Anda di halaman 1dari 20

UJI ANTIOKSIDAN EKSTRAK KUNYIT (Curcuma

domestica val) DALAM SEDIAAN GULA DENGAN


METODE KLT

KARYA TULIS ILMIAH

DISUSUN OLEH:
QILLYALAILI
NIM : 01.19.040

AKADEMI KESEHATAN ARGA HUSADA

PROGRAM STUDI D-III FARMASI

PARE

TAHUN

2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kunyit (Curcuma domestica Val.) merupakan salah satu tanaman obat


yang banyak digunakan sebagai bahan baku dalam industri jamu serta obat di
Indonesia (Sumiati, 2004). Senyawa aktif pada suatu bahan dapat didapatkan
umumnya dengan cara ekstraksi. Ekstraksi dapat dilakukan dengan beberapa
metode yaitu maserasi, perkolasi dan sokhletasi. Metode yang paling sering
digunakan untuk mengekstrak komponen bioaktif adalah metode maserasi.
Metode maserasi merupakan cara ekstraksi yang paling sederhana, tidak
menggunakan suhu tinggi saat ekstraksi dan biaya yang digunakan murah
serta mudah untuk dilakukan dan peralatannya sederhana tanpa pemanasan
sehingga tidak merusak senyawa kurkumin (Hargono, 1986; Noerono, 1994).

Obat tradisional banyak digunakan dimasyarakat secara terun-temurun


sehingga diyakini khasiat dan keamanannya. Salah satu tanaman yang dapat
digunakan sebagai obat tradisional adalah kunyit. Pada umumnya bagian
tanaman kunyit yang digunakan adalah bagian rimpang. Rimpang kunyit
berkhasiat untuk obat sakit perut, memperbaiki pencernaan dan merangsang
gerakan usus serta menyembuhkan perut kembung (karminativa), anti diare,
obat peluru empedu (kolagoga), dan penenang (sedativa) (Rukmana, 1999).

Kandungan kimia yang terdapat dalam rimpang kunyit meliputi minyak


Atsiri, kurkuminoid yang terdiri dari kurkumin, desmetoksikurkumin, dan
bidesmetosikurkumin, Zingiberen (Duke, 2008). Kurkuminoid sebagai salah
satu zat aktif dalam ekstrak rimpang kunyit yang bertanggung jawab atas
timbulnya respon biologi sehingga keberadaan dan kandungannya
mempengaruhi tingkat mutu dan khasiat ekstrak rimpang kunyit.

Obat tradisional yang digunakan dalam upaya pelayanan kesehatan harus


memenuhi persyaratan yaitu bermutu, aman, dan bermanfaat. Standarisasi
ekstrak rimpang kunyit perlu dilakukan untuk setiap produksi ekstrak karena
kualitas dan kuantitas kandungan kimia ekstrak rimpang kunyit dipengaruhi
oleh lingkungan tempat tumbuh, umur, cara panen, dan pasca panen,serta cara
ekstraksi rimpang kunyit.

Antioksidan adalah senyawa yang dapat mencegah terjadinya proses


oksidasi. Proses oksidasi dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh dan
mengakibatkan proses penuaan atau keriput yang lebih cepat pada tubuh.
Antioksidan dapat menangkap radikal bebas yang menyerang tubuh, sehingga
proses oksidasi pada sel-sel tubuh tidak berlanjut. Kurkumin adalh salah satu
zat aktif yang terdapat di kunyit, telah terbukti dapat menangkapradikal
hidroksi, yaitu salah stu bentuk dari radikal bebas (Nurfina, 1996).

Dalam pembentukan bubuk kunyit faktor yang perlu diperhatikan agar


mendapatkan aktivitas antioksidan yang tinggi adalah jenis pelarut,
konsentrasi dan suhu pengeringan. Pelarut yang digunakan dalam
mengekstrak kurkuminoid dari kunyit adalah etanol dan air. Menurut Majeed
et al. (1995) dalam Saftriani (2005) etanol dan aseton merupakan pelarut yang
baik bagi kurkuminoid, penggunan pelarut etanol lebih aman digunakan untuk
bahan pangan.

