutnya
thrombosis
C. Etiologi Penyakit
Adanya kadar lipoprotein, terutama LDL meningkat sejalan dengan
bertambahnya usia. Pada keadaan normal pria memiliki kadar LDL yang lebih tinggi,
tetapi setelah menopause kadarnya pada wanita lebih banyak. Faktor lain yang
menyebabkan tingginya kadar lemak tertentu (VLDL dan LDL) yakni
penyalahgunaan alkohol, riwayat keluarga dengan hiperlipidemia, sirosis, diabetes
yang tidak terkontrol dengan baik, diet kaya lemak, obesitas, hipotiroidisme, kurang
melakukan olah raga, dan merokok.
D. Faktor Resiko
Etiologi dari dislipidemia dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah
sebagai berikut (Bachri2004)
1. Faktor Jenis Kelamin
Risiko terjadinya dislipidemia pada pria lebih besar daripada wanita. Hal
tersebut disebabkankarena pada wanita produktif terdapat efek perlindungan
dari hormon reproduksi. Pria lebihbanyak menderita aterosklerosis,
dikarenakan hormon seks pria (testosteron) mempercepattimbulnya
aterosklerosis sedangkan hormon seks wanita (estrogen) mempunyai
efekperlindungan terhadap aterosklerosis. Akan tetapi pada wanita menopause
mempunyai risikolebih besar terhadap terjadinya aterosklerosis dibandingkan
wanita premenopouse.
2. Faktor Usia
Semakin tua usia seseorang maka fungsi organ tubuhnya semakin menurun,
begitu juga dengan penurunan aktivitas reseptor LDL, sehingga bercak
perlemakan dalam tubuhsemakin meningkat dan menyebabkan kadar
kolesterol total lebih tinggi, sedangkankolesterol HDL relatif tidak berubah.
Pada usia 10 tahun bercak perlemakan sudah dapatditemukan di lumen
pembuluh darah dan meningkat kekerapannya pada usia 30 tahun.
3. Faktor Genetik
Faktor genetik merupakan salah satu faktor pencetus terjadinya dislipidemia.
Dalamilmu genetika menyebutkan bahwa gen untuk sifat sifat tertentu
(spesific trait) diturunkansecara berpasangan yaitu kita memerlukan satu gen
dari ibu dan satu gen dari ayah,sehingga kadar hiperlipidemia tinggi dapat
diakibatkan oleh faktor dislipidemia primer karenafaktor kelainan genetic.
4. Faktor Kegemukan
Kegemukan erat hubungannya dengan peningkatan risiko sejumlah
komplikasi yang dapatterjadi sendiri sendiri atau bersamaan. Kegemukan
disebabkan oleh ketidakseimbanganantara energi yang masuk bersama
makanan, dengan energi yang dipakai. Kelebihan energiini ditimbun dalam sel
lemak yang membesar. Pada orang yang kegemukan menunjukkanoutput
VLDL trigliserida yang tinggi dan kadar trigliserida plasma yang lebih
tinggi.Trigliserida berlebihan dalam sirkulasi juga mempengaruhi lipoprotein
lain. Bila trigliseridaLDL dan HDL mengalami lipolisis, akan menjadi small
dense LDL dan HDL, abnormalitas inisecara tipikal ditandai dengan kadar
HDL kolesterol yang rendah.
5. Faktor Olah Raga
Olah raga yang teratur dapat menyebabkan kadar kolesterol total, kolesterol
LDL, dantrigliserida menurun dalam darah, sedangkan kolesterol HDL
meningkat secara bermakna.Lemak ditimbun dalam di dalam sel lemak
sebagai trigliserida. Olahraga memecahkantimbunan trigliserida dan
melepaskan asam lemak dan gliserol ke dalam aliran darah.
6. Faktor Merokok
Merokok dapat meningkatkan kadar kolesterol total, kolesterol LDL,
trigliserida, dan menekankolesterol HDL. Pada seseorang yang merokok,
rokok akan merusak dinding pembuluhdarah. Nikotin yang terkandung dalam
asap rokok akan merangsang hormon adrenalin,sehingga akan mengubah
metabolisme lemak yang dapat menurunkan kadar kolesterol HDLdalam
darah.
7. Faktor Makanan
Konsumsi tinggi kolesterol menyebabkan hiperkolesterolemia dan
aterosklerosis. Asupantinggi kolesterol dapat menyebabkan peningkatan kadar
kolesterol total dan LDL sehinggamempunyai risiko terjadinya dislipidemia.
E. Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Test Nilai rujukan Unit


Kolesterol HDL (Rendah) < 40 mg/dL
(Tinggi) 60
Kolesterol LDL < 100 Mg/dL
Kolesterol total < 200 mg/dL
Trigliserida ( 150 mg/dL
F. Tujuan Terapi
Tujuan terapi adalah untuk menurunkan trigliserida dan partikel VLDL yang
mungkin aterogenik, meningkatkan HDL, LDL dan mengurangi Trigliserida .
G. Terapi Non Farmakologi
1. Pengaturan Gizi

