Anda di halaman 1dari 16

2.2.

1 Antibakteri Herbal

Obat tradisional banyak digunakan masyarakat menengah ke bawah terutama


dalam upaya pencegahan penyakit (preventif), peningkatan kesehatan (promotif), dan
pemulihan kesehatan (rehabilitatif) (Selisiyah, 2011).Penggunaan tanaman sebagai
antibakteri telah banyak dilakukan sebagai contoh jeruk nipis dapat digunakan
sebagai obat batuk.Penelitian pada beberapa tanaman menunjukkan kemampuan
menghambat pertumbuhan bakteri. Beberapa penelitian menggunakan ekstrak
maupun minyak atsiri pada tanaman sebagai antibakteri antara lain Parhusip (2006),
menggunakan buah Andaliman, Korompis dkk.(2010), menggunakan Langsat,
Mapiliandari dkk.(2008), menggunakan oleoresin beberapa tanaman rempah yaitu
lada, temulawak, kunyit, cengkeh, adas, kapulaga, jahe, dan kayu manis,
Kusumaningtyas dkk. (2008), menggunakan daun sereh, Sari (2010), menggunakan
buah Majapahit.

Adapun tanaman yang berfungsi sebagai antibakteri alami yaitu sebagai


berikut:

1. Kayu Manis

Menurut penjelasan dari pakar obat-


obatan herbal, Prof. Hembing Wijayakusuma,
kayu manis berkhasiat untuk mengobati asam
urat, tekanan darah tinggi, maag, tidak nafsu
makan, sakit kepala (vertigo), masuk angin,
diare, perut kembung, muntah-muntah,
hernia, susah buang air besar, asma, sariawan,
sakit kencing, dan lain-lain. Selain
mempunyai khasiat untuk pengobatan, kayu manis juga ternyata mempunyai efek
farmakologis yang dibutuhkan dalam obat-obatan. Kulit batang, daun, dan akarnya
dapat dimanfaatkan sebagai obat antirematik, peluruh keringat (diaphoretic), peluruh
kentut (carminative), meningkatkan nafsu makan (istomachica), dan menghilangkan
sakit (Rismunandar dan Paimin, 2001).

Kandungan kimia dari kayu manis antara lain minyak atsiri, safrole,
sinamadehide, eugenol, tanin, damar, kalsium oksanat, dan zat penyamak.
Sinamaldehida merupakan turunan dari senyawa fenol. Menurut Moestafa (1988) dan
Chairul (1994) minyak atsiri dari C. burmanni memiliki komponen utama
sinamaldehida dan dehidrokarveol asetat sedangkan menurut Gunawan dan Mulyani
(2004) minyak atsiri C. burmanni atau kayu manis mengandung sinamil aldehida,
eugenol, linalool, kariofilena, dan asam sinamat. Senyawa lain yang ditemukan
adalah flavonoid, tanin, triterpenoid dan saponin. Berdasarkan penelitian Moestafa
(1988) komponen utama minyak atsiri daun C. burmanni atau yang kita kenal dengan
kayu manis adalah linalool 24,33 %, sinamilasetat 10,75 %, kariofilena 9,08 %, dan
trans-sinamaldehid 7,29 %. Minyak atsiri berkhasiat sebagai senyawa antimikroba
(Sukandar et al. 1999) yang dieksrak dengan penyulingan (destilasi uap) (Harris
1994).

Antimikroba adalah zat yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba dan


bakteri. Berdasarkan aktivitasnya antibakteri dibedakan dalam dua bagian, yaitu
aktivitas bakteriostatik dan aktivitas bakteriosida. Aktivitas bakterio static bersifat
menghambat pertumbuhan bakteri, sedangkan yang beraktivitas bakteriosida bersifat
membunuh bakteri.

Minyak atsiri mengandung senyawa yang berfungsi sebagai antimikroba.


Berdasarkan penelitian Damayanti (2004) minyak atsiri rempah mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Staphylococus aureus, Escherichia coli, dan Samonella
typhimurium. Menurut Sukandar et al. (1999), minyak atsiri dalam daun kayu manis
sebagai antimikroba paling kuat untuk jenis Samonella typhimurium dan Candida
albicans sedangkan minyak atsiri dalam kulit kayu manis sebagai antimikroba untuk
Bacillus substilis dan Candida albicans. Sufriadi, Anton. 2006. Manfaat daun Kayu
Manis (Cinnamomum burmanni) terhadap khasiat Antioksidasi Mahkota Dewa
(Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.) selama penyimpanan.

