Anda di halaman 1dari 34

RENCANA PENELITIAN

JUDUL PENENLITIAN : Pengaruh Variasi Konsentrasi Ekstrak


Kunyit Putih (Curcuma zedoaria Rosc) dan
Ekstrak Kunyit (Curcuma longa Linn)
Terhadap Mutu Fisik Gel

NAMA : RADIATUNISA
STAMBUK : 17031014107
PEMBIMBING 1 : apt. Nur Ida, S.Si., M.Si.
PEMBIMBING 2 : apt. Andi Nur Zam Zam S.Si., M.Si.

BAB I

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara yang memiliki kenaekaragaman

hayati yang sangat melimpah. Hal ini yang mendorong daya tarik

masyarakat untuk menggunakan tanaman berkhasiat obat. para ahli

terus melakukan pengembangan dengan pengujian dan penelitian dari

berbagai tanaman yang berkhasiat obat agar dapat dikembangkan

dalam suatu pengobatan. Pengalaman dan pengetahuan masyarakat

mengenai penggunaan tanaman obat telah dikumpulkan untuk

dijadikan dasar dari pengembangan penelitian menggunakan tanaman

berkhasiat obat.

Kunyit mempunyai khasiat sebagai obat tradisional untuk

berbagai jenis penyakit salah satunya dapat mempercepat

1
2

penyembuhan luka karena mengandung curcumin. (Hartati & Balittro,

2013).

Pada kunyit putih (Curcuma zedoaria Rosc) mempunyai kandungan

utama senyawa-senyawa arilheptanoid (kurkuminoid), minyak atsiri

dengan bermacam-macam monoterpense, skuiterpen, dan

polisakarida. Aktivitas farmakologik menunjukan adanya efek

antimikroba, antiradang dan antikanker, (Windono dan Nani, 2002)

Allah SWT berfirman dalam surah Asy-Syu’ara’ Ayat 7 yang

berbunyi:

Artinya :

“Dan apakah mereka tidak memperhatikan bumi, berapakah

banyaknya kami tumbuhkan di bumi itu berbagai macam tumbu-

tumbuhan yang baik”. (Asy-Syu’ara’ Ayat 7).

Dari ayat tersebut, Allah mengajak manusia untuk belajar dari

alam agar mereka tahu bahwa hanya Allah saja yang berhak untuk

disembah. Dan apakah mereka tidak memperhatikan apa yang mereka

lihat dihamparan bumi itu berbagai macam pasangan tumbuh-

tumbuhan yang baik dan membawa banyak sekali kemanfaatan bagi

manusia. Itu adalah pertanda atas kekuasaan Allah, dan anugerahnya

yang tak terhingga kepada manusia.


3

Berdasarkan hasil penelitian Gusprita N., (2017) bahwa ekstrak

kunyit (curcuma longa Linn) dengan konsentrasi 5% dan 10% dapat

mempercepat penyembuhan luka. Dan pada ekstrak kunyit putih

(Curcuma Zesoaria Rosc) dapat memberikan potensi mempercepat

penyembuhan luka sayat pada konsentrasi 3% dan 6% (Rathi

Paramastri, dkk 2017).

Gel merupakan suatu sistem setengah padat yang terdiri dari

suatu dispersi yang tersusun baik dari partikel anorganik yang kecil

atau molekul organik yang besar dan saling diserapai cairan (Ansel :

398).

Karakteristik umum gel yaitu memiliki struktur kontinyu seperti

sifat dari bahan padat. Viskositas dari gel umumnya tergantung dari

jumlah atau berat molekul dari bahan pengental yang ditambahkan

(Lieberman Herbert A, dkk 1996).

Keuntungan sediaan gel apabila digunakan dapat menimbulkan

rasa dingin, sejuk dan mempunyai penetrasi yang cepat pada kulit. Gel

yang sederhana terdiri dari satu macam bahan pembentuk gel dalam

pelarutnya, bentuk transparan dengan sifat aliran yang umumnya

tiksotropik serta penampilan yang cukup menarik umumnya disukai

oleh konsumen (Chiew, 1992).

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi gel yaitu konsentrasi,

suhu, pH, pengaruh ion dan pengaruh komponen aktif lainnya.


4

Berdasarkan penjelasan uraian di atas, rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah apakah konsentrasi ekstrak kunyit putih (Curcuma

zedoaria Rosc) dan ekstrak kunyit (Curcuma longa Linn)

mempengaruhi mutu fisik sediaan gel.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan pengaruh

konsentrasi gel ekstrak kunyit putih (Curcuma zedoaria Rosc) dan

ekstrak kunyit (Curcuma zedoaria Rosc) terhadap mutu fisik gel.

Manfaat penelitian ini adalah untuk meningkatkan nilai tanaman

kunyit kuning putih dan kunyit menjadi tanaman obat tradisional

sehingga menambah khasanah tanaman obat di Indonesia.


5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Uraian Tanaman

1. Kunyit Putih

Kunyit putih (Curcuma zedoaria Rosc.) adalah salah satu jenis

tanaman dari keluarga Zingiberaceae yang sangat penting dalam

pengobatan tradisional dan industri obat. Kunyit putih berasal dari

Himalaya, India dan tersebar di Indonesia (Windono dkk, 2002).