Gula merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia pada saat ini, hal ini
disebabkan karena gula mempunyai berbagai fungsi baik dalam makanan
maupun dalam berbagai industri yang bukan makanan seperti industri obat-
obatan, bahan baku industri fermentasi dan sebagai sumber energi terbarukan.
Gula aren merupakan gula yang dibuat dari hasil deresan pohon aren. Gula
aren ternyata sudah dibuat bahkan digunakan selama berabad-abad oleh
bangsa Indonesia dan dibeberapa daerah di Indonesia, menjadikan gula aren
ini sebagai usaha/bisnis yang pemasarannya bukan hanya di dalam negeri
bahkantelah mencapai pasaran internasional (Kutacane, 2009). Gula aren
memiliki banyak manfaat seperti memiliki kandungan kalori yang tinggi,
sebagai pewarna alami pada makanan, kandungan serat yang tinggi, sehingga
baik untuk pencernaan dan menghambat penyerapan kolesterol oleh tubuh
(Hidayati, 2008).
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apakah sediaan gula dalam ekstrak kunyit mengandung Antioksidan?
2. Apakah terjadi perbedaan antara ekstrak kunyit dengan sediaan gula sebagai
Antioksidan?
1.3 TUJUAN PENELITIAN
a. Tujuan umum
1. Mengetahui sediaan gula dalam ekstrak kunyit yang mengandung
Antioksidan.
2. Mengetahui perbedaan antara ekstrak kunyit dengan sediaan gula
sebagai Antioksidan.
b. Tujuan khusus
1. Mengetahui adanya Antioksidan didalam ekstrak kunyit dengan
sediaan gula.
2. Memahami perbedaan ekstrak kunyit dengan ekstrak dalam sediaan
gula yang mengandung Antioksidan.
1.4 MANFAAT PENELITIAN
1. Memberikan informasi kepada masyarakat manfaat dari ekstrak kunyit
dalam sediaan gula yang mengandung Antioksidan.
2. Hasil penelitian dapat menjadi inovasi pengembangan produk ekstrak kunyit
sehingga dapat meningkatkan nilai ekonomi obat tradisional.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Kunyit (Curcuma domestica)