2. Lengkuas

Senyawa kimia yang terdapat pada lengkuas


antara lain mengandung minyak atsiri, minyak
terbang, eugenol, seskuiterpen, pinen, metil
sinamat, kaemferida, galangan, galangol dan
kristal kuning. Lengkuas berkhasiat anti jamur,
anti bakteri, menghangatkan, membersihkan
darah, menambah nafsu makan, mempermudah
pengeluaran angin dari dalam tubuh,
mengencerkan dahak, mengharumkan, merangsang otot dan konon berkhasiat
aprodisiak. Rimpang lengkuas mengandung lebih kurang 1% minyak atsiri berwarna
kuning kehijauan yang terutama terdiri dari metil-sinamat 48%, sineol 20% - 30%,
eugenol, kamfer 1 %, seskuiterpen, δ-pinen, galangin, dan lain-lain. Selain itu
rimpang juga mengandung resin yang disebut galangol, kristal berwarna kuning yang
disebut kaemferida dan galangin, kadinen, heksabidrokadalen hidrat, kuersetin,
amilum, beberapa senyawa flavonoid, dan lain-lain.

Minyak atsiri rimpang lengkuas dapat dikatakan aktif terhadap bakteri E. coli
dan S.aureus. Pada konsentrasi yang sama bahwa minyak atsiri menunjukkan
aktivitas lebih rendah terhadap kedua bakteri, hal ini disebabkan banyaknya
komponen senyawa yang kurang aktif pada minyak atsiri rimpang lengkuas.Minyak
atsiri yang aktif sebagaiantibakteri pada umumnya mengandung gugusfungsi
hidroksil (-OH) dan karbonil. Turunan fenol berinteraksi dengan sel bakteri melalui
proses adsorpsi yang melibatkan ikatan hidrogen. Pada kadar rendah terbentuk
kompleks protein fenol dengan ikatan yang lemah dan segera mengalami peruraian,
diikuti penetrasi fenol ke dalam sel dan menyebabkan presipitasiserta denaturasi
protein.

3. Kunyit

Kunyit (Curcuma domestica) merupakan


salah satu jenis tanaman obat yang banyak
memiliki manfaat, di antaranya sebagai bumbu
masak, pewarna makanan, minuman, tekstil dan
kosmetik. Kunyit juga dikenala sebagai aplikasi
obat. Namun baru- baru ini sifat kunyit telah
diteliti yakni sebagai antioksidan,anti-inflamasi,
anti-karsinogenok, antimutagenik, tindakan anti-trombotik, hepatoprotrktif, dan
antimikroba, antivirus dan anti-parasit (Badmaev et al, 2004).

Kunyit (Curcuma domestica) merupakan salah satu jenis tanaman obat yang
banyak memiliki manfaat, di antaranya sebagai bumbu masak, pewarna makanan,
minuman, tekstil dan kosmetik. Kunyit juga dikenala sebagai aplikasi obat. Namun
baru- baru ini sifat kunyit telah diteliti yakni sebagai antioksidan,anti-inflamasi, anti-
karsinogenok, antimutagenik, tindakan anti-trombotik, hepatoprotrktif, dan
antimikroba, antivirus dan anti-parasit (Badmaev et al, 2004).

Senyawa kimia utama yang terkandung di dalam rimpang kunyit adalah


minyak atsiri dan kurkuminoid. Minyak atsiri mengandung senyawa seskuiterpen
alkohol, turmeron dan zingiberen, sedangkan kurkuminoid mengandung senyawa
kurkumin dan turunannya (berwarna kuning) yang meliputi desmetoksi-kurkumin dan
bidesmetoksikurkumin.

