Anda di halaman 1dari 9

KETENTUAN PRAKTIKUM

Format Jurnal

1. Judul Praktikum
2. Tanggal praktikum
3. Tujuan praktikum
4. Alat dan bahan
5. Daftar informasi bahan yang dipergunakan (+Perhitungan pra Lab)
6. Prosedur (dibuat tabel)
7. Kesimpulan

Format Laporan

1. Judul Praktikum
2. Tanggal praktikum
3. Tujuan praktikum
4. Alat dan bahan
5. Dasar teori (+pustaka lain)
6. Daftar informasi bahan yang dipergunakan
7. Prosedur (kalimat pasif)
8. Hasil pengamatan dan perhitungan
9. Kesimpulan
10. Pembahasan dan diskusi
11. Daftar pustaka (minimal 5)

Keterarngan :

Jurnal

 Jurnal dibuat perorangan warna disesuaikan dengan ketentuan

Laporan

 Laporan dibuat satu laporan setiap mahasiswa yang mengikuti


praktikum (Tulis tangan)
 Laporan dikumpulkan pada pertemuan berikutnya.

I GUSTI NGURAH PUTU CANDRA 1


PARAF NILAI

LAPORAN SEMENTARA

MATA KULIAH : .................................................


JUDUL PRAKTIKUM : .................................................
TANGGAL PELAKSANAAN : .................................................
LABOLATORIUM : .................................................
KELOMPOK : .................................................
1. .................................................
2. .................................................
3. ..................................................
TUJUAN PERCOBAAN

ALAT

BAHAN

PROSEDUR KERJA

HASIL PENGAMATAN
/PENGUMPULAN DATA

PERHITUNGAN

KESIMPULAN

I GUSTI NGURAH PUTU CANDRA 2


ATURAN UMUM PRAKTIKUM

1. Mahasiswa harap hadir paling lambat 5 menit sebelum praktikum/tes awal


dimulai

2. Mahasiswa diwajibkan memakai Jas Lab dan tidak memakai sandal saat
praktikum

3. Pertanyaan sebelum praktikum wajib dijawab dan diserahkan kepada


dosen/asisten dosen.

4. Praktikum harus selalu dihadiri. Jika berhalangan harus memberikan


keterangan yang jelas

5. Setelah praktikum dilaksanakan, buatlah laporan sementara berisi data


hasil pengukuran yang dilengkapi dengan daftar anggota grup/kelompok.

6. Laporan perseorangan dan ditulis dengan tangan pada kertas ukuran A4,
kemudian penyerahannya paling lambat sebelum praktikum dimulai pada
minggu berikutnya.

7. Segala bentuk pelanggaran dapat diberikan sanksi akademik berupa :


skorsing praktikum, tidak diperkenankan mengikuti ujian, dan lain
sebagainya Pada akhir semester akan diadakan ujian praktikum

I GUSTI NGURAH PUTU CANDRA 3


PERLAKUAN PENDAHULUAN TERHADAP SAMPEL

a. Perlakuan Pendahuluan terhadap sampel serbuk

Sampel serbuk terdiri dari zat aktif dan zat tambahan, misalnya laktosa. Sebelum
dianalisis sampel digerus homogen agar dari beberapa kali penentuan hasilnya
tidak berbeda jauh (mempunyai standar deviasi yang kecil)

Setelah homogen barulah sampel ditimbang dengan seksama sejumlah tertentu,


lalu dilarutkan pada pelarut yang cocok kemudian ditentukan kadarnya, ulangi
penentuan sebanyak tiga kali.

b. Perlakuan Pendahuluan terhadap sampel Larutan

Untuk sampel larutan, sampel diberikan dalam labu ukur. Tambahkan air sampai
tanda batas dan campur hingga homogen. Ambil sejumlah larutan sampel dengan
volum pipet, lalu ditentukan berapa kadarnya.

c. Perlakuan Pendahuluan terhadap sampel Salep

Sampel salep terdiri dari zat aktif dalam dasar salep (vaselin). Sebelum ditentukan
kadarnya sampel dibuat hingga homogen, lalu ditimbang sejumlah sampel dengan
kertas perkamen, lalu dimasukan kedalam labu erlenmeyer dengan cara
memotong bagian kertas perkamen dimana terdapat sampel, tambahkan air/pelarut
yang cocok, kemudian panaskan hingga vaselin meleleh, dinginkan dan tetapkan
kadarnya.