2.1.1 Rimpang Kunyit(Curcuma domestica Val)
Kunyit merupakan salah satu jenis tanaman obat yang banyak
memiliki manfaat dan banyak ditemukan di Indonesia. Kunyit
merupakan jenis rumput-rumputan, tingginya sekitar 1 meter dan
bunganya muncul dari pucuk batang semu dengan panjang sekitar 10-
15 cm dan berwarna putih. Umbi akarnya bewarna kuning tua, berbau
wangi aromatis dan rasanya sedikit manis. Bagian utamanya dari
tanaman kunyit adalah rimpangnya yang berada didalam tanah.
Rimpangnya memiliki banyak cabang dan tumbuh menjalar, rimpang
induk biasanya berbentuk elips dengan kulit luarnya berwarna jingga
kekuning-kuningan (Hartati & Balittro.,2013).
2.1.2 Taksonomi kunyit
Taksonomi Kunyit Berikut taksonomi tumbuhan kunyit (Curcuma
domestica)
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub-divisio : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Curcuma
Species : Curcuma domestica Val.
Gambar 1. Rimpang kunyit
Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2021
2.1.3 Morfologi Tanaman Kunyit
Batang Kunyit memiliki batang semu yang tersusun dari kelopak
atau pelepah daun yang saling menutupi. Batang kunyit bersifat basah
karena mampu menyimpan air dengan baik, berbentuk bulat dan
berwarna hijau keunguan. Tinggi batang kunyit mencapai 0,75-1 m
(Winarto, 2004). Daun kunyit tersusun dari pelepah daun, gagang daun
dan helai daun. Panjang helai daun antara 31-83 cm. lebar daun antara
10-18 cm. Daun kunyit berbentuk bulat telur memanjang dengan
permukaan agak kasar. Pertulangan daun rata dan ujung meruncing atau
melengkung menyerupai ekor. Permukaan daun berwarna hijau muda.
Satu tanaman mempunyai 6-10 daun (Winarto, 2004). Bunga kunyit
berbentuk kerucut runcing berwarna putih atau kuning muda dengan
pangkal berwarna putih. Setiap bunga mempunyai tiga lembar kelopak
bunga, tiga lembar tajuk bunga dan empat helai benang sari. Salah satu
dari keempat benang sari itu berfungsi sebagai alat pembiakan.
Sementara itu, ketiga benang sari lainnyaberubah bentuk menjadi helai
mahkota bunga (Winarto, 2004).
2.1.4 Manfaat Kunyit
Diantara semua genus Curcuma, kunyit merupakan jenis yang
paling banyak kegunaanya. Menurut (Rukmana,1995) manfaat kunyit
antara lain: sebagai bahan bumbu dalam berbagai masakan, bahan
pembuatan ramuan untuk mengobati berbagai jenis penyakit pada
manusia, bahan baku industri jamu dan kosmetika, bahan penunjang
industri teknik dan kerajinan. Sedangkan menurut (Sastroamidjojo,
1988) kunyit mempuyai khasiat sebagai penghilang gatal,
antipasmodikum, radang gusi, obat radang selaput mata, obat sesak
napas, obat sakit perut, astrigentia, dan analgetia. Kunyit dapat
digunakan sebagai obat luar maupun dalam. Kunyit sebagai obat luar
berfungsi untuk mengobati eksim, bengkak dan rematik, bengkak
karena digigit serangga atau gatal-gatak karena ulat bulu, dan
memperlancar air susu ibu (ASI). Sedangkan kunyit sebagai obat
dalam, yaitu kunyit digunakan untuk mengobati berbagai gangguan
kesehatan, seperti panas dalam, demam, diare, gusi bengkak, kencing
manis, kencing batu, hepatitis, dan untuk membersihkan rahim baik
pada wanita yang baru melahirkan maupun setelah mendapat haid
(Sinaga, 2006). Salah satu manfaat kunyit yang banyak digunakan
sebagai ramuan jamu karena berkhasiat menyejukkan, membersihkan,
mengeringkan, menghilangkan gatal, dan menyembuhkan kesemutan.
Manfaat utama tanaman kunyit, yaitu: sebagai bahan obat tradisional,
bahan baku industri jamu dan kosmetik, bahan bumbu masak,
peternakan dll. Disamping itu rimpang tanaman kunyit itu juga
bermanfaat sebagai anti inflamasi, anti oksidan, anti mikroba, pencegah
kanker, anti tumor, dan menurunkan kadar lemak darah dan kolesterol,
serta sebagai pembersih darah. (Hartati & Balittro, 2013).
2.1.5 Kandungan Kunyit 
Kandungan kimia rimpang kunyit berbeda-beda, tergantung daerah
pertumbuhan serta kondisi pra panen dan pasca panen (Purseglove et
al., 1981). Rimpang kunyit yang tua biasanya mengandung pati,
protein, selulosa, beberapa mineral, kurkuminoid, dan minyak atsiri.
Komponen yang paling banyak pada kunyit adalah pati yang berkisar
40-50% (Purseglove et al., 1981).
Tabel 1 Menunjukkan kandungan kimia rimpang kunyit, kunyit
kering, dan bubuk kunyit per 100 gram bahan yang dimakan.
Komposisi
Rimpang kunyit Kunyit kering Bubuk kunyit
Komponen
Energi (Kal) 1480 349.0 390.0
Air (gr) 11.4 13.10 5.80
Protein (gr) 7.8 6.30 8.60
Lemak (gr) 9.9 5.10 8.90
Karbohidrat (gr) 64.9 69.40 69.90
Serat (gr) 6.7 2.60 6.90
Abu (gr) 6.0 - 6.80
Kalsium (gr) 182 0.15 0.20
Fosfor (gr) 268 0.28 0.26
Natrium (gr) - 0.03 0.01
Kalium (gr) - 0.03 2.50
Besi (gr) 41 16.60 47.50
Thiamin (gr) 5 0.03 0.09
Riboflavin (gr) 5 - 0.19
Niacin (gr) 5 - 0.19
Asam nikotinat (gr) - 2.30 -
Asam askorbat (gr) 26 50.0 49.80
Vitamin A (IU) - - 175.0
Sumber: Farrell (1990) & Shankaracharya Natarajan (1977).
Kunyit memiliki senyawa yang berkhasiat obat yang disebut
kurkuminoid. Kurkuminoid terdiri atas kurkumin sebanyak 50-60 %,
desmetoksikurkumin, dan bidesmetoksikurkumin (Stancovic, 2004).
Kurkumin merupakan komponen terbesar dari kurkuminoid sehingga
sering kadar total kurkuminoid dihitung sebagai % kurkumin. Karena
alasan tersebut beberapa penelitian baik fitokimia maupun farmakologi
lebih ditekankan pada kurkumin (Sumiati, 2006).
Gambar 2. Struktur kimia kurkumin(1), desmetoksikurkumin(2),