Terapi diet dimulai dengan menilai pola makan pasien, mengidentifikasi


makanan yang mengandung banyak lemak jenuh dan kolesterol serta berapa sering
keduanya dimakan. Jika diperlukan ketepatan yang lebih tinggi untuk menilai asupan
gizi, perlu dilakukan penilaian yang lebih rinci, yang biasanya membutuhkan
bantuan ahli gizi. Penilaian pola makan penting untuk menentukan apakah harus
dimulai dengan diet tahap I atau langsung ke diet tahap ke II. Hasil diet ini terhadap
kolesterol serum dinilai setelah 4-6 minggu dan kemudian setelah 3 bulan. Pada
pasien dengan kadar kolesterol LDL atau kolesterol total yang tinggi sebaiknya
mengurangi asupan lemak total dan lemak jenuh (saturated fatty acid/SAFA), dan
meningkatkan asupan lemak tak jenuh rantai tunggal dan ganda (mono dan poly
unsaturated fatty acid/MUFA dan PUFA). Asupan karbohidrat, alkohol dan lemak
perlu dikurangi pada pasien dengan kadar trigliserida yang tinggi.
Perubahan gaya hidup terapeutik dimulai pada kunjungan pertama dan disertaka
terapi diet, penurunan berat badan, dan peningkatan aktivitas fisik. Inducing
penurunan berat badan 10% harus didiskusikan dengan pasien yang ada kegemukan.
Secara umum aktivitas fisik dengan intensitas sedang 30 menit satu hari untuk hampir
setiap hari dalam seminggu harus didorong. Semua pasien harus diberi konseling
untuk berhenti merokok dan untuk memenuhi Ketujuh Bersama Nasional Komite
Deteksi, Evaluasi, dan Pengobatan Darah Tinggi Pedoman tekanan untuk
pengendalian hipertensi.

