Pendahuluan
1
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa yang dapat diketahui dari tanaman Temu Putih (Curcuma zedoaria (Christm.) ?
b. Bagaimana morfologi tumbuhan dari Temu Putih (Curcuma zedoaria (Christm.) ?
c. Apa saja manfaat dari Temu Putih (Curcuma zedoaria (Christm.) ?
d. Bagaimana proses pembuatan simplisia dari Temu Putih (Curcuma zedoaria
(Christm.) ?
e. Bagaimana prinsip pembuatan simplisia dari temu putih (Curcuma zedoaria
(Christm.)
1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui hal-hal seputar tanaman temu putih (Curcuma zedoaria (Christm.)
b. Untuk mengetahui morfologi temu putih (Curcuma zedoaria (Christm.)
c. Untuk mengetahui manfaat temu putih (Curcuma zedoaria (Christm.) yang dapat
digunakan dalam berbagai pengobatan.
d. Untuk mengetahui proses pembuatan simplisia temu putih (Curcuma zedoaria
(Christm.)
e. Untuk mengetahui prinsip pembuatan simplisia temu putih (Curcuma zedoaria
(Christm.)
2
BAB II
Pembahasan
3
obat cacing, obat diare, antivirus, pelega perut, batuk, nyeri dada, gangguan pencernaan,
melancarkan peredaran darah, kanker (serviks, ovarium, paru, hati, payudara, leukemia), serta
gangguan paru-paru diantaranya asma, TBC, dan bronchitis. Pemanfaatan temu putih sebagai obat
diare dan disentri juga dilaporkan Depkes RI dalam SP. No.383/12.01/1999 dan didukung oleh
hasil penelitian Puslitbang Bio Medis dan Farmasi yang menunjukkan bahwa jus temu putih
mempunyai efek sebagai obat diare, setelah dilakukan uji terhadap tikus putih jantan.
Rimpang temu putih mengandung 1,0-2,50% minyak atsiri yang terdiri dari monoterpen
yang berkhasiat sebagai antineoplastik (antikanker) dan telah terbukti dapat menonaktifkan
pertumbuhan sel kanker payudara dan seskuiterpen sebagai komponen utamanya. Minyak atsiri
tersebut mengandung lebih dari 20 komponen, diantaranya kurzerenon (zedoarin) yang
merupakan komponen terbesar, kurkumin yang berkhasiat sebagai anti radang dan antioksidan
yang dapat mencegah kerusakan gen, epikurminol yang berkhasiat sebagai antitumor, kurkuminol
yang berkhasiat sebagai hepatoprotektor (pelindung hati), dan zingiberen. Selain minyak atsiri,
dalam temu putih juga terkandung zat pati, damar, mineral, lemak, saponin,
flavonoid, polifenol, dan triterpenoid.
Setelah dilakukan uji pendahuluan terhadap ekstrak etanol rimpang temu putih, diketahui
bahwa rimpang temu putih mengandung senyawa metabolit sekunder golongan flavonoid,
polifenol, dan triterpenoid sebagai komponen utama (mayor), yang secara kualitatif dapat dilihat
dari intensitas warna yang dihasilkan dengan pereaksi uji fitokimia. Senyawa golongan
triterpenoid juga ditemukan pada Honje ( Amomum heyneanum) yang satu famili dengan temu
putih. Berdasarkan kaidah kemotaksonomi bahwa tumbuhan dari genus atau famili yang sama
kemungkinan mengandung senyawa dengan kerangka struktur yang mirip, maka dalam penelitian
ini dicoba untuk mengisolasi dan mengidentifikasi senyawa golongan triterpenoid dari rimpang
temu putih. Berdasarkan pemanfaatan dari rimpang temu putih yang salah satunya sebagai obat
diare, maka dalam penelitian ini juga akan dilakukan uji antibakteri untuk mengetahui aktivitas
senyawa golongan triterpenoid tersebut terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia
coli.
5
2.3 Manfaat Temu Putih (Curcuma zedoaria (Christm.)
Kunyit putih beserta fungsinya
No.
Bagian Kunyit Putih Fungsi
1.
Minyak dari rimpang Mual, muntah, peluruh haid
2.
Akar Mengatasi keputihan
3.
Batang Pengobatan, kecacingan pada anak
4.
Rimpang bentuk bubuk Antialergen
5. Daun (jus) Pengobatan lepra
6.
