Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

FARMASI INDUSTRI

INDUSTRI KECIL OBAT TRADISIONAL

DOSEN PENGAMPU:

ANDHI FAHRUROJI, M.Sc., Apt

DISUSUN OLEH KELOMPOK 2:

MUHAMMAD TAUFIQ (I4041202032)

RIZZA CHANIAGO (I4041202033)

MUHAMMAD RIFKY (I4041202039)

ALFARINDI MAHARDI (I4041202040)

ERWANSYAH (I4041202045)

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

PONTIANAK

2021
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan hayati yang


cukup besar yang dapat dikembangkan untuk obat(1) tradisional yang
merupakan bahan atau ramuan bahan berupa bahan tumbuhan, bahan
hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik), atau campuran dari bahan
tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan
berdasarkan pengalaman. Dokumen kebijakan Obat tradisional (Kotranas)
tahun 2006 mencatat ada 30.000 jenis tumbuhan yang teridentifikasi di
Indonesia, 7.500 diantaranya tergolong tananam obat. Indonesia dengan
memiliki 30.000 species tumbuhan dan diketahui sekurang-kurangnya 9.600
species tumbuhan berkhasiat sebagai obat dan kurang lebih 300 species telah
digunakan sebagai bahan obat tradisional oleh Industri obat tradisional,
merupakan pasar yang potensial bagi pengembangan Bahan Baku Obat
Tradisional(2)

. Usaha Kecil Obat Tradisional yang selanjutnya disingkat UKOT


adalah usaha yang membuat semua bentuk sediaan obat tradisional, kecuali
bentuk sediaan tablet, efervesen, suppositoria dan kapsul lunak. UKOT hanya
dapat diselenggarakan oleh badan usaha yang memiliki izin usaha sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan. Pemberian izin UKOT dikeluarkan
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi. UKOT hanya dapat diselenggarakan oleh
badan usaha yang memiliki izin usaha sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan. (3)

I.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dari makalah ini adalah:
I.3 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah :
BAB II

ISI DAN PEMBAHASAN

II.1 Jamu

Definisi dari jamu adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa
bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik)
atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun-menurun telah
digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman (Undang-
Undang Kesehatan RI No 23,1992). Pembuatan jamu biasanya
menggunakan beberapa macam tumbuhan yang diambil langsung dari
alam. Biasanya menggunakan bagian rimpang, daun, kulit batang dan
buah namun juga ada yang menggunakan bahan hewani seperti
empedu kambing atau tangkur buaya. Salah satu contoh jamu adalah
jamu beras kencur. Jamu ini menggunakan campuran bahan beras dan
kencur yang dipercaya menghilangkan pegal-pegal pada tubuh
(Banuerah, 2009).

II.2 Rimpang Kencur ( Kaemferia galanga L)

Kencur digolongkan sebagai tanaman jenis empon-empon yang


mempunyai daging buah yang lunak dan tidak berserat. Kencur
merupakan terna kecil yang tumbuh subur didaerah dataran atau
pegunungan yang tanahnya gembur dan tidak terlalu banyak air.
Rimpang kencur mempunyai aroma yang spesifik. Daging buah kencur
berwarna putih dan kulit luarnya berwarna coklat. Jumlah helaian daun
kencur tidak lebih dari 2-3 lembar dengan susunan berhadapan (Hafid,
2008).

Kencur (Kaempferia galanga L.) banyak digunakan sebagai bahan


baku obat tradisional (jamu), fitofarmaka, industri kosmetika, penyedap
makanan dan minuman, rempah, serta bahan campuran saus rokok
pada industri rokok kretek, bahkan dapat dimanfaatkan sebagai
bioinsektisida. Secara empirik kencur digunakan sebagai penambah
nafsu makan, ekspektoran, obat batuk, disentri, tonikum, infeksi bakteri,
masuk angin, sakit perut. Minyak atsiri didalam rimpang kencur
mengandung etil sinnamat dan metil p-metoksi sinamat yang banyak
digunakan didalam industri kosmetika dan dimanfaatkan sebagai obat
asma dan anti jamur. Banyaknya manfaat kencur memungkinkan
pengembangan pembudidayaannya dilakukan secara intensif yang
disesuaikan dengan produk akhir yang diinginkan. Produksi, mutu dan
kandungan bahan aktif didalam rimpang kencur ditentukan oleh varietas
yang digunakan, cara budidaya dan lingkungan tempat tumbuhnya. Oleh
sebab itu dukungan teknologi sangat diperlukan agar pengembangan
usaha kencur dapat membantu meningkatkan kesejahteraan petani
tanaman obat. (Muhafidzah, 2018).

