OLEH :
ALIYAH SUKMA
N011191096
RABU SIANG A
PENDAHULUAN
terbesar di dunia yang memiliki lebih dari 30.000 spesies tanaman tingkat
tinggi. Hingga saat ini, tercatat 7000 spesies tanaman telah diketahui
tersebut baik itu jangka pendek maupun jangka panjang. Sehingga terjadi
sebagian orang terlihat sama, sehingga tak sedikit orang yang keliru
pemberi rasa dan warna, ternyata rimpang dari kunyit dan temulawak
sering digunakan masyarakat Indonesia sebagai penjaga kebugaran
dengan 2000 meter di atas permukaan laut. Tinggi tanaman kunyit sekitar
dari daerah Jawa, Bali dan Maluku .Curcuma berasal dari bahasa
bahasa Yunani, xantos yang berarti kuning dan rhiza yang berarti akar.
(KLT).
bentuk amilum dan sel-sel penyusun pada serbuk kunyit dan temulawak,
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Kunyit
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Orgo : Zingiberales
Susunan tubuh tanaman terdiri atas akar, rimpang, batang semu, pelepah
Kedalaman rimpang dalam tanah sekitar 16 cm, panjang akar lebih kurang
22,50 cm, tebal rimpang muda 1,61 cm dan rimpang tua 4 cm. Rimpang-
rimpang kunyit tumbuh dari umbi utama yang betuknya bervariasi antara
lebar 14 cm, berwarna hijau, dan tiap tanaman terdiri atas 9-10 helai daun.
II.1.3 Kandungan
antara lain meliputi : minyak asiri (4% - 5%) yang terdiri atas zingiberen,
sineol, borneol, dan tumeron; glukosa 28%; fruktosa 8%; protein 8%,
II.1.4 Kegunaan
bahan obat tradisional, bumbu masak, bahan baku industri jamu, dan
ketombe, dan nyeri perut oleh angin. Manfaat rimpang kunyit sebagai
obatdigunakan untuk obat gusi bengkak, luka, sesak nafas, bisul, sakit
II.2 Temulawak
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Orgo : Zingiberales
(anakan), dan tiap tanaman memiliki 2-9 helai daun (Rukmana, 2006).
Lamina daun dan seluruh ibu tulang daun bergaris hitam. Panjang daun
sekitar 50-55 cm, lebarnya ± 18 cm, dan tiap helai daun melekat pada
2006).
per rumpun antara 3-9 anak. Tanaman temulawak dapat berbunga terus-
melekat dan keluar dari rimpang induk. Panjang akar sekitar 25 cm dan
II.2.3 Kandungan
pati, abu, serat, dan minyak atsiri. Minyak atsiri temulawak mengandung
phelandren, kamfer, borneol, xanthorrizol, turneol, sineal dan lain-lain
sebanyak 7,3% - 29,5%, zat tepung 37% - 61%, lemak, tannin serta
berat kering (Rukmana, 2006). Minyak asiri serta curcumin merupakan zat
II.2.4 Kegunaan
2003).
II.3.1 Defenisi
bahasa Yunani, yaitu chroma (bahasa inggris : colour) yang berarti warna
dan graphien (bahasa inggris : to write) yang berarti menulis, jadi awalnya
II.3.2 Prinsip
campuran fasa diam dan fasa gerak. Perbedaan kepolaran inilah yang
migrasi tiap senyawa (Leba, 2017). Setelah sampel ditotolkan di atas fasa
(kemampuan terikat pada fasa diam dan kemampuan larut dalam fasa
atas fasa diam) dan sifat fasa gerak (kemampuan melarutkan senyawa).
senyawa polar terikat lebih kuat pada bahan silica yang mengandung
silanol (SiOH2) yang pada dasarnya memiliki afinitas yang kuat terhadap
II.3.3 Nilai Rf
Data yang diperoleh dari KLT adalah nilai Rf, jarak antara jalannya
walaupun ukuran jarak plat nya berbeda. Nilai perhitungan tersebut adalah
nilai Rf, nilai ini digunakan sebagai nilai perbandingan relatif antar sampel.
