menguap sehingga banyak yang menyebut minyak terbang. Minyak atsiri disebut juga
etherial oil atau minyak eteris karena bersifat seperti eter, dalam bahasa internasional biasa
disebut essential oil (minyak essen) karena bersifat khas sebagai pemberi aroma/bau.
Minyak atsiri dalam keadaan segar dan murni umumnya tidak berwarna, namun pada
penyimpanan yang lama warnanya berubah menjadi lebih gelap. Minyak atsiri bersifat
mudah menguap karena titik uapnya rendah sebagaimana minyak lainnya, sebagian besar
minyak atsiri tidak larut dalam air dan pelarut polar lainnya. Secara kimiawi, minyak atsiri
tersusun dari campuran yang rumit berbagai senyawa, namun suatu senyawa tertentu
biasanya bertanggung jawab atas suatu aroma tertentu. Minyak atsiri sebagian besar
termasuk dalam golongan senyawa organik terpena dan terpenoid yang bersifat larut dalam
minyak (lipofil).
Minyak atsiri dapat bersumber pada setiap bagian tanaman yaitu dari daun, bunga, buah,
biji, batang atau kulit dan akar atau rhizome. Berbagai macam tanaman yang dibudidayakan
atau tumbuh dengan sendirinya di berbagai daerah di Indonesia memiliki potensi yang besar
untuk diolah menjadi minyak atsiri, baik yang unggulan maupun potensial untuk
dikembangkan.
Buah Kapulaga yang disuling mengandung minyak atsiri dengan komposisi yaitu sineol,
terpineol, borneol. Kadar sineol dalam buah lebih kurang 12%. Biji kapulaga mengandung
3-7% minyak atsiri yang terdiri atas terpineol, terpinil asetat, sineol, alfa borneol, dan beta
kamfer. Disamping itu biji juga mengandung lemak, protein, kalsium oksalat dan asam
kersik. Penyulingan biji diperoleh minyak atsiri yang disebut Oleum Cardamomi yang
digunakan sebagai stimulus dan pemberi aroma. Rimpang kapulaga disamping mengandung
minyak atsiri, juga mengandung saponin, flavonoida dan polifenol.
a. Terpenoida
Terpenoida atau isoprenoid merupakan salah satu senyawa organik yang hanya
tersebar di alam, yang terbentuk dari satuan isoprena ( CH3=C(CH3)- CH=CH2).
Senyawa terpenoida merupakan senyawa hidrokarbon yang dibedakan berdasarkan
jumlah satuan isoprena penyusunnya, kelompok metil dan atom oksigen yang diikatnya.
Terpenoida mempunyai rumus dasar (C5H8)n atau dengan unit isoprene-2 metil-2,3
butadiena. Senyawa terpenoida yang mempunyai aktifitas antimikrobia antara lain
borneol, sineol, pinene, kamfene dan kamfor.
b. Saponin
Beberapa saponin bekerja sebagai antimikroba dan saponin tertentu menjadi penting
karena dapat diperoleh dari beberapa tumbuhan dengan hasil yang baik dan digunakan
sebagai bahan baku untuk sintesis hormon steroid yang digunakan dalam bidang
kesehatan. Saponin merupakan glukosida yang larut dalam air dan etanol, tetapi tidak
larut dalam eter. Saponin merupakan zat aktif yang dapat meningkatkan permeabilitas
membran sehingga terjadi hemolisis sel, apabila saponin berinteraksi dengan bakteri,
maka bakteri tersebut akan pecah atau lisis. Hal ini dibuktikan oleh penelitian yang
dilakukan Poeloengan dan Praptiwi (2010), buah manggis yang mengandung saponin
mampu menghambat Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis.
c. Flavonoid
Flavanoid merupakan senyawa polar yang umumnya mudah larut dalam pelarut
polar seperti etanol, menthanol, butanol, aseton, dan lain-lain. Flavanoid dalam
tumbuhan terikat pada gula sebagai glikosida dan aglikon flavanoid, gula yang terikat
pada flavanoid mudah larut dalam air.
d. Polifenol
Polifenol adalah kelompok zat kimia yang ditemukan pada tumbuhan. Zat ini
memiliki tanda khas yaitu memiliki banyak gugus phenol dalam molekulnya. Polifenol
sering terdapat dalam bentuk glikosida polar dan mudah larut dalam pelarut polar
(Hosttetman, dkk, 1985). Beberapa golongan bahan polimer penting dalam tumbuhan
seperti lignin, melanin dan tanin adalah senyawa polifenol dan kadang-kadang satuan
fenolitik dijumpai pada protein, alkaloid dan terpenoid
e. Borneol
Borneol adalah terpena alkohol menyerupai powder atau kristal yang berwarna putih
(CHOH), menyerupai kamper, yang diperoleh dari batang pohon yang terdapat
di Asia Tenggara, yang banyak digunakan dalam pembuatan wewangian, sebagai
antiseptik dan lain-lain (Huo, 1995). Di China dikenal dengan nama Bing pian'syang
berfungsi sebagai anti-inflammasi dan analgesik. Borneol alami hampir tidak pernah
ditemukan di Eropah atau Amerika. Permintaan besar akan komoditi ini selalu datang
dari China, karena China lebih awal memanfaatkan borneol ini dalam pengobatan dan
kosmetika.
DAFTAR PUSTAKA
Fachriyah, Enny, dan Sumardi. 2007. Identifikasi Minyak Atsiri Kapulaga (Amomum
Cardamomom). Jurnal Sains dan Matematika vol 15 no 2.
Ganiswara, S.G., 2000, Farmakologi dan T erapi, Edisi IV , 800, Bagian Farmakologi FKUI,
Jakarta.
Gildemeister and Hoffmann. 1921. The Volatile Oils Second Edition. London: Longmans.
Harborne, J.B. 1996. Metode Fitokimia: Penuntun Cara Modern Menganalisa Tumbuhan.
Terbitan Kedua. Bandung: ITB
Lim, T. K. 2013. Edible Medicinal and Non-Medicinal Plants: Volume 5, Fruits. Berli Springer
Science+Business Media.