Daun Pengobatan, furunculosis
Berbagai bagian tanaman ini ditemukan sebagai antikanker, antifungal, antiamebik,
antimikroba, analgetik, antialergi dll. Hal ini dijelaskan secara lebih rinci di bawah ini:
a. Kunyit putih sebagai antikanker
Kunyit putih dapat membantu proses penyembuhan kanker karena mengandung senyawa
seperti, ethyl p-methoxycinnamate, kurkuminoid, bisdemothxycurcumin, flavonoid, dan
demothxycurcumin yang didapatkan dari ekstrak ethanol. Kunyit putih ini juga mengandung
Ribosome Inacting Protein (RIP) yang berfungsi menonaktifkan perkembangan sel kanker dan
menghambat pertumbuhan sel kanker. Hasil penelitian Seo et al (2005) menyatakan bahwa
asupan ekstrak air rimpang Curcuma zedoaria dengan dosis 250 dan 500 mg/kg selama 42 hari
dari 14 hari sebelum tumor inokulasi dapat mengurangi jumlah metastasis permukaan nodul di
paru-paru secara signifikan. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Carvalho et al (2010)
menunjukkan bahwa ekstrak sederhana rimpang Curcuma zedoaria 0,1–0,2% yang diberikan
secara intraperitoneal pada hewan percobaan tikus yang diinduksi oleh sel melanoma B16F10
murine meningkatkan jumlah limfosit pada hari ke 15 dan 30 setelah pemberian, jumlah neutrofil
meningkat setelah 15 hari pemberian, dan pemberian ekstrak selama 15–60 hari meningkatkan
jumlah sel darah merah dan leukosit.
Selain itu, pemberian secara oral selama 30–45 hari juga meningkatkan jumlah limfosit dan
produksi NO oleh makrofag sehingga menghambat mediator sitotoksik sel melanoma B16F10
serta memiliki efek antimigrasi sel kanker yang dapat menghambat metastasis.Ekstrak methanol
Curcuma zedoaria juga memiliki efek antiinflamasi karena menghambat aktifitas jalur COX-2
dan biosintesis prostaglandin. Selain itu, kandungan ethyl p-methoxycinnamat, kurkuminoid,
bisdemothxycurcumin, isocurcumenol, demothxycurcumin pada Curcuma zedoaria ini dapat
menghambat pertumbuhan sel OVCAR-3 (human ovarian cancer), leukemia (HL–60).
6
b. Kunyit putih sebagai antifungal
Senyawa seperti kurkumin, curzerenone, zedoarone yang diperoleh dari ekstrak sebelas
spesies tanaman famili Zingiberaceae termasuk Curcuma zedoaria efektif sebagai antijamur
karena menghambat aktivitas jamur patogen termasuk strain jamur yang resisten terhadap
amfoterisin B dan ketokonazol.
c. Kunyit putih sebagai antiamoeba
Ekstrak ethanol dari rimpang kunyit putih terbukti dapat menghambat pertumbuhan
Entamoeba Histolytica pada konsentrasi 1-10mg/ml.
d. Kunyit putih sebagai Larvasida
Minyak Zedoaria yang diserap butiran pasir pada uji larvasida terhadap Aedes Aegypti
dibandingkan dengan abate memiliki efek potensial dengan lethal dose 50% dan 99%.
e. Kunyit putih sebagai antimikroba
Ekstrak petroleum eter, heksana, kloroform, aseton, dan etanol dari batang Curcuma zedoaria
yang diuji terhadap Staphylococcus aureus, E. Coli, Corynebacterium amycolatum, Candida
albicans menunjukkan aktivitas antimikroba yang baik.15 Penelitian lain dari ekstrak Curcuma
zedoaria terhadap mikroorganisme oral seperti S. mutans, E. faecalis, S. aureus dan C. albicans
dibandingkan dengan antimikroba pada lima obat kumur komersial untuk mengevaluasi potensi
ekstrak tanaman ini menunjukkan bahwa aktivitas antimikroba.
f. Kunyit putih sebagai antioxidant
Curcuma zedoaria memiliki kandungan antioxidan alami yaitu diferuloylmethan yang berasal
dari minyak esensial rimpangnya. Minyak ini dapat digunakan dalam mencegah dan
memperlambat proses penuaan yang berhubungan dengan penyakit degeneratif pada dosis 20
mg/ml.
g. Kunyit putih sebagai analgetik
Penelitian Navarro et al (2004) membandingkan zat kurkumenol dan steroid yang terkandung
dalam Curcuma zedoaria dengan obat aspirin dan dipyrone sebagai kontrol positif. Steroid dan
kurkumenol yang diperoleh melalui ekstrak hydroalcoholic rimpang tumbuhan ini ini memiliki
aktivitas analgesik yang lebih kuat dibandingkan obat kontrol karena cara kerjanya tidak
melibatkan sistem opioid.
h. Kunyit putih sebagai antialergi
Zat kurkumin, dihydrocurcumin, tetrahydrodemethoxycurcumin, dan
tetrahydrobisdemethoxycurcumin dalam Curcuma Zedoaria menghambat pelepasan beta-
hexosaminidase sebagai penanda antigen-IgE-mediated degranulasi dan merangsang pelepasan
TNF–alfa dan IL–4.