bidesmetoksikurkumin (3) (Stancovic, 2004)

kunyit juga mengandung antioksidan, antioksidan merupakan senyawa


yang dapat menghambat reaksi oksidasi, dengan cara mengikat radikal bebas dan
molekul yang sangat reaktif. Salah satu bentuk senyawa oksigen reaktif adalah
radikal bebas, senyawa ini terbentuk di dalam tubuh dan terpicu oleh bermacam-
macam faktor (Winarsi, 2007).
2.2 Persyaratan tumbuh
Penanaman tanaman kunyit di dataran rendah dan tempat terbuka akan
mendapatkan produksi rimpang kunyit yang tinggi. Sedangkan di dataran tinggi,
produksi rimpang sedikit berkurang dan pertumbuhan tanaman lambat, tetapi
kadar pati dan minyak atsirinya tinggi (Rukmana, 1994). Jenis tanah yang paling
baik untuk pertumbuhan tanaman kunyit adalah pada tanah liat berpasir
(lempung berpasir) yang gembur, subur, dan berpengairan baik dan ditambahkan
pupuk organik (Rukmana, 1994).

2.3 Panen dan pasca panen


Tanaman kunyit dapat dipanen pada umur 8 – 12 bulan setelah tanam.
Hasil penelitian di Balittro membuktikan bahwa saat panen yang paling tepat
untuk mendapatkan kuantitas dan kualitas hasil rimpang yang tinggi adalah pada
kisaran umur 7- 9 bulan setelah tanam. Ciri-ciri umum tanaman kunyit yang
sudah saatnya dipanen adalah menguningnya daun, daun-daun berguguran,
diikuti menguningnya batang seolah-olah tanaman akan mati (Rukmana, 1994).
Proses pemanenan, pasca panen, dan preparasi simplisia dan ekstrak
merupakan proses yang dapat menentukan mutu simplisia dalam berbagai artian,
yaitu komposisi zat kandungan, kontaminasi, dan stabilitas bahan
(Komarawinata, 2008). Pasca panen merupakan kelanjutan dari proses panen
terhadap tanaman budidayaatau hasil dari penambangan alam yangfungsinya
antara lain untuk membuat bahan hasil panen tidak mudah rusak dan memiliki
kualitas yang baik serta mudah disimpan untuk diproses selanjutnya. Selama
proses pasca panen sangat penting diperhatikan kebersihan alat dan bahan yang
digunakan dan juga bagi pelaksananya perlu memperhatikan perlengkapan
seperti masker, dan sarung tangan. Tujuan dari pasca panen ini untuk
menghasilkan simplisia tanaman obat yang bermutu, efek terapinya tinggi
sehingga memiliki nilaijual yang tinggi. Secara umum faktor-faktor dalam
penanganan pasca panen yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :
a. Penyortiran
Penyortiran segar dilakukan setelah selesai panen dengan tujuan untuk
memisahkan kotoran-kotoran atau bahan asing, bahan yang tua dengan
yang muda atau bahan yang ukurannya lebih besar atau lebih kecil
(Anonim, 2008).
b. Pencucian
Pencucian bertujian menghilangkan kotoran-kotoran dan mengurangi
mikroba-mikroba yang melekat pada bahan. Pencucian harus segera
dilakukan setelah panen karena dapat mempengaruhi mutu bahan. Perlu
diperhatiakn bahwa pencucian harus dilakukan dalam waktu yang
sesingkat mungkin untuk menghindari larut dan terbuangnya zat yang
terkandung dalam bahan (Anonim, 2008). Pencucian rimpang kunyit
dengan air yang mengandung kapur dapat menyebabkan perubahan pH
yang berakibat mengaktifkan enzim tertentu dan merubah zat kurkumin
yang ada menjadi asam ferulat (Komarawinata, 2008).
c. Perajangan
Perajangan pada bahan dilakukan untuk mempermudah proses selanjutnya
seperti pengeringan, pengemasan. Perajangan terlalu tipis dapat
mengurangi zat aktif yang terkandung dalam bahan. Sedangkan jika terlalu
tebal, maka pengurangan kadar air dalam bahan agak sulit dan
memerlukan waktu yang lama dalam penjemuran dan kemungkinan besar
bahan mudah ditumbuhi oleh jamur (Anonim, 2008).
d. Pengeringan
Pengeringan pada suhu terlalu tinggi dapat merusak komponen aktif,
sehingga mutunya dapat menurun. Untuk irisan rimpang kunyit yang
dikeringkan dengan sinar matahari langsung, sebelum dikeringkan dicuci
sampai bersih ditiriskan kemudian dijemur dipanas matahari dengan
ditutup kain hitam agar kurkumin tidak berkurang dan tidak menguap
(Anonim, 2008).
e. Penyimpanan
Ruang tempat penyimpanan harus bersih, udaranya cukup kering dan
berventilasi. Ventilasi harus cukup baik karena hama menyukai udara yang
lembab dan panas. Suhu tidak melebihi 30°C, kelembaban dara sebaiknya
diusahakanserendah mungkin 65°C untuk mencegah terjadinya
penyerapan air. Kelembaban udara yang tinggi dapat memacu
pertumbuhan mikroorganisme. Masuknya sinar matahari langsung
menyinari simplisia harus dicegah. Mencegah masuknya hewan, baik
serangga maupun tikus (Anonim, 2008).