Sumber : Backer, 1968


Gambar 2. Rimpang Kunyit Putih (Curcuma zedoaria Rosc).
6

a. Klasifikasi Tanaman (Backer and Vanden Brink, 1968)

Dunia : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Monocotyledonae

Bangsa : Zingiberales

Suku : Zingiberaceae

Marga : Curcuma

Jenis : Curcuma zedoaria Rosc.

b. Morfologi Tanaman

Kunyit putih berupa tumbuhan tahunan, tinggi mencapai 2 m,

tumbuh tidak berkelompok. Daun berbentuk lanset memanjang berwarna

merah lembayung di sepanjang tulang tengahnya. Bunga keluar dari

rimpang samping, menjulang keatas membentuk bongkol bunga yang

besar. Mahkota bunga berwarna putih, dengan tepi bergaris merah tipis

atau kuning muda, rasa sangat pahit (Windono, dkk 2002).

c. Kandugan Kimia Tumbuhan

Pada kunyit putih (Curcuma zedoaria Rosc) mempunyai kandungan

utama senyawa-senyawa arilheptanoid (kurkuminoid), minyak atsiri

dengan bermacam-macam monoterpense, skuiterpen, dan polisakarida.

Aktivitas farmakologik menunjukan adanya efek antimikroba, antiradang

dan antikanker, (Windono, dkk 2002).


7

d. Khasiat Tanaman

Rimpang dari kunyit putih ini dapat digunakan sebagai obat

penambah nafsu makan, penangkal racun, penurun panas tubuh,

mengobati gatal-gatal, bronchitis, hingga radang yang disebabkan oleh

luka, Kunyit putih terbukti memiliki efek farmakologis yaitu memiliki sifat

mempercepat penyembuhan luka akibat kanker dan tumor. (Fauziah,

1999).

2. Kunyit

Kunyit (Curcuma longa Linn) merupakan salah satu jenis tanaman

obat yang banyak memiliki manfaat dan termasuk dalam family

Zingiberaceae banyak di temukan di daerah-daerah Indonesia seperti

Sulawesi, Kalimantan, Bima dan daerah lainnya (Hartati & Balittro., 2013).

Sumber : Hutapea, 1991


Gambar 1. Rimpang Kunyit (Curcuma longa Linn).
8

a. Klasifikasi Tanaman (Winarto, 2004).

Dunia : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Monocotyledonae

Bangsa : Zingiberales

Suku : Zingiberaceae

Marga : Curcuma

Jenis : Curcuma longa Linn

b. Morfologi Tanaman

Kunyit memiliki jenis rumput – rumputan, tingginya sekitar 1 meter

dan bunganya muncul dari puncuk batang semu dengan panjang sekitar

10 – 15 cm, berwarna putih. Umbi akarnya berwarna kuning tua, berbau

wangi aromatis dan rasanya sedikit manis. Bagian utamanya dari tanaman

kunyit adalah rimpangnya yang berada didalam tanah. Rimpangnya

memiliki banyak cabang dan tumbuh menjalar, rimpang induk biasanya

berbentuk elips dengan kulit luarnya berwarna jingga kekuning – kuningan

(Hartati & Balittro., 2013).

c. Kandungan Kimia Tanaman

Kandungan senyawa kimia dalam kunyit adalah kurkuminoid atau

zat warna, yakni sebanyak 2,5 – 6%.Pigmen kurkumin ini yang dapat
9

memberi warna kuning orange pada rimpang (Winarto, 2004). Salah satu

fraksi yang terdapat dalam kurkuminoid adalah kurkumin. Komponen

kimia yang terdapat didalam rimpang kunyit yaitu minyak atsiri, pati, zat

pahit, resin, selulosa dan beberapa mineral. Kandungan minyak atsiri

kunyit sekitar 3 – 5%. Selain itu, kunyit juga mengandung zat warna lain,

seperti monodesmetoksikurkumin dan biodesmetoksikurkumin, setiap

rimpang segar kunyit mengandung ketiga senyawa ini sebesar 0,8%

(Winarto, 2004).

d. Khasiat Tanaman

Khasiat rimpang kunyit sebagai jamu dan obat tradisional untuk

berbagai jenis penyakit yaitu sebagai antioksidan, antitumor dan

antikanker, antipikun, menurunkan kadar lemak dan kolesterol dalam

darah dan hati, antimikroba, antiseptic, melancarkan darah dan vital

energi, menghilangkan sumbatan peluruh haid, antiinflamasi,

memperlancar pengeluaran empedu, peluruh kentut dan pelembab.

Disamping itu, kunyit mengandung curcumin yang dapat mempercepat

penyembuhan luka. (Hartati & Balittro, 2013).

B. Uraian Gel

Gel merupakan suatu sistem setengah padat yang terdiri dari suatu

dispersi yang tersusun baik dari partikel anorganik yang kecil atau molekul

organik yang besar dan saling diserapai cairan (Ansel : 398).


10

Keuntungan sediaan gel apabila digunakan dapat menimbulkan

rasa dingin, sejuk dan mempunyai penetrasi yang cepat pada kulit. Gel

yang sederhana terdiri dari satu macam bahan pembentuk gel dalam

pelarutnya, bentuk transparan dengan sifat aliran yang umumnya

tiksotropik serta penampilan yang cukup menarik umumnya disukai oleh

konsumen (Chiew, 1992).

Karakteristik gel untuk penggunaan topical tidak boleh encer.