Ekstrak kencur mempunyai kandungan antioksidan, anti inflamasi


dan aktivitas analgesik. Disamping itu kencur mengandung hingga 2,5%
etil p-metoksisinamat, yang mungkin berguna sebagai anti TB. Dalam
sebuah uji anti kanker, ditemukan bahwa etil p-metoksisinamat bisa
menghambat proliferasi sel karsinoma hati hepatoseluler manusia
secara in vitro. Dua senyawa aromatik utama yang ditemukan pada
Kaempferia galanga, etil p-metoksisinamat dan etil cinnamate memiliki
efek penenang pada tikus ketika dihirup. Banyaknya manfaat kencur
memungkinkan pengembangan pembudidayaannya dilakukan secara
intensif yang disesuaikan dengan produk akhir yang diinginkan.
Produksi, mutu dan kandungan bahan aktif didalam rimpang kencur
ditentukan oleh varietas yang digunakan, cara budidaya dan lingkungan
tempat tumbuhnya (Muhafidzah, 2018).

II.2.1 Klasifikasi Tanaman Kencur ( Kaemferia galanga L.)

Kingdom : Plantae

Divisi : Tracheophyta

Divisi : Spermatophytina

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Zingiberales

Super Ordo : Lilianae


Famili : Zingiberaceae

Genus : Kaempferia L.

Spesies : Kaempferia Galanga L.

II.2.2 Kandungan Senyawa Kimia Kencur

Kandungan kimia rimpang kencur telah dilaporkan oleh Afriastini,1990


adalah (1) etil sinamat, (2) etil p-metoksisinamat, (3) p-metoksistiren, (4) karen
(5) borneol, dan (6) paraffin.

Gambar 2.1. Struktur molekul senyawa kimia yang terkandung dalam rimpang
kencur.

Diantara kandungan kimia tersebut, etil p-metoksisinamat merupakan


komponen utama dari kencur (Afriastini,1990). Tanaman kencur mempunyai
kandungan kimia antara lain minyak atsiri 2,4-2,9% yang terjadi atas etil
parametoksi sinamat (30%). Kamfer, borneol, sineol, penta dekana. Adanya
kandungan etil para metoksi sinamat dalam kencur yang merupakan senyawa
turunan sinamat (Purwandari, 2000).

Rimpang kencur juga mengandung minyak atsiri antara 2,4–3,9% terdiri


dari borneol, methyl, cumaric acid, cinamicacid ethil ester,
pentadecane,cinamica ldehide, kaemferin dan sineol, p-metoksi sinamat
(Purwandari, 2000).

II.2.3 Manfaat Kencur

Secara empirik kencur digunakan sebagai penambah nafsu makan, infeksi


bakteri, obat batuk, disentri, tonikum, ekspektoran, masuk angin, sakit perut.
Minyak atsiri didalam rimpang kencur mengandung etil sinnamat dan metil
pmetoksi sinamat yang banyak digunakan didalam industri kosmetika dan
dimanfaatkan sebagai obat asma dan anti jamur. Komponen yang terkandung
di dalamnya antara lain saponin, flavonoid, polifenol dan minyak atsiri (Winarto,
2007).

Dari rimpang kencur ini dapat diperoleh berbagai macam keperluan yaitu
minyak atsiri, penyedap makanan minuman dan obat-obatan. Berbagai jenis
makanan mempergunakan sedikit rimpang atau daun kencur sehingga
memberikan rasa sedap dan khas . Rimpang kencur yang digerus bersama-
sama beras kemudian diseduh dengan air masak dan diberi sedikit gula atau
anggur dapat digunakan sebagai minuman. Minuman ini berguna bagi
kesehatan tubuh, jenis minuman ini sudah diperiksa dipabrik-pabrik berupa
minuman tradisional beras kencur (Winarto, 2007).