Kurkumin mempunyai rumus molekul C21H20O6 dengan bobot molekul 368,


desmetoksi kurkumin rumus molekul C20H18O5 dengan bobot molekul 338, diduga
gugusan aktif pada kurkuminoid terletak pada gugus metoksi. Gugus hidroksil fenolat
yang terdapat dalam struktur kurkuminoid kemungkinan menyebabkan kurkuminoid
mempunyai aktivitas antibakteri. Selain antibakteri, kurkumin mengobati berbagai
jenis penyakit dan dapat berfungsi sebagai tumor promoter, antioksidan, anti
inflamasi, hipolipedemik, hepatoprotektor, antivirus, dan meningkatkan sistem imun
tubuh.

Mekanisme kerja kurkumin sesungguhnya masih belum bisa dijelaskan tapi rupanya
dia dapat terikat dengan enzim aminopeptidase-N (APN) dan menghambat aktivitas
enzimatiknya. APN adalah suatu enzim yang terdapat pada jaringan membran di
dalam tubuh (dikenal sebagai zinc-dependent metalloproteinase) dan bertanggung
jawab terhadap angiogenesis dan pertumbuhan tumor. APN tersebut yang berfungsi
membongkar protein pada permukaan sel jaringan tubuh sehingga sel kanker dapat
mengambil alih kedudukan sel jaringan tadi dan tumbuh tak terkendali. Dugaan
sementara, kemungkinan besar ikatan tak jenuh (ikatan rangkap), alfa dan beta di
sekitar gugus keton pada kurkumin membentuk ikatan kovalen dengan dua nukleofil
asam amino yang terdapat pada situs aktif APN dan mampu menghambat (inhibit)
aktivitasnya secara tak-dapat balik (irreversible).

Menurut jurnal “Penggunaan Ekstrak Temulawak dan Kunyit Terhadap


Resistensi Bakteri Aeromonas hydrophilla Pada Ikan Mas (Cyprinus carpio)”
menyatakan bahwa penggunaan ekstrak kunyit yang terlalu tinggi dalam menghambat
pertumbuhan bakteri Aeromonas hydrophila akan menimbulkan resistensi bakteri
serta kurang ekonomis dalam penggunaannya, untuk itu perlu diketahui konsentrasi
terendah yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri Aeromonas hydrophila.

4. Jahe

Jahe (Zingiber officinale Rosc.) termasuk


dalam famili Zingiberaceae mempunyai kandungan
senyawa fenolik diantaranya adalah gingerol,
shogaol, dan zingeron yang mempunyai aktivitas
antibakteri terhadap Micrococcus varians, Leuconostoc sp., dan Bacillus subtilis,
serta bersifat bakteristatik terhadap Pseudomonas sp. dan Enterobacter aerogenes
serta kapang Penicillium citrinum thom. Penelitian terdahulu telah dibuktikan bahwa
oleoresin tanaman jahe memiliki aktivitas antibakteri terhadap S. aureus dengan
kadar hambat minimum 60 ppm, dan diameter zona hambat 19 mm. Minyak Atsiri
pada jahe dapat mencegah penyakit kolera dan tifus. Senyawa aktif yang dominan
terdapat di jahe yaitu gingerone dan gingerol memiliki peran dalam penghambatan
bakteri, terutama bakteri patogen. Komponen utama dalam minyak jahe adalah
zingiberen, dan gingerol yang menyebabkan bau khas minyak jahe.

5. Adas

Buah adas (Foeniculum vulgare Mill).


Buah Adas dimanfaatkan untuk mengatasi
sakit perut, mual, perut kembung, muntah,
diare, nyeri haid, dan haid tidak teratur
(Dalimartha, 1999) . Buah adas mengandung
senyawa Anethole yang dapat berperan
sebagai antimikroba. Masyarakat telah
mengunakan buah adas dan kulit batang pulasari secara tradisional sebagai obat, baik
secara terpisah maupun sebagai campuran yang sering disebut ‘adaspulowaras’.
Pencampuran bahan obat dapat kemungkinan dapat menyebabkan perubahan pada
aktivitas farmakologisnya. Oleh karena itu dirasa perlu dilakukan penelitian tentang
daya antibakteri buah adas dan kulit batang pulasari secara terpisah maupun
campurannya. Ekstraksi dilakukan dengan metode maserasi menggunakan etanol. Uji
daya antibakteri dengan metode difusi dan dilusi, sebagai mikroba uji digunakan
Escherichia coli dan Staphylococcus aureus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
baik ekstrak etanol buah adas, kulit batang pulasari maupun campuran buah adas dan
kulit batang pulasari (4 : 3 ) menunjukan daya antibakteri yang lebih besar terhadap
Staphylococcus aureus dibandingkan terhadap Escherichia coli. Daya antibakteri
campuran ekstrak etanol buah adas dan kulit batang pulasari (4 : 3) lebih rendah
dibandingkan ekstrak etanol buah adas maupun ekstrak etanol kulit batang pulasari.