Konsetrasi terlalu tinggi dari bahan pembentuk gel dapat menyebabkan

gel sulit untuk dikeluarkan saat hendak digunakan (Lieberman Herbert A,

dkk 1996). Gel memiliki karakteristik sebagai berikut :

a. Sweeling/Mengembang

Gel dapat mengembang karena komponen pembentuk gel dapat

mengabsorbsi larutan sehingga terjadi pertambahan volume. Pelarut akan

berpenetrasi diantara matriks gel dan terjadi interaksi antara pelarut

dengan gel. Pengembangan gel kurang sempurna bila terjadi ikatan silang

antar polimer didalam matriks gel yang dapat menyebabkan kelarutan

komponen gel berkurang (Lieberman A, dkk 1996).

b. Sineresis

Kebanyakan system gel mengalami kontraksi dibagian atas

kedudukannya. Cairan bagian dalam dikeluarkan dan berkumpul pada

permukaan gel. Proses ini disebut dengan sinersis. Hal ini tidak terjadi

hanya pada hydrogel organik, tetapi juga terjadi pada organel dan
11

hydrogel inorganic. Tepatnya, sinersis terjadi ketika konsentrasi polimer

menurun. Mekanisme kontraksi berhubungan dengan relaksasi dan

peningkata tegangan elastis selama penyimpanan gel. Ketika tegangan

dibentuk, permukaan intersial diturunkan, melawan cairan (Liberman

Herbert A,dkk 1996).

c. Efek Suhu

Efek suhu mempunyai struktur gel. Gel dapat terbentuk melelui

penurunan temperatur, tapi dapat juga pembentukan gel terjadi setelah

pemanasan hingga suhu tertentu. Polimer seperti MC, HPMC < terlarut

hanya pada air yang dingin membentuk larutan yang kental. Pada

peningkatan suhu, larutan tersebut membentuk gel. Fenomena

pembentukan gel atau pemisahan fase yang disebabkan oleh pemanasan

disebut thermogelation (Lieberman Herbert A, dkk 1996).

d. Efek elektrolit

Konsentrasi elektrolit yang sangat tinggi akan berpengaruh pada

gel hidrofilik dimana ion berkompetisi secara efektif dengan koloid

terhadap pelarut yang ada dan koloid digaramkan (melarut). Gel yang

tidak terlalu hidrofilik dengan konsentrasi elektrolit kecil akan

meningkatkan rigiditas gel dan mengurangi waktu untuk menyusun diri

sesudah pemberian tekanan geser. Gel Na-alginat akan segera mengeras

dengan adanya sejumlah konsentrasi ion kalsium yang disebabkan karena


12

terjadinya pengendapan parsial dari alginat sebagai kalsium alginat yang

tidak larut (Lieberman Herbert A, dkk 1996).

e. Elastisitas dan Rigiditas

Sifat ini merupakan karakteristik dari gel gelatin agar dan

nitroselulosa, selama transformasi dari bentuk sol menjadi gel terjadi

peningkatan elastisitas dengan peningkatan konsentrasi pembentuk gel.

Bentuk struktur gel resisen terhadap perubahan atau deformasi dan

mempunyai aliran viskoelastik. Struktur gel dapat bermacam-macam

tergantung dari komponen pembentuk gel (Lieberman Herbert A, dkk

1996).

f. Rheologi

Larutan pembentuk gel (gelling agent) dan dispersi padatan yang

terflokulasi memberikan sifat aliran pseudoplastis yang khas dan

menunjukan jalan aliran non-Newton yang dikarakterisasi oleh penurunan

viskositas dan peningkatan laju aliran (Lieberman Herbert A, dkk 1996).

Polimer digunakan dalam pembentukan struktur berbentuk

jaringan yang merupakan bagian penting dari sistem gel. Termasuk dalam

kelompok ini adalah gum alam, turunan selulosa, dan karbomer.

Kebanyakan dari sistem tersebut berfungsi dalam media air, selain itu ada

yang membentuk gel dalam cairan nonpolar. Beberapa partikel padat

koloidal dapat berperan sebagai pembentuk gel karena terjadinya flokulasi

partikel. Adapun beberapa contoh bahan pembentuk gel yaitu: polimer


13

alam, polimer akrilik,turunan selulosa, polietilen, koloidal padatan tersebar,

surfaktan (Lieberman Herbert A, dkk 1996).

Pembuatan gel yaitu dimulai dengan peleburan atau diperlukan

suatu langkah khusus berkenaan dengan sifat mengembang dari gel. Gel

umumnya merupakan suatu sediaan semi padat yang jernih dan tembus

cahaya yang mengandung zat-zat aktif dalam kondisi terlarut. Dengan

adanya zat-zat alkali trietanolamin atau disopropanolamin untuk

membentuk suatu sediaan padat. Gel juga dapat dibentuk oleh selulosa

seperti hidroksipropil selulosa dan hidroksipropil metilselulosa (Lachman,

2008).

C. Uraian Kulit

Kulit merupakan selimut yang menutupi permukaa tubuh dan

memiliki fugsi utama sebagai pelindung dari berbagai macam gangguan

dan rangsangan luar. Kulit terdiri dari 3 lapisan yaitu (Bodiyono, 2011)

a. Epidermis

Epidermis dibag menjadi 4 lapisan :

1. Lapisan basal stratum germinativum

Terdiri atas sel-sel koloid yang tegak lurus terhadap dermis.

Tersusun sebagai tiang pagar atau polisadi sebagai lapisan terbawah dari

epidermis. Terdapat melanosit yaitu sel dendretik yang membentuk

melanin (melindugi kulit dari sinar matahari)


14

2. Lapisa Malpighi/stratum spinosum

Merupakan lapisan epidermis yang paling tebal. Terdiri atas sel

polygonal, sel-sel mempunyai protoplasma yang menonjol yang terlihat

seperti duri.