II.3 Bahan Pembuatan Jamu Beras Kencur

Bahan utama pembuatan jamu beras kencur yaitu meliputi beras


putih atau pati, ekstrak kencur. Bahan tambahan yang digunakan yaitu
gula kelapa atau gula jawa, jahe dan kunyit.

III.3.1 Pati

Pati adalah sumber utama karbohidrat dan bentuk penyimpanan


polisakarida di dalam tanaman. Pati banyak terdapat pada umbi, akar, biji dan
juga terdapat pada jaringan buah dan sayur. Pati termasuk polimer glukosa
yang berikatan α-D-(1-4) dan/atau α-D-(1-6) glikosidik. Sifat pati pada umumnya
berwarna putih berbentuk serbuk dan tidak larut dalam air dingin. Pemanasan
suspensi pati pada suhu 60-80 oC akan menyebabkan air menembus lapisan
granula dan membentuk capuran pati kental (Reddy dan Bhotmange, 2013).

Amilosa dan amilopektin merupakan golongan dari pati. Amilosa


mempunyai ikatan α-D-(1-4). Berdasarkan spesiesnya kandungan amilosa
dapat mencapai 20-30 % dari pati dan sifatnya mudah dilarutkan dalam air
panas dan tidak berbentuk gel (Reddy dan Bhotmange, 2013).

III.3.2 Gula Kelapa

Gula kelapa adalah gula yang diperoleh dari pemekatan cairan hasil
sadapan tongkol bunga kelapa yakni nira kelapa. Gula merupakan bahan baku
sangat penting dalam industri makan seperti kecap, enting-enting, nopya,
jenang dan industri perumahan seperti pembuatan jamu beras kencur. Gula
kelapa adalah gula yang dihasilkan dari penguapan nira pohon kelapa. Prinsip
pembuatan kedua bentuk gula kelapa pada dasarnya sama yakni pengumpulan
nira, penyaringan, pemasakan, pendinginan, pencetakan dan pengemasan.

II.3.3 Jahe (Zingiber officinale Rosc.)

Jahe (Zingiber officinale Rosc.) termasuk dalam ordo Zingiberales, family


Zingiberaceae, dan genus Zingiber. Beberapa zat yang terkandung dalam jahe
adalah minyak atsiri 2-3%, pati 20-60%, oleoresin, damar, asam organik, asam
malat, asam oksalat, gingerin, gingeron, minyak damar, flavonoid, polifenol,
alkaloid, dan musilago. Minyak atsiri jahe mengandung zingiberol, linaloal,
kavikol, dan geraniol. Rimpang jahe kering per 100 gram bagian yang dapat
dimakan mengandung 10 gram air, 10-20 gram protein, 10 gram lemak, 40-60
gram karbohidrat, 2-10 gram serat, dan 6 gram abu. Rimpang keringnya
mengandung 1-2% gingerol (Simpson, 2006).

Kandungan gingerol dipengaruhi oleh umur tanaman dan agroklimat


tempat tumbuh tanaman jahe. Gingerol juga bersifat sebagai antioksidan
sehingga jahe bermanfaat sebagai komponen bioaktif anti penuaan. Komponen
bioaktif jahe dapat berfungsi melindungi lemak atau membran dari oksidasi,
menghambat oksidasi kolesterol, dan meningkatkan kekebalan tubuh
(Kurniawati, 2010).

Berkaitan dengan unsur kimia yang dikandungnya, jahe dapat


dimanfaatkan dalam berbagai macam industri, antara lain sebagai berikut:
industri minuman (sirup jahe, instan jahe), industri kosmetik (parfum), industri
makanan (permen jahe, awetan jahe, enting-enting jahe), industri obat
tradisional atau jamu, industri bumbu dapur (Kurniawati, 2010).

II.3.4 Kunyit (Curcuma domestica Val.)

