Format Jurnal
1. Judul Praktikum
2. Tanggal praktikum
3. Tujuan praktikum
4. Alat dan bahan
5. Daftar informasi bahan yang dipergunakan (+Perhitungan pra Lab)
6. Prosedur (dibuat tabel)
7. Kesimpulan
Format Laporan
1. Judul Praktikum
2. Tanggal praktikum
3. Tujuan praktikum
4. Alat dan bahan
5. Dasar teori (+pustaka lain)
6. Daftar informasi bahan yang dipergunakan
7. Prosedur (kalimat pasif)
8. Hasil pengamatan dan perhitungan
9. Kesimpulan
10. Pembahasan dan diskusi
11. Daftar pustaka (minimal 5)
Keterarngan :
Jurnal
Laporan
LAPORAN SEMENTARA
ALAT
BAHAN
PROSEDUR KERJA
HASIL PENGAMATAN
/PENGUMPULAN DATA
PERHITUNGAN
KESIMPULAN
2. Mahasiswa diwajibkan memakai Jas Lab dan tidak memakai sandal saat
praktikum
6. Laporan perseorangan dan ditulis dengan tangan pada kertas ukuran A4,
kemudian penyerahannya paling lambat sebelum praktikum dimulai pada
minggu berikutnya.
Sampel serbuk terdiri dari zat aktif dan zat tambahan, misalnya laktosa. Sebelum
dianalisis sampel digerus homogen agar dari beberapa kali penentuan hasilnya
tidak berbeda jauh (mempunyai standar deviasi yang kecil)
Untuk sampel larutan, sampel diberikan dalam labu ukur. Tambahkan air sampai
tanda batas dan campur hingga homogen. Ambil sejumlah larutan sampel dengan
volum pipet, lalu ditentukan berapa kadarnya.
Sampel salep terdiri dari zat aktif dalam dasar salep (vaselin). Sebelum ditentukan
kadarnya sampel dibuat hingga homogen, lalu ditimbang sejumlah sampel dengan
kertas perkamen, lalu dimasukan kedalam labu erlenmeyer dengan cara
memotong bagian kertas perkamen dimana terdapat sampel, tambahkan air/pelarut
yang cocok, kemudian panaskan hingga vaselin meleleh, dinginkan dan tetapkan
kadarnya.
Perhitungan
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑚𝑢𝑎𝑛
%𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 = 𝑥 100%
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑚𝑢𝑎𝑛
%𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 = 𝑥 100%
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑦𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖
a. Menggunakan persamaan
Berat temuan = (V.N)pentiter x BE analit
BE analit di tentukan oleh reaksi yang terjadi misalnya:
1.
HX + NaOH NaX + H2O
Analit
BE HX = BM HX karena 1 mol HX bereaksi dengan 2 mol NaOH
2.
H2X + 2NaOH 2NaX + 2H2O
Analit
BE H2X = ½BM H2X karena 1 mol HX bereaksi dengan 1 mol NaOH
15 𝑚𝐿
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐻𝑋 = 𝑥 15 𝑚𝑔 = 225 𝑚𝑔
1 𝑚𝐿
Bila normalitas yang digunakan tidak sama dengan yang tertera pada
kesetaraan, misalnya pada contoh diatas normalitas NaOH yang digunakan
0,2N, maka:
15 𝑚𝐿 𝑥 0,2 𝑁
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐻𝑋 = 𝑥 15 𝑚𝑔 = 450 𝑚𝑔
1 𝑀𝐿 𝑥 0,1 𝑁
PRINSIP
Buret 50 mL
Labu Erlenmeyer
Corong kaca
Botol semprot
Klem buret
Timbangan analitik
Botol Timbang / kaca arloji
Pipet tetes
Perlengkapan lain yang disesuaikan dengan bentuk sediaan yang
akan dianalisis.
BAHAN
b. Asam Salisilat
Bentuk sampel
Serbuk/Salep
Kelarutan
Sukar larut dalam air dan benzen, mudah larut dalam etanol (95%)P, agak
sukar larut dalam kloroform dan eter, larut dalam air mendidih
Penetapan kadar
Lakukan perlakuan pendahuluan untuk sampel serbuk/salep. Sampel yang
telah ditimbang dilarutkan dalam etanol netral (etanol yang ditambah indikator
Phenolptalein, tambahkan tetes demi tetes NaOH hingga berwarna merah
muda), sampel dititrasi dengan larutan baku natrium hidroksida dengan
menggunakan indikator phenolptalein, hingga terbentuk warna merah muda.
Kesetaraan
1 mL NaOH 0,1 N ≈ 13,81 mg Asam salisilat
c. Asam Askorbat
Bentuk sampel
Serbuk/Larutan
Kelarutan
Mudah larut dalm air, agak sukar larut dalam etanol (95%) P, tidak larut dalam
kloroform, dalam eter dan dalam benzen
Penetapan kadar
Lakukan perlakuan pendahuluan untuk sampel serbuk/larutan. Sejumlah
sampel dititrasi dengan larutan baku natrium hidroksida dengan menggunakan
indikator phenolptalein, hingga terbentuk warna merah muda.
Kesetaraan
1 mL NaOH 0,1 N ≈ 17,613 mg Asam askorbat