(a) (b) (c)

Gambar 3. Bagian dari kunyit : (a) Rimpang Kunyit, (b) Perajangan,


(c) Pengeringan

2.4 Ekstraksi
Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang tidak dapat
larut dengan pelarut cair. Simplisia yang diekstrak mengandung senyawaaktif
yang dapat larut dan senyawa yang tidak dapat larut dalam cairan penyari.
Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan
mengekstraksisenyawa aktif dari simplisia hewani menggunakan pelarut yang
sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa yang
tersisa diperlukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan
(Anonim, 2000). Cairan penyari dalam proses pembuatan ekstrak adalah pelarut
yang optimal untuk senyawa kandungan yang berkhasiat atauaktif, dengan
demikian senyawa tersebut dapat dipisahkan dari bahan dan dari senyawa
kandunganlainnya.
Ekstrak yang diperoleh hanya mengandung sebagian besar senyawa yang
diinginkan. Dalam halekstrak total, maka cairan pelarut dipilih yang melarutkan
hampir semua metabolit sekunder yang terkandung (Anonim, 2000). Faktor
utama yang dipertimbangkan pada pemilihan cairan penyari adalah selektivitas,
kemudahan bekerja dan proses dengan cairan penyari tersebut,ekonomis, ramah
lingkungan, dan faktor keamanan. Pelarut yang diperbolehkan adalah air dan
alkohol (etanol) serta campurannya. Jenis pelarut lain seperti metanol, heksana,
toluen, kloroform, aseton, umumnya digunakan sebagai pelarut untuk tahap
pemurnian (Anonim, 2000).
Menurut (Agoes, 2009) pembuatan ekstraksi air dapat dilakukan dengan
cara-cara sebagai berikut :
a. Infusum (infus) : sama seperti dekoktum hanya ekstraksinya lebih
singkat yakni 15 menit.
b. Coque (perebusan) : penyarian dengan merebus tanaman obat dengan
menggunakan api langsung misalnya pada pembuatan jamu tradisional.
c. Seduhan: simplisia direndam menggunakan air mendidih selama 10-15
menit.
d. Maserasi : penyarian simplisia menggunakan pelarut pada suhu kamar
dalam waktu tertentu.
e. Perkolasi : ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai semua
bahan aktif terekstraksi
2.5 Kromatografi lapis tipis
Kromatografi lapis tipis adalah metode pemisahan fisikokimia
menggunakan teknik padat cair, dimana terjadi perpindahan fase gerak (cairan)
melalui suatu fase diam (padatan).
Kromatogafi lapis tipis merupakan motode analisis yang sensitif, cepat,
sederhan, dan tidak mahal (Gritter, 1991). Disamping itu pemakaian pelarut dan
cuplikan hanya sedikit. KLT dapat digunakan untuk analisis kualitatif,
kuantitatif, dan preparatif, dapat juga digunakan untuk mencari pelarut yang
digunakan pada kromatografi kolom, mengetahui arah reaksi, mengidentifikasi,
dan mengisolasi senyawa murni berskala kecil ( Gritter, 1991).
Prinsip kerja KLT berupa lapisan yang memisah, yang terdiri atas bahan
berbutir-butir atau fase diam ditempatkan pada penyangga berupa pelat gelas,
logam, atau lapisan yang cocok. Campuran yang akan dipisahberupalarutan yang
ditotolkan berupa bercak atau pita, setelah pelat ditaruh di dalam bejana tertutup
rapat yang berisi larutan pengembang atau fase gerak yang cocok, pemisahan
terjadi selama perambat kapiler atau pengembangan, selanjutnya senyawa yang
tidak berwarna harus ditampakkan atau dideteksi dengan lampu UV atau dengan
pereaksi semprot (Stahl, 1985).
Identifikasi bercak pada kromatogram dilakukan di bawah lampu
ultraviolet pada daerah panjang gelombang 254 nm dan 365 nm ditandai dengan
ada atau tidaknya warna. Untuk menampakkan bercak senyawa yang
intensitasnya lemah dapat digunakan reaksi semprot yang sesuai (Stahl, 1985).
Jarak pengembangan senyawa pada kromatogram biasanya dinyatakan
dengan angka Rf atau hRf. Harga Rf didefinisikan sebagai perbandingan antara
jarak senyawa dari titik awal dan jarak tepi muka pelarut dari awal.