3. Lapisan granular/stratum granulosum

Terdiri atas butir-butir granul keratahialin yang basofilik. Lapisan ini

terdapat pada kulit normal

4. Lapisan tanduk/korneum

Terdiri atas 20-25 lapis sel tanduk tanpa inti.

b. Dermis (korium)

Dermis merupakan lapisan dibawah epidermis terdiri atas jaringan

ikat yang memiliki 2 lapisan, pars papilaris yang terdiri atas sel fibrabiast

yang memproduksi kolagen dan retikularis yang memiliki banyak pembulu

darah, tempat akar rambut, kelenjar keringat dan kelenjar sebaseus

c. Jaringan subcutan (hypodermis/supcutis)

Jaringa subcutan adalah lapisan terdalam yang banyak

mengandung sel liposit yang menghasilkan lemak. Merupakan jaringan

adipase, yaitu sebagai batalan antara kulit dan struktur internal seperti otot

dan tulang, sebagai jaringanmobilitas kulit , perubahan kontur tubuh dan

dan penyekatan panas, sebagai bantalanterhadap trauma dan tempat

penampungan energi.

Fungsi kulit secara umum antara lain (Budiyono, 2011)

1. Sebagai pelindung
15

2. Sebagai pengontrol

3. Sebagai lapisan sensibilitas

4. Sebagai penjaga kesetimbangan

6. Sebagai tempat produksi vitamin D.

D. Komposisi Gel

1. Zat aktif

Zat aktif adalah suatu senyawa kimiawi yang terdapat dalam suatu

sumber alami yang membentuk sifat khusus dan karakteristik dari

tanaman tersebut atau memiliki kandungan beberapa zat aktif obat (Ansel,

2008).

2. Gelling agent

Gelling agent merupakan basis dari sediaan gel dan harus bersifat

inert, aman serta tidak reaktif terhadap komponen lain dalam suatu

formulasi gel (Zatz dan Kushia, 1996).

Sejumah polimer digunakan dalam pembentukan struktur

berbentuk jaringan yang merupakan bagian penting dari sistem gel,

termasuk dalam kelompok ini adalah gum alam, turunan selulosa, dan

karbomer. Kebanyakan dari sistem tersebut berfungsi dalam media air,

selain itu ada yang membentuk gel dalam cairan nonpolar. Beberapa

partikel padat koloidal dapat berperilaku sebagai pembentuk gel karena

terjadi flokulasi partikel. Konsentrasi yang tinggi dari beberapa surfaktan

nonionic dapat digunakan untuk menghasilkan gel yang jernih didalam


16

sistem yang mengandung sampai 15% minyak mineral (Lieberment

Herbert A, dkk 1996).

Beberapa contoh gelling agent yaitu :

- Polimer (gel organik)

Umumnya bersifat anionic (bermuatan negatif dalam larutan atau

dispersi dalam air), meskipun dalam jumlah kecil ada yang bermuatan

netral, seperti natural gum, karena komponen yang membangun struktur

kimianya, maka natural gum mudah terurai secara mikrobiologi dan

menunjang pertumbuhan mikroba. Oleh karena itu, sistem cair yang

mengandung gum harus mengandug pengawet dengan konsentrasi yang

cukup (Lieberman Herbert A, dkk 1996)

- Polietelin (gelling oil)

Polietelin digunakan dalam gel hidrofobik liquid, dan dihasilkan gel

yang lembut, mudah tersebar, dan membentuk lapisan/film yang tahan air

pada permukaan kulit. Polimer harus didispersikan dalam minyak pada

suhu tinggi (di atas 800C) kemudian langsug didinginkan dengan cepat

untuk mengendapkan Kristal yang merupakan pembentukan matriks untuk

membentuk gel (Lieberman Herbert A, dkk 1996)

- Koloid padat terdispersi

Mikrokristalin selulosa dapat berfungsi sebagai gallant dengan cara

pembentukan jaringan karena gaya tarik-menarik antara partikel seperti

ikatan hidrogen, konsentrasi rendah dibutuhkan untuk cairan nonpolar.

Diperlukan konsentrasi yang lebih besar pembuatan gel untuk cairan polar
17

karena adanya kompetisi dengan medium yang melemahkan interaksi

antara partikel tersebut (Lieberman Herbert A, dkk 1996)

- Surfaktan

Gel yang jernih dapat dihasilkan oleh kombinasi antara minyak

mineral, air, dan konsentrasi yang tinggi (20-40%) dari surfaktan anionik.

Kombinasi tersebut membentuk mikroemulsi. Karakteristik gel yang

terbentuk dapat bervariasi dengan cara menyesuaikan proporsi dan

konsentrasi dari komposisinya. Bentuk komersial yag paling banyak untuk

gel ini adalah produk pembersih rambut (Lieberman Herbert A, dkk 1996).

- Gellants lain

Banyak wax (Lilin) yang digunakan sebagai gellants untuk media

nonpolar seperti bees wax, carnauba wax, setil ester wax (Lieberman

Herbert A, dkk 1996).

- Polivinil alkohol

Polivinil alkohol digunakan untuk membuat gel yang dapat

mongering secara cepat. Film yang terbentuk sangat kuat dan plastis

(keadaan dimana suatu benda diberikan gaya akan mengalami perubahan

bentuk dan saat gaya nya dihilagkan benda tidak dapat kembali kebentuk

awalnya) sehingga memberikan kontak yang baik antara obat dan kulit.

Tersedia dalam beberapa angka yang berbeda, dalam viskositas dan

angka penyabuhan (Lieberman Herbert A, dkk 1996).