a. Asupan kolesterol dan asam lemak jenuh yang berlebihan menyebabkan


asupan makanan berlebih penurunan hepatik LDL dan pengendapan LDL dan
teroksidasi LDL di jaringan perifer.
b. Peningkatan asupan serat larut dalam bentuk oat bran, pectins, tertentu gusi,
dan produk psyllium dapat menyebabkan reduksi tambahan yang berguna
total dan kolesterol LDL (5% sampai 20%), namun perubahan diet ini atau
Suplemen sebaiknya tidak diganti dengan bentuk pengobatan yang lebih
aktif. Mereka memiliki sedikit atau tidak ada efek pada konsentrasi HDL-C
atau trigliserida. Produk ini juga berguna dalam mengatasi konstipasi dengan
resin asam empedu (BAR).
c. Penelanan 2 sampai 3 g / hari sterol dan stanol tanaman akan mengurangi
LDL sebesar 6% sampai 15%. Mereka biasanya tersedia dalam margarin
komersial.
d. Dalam penelitian epidemiologi, konsumsi sejumlah besar ikan berminyak air
dingin terkait dengan pengurangan risiko PJK. Suplementasi minyak ikan
sudah cukup Efek besar dalam mengurangi trigliserida dan kolesterol VLDL,
tapi juga tidak efek pada kolesterol total dan LDL atau dapat menyebabkan
peningkatan fraksi ini. Tindakan lain dari minyak ikan dapat menjelaskan
efek kardioprotektif.
e. Jika semua perubahan diet yang direkomendasikan dari NCEP dilembagakan,
Perkiraan penurunan rata-rata LDL berkisar antara 20% sampai 30%.
2. Informasi Kepada Pasien
Dari beberapa penelitian diketahui bahwa latihan fisik dapat meningkatkan kadar
HDL dan Apo AI, menurunkan resistensi insulin, meningkatkan sensitivitas dan
meningkatkan keseragaman fisik, menurunkan trigliserida dan LDL, dan
menurunkan berat badan. Setiap melakukan latihan jasmani perlu diikuti 3 tahap :
a. Pemanasan dengan peregangan selama 5-10 menit
b. Aerobik sampai denyut jantung sasaran yaitu 70-85 % dari denyut jantung
maksimal ( 220 - umur ) selama 20-30 menit .
c. Pendinginan dengan menurunkan intensitas secara perlahan - lahan, selama 5-
10 menit. Frekuensi latihan sebaiknya 4-5 x/minggu dengan lama latihan
seperti diutarakan diatas. Dapat juga dilakukan 2-3x/ minggu dengan lama
latihan 45-60 menit dalam tahap aerobik.
Pada prinsipnya pasien dianjurkan melaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan kondisi
dan kemampuan pasien agar aktivitas ini berlangsung terus-menerus
H. Terapi Farmakologi
1. Statin
a. Mekanisme Kerja
Inhibitor kompetitif dari enzim HMG coA reduktase (enzim dalam
biosintesis kolesterol).
b. Indikasi
treatment untuk hiperkolesterolemia.
c. Peringatan
Pasien dg gangguan fungsi ginjal (CCl<60mL/mnt) nisiasi dengan dosis
rendah & monitoring efek secara individual.
d. Efek Samping
1% myositis ditandai dengan nyeri & lemah otot, peningkatan serum
kreatin kinase, rhabdomyolisis, serta ekskresi myoglobin dalam urin dan
kerusakan ginjal.
2. Resin Penukar Asam Empedu
a. Kegunaan
treatment untuk hiperkolesterolemia untuk pasien yg intoleran thd gol
statin atau diketahui potensial mengalami toksisitas statin
b. Farmakokinetika
Tidak diabsorbsi dari saluran cerna.
c. Perhatian
Kombinasi dengan antikoagulan menjadi Monitoring protrombin time
(waktu koagulasi darah)
3. Niasin ( Asam Nikotinat )
a. Mekanisme Kerja
menurunkan pembentukan & sekresi VLDL oleh hepar, menginhibisi
mobilisasi asam lemak dari jaringan lemak.
b. Efek Samping
pada dosis tinggi dapat menyebabkan gangguan saluran cerna dan hepar,
memenurunkan toleransi glukosa, hiperglikemia, dan hyperuricemia.
4. Fibrat
a. Mekanisme Kerja
Meningkatkan aktivitas LPL (lipoprotein lipase) yaitu enzim yg bertanggung
jawab pada proses katabolisme VLDL serta menurunkan transkripsi Apo CIII
yang berfungsi untuk menginhibisi LPL sehingga dapat menurunkan VLDL.
b. Indikasi
Umumnya digunakan untuk hiperlipoproteinemia tipe III
(disbetalipoproteinemia) dan tipe IV (hipertrigliseridemia)
c. Perhatian
Kombinasi dengan golongan HMG-coA Reductase meningkatkan resiko
rhabdomyolisis & myopathy.
d. Efek Samping
gangguan sal cerna, myositis, gangguan erektil (terutama oleh clofibrat),
resiko batu empedu.
5. Probukol
a. Indikasi
Menurunkan LDL 15% - 30%.
b. Efek Negatif
Menurunkan kadar HDL juga sehingga tidak lagi digunakan sebagai terapi
pada kondisi hyperlipidemia.
I. Aturan Pakai Obat
1. Statin
a. Atorvastatin
Hiperkolesterolemia primer dan hiperlipidemia campuran, biasanya 10 mg sekali
sehari, bila perlu dapat ditingkatkan dengan interval 4 minggu hingga maksimal 80
mg sekali sehari. Anak 10-17 tahun: dosis awal 10 mg sekali sehari (pengalaman
terbatas dengan dosis diatas 80 mg sehari);
Hiperkolesterolemia turunan, dosis awalnya 10 mg sehari, tingkatkan dengan
interval 4 minggu sampai 40 mg sekali sehari; bila perlu, tingkatkan lebih lanjut
sampai maksimal 80 mg sekali sehari (atau dikombinasi dengan resin penukar anion
pada hiperkolesterolemia turunan heterozigot). Anak 10-17 tahun hingga 20 mg
sekali sehari (pengalaman terbatas dengan dosis lebih besar).
b. Flustatin
Sebelum memulai obat pasien sudah harus dalam pengaturan diet. Satu tablet
sehari dapat diminum menjelang tidur, atau kapan saja. Dosis dapat dimulai dengan
40 mg sekali sehari, dan pada kasus ringan 20mg/hari. Efek klinik tercapai dalam 4
minggu. Dosis disesuaikan dengan kebutuhan pasien, dan perubahan dosis dilakukan
setelah penggunaan 4 minggu atau lebih. Dosis maksimum yang direkomendasikan
adalah 80 mg/hari. Anak. dosis yang dianjurkan 20 mg/hari, peningkatan dosis hanya
dilakukan setelah evaluasi 6 minggu. Dosis maksimum 40 mg 2 kali sehari atau 80
mg 1 kali sehari.
c. Lovastatin
oral, dewasa, dosis awal, 10 mg (kadar kolesterol total serum kurang dari 240
mg/dL) atau 20 mg (kadar kolesterol total serum lebih dari 240 mg/dL) sekali sehari
pada waktu malam. Diet serat tinggi dapat merintangi absorpsi obat, oleh sebab itu
diet tersebut harus dikonsumsi selama beberapa jam sebelum penggunaan obat.
Rentang dosis yang disarankan adalah 20 mg hingga maskimum 80 mg/hari dalam
dosis tunggal atau dosis terbagi. Dosis terbgai dapat lebih efektif. Pada pasien usia
lanjut, efek terapi maksimum dicapai pada dosis kurang dari 40 mg/hari.
d. Pitavastatin
1-4 mg sehari dengan atau tanpa makanan. Dosis awal yang direkomendasikan 2
mg dan maksimum 4 mg sehari. Dosis tergantung pada karakteristik individu dan
respon terapi. , Pada penderita gagal ginjal sedang (GFR 30 59 mL/min/1,73 m2)
dan menjalani hemodialisis dosis 1 mg sehari, maksimum 2 mg sehari, Penggunaan
bersama eritromisin 1 mg satu kali sehari, penggunaan bersama rifampisin 2 mg satu
kali sehari.
e. Pravastatin
Sebelum menggunakan Pravastatin pasien harus diberikan diet rendah kolesterol
yang diberikan terus selama pengobatan; awal 10, 20 atau 40 mg sehari, disfungsi
hati dan ginjal. Pasien dengan riwayat disfungsi hati yang bermakna, dosis awal yang
dianjurkan 10 mg perhari.
Efek maksimal dari dosis yang diberikan akan terlihat dalam jangka waktu 4
minggu, penetapan lipid secara periodik harus dilakukan pada saat ini dan dosis
disesuaikan tergantung pada respon pasien pada terapi dan pedoman terapi yang ada.
Pasien yang mendapatkan imunosupresan seperti siklosporin bersamaan dengan
pravastatin, terapi harus diawali dengan 10 mg pravastatin sekali sehari sebelum tidur
dan titrasi menjadi dosis yang lebih besar harus dilakukan secara hati-hati.
Kebanyakan pasien yang mendapatkan pengobatan dengan kombinasi ini
mendapatkan dosis pravastatin 20 mg/hari.
f. Simvastatin
Hiperkolesterolemia, 10 mg sehari malam hari, disesuaikan dengan interval tidak
kurang dari 4 minggu; kisaran lazim 10-40 mg sekali sehari malam hari. Penyakit
jantung koroner, awalnya 20 mg sekali sehari malam hari.
2. Resin Penukar Asam Empedu
a. Kolestramin
penurunan lipid (setelah pemberian awal selama 3-4 minggu) 8-24 g sehari dalam
air (atau cairan lain yang sesuai) dalam dosis tunggal atau 4 dosis terbagi, jika perlu
sampai dengan 36 g sehari. Pruritus, 4-8 g sehari dalam air (atau cairan lain yang
cocok).
3. Asam Nikotinat ( Niasin )
Terapi dengan asam nikotinat harus dimulai secara bertahap dalam peningkatan
dosis untuk mengurangi insiden dan beratnya efek samping yang mungkin terjadi
selama awal terapi. Dosis yang dianjurkan adalah :
375 mg sehari sekali sebelum tidur untuk satu minggu pertama, jika dapat ditoleransi
dengan baik dapat ditingkatkan menjadi;
500 mg sehari sekali sebelum tidur untuk minggu kedua, jika dapat ditoleransi
dengan baik dapat ditingkatkan menjadi;
750 mg sehari sekali sebelum tidur untuk minggu ketiga, jika dapat ditoleransi
dengan baik dapat ditingkatkan menjadi;
500 mg dua tablet sebelum tidur untuk minggu ke 4-7, jika dapat ditoleransi dengan
dapat ditingkatkan menjadi 1000 mg dua tablet sebelum tidur.
Setelah minggu ke-7 titrasi dosis tergantung pada respon pasien dan toleransinya. Jika
respon 1000 mg sehari sekali mencukupi, dapat ditingkatkan hingga dosis 1500 mg
sehari sekali; kemudian dosis dapat ditingkatkan mencapai 2000 mg sehari sekali.
Dosis penunjang: Dosis yang dianjurkan untuk penunjang adalah 1000 mg (2 tablet
500 mg) sampai 2000 mg (2 tablet 1000 mg) sehari sekali sebelum tidur. Dosis per
hari tidak boleh ditingkatkan lebih dari 500 mg dalam waktu 4 minggu.
4. Fibrat
a. Bezafibrat
200 mg 3 kali sehari dengan atau setelah makan.
b. Fenofibrat
Dosis awal 300 mg sehari dalam dosis terbagi; kisaran lazim 200-400 mg sehari;
anak-anak 5 mg/kg bb sehari.
c. Gemfibrozil
600 mg 2 kali sehari, 30 menit sebelum makan. Dosis 900 mg diberikan pada pasien
yang intoleran pada dosis normal. Dosis maksimal: 1.500 mg per hari diberikan jika
diperlukan penurunan maksimal trigliserida seperti pada pasien tipe V.
d. Klofibrat
di atas 65 kg, 2 g sehari (50-65 kg, 1,5 g sehari) dalam 2 atau 3 dosis terbagi.
e. Siprofibrat
100 mg sehari.