7
i. Kunyit putih sebagai antialergi
Kandungan seperti flavonoids, trimethoxyflavone, kurkumin, tetramethoxyflavone dari
rimpang Curcuma zedoaria memiliki efek antiplasmodial.
2.4 Proses Pembuatan Simplisia dari Temu Putih (Curcuma zedoaria (Christm.)
Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat tradisional yang belum
mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain merupakan bahan yang
dikeringkan (Badan pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, 2005).
Terdapat 3 jenis simplisia yaitu :
1. Simplisia nabati adalah simplisis yang dapat berupa tanaman utuh, bagian tanaman, eksudat
tanaman, atau gabungan antara ketiganya.
2. Simplisia hewani adalah simplisia berupa hewan utuh atau zat-zat berguna yang dihasilkan
oleh hewan dan belum berupa bahan kimia murni.
3. Simplisia pelikan atau mineral adalah simplisia berupa bahan pelikan atau mineral yang
belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum berupa bahan kimia murni.
Proses pembuatan simplisia
1. Pengumpulan bahan baku
Tahapan pengumpulan bahan baku sangat menentukan kualitas bahan baku. Faktor yang
paling berperan dalam tahapan ini adalah masa panen. Panen daun atau herba dilakukan pada
saat proses fotosintesis berlangsung maksimal, yaitu ditandai dengan saat-saat tanaman mulai
berbunga atau buah mulai masak.
2. Sortasi basah
Sortasi basah adalah pemilahan hasil panen ketika tanaman masih segar. Sortasi
dilakukan terhadap tanah dan krikil, rumput-rumputan, bahan tanaman lain atau bagian lain
dari tanaman yang tidak digunakan dan bagian tanaman yang rusak (dimakan ulat dan
sebagainya.
3. Pencucian
Pencucian simplisia dilakukan untuk membersihkan kotoran yang melekat, terutama
bahan-bahan yang berasal dari dalam tanah dan juga bahan-bahan yang tercemar pestisida.
4. Pengubahan bentuk
Pada dasarnya tujuan pengubahan bentuk simplisia adalah untuk memperluas
permukaan bahan baku. Semakin luas permukaan maka bahan baku akan semakin cepat
kering. Proses pengubahan bentuk untuk rimpang, daun dan herba adalah perajangan.
5. Pengeringan
8
Proses pengeringan simplisia terutama bertujuan untuk menurunkan kadar air sehingga
bahan tersebut tidak mudah ditumbuhi kapang dan bakteri serta memudahkan dalam hal
pengolahan proses selanjutnya (ringkas, mudah disimpan, tahan lama dan sebagainya).
Pengeringan dapat dilakukan lewat sinar matahari langsung maupun tidak langsung juga
dapat dilakukan dalam oven dengan suhu maksimum 60oC.
6. Sortasi Kering
Sortasi kering adalah pemilihan bahan setelah mengalami proses pengeringan.
Pemilihan dilakukan terhadap bahan-bahan yang terlalu gosong, bahan yang rusak akibat
terlindas roda kendaraan (misalnya dikeringkan di tepi jalan raya, atau dibersihkan dari
kotoran hewan.
7. Pengepakan dan penyimpanan
Setelah tahap pengeringan dan sortasi kering selesai maka simplisia perlu ditempatkan
dalam suatu wadah tersendiri agar tidak saling bercampur antara simplisia satu dengan yang
lainnya
10
BAB III
Penutup
Kesimpulan
Kandungan senyawa kimia pada kunyit putih, seperti RIP (Ribosome Inacting Protein),
isocurcumenol, ethyl p-methoxycinnamate, epicurzerenone, demothxycurcumin, curdione,
bisdemothxycurcumin, dan kurkumenol dapat menonaktifkan perkembangan sel kanker dan
menghambat pertumbuhan sel kanker. Kunyit putih (Curcuma zidoaria) termasuk kedalam family
zingiberacea yang dapat tumbuh di daerah tropis. Ciri-ciri morfologi tanaman herbal ini terdiri
dari batang, daun, bunga, akar, dan rimpang. Manfaat temu putih diantaranya sebagai antikanker,
antiinflamasi, analgesik dan antipiretik, antimikroba, antifungi, antioxidant dll. Cara perolehan
simplisia dengan proses pengeringan pada suhu 40℃ - 70℃.
11
DAFTAR PUSTKA
12
LAMPIRAN – LAMPIRAN
13
14
15