Anda di halaman 1dari 5

Minyak atsiri merupakan minyak dari tanaman yang komponennya secara umum mudah

menguap sehingga banyak yang menyebut minyak terbang. Minyak atsiri disebut juga
etherial oil atau minyak eteris karena bersifat seperti eter, dalam bahasa internasional biasa
disebut essential oil (minyak essen) karena bersifat khas sebagai pemberi aroma/bau.
Minyak atsiri dalam keadaan segar dan murni umumnya tidak berwarna, namun pada
penyimpanan yang lama warnanya berubah menjadi lebih gelap. Minyak atsiri bersifat
mudah menguap karena titik uapnya rendah sebagaimana minyak lainnya, sebagian besar
minyak atsiri tidak larut dalam air dan pelarut polar lainnya. Secara kimiawi, minyak atsiri
tersusun dari campuran yang rumit berbagai senyawa, namun suatu senyawa tertentu
biasanya bertanggung jawab atas suatu aroma tertentu. Minyak atsiri sebagian besar
termasuk dalam golongan senyawa organik terpena dan terpenoid yang bersifat larut dalam
minyak (lipofil).

Minyak atsiri dapat bersumber pada setiap bagian tanaman yaitu dari daun, bunga, buah,
biji, batang atau kulit dan akar atau rhizome. Berbagai macam tanaman yang dibudidayakan
atau tumbuh dengan sendirinya di berbagai daerah di Indonesia memiliki potensi yang besar
untuk diolah menjadi minyak atsiri, baik yang unggulan maupun potensial untuk
dikembangkan.

1. Fungsi dan Kegunaan Minyak Buah Kardamomi / Kapulaga

 Fungsi bagi tumbuhan


Para ahli biologi menganggap, minyak atsiri merupakan metabolit sekunder yang
biasanya berperan sebagai alat pertahanan diri agar tidak dimakan oleh hewan ataupun
sebagai agen untuk bersaing dengan tumbuhan lain dalam mempertahankan ruang hidup.
Minyak ini dapat dihasilkan dari tiap bagian tanaman (daun, bunga, buah, biji, batang/ kulit,
dan akar).

 Kegunaan Bagi Manusia


Penyulingan biji diperoleh minyak atsiri yang disebut Oleum Cardamomi, yang
digunakan sebagai stimulans dan pemberi aroma. Pemanfaatan kapulaga sebagai bahan
aromatik, karminatif (mengurangi gas dalam perut atau mengurangi perut kembung),
mengobati batuk, mulut berbau, dan gatal tenggorokan. Minyak atsiri dari biji kapulaga
digunakan sebagai penyedap kue-kue, gula-gula, parfum, dan obat-obatan, serta bahan baku
pemuatan oil of cardamon yang nantinya dijual lagi sebagai penyedap minuman botol dan
makanan kaleng (Fachriyah dan Sumardi, 2007).

2. Sifat Fisik Minyak Buah Kardamomi / Kapulaga

 Bau : Aromatik (khas)


 Warna : Kuning
 Bentuk : Cairan, agak kental
 Titik didih : 150 - 160°C
 Berat jenis (pada 200) : 0,923 – 0.932
 Rendaman minyak : 3,4 – 8 ml/100 gram biji
 Kelarutan : Keruh dalam 70% alkohol; dapat larut dalam 1-20 volume atau lebih pada
80% alkohol.

3. Kandungan Kimia Minyak Buah Kardamomi / Kapulaga

Buah Kapulaga yang disuling mengandung minyak atsiri dengan komposisi yaitu sineol,
terpineol, borneol. Kadar sineol dalam buah lebih kurang 12%. Biji kapulaga mengandung
3-7% minyak atsiri yang terdiri atas terpineol, terpinil asetat, sineol, alfa borneol, dan beta
kamfer. Disamping itu biji juga mengandung lemak, protein, kalsium oksalat dan asam
kersik. Penyulingan biji diperoleh minyak atsiri yang disebut Oleum Cardamomi yang
digunakan sebagai stimulus dan pemberi aroma. Rimpang kapulaga disamping mengandung
minyak atsiri, juga mengandung saponin, flavonoida dan polifenol.

Komponen-komponen dalam kapulaga termasuk dalam golongan fenol dan terpena.


Senyawa fenol aktif sebagai antibakteri dengan mekanisme membentuk kompleks dengan
protein sel sehingga menghambat kerja enzim pada sel bakteri. Akibatnya struktur dinding
sel akan mengalami denaturasi protein. Diketahui pula bahwa pada umumnya dinding sel
bakteri Gram positif dan Gram negatif sebagian besar tersusun atas protein. Berikut adalah
senyawa kimia yang umum menyusun buah kapulaga :

a. Terpenoida

Terpenoida atau isoprenoid merupakan salah satu senyawa organik yang hanya
tersebar di alam, yang terbentuk dari satuan isoprena ( CH3=C(CH3)- CH=CH2).
Senyawa terpenoida merupakan senyawa hidrokarbon yang dibedakan berdasarkan
jumlah satuan isoprena penyusunnya, kelompok metil dan atom oksigen yang diikatnya.
Terpenoida mempunyai rumus dasar (C5H8)n atau dengan unit isoprene-2 metil-2,3
butadiena. Senyawa terpenoida yang mempunyai aktifitas antimikrobia antara lain
borneol, sineol, pinene, kamfene dan kamfor.