- Clays (gel anorganik)


18

Digunakan sebanyak 7-20% sebagai basis, mempunyai pH 9

sehingga tidak cocok digunakan pada kulit . Viskositas dapat menurun

dengan adanya basa. Magnesium oksida sering ditambahkan untuk

meningkatkan viskositas. Bentonit harus disterilkan terlebih dahulu untuk

penggunaan pada luka terbuka. Bentonit dapat digunakan pada

konsentrasi 5-20%, contohnya: Bentonit, veegum, laponite (Lieberman

Herbert A, dkk 1996).

3. Humektan

Humektan bertujuan untuk mencegah kehilangan air sehingga

dapat mencegah kelembaban gel dan berguna untuk emperlicin serta

mencegah pecahnya gel atau terjadinya kerak sisa gel setelah komponen

lain menguap (Lieberman Herbert A, dkk 1996).

Pada suhu dingin, propilen glikol bersifat stabil dalam container

tertutup sedangkan pada suhu tinggi dan dalam keadaan terbuka akan

teroksidasi menjadi propionaldehid, asam laktat, asam piruvat, dan asam

asetat. Propilen glikol akan tetap stabil jika ditambahkan dengan gliserin

atau air (Rowe, et al., 2009).

Kombinasi antara propilen glikol dan gliserin sebagai humektan

akan mempengaruhi sediaan dari segi efektivitas. Penggunaan kombiasi

gliserin dan propilen glikol secara bersamaan berdasarkan pada

kenyataan bahwa gliserin mempunyai viskositas yang rendah namun

gliserin memberi kelembutan sehingga nyaman digunakan dan dapat

meningkatkan daya sebar pada gel, sedangkan propilen glikol memiliki


19

viskositas yang lebih tinggi namun kurang nyaman dalam aplikasinya

karena lengket saat digunakan (Yuliani, 2010).

4. Pengawet

Gel memiliki kandungan air yang banyak sehingga dibutuhkan

penambahan pengawet untuk mencegah terjadinya kontaminasi

pembusukan bakteri oleh karena itu, pengawet seperti metil dan

propilparaben atau natrium benzoat biasanya diperlukan pada konsentrasi

0,05%-0,2% (Lieberman Herbert A, dkk 2008).

Dalam pemilihan pengawet harus memperhatikan

inkompabilitasnya dengan gelling agent (Lieberman Herbert A, dkk 1996).

5. Pelarut

Air digunakan sebagai pelarut pembawa dalam pembuatan obat

dan sediaan farmasi, dapat digunakan juga sebagai cairan fisiologis tubuh

manusia tidak mengherankan jika merupakan pembawa pada banyak

larutan obat (Excepient 6th : 338). Kelarutan aquadest yaitu larut dalam

semua jenis larutan (FI III: 96).

E. Uji Mutu Fisik Gel

- Uji Organoleptik

Pemeriksaan organoleptik gel ekstrak etanol rimpang kunyit

dilakukan dengan menilai perubahan bentuk, warna dan bau (Ditjen POM,

2000).

-Uji Homogenitas
20

Pengujian homogenitas sediaan dilakukan dengan cara

mengoleskan sediaan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain

yang cocok, sediaan harus menunjukan susunan yang homogen dan tidak

terlihat adanya butir-butir yang kasar (Ditjen POM, 1979).

-Uji Daya Sebar

Pengujian daya sebar dilakukan dengan cara menimbang sediaan

dan meletakan 0,5 g sediaan diantara 2 lempeng objek transparan yang

diberi beban 150 g. Pengukuran diameter daya sebar dilakukan setelah

sediaan tidak dapat meyebar kembali atau lebih kurang 1 menit setelah

pemberian beban. Diameter daya sebar sediaan yang baik antara 5-7 cm

(Garg A, et al., 2002).

-Uji pH

Uji pH merupakan uji stabilitas kimia yag bertujuan untuk melihat

apakah gel yang dibuat mempunyai nilai pH yang dapat diterima oleh kulit

karena jika pH gel yang tidak sesuai dapat mengiritasi kulit. Apabila

sediaan gel terlalu asam dari ph kulit dikhawatirkan akan mengiritasi kulit

tetapi apabila terlalu basa maka kulit dikhawatirkan akan kering. Syarat pH

kulit yaitu 4,5-6,5 (Tranggono dan Latifah, 2007).

F. Ekstrak

Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair dibuat dengan

menyari simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok, di luar

pengaruh cahaya matahari langsung. Ekstraksi bisa dilakukan dengan


21

metode maserasi, perkolasi, digesti, refluks atau ekstraksi fluida super

kritik. Sifat zat aktif yang terkandung di dalam bahan mempengaruhi

metode ekstraksi dan jenis pelarut yang dipilih. Selain itu pada metode

maserasi dan perkolasi dapat dimodifikasi menggunakan ekstraktor yang

dilengkapi dengan mantel pemanas. metode yang dibahas meliputi

maserasi, perkolasi dan digesti. Ekstrak yang dibuat harus memenuhi

standar yang telah ditentukan sebagaimana tercantum di dalam monografi

(Direktroat Obat Asli Indonesia, 2012).

G. Uraian Ekstraksi

Ekstraksi adalah penarikan kandungan kimia yang terdapat bahan

simplisia menggunakan pelarut yang sesuai. Senyawa aktif yang

umumnya terdapat dalam berbagai simplisia dapat digolongkan kedalam

golongan minyak atsiri, alkaloit, flavanoit dan lain-lain. Diketahui senyawa

aktif yang dikandung simplisia akan mempermudah pelarut dan cara

ekstraksi yang tepat (Dirjen POM, 2000).

Beberapa metode ekstraksi yang sering digunakan antara lain:

(Dirjen POM, 2000).