Nilai Rf juga menyatakan derajat retensi suatu komponen dalam fase diam
sehingga nilai Rf sering juga disebut faktor retensi. Nilai Rf dapat dihitung
Semakin besar nilai Rf dari sampel maka semakin besar pula jarak
memiliki karakteristik yang sama atau mirip. Sedangkan bila nilai Rf-nya
II.3.4 Nilai Kd
rendah, pasangan ion terjadi. Secara umum, tetapan dielektrik yang tinggi
Fase gerak atau eluen pada KLT dapat berupa pelarut tunggal dan
nonpolar dengan polar. Apabila jarak noda yang diperoleh terlalu jauh,
METODE KERJA
III.1.1 Alat
Alat yang digunakan dalam percobaan ini yaitu gelas chamber dan
III.1.2 Bahan
(curcumin), eluen kloroform : methanol (20 : 1), lempeng silika gel GF 254,
organoleptis pada rimpang kunyit dan temulawak mulai dari warna, bau
dan rasanya.
chamber dan ditutup, didiamkan hingga jenuh. Sementara itu, pipa kapiler
pada lempeng silika gel GF 254 yang telah diukur dan digaris batas atas
dan batas bawahnya. Totolan diamati dibawah sinar UV 256 nm dan 366
nm untuk melihat hasil totolannya. Setelah itu, lempeng yang telah ditotol
miring dan gelas chamber ditutup kembali dan proses elusi diamati. Ketika
kemudian diamati di bawah sinar UV 246 nm dan 366 nm. Noda pada
sampel yang terlihat pada sinar UV tersebut ditandai dengan pensil dan
10x
40x -
100x -
Tabel 3. Hasil pengamatan menggunakan KLT
Hasil
Sampel
Sinar UV 254 nm Sinar UV 366 nm
A (Kunyit Serbuk)
B (Kunyit Produk)
C (Temulawak Serbuk)
D (Temulawak Produk)
E (Bahan Baku/Curcumin)
IV.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan penentuan mutu simplisia dengan kunyit
diperoleh bahwa saat dilihat menggunakan UV 254 dan 366, noda yang
atau kunyit akan menampilkan tiga spot noda pada lempang setelah di
kromatografi.
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
yang pahit dan pedas, bau menyengat dan wana daging umbinya jingga,
sedangkan temulawak mempunyai rasa yang asam dan pahit, bau tidak
V.2 Saran
agar praktikum dapat berjalan dengan efektif dan efisien sehingga tidak
memakan waktu yang lama akibat mengantri untuk menggunakan alat lab.
focus pada praktikum jangan perhatikan hal lain dan jika ada yang
Leba, M.A.U. 2017. Buku Ajar Ekstraksi dan Real Kromatografi. Penerbit
Deepublish. Yogyakarta.
Rinidar, dkk. 2017. Prospek Wedelia Biflora sebagai Bahan Baku Obat
Antipereutik – Analgesik. Syiah Kuala University Press. Banda
Aceh.
Utami, P. 2003. Tanaman Obat untuk Mengatasi Rematik & Asam Urat.
AgroMedia Pustaka. Jakarta.
Lampiran 1. Skema Kerja
Uji Organoleptik
Uji Mikroskopik
- Dilarutkan
- Dimasukkan dalam vial
Sampel A
A1 = 2,2 cm
A2 = 3,4 cm
A3 = 4,6 cm
1,45 cm
Rf B 2 =
6 cm
Rf B 2 = 0,24 cm
Sampel C
C1 = 3 cm
C2 = 4,4 cm
3 cm 4,4 cm
Rf C 1 = Rf C 2 =
6 cm 6 cm
Rf C 1 = 0,5 cm Rf C 2 = 0,73 cm
Sampel D
D = 2,4 cm
2,4 cm
Rf D =
6 cm
Rf D = 0,4 cm
Sampel E
E1 = 2,25 cm
E2 = 3,4 cm
E3 = 4,65