J. Interaksi Obat
1. Statin
Antivirus: dapat meningkatkan risiko miopati bila atorvastatin
atorvastatin amprenavir diberikan bersama amprenavir, atazanavir, indinavir, lopinavir,
nelfinavir, ritonavir atau sakuinavir; dapat meningkatkan risiko
miopati bila simvastatin diberikan bersama amprenavir atau
lopinavir-hindari penggunaan bersamaan; meningkatkan risiko
miopati bila simvastatin diberikan atazanavir, indinavir,
nelfinavir, ritonavir atau sakuinavir (hindari penggunaan
bersamaan); efavirenz menurunkan konsentrasi atorvastatin,
pravastatin dan simvastatin dalam plasma

Antivirus: dapat meningkatkan risiko miopati bila atorvastatin


diberikan bersama amprenavir, atazanavir, indinavir, lopinavir,
nelfinavir, ritonavir atau sakuinavir; dapat meningkatkan risiko
miopati bila simvastatin diberikan bersama amprenavir atau
lopinavir-hindari penggunaan bersamaan; meningkatkan risiko
miopati bila simvastatin diberikan atazanavir, indinavir,
nelfinavir, ritonavir atau sakuinavir (hindari penggunaan
bersamaan); efavirenz menurunkan konsentrasi atorvastatin,
pravastatin dan simvastatin dalam plasma
atorvastatin atazanavir
Antivirus: dapat meningkatkan risiko miopati bila atorvastatin
diberikan bersama amprenavir, atazanavir, indinavir, lopinavir,
nelfinavir, ritonavir atau sakuinavir; dapat meningkatkan risiko
miopati bila simvastatin diberikan bersama amprenavir atau
lopinavir-hindari penggunaan bersamaan; meningkatkan risiko
miopati bila simvastatin diberikan atazanavir, indinavir,
nelfinavir, ritonavir atau sakuinavir (hindari penggunaan
bersamaan); efavirenz menurunkan konsentrasi atorvastatin,
pravastatin dan simvastatin dalam plasma
atorvastatin indinavir
Antivirus: dapat meningkatkan risiko miopati bila atorvastatin
diberikan bersama amprenavir, atazanavir, indinavir, lopinavir,
nelfinavir, ritonavir atau sakuinavir; dapat meningkatkan risiko
miopati bila simvastatin diberikan bersama amprenavir atau
lopinavir-hindari penggunaan bersamaan; meningkatkan risiko
miopati bila simvastatin diberikan atazanavir, indinavir,
nelfinavir, ritonavir atau sakuinavir (hindari penggunaan
bersamaan); efavirenz menurunkan konsentrasi atorvastatin,
pravastatin dan simvastatin dalam plasma
atorvastatin lopinavir
Antivirus: dapat meningkatkan risiko miopati bila atorvastatin
diberikan bersama amprenavir, atazanavir, indinavir, lopinavir,
nelfinavir, ritonavir atau sakuinavir; dapat meningkatkan risiko
miopati bila simvastatin diberikan bersama amprenavir atau
lopinavir-hindari penggunaan bersamaan; meningkatkan risiko
atorvastatin nelfinavir miopati bila simvastatin diberikan atazanavir, indinavir,
nelfinavir, ritonavir atau sakuinavir (hindari penggunaan
bersamaan); efavirenz menurunkan konsentrasi atorvastatin,
pravastatin dan simvastatin dalam plasma