Kunyit (Curcuma domestica Val.) merupakan salah satu tanaman yang


banyak di budidayakan di Indonesia. Tanaman kunyit merupakan tanaman
yang banyak manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari, selain sebagai bumbu,
obat-obatan dan kosmetik juga sebagai bahan industri. Kandungan zat-zat
kimia yang terdapat dalam rimpang kunyit adalah : zat warna kurkuminoid,
minyak atsiri, arabinosa, fruktosa, glukosa, pati, tanin, dammar dan mineral.
Minyak atsiri berjumlah 2 sampai dengan 5% yang terdiri dari seskuiterpen dan
turunan fenilpropana turmeron (aril-turmeron, alpha turmeron dan beta
turmeron), kurlon kurkumol, atlanton, bisabolen, seskuifellandren, zingiberin, aril
kurkumen, humulen. Arabinosa, fruktosa, glukosa, pati, tanin, dan dammar
(Bursatriannyo et al., 2014).

Rimpang kunyit dapat digunakan antara lain mengobati gusi bengkak,


luka, sesak nafas, sakit perut, bisul, sakit limpa, usus buntu, encok, gangguan
pencernaan, perut kembung dan menurunkan tekanan darah. Kunyit juga dapat
digunakan sebagai bahan pewarna, bahan campuran kosmetika, bakterisida,
fungisida dan stimulan (Bursatriannyo et al., 2014).

II.4 Klaim Khasiat Jamu Beras Kencur

Jamu beras kencur merupakan ramuan bahan herbal segar yang


terdiri dari dua atau lebih tanaman obat ini diproses secara sederhana
tanpa melalui proses pemanasan, sehingga kandungan alaminya tetap
terjaga. Jamu beras kencur, dengan komposisi utamanya berupa beras
dan rimpang kencur memiliki kandungan senyawa fenolik yang diketahui
dapat berfungsi sebagai antioksidan (Latifah, 2014), meningkatkat nafsu
makan, meningkatkan daya tahan tubuh, dan antiinflamasi (Shintani,
2016).

II.5 Analisis SWOT

II.5.1 Identifikasi Faktor Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman

Berdasarkan hasil analisis lingkungan internal yang berupa kekuatan dan


kelemahan serta lingkungan eksternal yang berupa peluang dan ancaman yang
berpengaruh terhadap bisnis obat herbal jenis immunomodulator selanjutnya
disusun matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan matriks External Factor
Evaaluation (EFE). Setelah disusun matriks IFE dan EFE selanjutnya hasil
analisis tersebut akan digunakan dalam matriks` Internal-Eksternal (IE) untuk
menetapkan posisi perusahaan. Setelah posisi perusahaan diketahui dalam
matriks IE, selanjutnya digunakan untuk merumuskan alternatif strategi dengan
mengunakan matriks SWOT.

II.5.2 Identifikasi Strength (Kekuatan) dan Kelemahan Weakness


(Kelemahan)

Identifikasi lingkungan internal dilakukan untuk mengetahui kekuatan dan


kelemahan yang dimiliki perusahaan. Berdasarkan hal tersebut, kekuatan dan
kelemahan yang dimiliki oleh perusahaan adalah sebagai berikut :

Strength :

a. Memiliki tenaga ahli dengan tingkat pendidikan yang tinggi.


b. Jaringan kemitraan yang kuat dengan berbagai instansi terkait.
c. Memiliki Quality Control dalam proses produksi.
d. Kelengkapan Administrasi dengan adanya database.
e. Harga jual produk yang kompetitif.
f. Kualitas dan khasiat produk yang baik.

Weakness :

a. Tidak ada variasi kemasan produk.


b. Kurang memanfaatkan sarana promosi.
c. Belum mempunyai distributor khusus.
d. Mesin produksi yang terbatas.