1. Maserasi

Maserasi adalah proses ekstraksi simplisia yang paling sederhana,

menggunakan pelarut yang cocok dengan berbagai kali pengadukan

pada temperatur ruangan. Maserasi pada umumnya dilakukan dengan

cara merendam 10 bagian serbuk simplisia dalam 75 bagian cairan

penyari (pelarut).
22

2. Perkolasi

Perkolasi adalah ekstrakse yang dilakukan dengan mengalirkan

pelarut melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi. Prosesnya terdiri

dari tahap pengembangan dan perkolasi sebenarnya secara terus

menerus sampai diperoleh ekstra (perkolasi) yang jumlahnya 1-5 kali

bahan.

3. Refluks

Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik

didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut yang relatif konstan

dengan adanya pendingin balik.

4. Sokletasi

Sokletasi adalah proses pemisahan suatu kompenen yang terdapat

dalam zat padat dengan cara penyaringan berulang-ulang dan

menggunakan pelarut tertentu, sehingga semua kompenen yang

diinginkan akan terisolasi.

5. Digesti

Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) pada

temperature yang lebih tinggi dari peraturan ruangan (kamar) yaitu

secara umum dilakukan pada temperature 40-50oC.

6. Infus

Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperature pada

pemanasan air (bejana infus tercelup dalam air mendidih), temperatur

ukuran (96-98oC) selama waktu temperatur (15-20 menit).


23

7. Dekok

Dekok adalah ekstraksi senyawa menguap (minyak atsiri) dari

bahan (segar atau simplisia) dengan uap air berdasarkan tekanan

peristiwa, tekanan persial. Senyawa menguap akan terikut dengan fase

uap air dari ketel secara kontinu dan diakhiri dengan kondenisasi fase

uap campuran (senyawa kandungan menguap ikut destilasi) menjadi

desilat air bersama senyawa kandung yang memisah sempurna atau

pemisahan sebagian.

H. Uraian Bahan

1. Propilenglikol (Fl V, 2014 ; Excipient 6th, 2009)

Nama resmi : Propylenglicolum

Nama lain : Propilenglikol

RM/BM : C3H8O3/76,09

Pemerian : Cairan kental jernih tidak berwarna rasa khas

praktis tidak berbau menyerap air pada udara

lembab

Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, dengan aseton

dan dengan kloroform, larut dalam eter dan

dalam beberapa minyak esensial, tetapi

tidakdapat bercampur dengan minyak lemak

Inkompabilitas : Inkom dengan dengan agen pengoksida kuat

dan kalium permanganate

Stabilitas : Pada suhu dingin propilenglikol stabil dalam


24

wadah tertutup, namun pada suhu tinggi,

ditempat terbuka cenderung mengoksidasi

sehingga menghasilkan produk seperti asam

laktat, asam piruvat dan asam asetat. Stabil

secara kimia bila di campur dengan etanol

(95%). Gliseril atau air.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Humektan

2. Hidroksi propil Metil Selulosa (Excipient 6th , 2009)

Nama resmi : Hidroksi propil metil selulosa

Nama lain : HPMC

Pemerian : Serbuk atau granul putih, putih kekuningan,

putih keabuan, higroskopik setelah

pengeringan

Kelarutan : Larut dalam air dingin, membentuk larutan

koloid kental, praktis tidak larut dalam air

panas, kloroform etanol (90%) dan eter, tapi

larut dalam campuran etanol dan

diklorometano, dan campuran air dan

alkohol, nilai tertentu hypromellose yang

larut dalam larutan aseton berair, campuran

diklorometana dan propan-2-ol, dan pelarut

organic lainya.
25

Stabilitas : Bubuk hypromellose adalah bahan yang

stabil meskipun bersifat higroskopis setelah

pengeringan

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat ditempat sejuk

dan kering

Kegunaan : Basis gel

3. Gliserin (Fl V, 2014 Excipient 6th, 2009)

Nama resmi : Glyserolum

Nama lain : Gliserin, gliserol

RM/BM : C7H8O3/92,09

Pemerian : Cairan jernih seperti sirup, tidak berwarna

rasa manis, berbau khas lemah (tajam/tidak

enak) higroskopis netral terhadap lakmus

Kelarutan : Bercampur dengan etanol, tidak larut dalam

kloroform, dalam eter dan dalam minyak

menguap

Inkompabilitas : Dapat rusak jika dicampur dengan bahan

pengoksida kuat seperti kromium trioksida,

potassium klorat, atau kalium

permanganate, ZnO dan besi bismuth nitrat

serta adanya besi

Stabilitas : Gliserol murni akan terdekomposisi dengan

adanya pemanasan campuran gliserol, etil


26

alkohol dan propilenglikol

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Sebagai

4. Aquadest (Fl lll :96)

Nama resmi : Aqua destillata

Nama lain : Air suling, aquadest

RM/BM : H2O/1802

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau,

tidak mempunyai rasa

Kelarutan : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau,

tidak mempunyai rasa

Inkompabilitas : Air dapat bereaksi dengan obat-obatan dan

eksepien lain yang rentan terhadap hidrolisis

(dekomposisi dengan adanya air atau uap

air pada suhu tinggi). Air dapat bereaksi

keras dengan logam alkali dan oksida,

seperti kalsium oksida dan magnesium

oksida. Air juga bereaksi dengan garam

anhidrat untuk bahan organik membentuk

hidrat dari beragam komposisi dan dengan

bahan organik dan kalsium tertentu

Stabilitas : Air secara kimiawi stabil disemua kondisi


27

fisik (es, cair, uap air)

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Pelarut

5. Kalium sorbat (Fl V, 2014; Excipient 6th, 2009)

Nama resmi : Pottasium sorbate

Nama lain : Kalium sorbat

RM/BM : C6H7O2K/150,22

Pemerian : Kristal putih atau tepung, berbau khas

Kelarutan : Larut di dalam air, sukar larut di dalam

etanol dan eter

Inkompabilitas : Beberapa kasus terjadi kehilangan aktivitas

antimikroba karena adanya surfaktan

nonionik dan tidak cocok dengan plastic

Stabilitas : Stabil dalam larutan air daripada asam

sorbat, larutan berair dapat di sterilkan

dengan autoklaf, bahan harus di simpan

dalam wadah yang tertutup rapat,

terlindung dari cahaya matahari

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian


28

Penelitian akan dilakukan di Laboratorium Farmasetika dan

Fitokimia FMIPA Universitas Islam Makassar.