Antivirus: dapat meningkatkan risiko miopati bila atorvastatin


diberikan bersama amprenavir, atazanavir, indinavir, lopinavir,
nelfinavir, ritonavir atau sakuinavir; dapat meningkatkan risiko
miopati bila simvastatin diberikan bersama amprenavir atau
lopinavir-hindari penggunaan bersamaan; meningkatkan risiko
miopati bila simvastatin diberikan atazanavir, indinavir,
nelfinavir, ritonavir atau sakuinavir (hindari penggunaan
bersamaan); efavirenz menurunkan konsentrasi atorvastatin,
pravastatin dan simvastatin dalam plasma
atorvastatin ritonavir
Antivirus: dapat meningkatkan risiko miopati bila atorvastatin
diberikan bersama amprenavir, atazanavir, indinavir, lopinavir,
nelfinavir, ritonavir atau sakuinavir; dapat meningkatkan risiko
miopati bila simvastatin diberikan bersama amprenavir atau
lopinavir-hindari penggunaan bersamaan; meningkatkan risiko
miopati bila simvastatin diberikan atazanavir, indinavir,
nelfinavir, ritonavir atau sakuinavir (hindari penggunaan
bersamaan); efavirenz menurunkan konsentrasi atorvastatin,
pravastatin dan simvastatin dalam plasma
atorvastatin sakuinavir
Antivirus: dapat meningkatkan risiko miopati bila atorvastatin
diberikan bersama amprenavir, atazanavir, indinavir, lopinavir,
nelfinavir, ritonavir atau sakuinavir; dapat meningkatkan risiko
miopati bila simvastatin diberikan bersama amprenavir atau
lopinavir-hindari penggunaan bersamaan; meningkatkan risiko
miopati bila simvastatin diberikan atazanavir, indinavir,
nelfinavir, ritonavir atau sakuinavir (hindari penggunaan
bersamaan); efavirenz menurunkan konsentrasi atorvastatin,
pravastatin dan simvastatin dalam plasma
atorvastatin efavirenz
Glikosida jantung: atorvastatin dapat meningkatkan konsentrasi
digoksin dalam plasma
atorvastatin digoksin
Antivirus: dapat meningkatkan risiko miopati bila atorvastatin
diberikan bersama amprenavir, atazanavir, indinavir, lopinavir,
nelfinavir, ritonavir atau sakuinavir; dapat meningkatkan risiko
miopati bila simvastatin diberikan bersama amprenavir atau
lopinavir-hindari penggunaan bersamaan; meningkatkan risiko
Simvastatin nelfinavir miopati bila simvastatin diberikan atazanavir, indinavir,
nelfinavir, ritonavir atau sakuinavir (hindari penggunaan
bersamaan); efavirenz menurunkan konsentrasi atorvastatin,
pravastatin dan simvastatin dalam plasma

Antibakteri: klaritromisin meningkatkan konsentrasi


atorvastatin dalam plasma; meningkatkan risiko miopati bila
simvastatin diberikan bersama klaritromisin, eritromisin atau
telitromisin (hindari penggunaan bersamaan); eritromisin
menurunkan konsentrasi rosuvastatin dalam plasma; dapat
meningkatkan risiko miopati bila atorvastatin diberikan bersama
eritromisin atau asam fusidat; metabolisme fluvastatin dipercepat
oleh rifampisin (mengurangi efek); meningkatkan risiko miopati
bila statin diberikan bersama daptomisin (lebih baik
menghindari penggunaan bersamaan); dapat meningkatkan risiko
miopati bila simvastatin diberikan bersama asam fusidat;
meningkatkan risiko miopati bila atorvastatin diberikan bersama
telitromisin (hindari penggunaan bersamaan)
Simvastatin klaritromisin
Antivirus: dapat meningkatkan risiko miopati bila atorvastatin
diberikan bersama amprenavir, atazanavir, indinavir, lopinavir,
nelfinavir, ritonavir atau sakuinavir; dapat meningkatkan risiko
miopati bila simvastatin diberikan bersama amprenavir atau
lopinavir-hindari penggunaan bersamaan; meningkatkan risiko
miopati bila simvastatin diberikan atazanavir, indinavir,
nelfinavir, ritonavir atau sakuinavir (hindari penggunaan
bersamaan); efavirenz menurunkan konsentrasi atorvastatin,
pravastatin dan simvastatin dalam plasma
Simvastatin ritonavir
Antibakteri: klaritromisin meningkatkan konsentrasi
atorvastatin dalam plasma; meningkatkan risiko miopati bila
simvastatin diberikan bersama klaritromisin, eritromisin atau
telitromisin (hindari penggunaan bersamaan); eritromisin
menurunkan konsentrasi rosuvastatin dalam plasma; dapat
meningkatkan risiko miopati bila atorvastatin diberikan bersama
eritromisin atau asam fusidat; metabolisme fluvastatin dipercepat
oleh rifampisin (mengurangi efek); meningkatkan risiko miopati
bila statin diberikan bersama daptomisin (lebih baik
menghindari penggunaan bersamaan); dapat meningkatkan risiko
miopati bila simvastatin diberikan bersama asam fusidat;
meningkatkan risiko miopati bila atorvastatin diberikan bersama
telitromisin (hindari penggunaan bersamaan)
Simvastatin eritromisin
Antivirus: dapat meningkatkan risiko miopati bila atorvastatin
Simvastatin sakuinavir diberikan bersama amprenavir, atazanavir, indinavir, lopinavir,
nelfinavir, ritonavir atau sakuinavir; dapat meningkatkan risiko
miopati bila simvastatin diberikan bersama amprenavir atau
lopinavir-hindari penggunaan bersamaan; meningkatkan risiko
miopati bila simvastatin diberikan atazanavir, indinavir,
nelfinavir, ritonavir atau sakuinavir (hindari penggunaan
bersamaan); efavirenz menurunkan konsentrasi atorvastatin,
pravastatin dan simvastatin dalam plasma