II.5.3 Identifikasi Opportunity (Peluang) dan Threaths (Ancaman)


Identifikasi terhadap faktor eksternal dilakukan untuk mengetahui peluang
dan ancaman yang dihadapi oleh perusahaan. Data eksternal dikumpulkan
untuk menganalisis hal-hal eksternal dimana perusahaan beroperasi Variabel-
variabel peluang dan ancaman yang dihadapi oleh perusahaan adalah sebagai
berikut :
Opportunity (O) :
a. Jumlah penduduk usia dewasa yang besar.
b. Semakin mahalnya harga obat farmasi.
c. Adanya perdagangan bebas.
d. Perubahan iklim yang mempengaruhi kesehatan.
e. Kepercayaan masyarakat terhadap khasiat obat herbal jamu.
Threaths (T) :
a. Masuknya produk dari luar negeri.
b. Menurunnya daya beli masyarakat.
d. Peraturan pemerintah yang belum mendukung industri obat herbal.
e. Pesaing yang mempunyai jalur distribusi yang luas.
f. Keragaman kemasan produk dari pesaing

BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
III.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

1. Sirisolla, J Obat adalah bahan atau paduan bahan termasuk produk biologi yang
digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan
patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan,
pemulihan, peningkatan kesehatan, dan kontrasepsi untuk manusia. Lihat
Kementerian Kesehatan RI, Formularium Obat Herbal Asli Indonesia, (Jakarta :
Kementerian kesehatan RI, 2011), halaman 4.
2. Profil Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2011, halaman 53.
3. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 006
TAHUN 2012 TENTANG INDUSTRI DAN USAHA OBAT TRADISIONAL
4. Latifah, N. J. (2014). Uji Aktivitas Jamu Gendong Beras Kencur (Oryza Sativa L.;
Kaempferia Galanga L.) sebagai Antidiabetes pada Tikus Putih Jantan Galur
Wistar yang Diinduksi Streptozotocin. Jurnal Mahasiswa Farmasi Fakultas
Kedokteran UNTAN, 1(1).
5. Shintani, D. M. PRODUKSI MINUMAN BERBASIS KENCUR (Kaempferia galanga
L) DAN TEPUNG BIJI NANGKA TERFERMENTASI DENGAN VARIASI
PENAMBAHAN CARBOXY METHYL CELLULOSE.
6. Indonesia, P. R., & Indonesia, P. R. (1992). Undang Undang No. 23 Tahun 1992
Tentang: Kesehatan. Undang Undang, 23, 1-31.
7. Banuerah, E. M. 2009. Analisis Kandungan Metampiron Pada Jamu Tradisional Yang
Beredar Di Kita Medan Tahun 2009.Naskah Skripsi S-1. Universitas Sumatera Utara.
Medan.
8. Muhafidzah, Z., Dali, S., & Syarif, R. A. (2018). AKTIVITAS ANTIOKSIDAN FRAKSI RIMPANG
KENCUR (Kaempferia rhizoma) DENGAN MENGGUNAKAN METODE PEREDAMAN 1, 1
Diphenyl-2-picrylhydrazil (DPPH). As-Syifaa Jurnal Farmasi, 10(1), 44-50.
9. Afriastini. 1990. Daftar Jenis Nama Tanaman. Penebar Swadaya. Jakarta
10. Purwandari, S.S. 2000. Studi serapan obat sebagai bahan baku pada berbagai industri obat
tradisional Indonesia. Tesis Magister Institut Pertanian Bogor. Bogor.
11. Winarto, W. P., 2007, Tanaman Obat Indonesia Untuk Pengobatan Herbal, 152- 153, Jakarta,
Karyasari Herba Media.
12. Reddy, D.K. and M.G. Bhotmange. 2013. Isolation of Starch from Rice (Oryza Sativa L.) and It’s
Morphological Study using Scanning Electron Microscopy, Journal of Agriculture and Food
Science Technology, 4(9): 859-866.
13. Simpson G.M. 2006. Plant Systematics. Penerbit Elsevier Academic Press, USA.
14. Kurniawati N. 2010. Sehat dan Cantik Alami Berkat Khasiat Bumbu Dapur. Qanita, Penerbit
Qanita, Bandung, Hal.146.
15. Bursatriannyo., Cheppy Syukur., Mushthofa. 2014. Identifikasi Varietas Tanaman Kunyit
Menggunakan Sistem Pakar. Institut Pertanian Bogor. Vol. 23 No.1, Juni 2014 : 95 – 106
16.

Anda mungkin juga menyukai