6. Kumis kucing

Kandungan senyawa kimia pada bagian daun


bisa dibilang cukup kompleks. Beberapa senyawa
penting yang berkhasiat sebagai obat tradisional
berbagai penyakit diantaranya adalah orthosiphonin
glikosida, minyak atsiri, saponin, garam kalium, zat
samak, minyak lemak, sapofonin, mioinositol, dan
sinensetin.

Salah satu pemanfaatan daun kumis kucing sebagai obat tradisional adalah
untuk menyembuhkan penyakit asam urat. Kandungan senyawa glikosida
orthosiphonin yang terdapat pada daun berperan sebagai pelarut asam urat, asam
fosfat, dan asam oksalat dalam tubuh. Dengan demikian, mengonsumsi sari daun
kumis kucing dapat menurunkan kadar kristal asam urat dalam darah.

7. Bawang Putih

Dalam pengobatan, bawang putih


digunakan sebagai expectorant, antispasmodik,
antiseptik, bakteriostatik, antiviral, antihelmintik,
antihipertensi dan sebagai promoter hipertensi.
Secara tradisional, bawang putih biasa digunakan
untuk mengobati bronkhitis kronis, batuk
whooping, respiratory catarrh, asma bronkhitis,
dan influenza. Sejak tahun 1858, Louis Pasteur
telah menyatakan bahwa bawang putih mempunyai sifat antibakteri (Anonymous,
2004). Kemampuan bawang putih sebagai antibakteri juga didukung oleh penelitian
Yamada dan Azama (1977) yang menyatakan bahwa selain bersifat antibakteri,
bawang putih juga bersifat anti jamur. Kemampuan bawang putih ini berasal dari zat
kimia yang terkandung di dalam umbi. Komponen kimia tersebut adalah Allicin.

Allicin merupakan salah satu senyawa yang terdapat dalam bawang putih
(Allium sativum L.). Allicin dibentuk dari Alliin yang bertemu dengan enzim
alliinase. Allicin dibentuk ketika bawang putih (Allium sativum L.) ditumbuk atau
diiris. Allicin memiliki banyak manfaat terutama dalam pengobatan tradisional.
Allicin memiliki khasiat sebagai pembunuh kuman atau antibakteri dan daya
antibiotik yang dapat menyembuhkan berbagai penyakit infeksi. Penyakit infeksi
yang dapat disembuhkan oleh allicin salah satunya penyakit infeksi yang disebabkan
oleh Staphylococcus aureus, Proteus vulgaris, Bacillus subtilis, Serratia marcescens,
Shigella dysentriae dan Escherichia coli.

Menurut jurnal yang berjudul “Uji Daya Antibakteri Ekstrak Etanol Bawang
Putih (Allium sativum l.) terhadap Staphylococcus aureus atcc 6538 dan Escherichia
coli atcc 11229 secara in vitro” menyatakan bahwa Semakin tinggi konsentrasi
bawang putih, maka aktivitasnya cenderung meningkat. Aktivitas antibakteri bawang
putih ini disebabkan kandungan diallyl thiosulfinate yang biasa disebut allicin.

8. Mustard

Mustard tergolong famili Cruciferae, yang


bijinya dimanfaatkan sebagai rempah. Minyak
mustard didapatkan dengan cara menggiling bijinya
dengan air. Air hasil perendaman mustard dapat
digunakan untuk menghilangkan jamur yang ada
pada kulit manusia. Komponen atau senyawa aktif
yang dominan pada mustard adalah allyl
isothiosianat yang bersifat volatil dan mudah kehilangan sifat antimikrobanya karena
menguap. Senyawa aktif dominan ini memiliki kemampuan penghambatan yang lebih
besar terhadap jamur dan khamir dibanding bakteri. Efek antimikrobia dihasilkan dari
reaksi antara thiosianat (-N=C=S) dengan gugus –SH dari membran sitoplasma sel
mikroba. Efektifitas penghambatan jamur oleh allyl isothiosianat pada mustard dapat
ditingkatkan bila dikombinasikan dengan komponen antimikroba lainnya.