Kelompok-kelompok senyawa kimia yang terkandung dalam minyak atsiri,


diantaranya adalah: (a) hidrokarbon dengan formula kimia (C5H8)n, sebagai senyawa
terpen rendah seperti monoterpen, diterpen, dan seskuiterpen, (b) turunan oksigenasi dari
senyawa-senyawa terpen diatas, (c) senyawa-senyawa aromatik dengan struktur benzoid,
dan/atau (d) senyawa - senyawa yang mengandung nitrogen atau sulfur. Berikut adalah
kandungan senyawa yang terdapat dalam minyak atsiri buah kapulaga:

b. Saponin

Beberapa saponin bekerja sebagai antimikroba dan saponin tertentu menjadi penting
karena dapat diperoleh dari beberapa tumbuhan dengan hasil yang baik dan digunakan
sebagai bahan baku untuk sintesis hormon steroid yang digunakan dalam bidang
kesehatan. Saponin merupakan glukosida yang larut dalam air dan etanol, tetapi tidak
larut dalam eter. Saponin merupakan zat aktif yang dapat meningkatkan permeabilitas
membran sehingga terjadi hemolisis sel, apabila saponin berinteraksi dengan bakteri,
maka bakteri tersebut akan pecah atau lisis. Hal ini dibuktikan oleh penelitian yang
dilakukan Poeloengan dan Praptiwi (2010), buah manggis yang mengandung saponin
mampu menghambat Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis.

c. Flavonoid

Flavanoid merupakan senyawa polar yang umumnya mudah larut dalam pelarut
polar seperti etanol, menthanol, butanol, aseton, dan lain-lain. Flavanoid dalam
tumbuhan terikat pada gula sebagai glikosida dan aglikon flavanoid, gula yang terikat
pada flavanoid mudah larut dalam air.

Flavanoid merupakan golongan terbesar dari senyawa fenol, senyawa fenol


mempunyai sifat efektif menghambat pertumbuhan virus, bakteri, dan jamur. Mekanisme
kerja flavonoid dengan kecenderungan mengikat protein, sehingga mengganggu proses
metabolisme. Pada penelitian yang dilakukan Lathifah (2008), flavanoid pada blimbing
wuluh berpotensi sebagai antibakteri pada Stapylococcus aureus dan Escherichia coli.

d. Polifenol
Polifenol adalah kelompok zat kimia yang ditemukan pada tumbuhan. Zat ini
memiliki tanda khas yaitu memiliki banyak gugus phenol dalam molekulnya. Polifenol
sering terdapat dalam bentuk glikosida polar dan mudah larut dalam pelarut polar
(Hosttetman, dkk, 1985). Beberapa golongan bahan polimer penting dalam tumbuhan
seperti lignin, melanin dan tanin adalah senyawa polifenol dan kadang-kadang satuan
fenolitik dijumpai pada protein, alkaloid dan terpenoid

Polifenol merupakan senyawa kimia yang terkandung di dalam tumbuhan dan


bersifat antioksidan kuat. Polifenol adalah kelompok antioksidan yang secara alami ada
di dalam sayur – sayuran, buah – buahan, minyak zaitun, dan minuman. Polifenol
umumnya banyak terkandung dalam kulit buah.

e. Borneol

Borneol adalah terpena alkohol menyerupai powder atau kristal yang berwarna putih
(CHOH), menyerupai kamper, yang diperoleh dari batang pohon yang terdapat
di Asia Tenggara, yang banyak digunakan dalam pembuatan wewangian, sebagai
antiseptik dan lain-lain (Huo, 1995). Di China dikenal dengan nama Bing pian'syang
berfungsi sebagai anti-inflammasi dan analgesik. Borneol alami hampir tidak pernah
ditemukan di Eropah atau Amerika. Permintaan besar akan komoditi ini selalu datang
dari China, karena China lebih awal memanfaatkan borneol ini dalam pengobatan dan
kosmetika.
DAFTAR PUSTAKA

Anantyo, Dimas Tri. 2009. Efek Minyak Atsiri


http://eprints.undip.ac.id/7592/1/Dimas_Tri_Anantyo.pdf (diakses 25 Februari 2019)

Angriani, Eni. 2016. Memanfaatkan Tanaman Kapulaga untuk Kesehatan.


https://www.academia.edu/30094400/MAKALAH_KAPULAGA_HASIL_HUTAN_BUKAN
_KAYU.docx (diakses 23 Februari 2019)

Fachriyah, Enny, dan Sumardi. 2007. Identifikasi Minyak Atsiri Kapulaga (Amomum
Cardamomom). Jurnal Sains dan Matematika vol 15 no 2.

Ganiswara, S.G., 2000, Farmakologi dan T erapi, Edisi IV , 800, Bagian Farmakologi FKUI,
Jakarta.

Gildemeister and Hoffmann. 1921. The Volatile Oils Second Edition. London: Longmans.

Guenther, Ernest. 1987. Minyak Atsiri. Jilid 1. Jakarta: UI Press.

Harborne, J.B. 1996. Metode Fitokimia: Penuntun Cara Modern Menganalisa Tumbuhan.
Terbitan Kedua. Bandung: ITB

Lim, T. K. 2013. Edible Medicinal and Non-Medicinal Plants: Volume 5, Fruits. Berli Springer
Science+Business Media.

http://eprints.undip.ac.id/44625/4/BAB_II.pdf (diakses 23 Februari 2019)

http://e-journal.uajy.ac.id/1253/3/2BL01090.pdf (diakses 24 Februari 2019)

Anda mungkin juga menyukai