Antibakteri: klaritromisin meningkatkan konsentrasi


atorvastatin dalam plasma; meningkatkan risiko miopati bila
simvastatin diberikan bersama klaritromisin, eritromisin atau
telitromisin (hindari penggunaan bersamaan); eritromisin
menurunkan konsentrasi rosuvastatin dalam plasma; dapat
meningkatkan risiko miopati bila atorvastatin diberikan bersama
eritromisin atau asam fusidat; metabolisme fluvastatin dipercepat
oleh rifampisin (mengurangi efek); meningkatkan risiko miopati
bila statin diberikan bersama daptomisin (lebih baik
menghindari penggunaan bersamaan); dapat meningkatkan risiko
miopati bila simvastatin diberikan bersama asam fusidat;
meningkatkan risiko miopati bila atorvastatin diberikan bersama
telitromisin (hindari penggunaan bersamaan)
Simvastatin telitromisin
Antivirus: dapat meningkatkan risiko miopati bila atorvastatin
diberikan bersama amprenavir, atazanavir, indinavir, lopinavir,
nelfinavir, ritonavir atau sakuinavir; dapat meningkatkan risiko
miopati bila simvastatin diberikan bersama amprenavir atau
lopinavir-hindari penggunaan bersamaan; meningkatkan risiko
miopati bila simvastatin diberikan atazanavir, indinavir,
nelfinavir, ritonavir atau sakuinavir (hindari penggunaan
bersamaan); efavirenz menurunkan konsentrasi atorvastatin,
pravastatin dan simvastatin dalam plasma
Simvastatin efavirenz

2. Resin Penukar Asam Empedu

Obat 1 Obat 2 Keterangan

Catatan. Obat lain sebaiknya diminum 1 jam sebelum atau 4-6


jam sesudah kolestiramin untuk mengurangi gangguan absorpsi
Kolestiramin
Sitotoksik : kolestiramin menurunkan absorpsi mikofenolat
Kolestiramin Mikofenolat
Obat 1 Obat 2 Keterangan

Analgesik : kolestiramin meningkatkan ekskresi meloksikam;


kolestiramin menurunkan absorpsi parasetamol
Kolestiramin Analgesik
Diuretik : kolestiramin menurunkan absorpsi tiazid dan diuretik
sejenis lainnya (beri selang waktu 2 jam)
Kolestiramin Diuretik
Analgesik : kolestiramin meningkatkan ekskresi meloksikam;
kolestiramin menurunkan absorpsi parasetamol
Kolestiramin Meloksikam

Tiazida dan Diuretik : kolestiramin menurunkan absorpsi tiazid dan diuretik


diuretik sejenis lainnya (beri selang waktu 2 jam)
Kolestiramin sejenis
Analgesik : kolestiramin meningkatkan ekskresi meloksikam;
kolestiramin menurunkan absorpsi parasetamol
Kolestiramin Parasetamol
Leflunomid : kolestiramin mengurangi efek Leflunomid secara
bermakna berarti (meningkatkan eliminasi)-hindari penggunaan
bersamaan kecuali dihendaki adanya eliminasi
Kolestiramin Leflunomid
Antibakteri : kolestiramin memberikan efek antagonis terhadap
efek vankomisin oral
Kolestiramin Antibakteri
Raloksifen : kolestiramin menurunkan absorpsi raloksifen
(hindari pemberian bersamaan raloksifen dengan kolestiramin)
Kolestiramin Raloksifen
Catatan. Obat lain sebaiknya diminum 1 jam sebelum atau 4-6
jam sesudah pemberian kolestipol untuk mengurangi gangguan
absorpsi
Kolestipol

Asam Asam empedu : dapat menurunkan absorpsi asam empedu


Kolestipol empedu
Glikosida Jantung : dapat menurunkan absorpsi glikosida
Glikosida jantung
Kolestipol jantung
Kolestipol Diuretik Diuretik : menurunkan absorpsi tiazid dan diuretik lainnya
Obat 1 Obat 2 Keterangan

(berikan dengan minimal selang waktu 2 jam)

Tiazida dan Diuretik : menurunkan absorpsi tiazid dan diuretik lainnya


diuretik (berikan dengan minimal selang waktu 2 jam)
Kolestipol sejenis

Hormon Hormon Tiroid : menurunkan absorpsi hormon tiroid


Kolestipol Tiroid

3. Niasin

Obat 1 Obat 2 Keterangan

Hipolipidemik: meningkatkan risiko miopati bila statin


diberikan bersama gemfibrozil (lebih baik hindari penggunaan
bersamaan); meningkatkan risiko miopati bila statin diberikan
dengan fibrat; meningkatkan risiko miopati bila statin
asam diberikan bersama asam nikotinat (dalam dosis sebagai
statin nikotinat hipolipidemik)
Hipolipidemik: meningkatkan resiko miopati bila asam
Asam nikotinat diberikan bersama statin (penggunaan dosis
Nikotinat Hipolipidemik hipolipidemik dari asam nikotinat)
Hipolipidemik: meningkatkan resiko miopati bila asam
Asam nikotinat diberikan bersama statin (penggunaan dosis
Nikotinat Statin hipolipidemik dari asam nikotinat)