9. Oregano

Oregano mempunyai dua bahan aktif bernama


thymol dan carvacrol yang dapat mencegah bakteri
dan jamur. Dua komposisi ini baik untuk mengatasi
masalah kulit sebab bisa membunuh bakteri yang
mengakibatkan infeksi kulit.

Pada penelitian yang dilakukan oleh


Paul Belaiche, minyak oregano mampu membunuh
96% bakteri pneumococcus, 92% bakteri neisseria, bakteri proteus dan bakteri
staphylococcus. Bakteri strein dan neisseria ini sering ditemukan pada penyakit
gonorrhea dan meningitis. Sedangkan bakteri proteus ditemukan pada infeksi usus,
dan bakteri staphylococcus seringkali ditemukan pada makanan yang beracun.
Dikatakan juga, minyak oregano ini mampu berperan sebagai antibiotik yang
mempercepat penyembuhan sakit tenggorokan, demam, reumatik, infeksi luar, dan
anorexia.

10. Minyak Kelapa

Asam lemak yang ada pada minyak


kelapa mempunyai zat anti bakteri dan anti
virus. Asam lemak ini menghancurkan
patogen jahat yang bisa membawa dampak
penyakit. Selain minyak kelapa, air susu juga bisa mengandung asam lemak yang
baik untuk mencegah penyakit

11. Kubis

Anda mungkin terkejut melihat


kubis sebagai salah satu makanan alami
yang mengandung antibiotik. Ya, sayuran
yang satu ini, bersama makanan lain seperti
kembang kol, kale, dan brokoli ini bisa
mencegah penyakit sebab kadar vitamin C
yang ada di dalamnya. Minum jus kubis mentah bahkan diketahui bisa meningkatkan
kekebalan tubuh, terutama jika jus tersebut ditambahkan dengan madu.

12. Daun Beluntas

Secara tradisional daun beluntas


digunakan sebagai obat untuk menghilangkan
bau badan, obat turun panas, obat batuk, dan
obat diare. Daun beluntas yang telah direbus
sangat baik untuk mengobati sakit kulit.
Disamping itu daun beluntas juga sering
dikonsumsi oleh masyarakat sebagai lalapan.

Daun beluntas dalam bentuk ekstrak sebagai komponen antibakteri dan


minyak atsiri sebagai zat antioksidan. Daun beluntas mengandung ekstrak
nondefatted menunjukkan aktivitas penghambatan lebih tinggi dibandingkan dengan
ekstrak defatted. Jika data pada tabel dikaitkan dengan ketentuan kekuatan antibakteri
yang dikemukakan oleh Stout, maka kekuatan antibakteri yang terkandung dalam
ekstrak daun beluntas masuk dalam kategori “sedang” (masuk dalam kisaran 5-10
mm). Meskipun kekuatan antibakteri dalam kategori sedang, dapat dipahami bila
daun beluntas berkhasiat menyembuhkan berbagai penyakit yang diakibatkan infeksi
bakteri.

Selain itu juga potensi daun beluntas dapat digunakan juga sebagai obat
radang (inflamasi) dan obat diare karena kemampuannya untuk menghambat
pertumbuhan bakteri S. aureus dan E. coli.

13. Teh Hijau

Memang benar teh hijau bukan antibiotik yang


kuat, namun berdasarkan hasil penelitian teh hijau
mampu membantu kinerja antibiotik. Teh hijau
mengandung aktioksidan yang tinggi dan sangat
bermanfaat bagi tubuh. Teh hijau mengandung
kafein yang rendah dan mampu membuat bakteri
lemah terhadap antibiotik.