B. Alat dan Bahan yang Digunakan

Alat-alat yang digunakan yaitu batang pengaduk, cawan porselin,

corong, gelas kimia, gelas ukur, lumpang, mangkok kaca, pH meter,

termometer, timbangan analitik, toples kaca, objek glass, wadah maserasi

dan wadah gel.

Bahan yang digunakan yaitu ekstrak rimpang kunyit (Curcuma

longa Linn), ekstrak rimpang kunyit putih (Curcuma zedoaria Rosc),

aquadest, etanol 96%, gliserin, HPMC, kertas saring, kertas perkamen,

kalium sorbat, propilenglikol.

C. Pengambilan dan Pengolahan Sampel

1. Pengambilan Sampel

Sampel rimpang kunyit dan kunyit putih diambil dari daerah

Maros, Sulawesi Selatan. Pengambilan sampel dilakukan pada pagi hari

dengan cara mencabut tanaman kunyit dan kunyit putih lalu memilih

rimpang-rimpang kunyit yang segar dan tidak rusak.

2. Pengolahan Sampel

Kunyit dan kunyit putih yang sudah dikumpulkan dipisahkan

perkelompok lalu dicuci dengan air bersih mengalir (sortasi basah).

Setelah itu dirajang ditimbang lalu dikeringkan dengan cara diangin-

anginkan tanpa terkena sinar matahari langsung. Setelah bersih dan


29

kering, sampel disortasi kering dan diekstraksi dengan cara maserasi

(Direktorat Obat Asli Indonesia, 2012).

3. Ekstraksi Sampel

Simplisia rimpang kunyit dan kunyit putih ditimbang masing-

masing sebanyak 300 gram kemudian dimasukkan kedalam wadah

maserasi yang berbeda (wadah simplisia rimpang kunyit dan wadah

simplisia rimpang kunyit putih), ditambahkan cairan penyari etanol 96%

masing-masing sebanyak 1500 mL sampai simplisia terendam,

dimaserasi selama 3x24 jam sesekali diaduk. Ekstrak cair yang

dihasilkan dievaporator, selanjutnya di remaserasi 2 kali hingga diperoleh

ekstrak kental rimpang kunyit dan ekstrak rimpang kunyit putih (Direktur

Obat Asli Indonesia, 2012).

D. Pembuatan Sediaan Gel

Tabel 1. Rancangan Formula Gel Ekstrak Etanol Kunyit dan Ekstrak


Kunyit putih
Konsentrasi (% b/b)
Bahan Fungsi
F1 F2 K(-)
Ekstrak etanol Zat aktif 5 10 -
rimpang kunyit
putih
Ekstrak etanol Zat aktif 3 6 -
kunyit
HPMC Basis 2 2 2

Gliserin Humektan 10 10 10

Propilenglikol Humektan 10 10 10

Kalium Sorbat Pengawet 0,2 0,2 0,2

Aquadest Pelarut ad 100 ad 100 ad 100


30

1) Cara Pembuatan Gel Ekstrak Kunyit dan Kunyit Putih

Disiapkan alat dan bahan, kemudian bahan ditimbang sesuai

dengan perhitungan, HPMC dikembangkan dalam air suling, didiamkan

hingga mengembang. Selanjutnya tambahkan metil kalium sorbat yang

sebelumnya telah dilarutkan dalam air pada suhu 70 0C sambil diaduk

hingga homogen. Ekstrak dicampur dengan gliserin dan propilenglikol dan

dicampur kedalam basis, dihomogenkan. Ditambahkan sisa air kedalam

basis dan dihomogenkan. Gel yang telah jadi kemudia dimasukn kedalam

wadah.

3) Pengujian Mutu Fisik Gel

1. Organoleptik

Pengamatan oganoleptik meliputi bentuk, bau, warna dari gel yang

dibuat. Pemeriksaan dilakukan sebelum dan setelah penyimpanan

dipreparat. Gel biasanya jernih dengan konsistensi setengah padat (Ansel,

1989)

2. Homogenitas

Pengujian Homogenitas dilakukan dengan cara mengoleskan sampel

gel pada kaca objek, sediaan harus menunjukan susunan yang homogeny

dan tidak terlihat butir-butir kasar. Pemeriksaan dilakukan sebelum dan

setelah penyimpanan dipreparat (Garg, 2002)


31

3. Uji pH

Pengukuran pH sediaan dilakukan dengan menggunakan ph

meter, dengan cara alat terlebih dahulu dikalibrasi dengan menggunakan

larutan dapar standar pH netral (pH 7,00) da larutan pH asam (pH 4,00)

hingga alat menunjukan harga pH tersebut . Kemudian elektroda dicuci

dengan air suling , lalu dikeringkan dengan tissue. Selanjutnya elektroda

dicelupkan kedalam basis gel, sampai alat menunjukan harga pH yang

konstan. Angka yang ditunjukan pH meter merupakan harga pH sediaan

(Rawlins, E.A., 2003). PH sediaan basis gel harus sesuai dengan pH kulit

yaitu 4,5-6,5 (Tranggono, 2007). Range pH normal kulit yaitu 5,0-6,8

(Ansari, S.A. 2009).