4. Fibrat

Obat 1 Obat 2 Keterangan

Antibakteri: meningkatkan risiko miopati jika fibrat diberikan


Fibrat Antibakteri bersama daptomisin (hindari penggunaan secara bersamaan)
Antibakteri: meningkatkan risiko miopati jika fibrat diberikan
Fibrat Daptomisin bersama daptomisin (hindari penggunaan secara bersamaan)
Antikoagulan: fibrat meningkatkan efek antikoagulan kumarin
Fibrat Antikoagulan dan fenindion
Antikoagulan: fibrat meningkatkan efek antikoagulan kumarin
Fibrat Kumarin dan fenindion
Obat 1 Obat 2 Keterangan

Antikoagulan: fibrat meningkatkan efek antikoagulan kumarin


Fibrat Fenindion dan fenindion
Antidiabetes: gemfibrozil meningkatkan konsentrasi plasma;
fibrat dapat memperbaiki toleransi glukosa dan memiliki efek
aditif jika diberikan bersama insulin atau sulfonilurea;
gemfibrozil dapat meningkatkan efek hipoglikemik nateglinid;
meningkatkan risiko hipoglikemia berat jika gemfibrozil
diberikan bersama repaglinid-hindari penggunaan secara
Fibrat Antidiabetes bersamaan
Antidiabetes: fibrat dapat memperbaiki toleransi glukosa dan
memiliki efek aditif jika diberikan bersama insulin atau
sulfonilurea; gemfibrozil dapat meningkatkan efek
hipoglikemik nateglinid; meningkatkan risiko hipoglikemia
berat jika gemfibrozil diberikan bersama repaglinid-hindari
Fibrat Gemfibrozil penggunaan secara bersamaan
Antidiabetes: fibrat dapat memperbaiki toleransi glukosa dan
memiliki efek aditif jika diberikan bersama insulin atau
sulfonilurea; gemfibrozil dapat meningkatkan efek
hipoglikemik nateglinid; meningkatkan risiko hipoglikemia
berat jika gemfibrozil diberikan bersama repaglinid-hindari
Fibrat Insulin penggunaan secara bersamaan
Antidiabetes: fibrat dapat memperbaiki toleransi glukosa dan
memiliki efek aditif jika diberikan bersama insulin atau
sulfonilurea; gemfibrozil dapat meningkatkan efek
hipoglikemik nateglinid; meningkatkan risiko hipoglikemia
berat jika gemfibrozil diberikan bersama repaglinid-hindari
Fibrat Sulfonilurea penggunaan secara bersamaan
Siklosporin: meningkatkan risiko gangguan fungsi ginjal jika
Fibrat Siklosporin fenofibrat diberikan bersama siklosporin
Sitotoksik: gemfibrozil meningkatkan konsentrasi plasma
Fibrat Sitotoksik beksaroten-hindari penggunaan secara bersamaan
Sitotoksik: gemfibrozil meningkatkan konsentrasi plasma
Fibrat Beksaroten beksaroten-hindari penggunaan secara bersamaan
Hipolipidemik: hindari penggunaan bersamaan ezetimib
dengan fibrat; meningkatkan risiko miopati jika gemfibrozil
diberikan bersama statin (hindari penggunaan bersamaan);
meningkatkan risiko miopati jika fibrat diberikan bersama
Fibrat Hipolipidemik statin
Hipolipidemik: hindari penggunaan bersamaan ezetimib
Fibrat Ezetimib dengan fibrat; meningkatkan risiko miopati jika gemfibrozil
Obat 1 Obat 2 Keterangan

diberikan bersama statin (hindari penggunaan bersamaan);