14. Bawang merah

Bawang merah mengandung belerang yang dipercaya banyak orang


mengandung antibakteri dan zat diuretik. Sirup
atau obat yang terbuat dari bawang merah
berkhasiat sebagai ekspekstoran yang membantu
mengeluarkan lendir dari bronkus, paru-paru, dan
trakea. Selain itu sirup atau obat yang terbuat
dari bawang merah berkhasiat untuk melawan
radang dan memperlancar aliran darah. Ekstrak
bawang merah mempunyai efek bakterisidal terhadap Staphylococcus aureus dan
Shigella dysentriae.
15. Echinacea

Tumbuhan ini bila dalam bentuk ekstrak


mampu melawan berbagai bakteri, gigitan
serangga, dan juga virus. Selain itu, echinacea
juga bermanfaat untuk merangsang sistem
kekebalan tubuh agar sel darah putih lebih kuat
dan efektif dalam melawan infeksi.
Berdasarkan hasil penelitian, dengan
mengkonsumsi suplemen Echinacea secara
rutin, daya tahan tubuh anda lebih kuat dan tidak mudah terkena penyakit, seperti
pilek. Namun tidak dianjurkan untuk mengkonsumsi supplemen ini secara terus
menerus karena efektivitasnya akan berkurang. Disarankan mengkonsumsinya hanya
selama beberapa pekan saja, terutama saat anda sakit dan daya tahan tubuh sedang
menurun.

16. Cengkeh

Dalam industri makanan cengkeh


digunakan dalam bentuk bubuk atau produk
hasil ekstraksi dari bunga cengkeh seperti
minyak cengkeh atau oleoresin. Minyak
cengkeh juga digunakan sebagai bahan aktif
dalam antiseptik ruangan dalam bentuk spray.
Dalam bentuk tunggal maupun sebagai
campuran dalam formula cairan antiseptik dapat
menghambat pertumbuhan bakteri Salmonella hypemerium dan E. coli. Dimana
setiap bagian dari cengkeh baik pada bunga, tangkai, maupun daun mengandung
komponen bioaktif fenol, yaitu eugenol, asetil eugenol, kariofelin, eugenia, venilllin,
dan asam galotanin. Karena itu produk cengkeh dapat digunakan sebagai fungisida,
bakterisida, nematisida dan insektisida. Sebagai antibiotic bakterisida eugenol
dilaporkan sangat efektif secara in – vitro terhadap beberapa bakteri antara lain :
Bacillus subtilis, Staphylococcus aureus dan Escherisia coli. Sebagai nematisida
minyak cengkeh dan eugenol berpengaruh terhadap Melodogyne incognita dan
Rodopolus similis dalam konsenterasi yang tinggi yaitu 1 – 10%. Sebagai insektisida
eugenol pada konsenterasi 10% dapat menyebabkan A. fasiculatus tidak
menghasilkan keturunan.

17. Daun Sirih

Daun sirih mengandung minyak atsiri


yang terdiri dari betlephenol, kavikol,
seskuiterpen, hidroksikavikol, cavibetol,
estragol, eugenol, dan karvakrol. Komponen
aktif dari daun sirih terdapat dalam minyak atsiri
tersebut. Selain itu, sirih juga mengandung
terprnnena, fenil propana, tannin, diastase, gula
dan pati. Pemanfaatan daun sirih dalam
pengobatan tradisional ini disebabkan adanya sejumlah senyawa zat kimia atau bahan
alami sehingga daun sirih juga mempunyai kekuatan sebagai antioksidasi dan
fungisida. Kandungan eugenol dan hidroksikavikol dalam daun sirih memiliki
aktivitas antimikroba, dan kandungan lain seperti kavikol, kavibetol, tannin,
karvakrol, kariofilen dan asam askorbat juga mempunyai aktivitas antibakteri.

Minyak atsiri dari daun sirih mampu melawan beberapa bakteri gram positf
dan gram negatif. Adapun beberapa penelitian berhasil menguji kemampuan aktivitas
antibakteri terhadap enam jenis bakteri yang meliputi gram positif dan gram negatif,
seperti Bacillus cereus, Staphylococcus aureus, Listeria monocytogenes, Escheria
coli, Salmonela typhimuriumdan Pseudomonas aeruginosa. Semakin tinggi
konsentrasi ekstrak daun sirih maka aktivitas penghambatannya semakin kuat.
Ekstrak daun sirih efektif menghambat bakteri gram positif dan gram negatif dengan
diameter penghambatan bervariasi antara 7 mm sampai 24 mm.