Perhitungan

Menghitung %kadar analit dalam sampel serbuk dan salep

𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑚𝑢𝑎𝑛
%𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 = 𝑥 100%
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

I GUSTI NGURAH PUTU CANDRA 4


Menghitung %kadar analit dalam sampel larutan

𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑚𝑢𝑎𝑛
%𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 = 𝑥 100%
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑦𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖

I GUSTI NGURAH PUTU CANDRA 5


Menentukan berat temuan

Berat temuan dapat dicari dalam beberapa cara yaitu:

a. Menggunakan persamaan
Berat temuan = (V.N)pentiter x BE analit
BE analit di tentukan oleh reaksi yang terjadi misalnya:
1.
HX + NaOH NaX + H2O
Analit
BE HX = BM HX karena 1 mol HX bereaksi dengan 2 mol NaOH

2.
H2X + 2NaOH 2NaX + 2H2O
Analit
BE H2X = ½BM H2X karena 1 mol HX bereaksi dengan 1 mol NaOH

b. Menggunakan kesetaraan yang sudah diketahui


Misalnya:
1 mL NaOH 0,1 N ≈ 15 mg HX
Dari hasil titrasi diketahui jumlah NaOH 0,1 N yang dibutuhkan untuk
reaksai adalah 15mL, maka berat HX yang ada dalam sampel adalah

15 𝑚𝐿
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐻𝑋 = 𝑥 15 𝑚𝑔 = 225 𝑚𝑔
1 𝑚𝐿

Bila normalitas yang digunakan tidak sama dengan yang tertera pada
kesetaraan, misalnya pada contoh diatas normalitas NaOH yang digunakan
0,2N, maka:

15 𝑚𝐿 𝑥 0,2 𝑁
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐻𝑋 = 𝑥 15 𝑚𝑔 = 450 𝑚𝑔
1 𝑀𝐿 𝑥 0,1 𝑁

I GUSTI NGURAH PUTU CANDRA 6


MODUL 1

TITRASI ASAM BASA

PRINSIP

Reaksi netralisasi antara asam dan basa


H+ + OH- H2O

ALAT DAN BAHAN

 Buret 50 mL
 Labu Erlenmeyer
 Corong kaca
 Botol semprot
 Klem buret
 Timbangan analitik
 Botol Timbang / kaca arloji
 Pipet tetes
 Perlengkapan lain yang disesuaikan dengan bentuk sediaan yang
akan dianalisis.

BAHAN

 Larutan Standar NaOH 0,1 N


 Phenolptalein (PP)
 Asam Oksalat
 Sampel

I GUSTI NGURAH PUTU CANDRA 7


PROSEDUR KERJA

1. Pembuatan larutan NaOH 0,1 N


Larutkan 4 gram NaOH dalam 1000 mL air bebas karbon dioksida (air
murni yang telah didihkan selama 5 menit, kemudian dinginkan dengan
menghindari kontak dengan karbondioksida selama pendinginan)
2. Pembuatan larutan indikator Phenolptalein 1%
Timbang 1 gram phenolptalein kemudian larutkan dengan etanol
kemudian encerkan hingga 100 mL
3. Pembakuan NaOH
Timbang sejumlah asam oksalat kemudian larutkan dengan air sampai
larut, tambahkan indikator PP dan titrasi dengan menggunakan NaOH
yang dibakukan hingga terbentuk warna merah muda
Hitung normalitas dengan cara:

𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐴𝑠𝑎𝑚 𝑂𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡


𝑁 𝑁𝑎𝑂𝐻 =
𝑉 𝑁𝑎𝑂𝐻 𝑥 𝐵𝐸 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑜𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡

BE Asam oksalat = ½ BM Asam Oksalat

4. Penetapan kadar sampel


a. Thiamin HCl
Bentuk
sampel
Serbuk/Larutan
Kelarutan
Mudah larut dalam air, sukar larut dalam etanol (95%) P, praktis tidak
larut dalam eter P, dan dalam benzen P, larut dalam gliserol P
Penetapan kadar
Lakukan perlakuan pendahuluan untuk sampel serbuk/larutan. Sejumlah
sampel dititrasi dengan larutan baku natrium hidroksida dengan
menggunakan indikator phenolptalein, hingga terbentuk warna merah
muda.

I GUSTI NGURAH PUTU CANDRA 8


Kesetaraan
1 mL NaOH 0,1 N ≈ 33,72 mg Thiamin HCl

b. Asam Salisilat
Bentuk sampel
Serbuk/Salep
Kelarutan
Sukar larut dalam air dan benzen, mudah larut dalam etanol (95%)P, agak
sukar larut dalam kloroform dan eter, larut dalam air mendidih
Penetapan kadar
Lakukan perlakuan pendahuluan untuk sampel serbuk/salep. Sampel yang
telah ditimbang dilarutkan dalam etanol netral (etanol yang ditambah indikator
Phenolptalein, tambahkan tetes demi tetes NaOH hingga berwarna merah
muda), sampel dititrasi dengan larutan baku natrium hidroksida dengan
menggunakan indikator phenolptalein, hingga terbentuk warna merah muda.
Kesetaraan
1 mL NaOH 0,1 N ≈ 13,81 mg Asam salisilat
c. Asam Askorbat
Bentuk sampel
Serbuk/Larutan
Kelarutan
Mudah larut dalm air, agak sukar larut dalam etanol (95%) P, tidak larut dalam
kloroform, dalam eter dan dalam benzen
Penetapan kadar
Lakukan perlakuan pendahuluan untuk sampel serbuk/larutan. Sejumlah
sampel dititrasi dengan larutan baku natrium hidroksida dengan menggunakan
indikator phenolptalein, hingga terbentuk warna merah muda.
Kesetaraan
1 mL NaOH 0,1 N ≈ 17,613 mg Asam askorbat

I GUSTI NGURAH PUTU CANDRA 9

Anda mungkin juga menyukai