meningkatkan risiko miopati jika fibrat diberikan bersama
statin

K. Informasi Pemakaian Obat


5. Statin
g. Atorvastatin
Hiperkolesterolemia primer dan hiperlipidemia campuran, biasanya 10 mg sekali
sehari, bila perlu dapat ditingkatkan dengan interval 4 minggu hingga maksimal 80
mg sekali sehari. Anak 10-17 tahun: dosis awal 10 mg sekali sehari (pengalaman
terbatas dengan dosis diatas 80 mg sehari);
Hiperkolesterolemia turunan, dosis awalnya 10 mg sehari, tingkatkan dengan
interval 4 minggu sampai 40 mg sekali sehari; bila perlu, tingkatkan lebih lanjut
sampai maksimal 80 mg sekali sehari (atau dikombinasi dengan resin penukar anion
pada hiperkolesterolemia turunan heterozigot). Anak 10-17 tahun hingga 20 mg
sekali sehari (pengalaman terbatas dengan dosis lebih besar).
h. Flustatin
Sebelum memulai obat pasien sudah harus dalam pengaturan diet. Satu tablet
sehari dapat diminum menjelang tidur, atau kapan saja. Dosis dapat dimulai dengan
40 mg sekali sehari, dan pada kasus ringan 20mg/hari. Efek klinik tercapai dalam 4
minggu. Dosis disesuaikan dengan kebutuhan pasien, dan perubahan dosis dilakukan
setelah penggunaan 4 minggu atau lebih. Dosis maksimum yang direkomendasikan
adalah 80 mg/hari. Anak. dosis yang dianjurkan 20 mg/hari, peningkatan dosis hanya
dilakukan setelah evaluasi 6 minggu. Dosis maksimum 40 mg 2 kali sehari atau 80
mg 1 kali sehari.
i. Lovastatin
oral, dewasa, dosis awal, 10 mg (kadar kolesterol total serum kurang dari 240
mg/dL) atau 20 mg (kadar kolesterol total serum lebih dari 240 mg/dL) sekali sehari
pada waktu malam. Diet serat tinggi dapat merintangi absorpsi obat, oleh sebab itu
diet tersebut harus dikonsumsi selama beberapa jam sebelum penggunaan obat.
Rentang dosis yang disarankan adalah 20 mg hingga maskimum 80 mg/hari dalam
dosis tunggal atau dosis terbagi. Dosis terbgai dapat lebih efektif. Pada pasien usia
lanjut, efek terapi maksimum dicapai pada dosis kurang dari 40 mg/hari.
j. Pitavastatin
1-4 mg sehari dengan atau tanpa makanan. Dosis awal yang direkomendasikan 2
mg dan maksimum 4 mg sehari. Dosis tergantung pada karakteristik individu dan
respon terapi. , Pada penderita gagal ginjal sedang (GFR 30 59 mL/min/1,73 m2)
dan menjalani hemodialisis dosis 1 mg sehari, maksimum 2 mg sehari, Penggunaan
bersama eritromisin 1 mg satu kali sehari, penggunaan bersama rifampisin 2 mg satu
kali sehari.
k. Pravastatin
Sebelum menggunakan Pravastatin pasien harus diberikan diet rendah kolesterol
yang diberikan terus selama pengobatan; awal 10, 20 atau 40 mg sehari, disfungsi
hati dan ginjal. Pasien dengan riwayat disfungsi hati yang bermakna, dosis awal yang
dianjurkan 10 mg perhari.
Efek maksimal dari dosis yang diberikan akan terlihat dalam jangka waktu 4
minggu, penetapan lipid secara periodik harus dilakukan pada saat ini dan dosis
disesuaikan tergantung pada respon pasien pada terapi dan pedoman terapi yang ada.
Pasien yang mendapatkan imunosupresan seperti siklosporin bersamaan dengan
pravastatin, terapi harus diawali dengan 10 mg pravastatin sekali sehari sebelum tidur
dan titrasi menjadi dosis yang lebih besar harus dilakukan secara hati-hati.
Kebanyakan pasien yang mendapatkan pengobatan dengan kombinasi ini
mendapatkan dosis pravastatin 20 mg/hari.
l. Simvastatin
Hiperkolesterolemia, 10 mg sehari malam hari, disesuaikan dengan interval tidak
kurang dari 4 minggu; kisaran lazim 10-40 mg sekali sehari malam hari. Penyakit
jantung koroner, awalnya 20 mg sekali sehari malam hari.
6. Resin Penukar Asam Empedu
b. Kolestramin
penurunan lipid (setelah pemberian awal selama 3-4 minggu) 8-24 g sehari dalam
air (atau cairan lain yang sesuai) dalam dosis tunggal atau 4 dosis terbagi, jika perlu
sampai dengan 36 g sehari. Pruritus, 4-8 g sehari dalam air (atau cairan lain yang
cocok).
7. Asam Nikotinat ( Niasin )
Terapi dengan asam nikotinat harus dimulai secara bertahap dalam peningkatan
dosis untuk mengurangi insiden dan beratnya efek samping yang mungkin terjadi
selama awal terapi. Dosis yang dianjurkan adalah :
375 mg sehari sekali sebelum tidur untuk satu minggu pertama, jika dapat ditoleransi
dengan baik dapat ditingkatkan menjadi;
500 mg sehari sekali sebelum tidur untuk minggu kedua, jika dapat ditoleransi
dengan baik dapat ditingkatkan menjadi;
750 mg sehari sekali sebelum tidur untuk minggu ketiga, jika dapat ditoleransi
dengan baik dapat ditingkatkan menjadi;
500 mg dua tablet sebelum tidur untuk minggu ke 4-7, jika dapat ditoleransi dengan
dapat ditingkatkan menjadi 1000 mg dua tablet sebelum tidur.
Setelah minggu ke-7 titrasi dosis tergantung pada respon pasien dan toleransinya. Jika
respon 1000 mg sehari sekali mencukupi, dapat ditingkatkan hingga dosis 1500 mg
sehari sekali; kemudian dosis dapat ditingkatkan mencapai 2000 mg sehari sekali.
Dosis penunjang: Dosis yang dianjurkan untuk penunjang adalah 1000 mg (2 tablet
500 mg) sampai 2000 mg (2 tablet 1000 mg) sehari sekali sebelum tidur. Dosis per
hari tidak boleh ditingkatkan lebih dari 500 mg dalam waktu 4 minggu.
8. Fibrat
f. Bezafibrat
200 mg 3 kali sehari dengan atau setelah makan.
g. Fenofibrat
Dosis awal 300 mg sehari dalam dosis terbagi; kisaran lazim 200-400 mg sehari;
anak-anak 5 mg/kg bb sehari.
h. Gemfibrozil
600 mg 2 kali sehari, 30 menit sebelum makan. Dosis 900 mg diberikan pada pasien
yang intoleran pada dosis normal. Dosis maksimal: 1.500 mg per hari diberikan jika
diperlukan penurunan maksimal trigliserida seperti pada pasien tipe V.
i. Klofibrat
di atas 65 kg, 2 g sehari (50-65 kg, 1,5 g sehari) dalam 2 atau 3 dosis terbagi.
j. Siprofibrat
100 mg sehari.
L. Rekomendasi

M. Tindak Lanjut dan Monitoring


Monitoring dan tindak lanjut perlu, sebaiknya pasien rutin berobat kedokter.
N. Referensi
http://ioni.pom.go.id
Information hand book 17th , 2008
Dipiro, pharmakoterapy handbook 7th edition, 2008

Anda mungkin juga menyukai