18. Daun Belimbing Wuluh

Daun belimbing wuluh mengandung tanin,


sulfur, asam format, dan kalium sitrat
(Wijayakusuma, 2006). Daun belimbing
mengandung tanin sedangkan batangnya
mengandung alkaloid dan polifenol (Anonymouse,
2008). Penelitian Fahrani (2009) menunjukkan
bahwa ekstrak daun belimbing wuluh mengandung
flavonoid, saponin dan tanin. Dalimartha (2000) menjelaskan bahwa di dalam daun
belimbing wuluh selain tanin juga mengandung sulfur, asam format, kalsium oksalat
dan kalium sitrat.

Penelitian Fahrani (2009) menunjukkan bahwa ekstrak daun belimbing wuluh


mengandung flavonoid, saponin dan tanin. Daun belimbing wuluh selain tanin juga
mengandung sulfur, asam format , kalsium oksalat dan kalium sitrat. Bahan aktif pada
daun belimbing wuluh yang dapat dimanfaatkan sebagai obat adalah tanin. Tanin ini
juga digunakan sebagai astringent baik untuk saluran pencernaan maupun kulit dan
juga dapat digunakan sebagai obat diare. Daun belimbing wuluh juga mengandung
senyawa peroksida yang dapat berpengaruh terhadap antipiretik, peroksida
merupakan senyawa pengoksidasi dan kerjanya tergantung pada kemampuan
pelepasan oksigen aktif dan reaksi ini mampu membunuh banyak mikroorganisme.

Daun belimbing wuluh berkhasiat untuk mengurangi rasa sakit atau nyeri dan
pembunuh kuman serta dapat menurunkan kadar gula darah, bunganya juga dapat
digunakan sebagai obat batuk dan perasan air buah sangat baik untuk asupan vitamin
C dan di samping itu perasan buah juga dapat dipakai untuk keramas sebagai
penghilang antiketombe, atau digosokkan sebagai penghilang panu (Arland, 2006).
Rasa asam dan sejuk pada buah belimbing wuluh dapat menghilangkan sakit,
memperbanyak pengeluaran empedu, antiradang, peluruh kencing (Wijayakusuma,
2006).

Tanaman belimbing wuluh, baik pada batang, buah dan daun, berdasarkan
hasil pengujian secara in vitro pada bakteri Escherichia coli (E. coli), Staphylococcus
aureus (S. aureus), Micrococcus luteus (M. luteus) dan Pseudomonas fluorescens (P.
fluorescens) menunjukkan potensi yang aktif sebagai antibakteri. Senyawa aktif yang
diduga yang terdapat pada tanaman belimbing wuluh yang bersifat sebagai antibakteri
antara lain, senyawa-senyawa metabolit skunder tannin, flavonoid, alkaloid, tannin,
terpenoid, saponin.

19. Mengkudu

Adapun kandungan zat kimia yang


dimiliki tanaman ini yaitu buah buni
tumbuhan mengkudu yang telah masak
mempunyai aroma yang tidak sedap, namun
mengandung sejumlah zat yang berkhasiat
untuk pengobatan. Adapun kandungan zat
tersebut antara lain morinda diol, morindone,
morindin, damnacanthal, metil asetil, asam
kapril, sorandiyiol, Alkalaoid; Antrakuinon dan Alzarin. Tanaman ini dapat
menghambat Streptococcus sangius dan Salmonella. Penyakit yang dapat diobati oleh
tanaman ini yaitu amandel, sariawan, hipertensi, sakit kuning, demam, batuk dan
sakit perut.

20. Cocor Bebek


Kandungan zat kimia yang terdapat pada tanaman ini yaitu Glikosida,
Briofilin, Lendir; Magnesium malat; Damar. Bakteri yang dapat dihambat oleh
tanaman ini yaitu Salmonella. Tanaman ini dapat mengobati demam dan luka.

Sumber : Aditia, Lasinrag. 2015. Tumbuhan Sebagai Antibiotik Alami. Jurnal


Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin, Makassar.

Anda mungkin juga menyukai