Rf = Jarak titik pusat bercak dari titik awal


Jarak garis depan dari titik awal
Angka Rf berkisar antara 0,01 – 1,00 dan hanya dapat ditentukan dengan
dua desimal. hRf adalah angka Rf dikalikan faktor 100 (h), menghasilkan nilai
berkisar antara 0 – 100 (Harborne, 1984 ; Stahl, 1985).
Faktor-faktor yang mempengaruhi gerakan bercak dan harga Rf dalam
KLT antara lain adalah :
1. Struktur dan sifat kimia dari senyawa yang dipisahkan.
2. Sifat dari bahan penyerap dan derajat aktivitasnya.
3. Tebal dan kerapatan dari lapisan penyerap.
4. Derajat kemurnian fase gerak.
5. Derajat kejenuhan uap dalam bejana pengembangan.
6. Jumlah cuplikan yang dianalisis.
7. Suhu.
8. Kesetimbangan (Stahl, 1985).

2.6 Kerangka Konsep


Sediaan

Kunyit
Gula Jawa
Ekstraksi

Ekstrak

Sediaan Gula

Uji
Identifikasi

Uji Identifikasi
DPPH

Analisis Data

Kesimpulan
n

2.7 Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian,
dimana rumusan masalahpenelitian telahdinyatakan dalam bentuk kalimat
pertanyaan (Sugiyono, 2018:63).
H0 : Tidak ada perbedaan kromatogram ekstrak kunyit dan sedian gula
dengan metode Kromatografi Lapis Tipis.
H1 : Ada perbedaan kromatogram ekstrak kunyit dan sedian gula dengan
metode Kromatografi Lapis Tipis.
BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah suatu cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan
tujuan kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan
pada ciri-ciri keilmuan yaitu rasional,empiris, dan sistematis (Darmadi, 2013).

3.1 Desain Penelitian


Desain penelitian pada karya tulis ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian ini
termasuk dalam penelitian deskriptif karena penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui dan membuktikan ada atau tidaknya antioksidan didalam ekstrak
kunyit dengan metode kromatografi lapis tipis.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian


3.2.1 Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada tanggal
3.2.2 Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di rumah dan di Laboratorium Kimia Farmasi Akademi
Arga Husada Pare Kediri.

3.3 Kerangka Penelitian


Kerangka penelitian merupakan abstraksi dari suatu realitas sehingga dapat
dikomunikasikan dan membentuk teori yang menjelaskan keterkaitan antara
variabel yang diteliti.
Populasi : Kunyit

Sampel : Ekstrak

Simplisia

Diserbukkan

Ekstraksi dengan Aquadest

Maserasi

Ekstrak Kunyit Ekstrak kunyit


dalam sediaan
gula

Uji dengan
metode KLT

Fase diam : silica gel

Fase gerak : etil asetat

Analisa data

Kesimpulan

Hasil penelitian
3.4 Populasi, sampel
3.4.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian. Apabila seseorang ingin
meneliti sebuah elemen yang ada dalam wilayah penelitian tersebut, maka
penelitiannya merupakan penelitian populasi (Arikunto Suharsimi 1998: 117).

3.4.2 Sampel
Sampel adalah suatu bagian dari keseluruhan serta karakteristik yang dimiliki
oleh sebuah populasi (Sugiyono, 2008 : 118).