4. Uji Daya Sebar

Uji pengukuran daya sebar yaitu sebanyak 0,5 g sampel gel

diletakan diatas kaca bulat berdiameter 15 cm, kaca lainnya diletaan

diatasnya dan dibiarkan selama 1 menit , diameter sebar gel diukur.

Setelahya, ditambahkan 150 g beban tambahan dan didiamkan selama 1

menit lalu diukur diameter konstan (Astuti, 2010). Daya sebar 5-7 cm

menunjukan konsistensi semisolid yang sangat nyama dalam peggunaan

(Garg, A., 2002).

Daftar Pustaka

Al-Qur’an Asy-syu’ra
32

Ansari, S.A. 2009. Skin pH and Skin Flora. In Handbook of Cosmetics


Science and Technology. Edisi Ketiga Informa Healtcare USA.
New York. Hal 222-223.

Ansel, H. C., Pengantar bentuk sediaan farmasi.Edisi Keempat. Jakarta:


UI Press; 2008.

Backer , C.A V Brink R.C.B, Flora of java, Neterhlands : 1968. Harbone


J.B Metode Fitokimia, Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan , Terbitan Kedua Bandung : ITB.

Budiyono, S. 2011. “Anatomi Tubuh Manusia” Laskar Aksara.

Chiew, Y.W. (1992). Novel drug delivery system 2nd edition. New : Harcel
Dekker Inc.

Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan


Republik Indonesia : Jakarta.

Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi Kelima. Departemen


Kesehatan Republik Indonesia : Jakarta.

Depkes RI, 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat.


Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan : Jakarta.

Fauziah, M. 1999. Temu-temuan dan Empon-emponan, Budidaya dan


Manfaat. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Garg, A., Anggarwal, D., Garg, S., dan Sigla, A.K. 2002. Spreading of
Semisolid Formulation: An Update. Pharmaceutical Tecnology. 84-
102.

Gusprita, N., Uji efektivitas ekstrak rimpang kunyit dalam mempercepat


proses penyembuhan luka sayat pada mencit jantan. Skripsi.
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Hartati, S.Y., Balittro. (2013). Khasiat Kunyit Sebagai Obat Tradisional dan
Manfaat Lainnya. Warta Penelitian dan Perkembangan Tanaman
Industri. Jurnal puslitbang perkebunan. 19 : 5-9.

Hutapea, J.R. (1992). Inventarisasi tanaman obat Indonesia edisi I.


Industri. Jurnal Puslitbang Perkebunan. 19 : 5 - 9.Jakarta:
Departemen Republik Indonesia.
33

Lieberman. H.A : Martin. M.R. :Gilber. S.: 1996. Pharmaceutical dosage


forms disperse system, volume 2 second edition. Marcel dekker.
New york.

Rathi, P., Pengaruh Krim Ekstrak Kunyit Putih (Curcuma manga) Untuk
Pengobatan Luka Iris Anjing (Canis Familiaris). Skripsi Kedokteran
Hewan : Universitas Gadja Mada.

Rawlins, E.A. 2003. Bentleys of Pharmacy. Edisi ke 18 Baillierre Tindal.


London. Hal 22-35.

Rowe R, C, et al, 2009. Handbook Of Pharmaceutical Excipients, 6 th Ed,


The Pharmaceutical Press: London.

Tranggono IR , Latifah. Buku pegangan ilmu pengetahuan kosmetika.


Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama; 2007.

Voight Rudolf.1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Yogyakarta:


Gadjah Mada University Press.

Winarto, I.W. (2004). Khasiat dan Manfaat Kunyit. Jakarta: Agromedia


Pustaka. pp 2-12.

Windono, Tri, Parfati, dan Nani. 2002. “Curcuma zedoaria (Berg) Rosc :
Kajian Pustaka Kandungan kimia dan aktivitas Farmakologi”.
Dalam Prosiding Seminar Nasional Tumbuhan Obat Indonesia
XXI, 27-28 Maret 2002, Fakultas Farmasi Universitas Surabaya.

Yuliani, S.H., 2010, Optimasi Kombinasi Campuran Sorbitol, Gliserol, dan


Propilen Glikol Dalam Sediaan Gel Sunscreen Ekstrak Etanol
Curcuma Manga, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma,
Yogyakarta, Majalah Farmasi Indonesia, 21(2), 83-89, 2010.

Zats, J.L. dan Kushla, G.P., 1998, Gels, Dalam Lieberman, H.A., Rieger
M. M., Banker, G.S., Pharmaceutical Dossage Form: Disperse
System, Volume 2, Marcell Dekker Inc., New York, Hal. 399-418.

Lampiran 1. Skema Kerja

Rimpang kunyit (Curcuma


longa Linn) dan Rimpang
Kunyit Putih (Curcuma
zedoaria Rosc)
34

- Dicuci dengan air mengalir


- Dikeringkan
- Diserbukkan/Dihaluskan
- Dimaserasi menggunakan etanol 96%

Proses maserasi

Ekstrak kental

Formulasi gel

FI FII FIII

Gambar 3. Skema kerja pembuatan gel ekstrak etanol rimpang kunyit


(Curcuma longa Linn) dan Rimpang Kunyit Putih (Curcuma
zedoaria Rosc).

Anda mungkin juga menyukai