3.5 Identifikasi variabel


3.5.1 Variabel independen (bebas)
Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi
sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat) (Sugiyono,
2015:96). Variabel independen dalam penelitian ini adalah ekstrak kunyit.

3.5.2 Variabel dependen (terikat)


Variabel dependem merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi
akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2015).

3.6 Pengumpulan Data

3.6.1 Bahan Penelitian


1. Ekstrak kunyit.
2. Gula jawa.
3. Aquadest.
4. Etanol 70 %.
5. Asam asetat 15%.
6. Gula pasir.

3.6.2 Alat Penelitian


1. Gelas ukur.
2. Kompor.
3. Wajan.
4. Pisau.
5. Nanpan.
6. Beaker glass.
7. Kain hitam.
8. Kertas aluminium foil.
9. Gunting.
10. Plat KLT.
11. Lampu UV.
12. Pensil.
13. Penggaris.
14. Blender.
15. Timbangan.
16. Corong.
17. Batang pengaduk.
18. Kertas saring.
19. Chamber.
20. Pipa kapiler.

3.6.3 Pembuatan simplisia kunyit


Kunyit (Curcuma domestica) dibersihkan dari kotoran dan dicuci bersih
dengan air mengalir, kemudian dikeringkan dengan cara diangin-anginkan.
Setelah kering digiling dengan blender. Kemudian diayak menggunakan
ayakan mesh no 20/40.

3.6.4 Pembuatan ekstrak kunyit


1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Timbang serbuk kunyit sebanyak 200 gram dan diekstraksikan dengan
cara meserasi pada toples, tambahkan 400 ml aquadest. Tuangkan
sedikit demi sedikit dan diamkan sekitar 30 menit. Tutup dengan
penutup toples simpan ditempat yang terlindung dari cahaya matahari
langsung. Selama 1 x 24 jam hasil disaring dan ekstrak yang diperoleh
ditampung tidak perlu diperas, masukkan wadah botol kaca tertutup
rapat dan terlindung dari sinar matahari.
3. Ambil ekstrak kunyit sebanyak 15 ml masukkan kedalam wajan.
4. Timbang gula aren (jawa) sebanyak 5 gram, kemudian tambahkan
aquadest sebanyak 20 ml masukkan kedalam wajan yang berisi ekstrak
kunyit. Kemudian tunggu sampai air berkurang dan menjadi kental dan
sisihkan.
5. Timbang gula pasir sebanyak 5 gram, masukkan kedalam wajan yang
berbeda. Tambahkan 10 ml aquadest, aduk perlahan-lahan dan tunggu
sampai air berkurang.
6. Tunggu agak dingin, kemudian campurkan semua bahan cetak sedian
dengan cetakan yang dilapisi dengan kertas Aluminium foil.
7. Tunggu sampai bahan menjadi padat.

3.7 Analisis Data


Uji analisis KLT
1. Penyiapan fase gerak.
Asam asetat 15% dimasukkan ke dalam beaker glass, kemudian ditutup.
2. Penyiapan fase diam
Potong silica dengan ukuran 10 cm x 2,5 cm dan beri garis 1,5 cm dari
bawah dan 0,5 cm dari atas.
3. Penjenuhan chamber
Chamber diisi dengan eluen asam asetat 15%, masukkan kertas saring
hingga ke dasar chamber dan tutup. Chamber dikatakan jenuh bisa kertas
saring telah basah sampai bagian atas.
4. Penotolan sampel
Fase etanol 70% ditotolkan pada lempeng silica menggunakan pipa kapiler
sampai diperoleh totolan yang sempurna. Kemudian dimasukkan kedalam
chamber yang telah dijenuhkan. Chamber ditutup dengan kaca dan
lempeng dibiarkan sampai eluen naik pada batas atas. Keluarkan lempeng
chamber kemudian angin-anginkan hingga kering. Amati noda di bawah
sinar UV, kemudian tandai bercaknya.Hitung Rf untuk masing-masing
bercaknya.
3.7.1 Perhitungan nilai Rf
Pada penelitian perbedaan kromatogram dari sediaan gula ekstrak kunyit dan
ekstrak kunyit, perhitungan Rf digunakan Rf pembanding.

No. Plat Rf (retensi factor)


Sampel Pembanding Warna
A
B

Anda mungkin juga menyukai