Anda di halaman 1dari 18

Tugas Biokimia

Protein Dan Degradasi Asam Amino

Kelompok J4

Kelompok J4
Jeanny Nathalia K – 110118002
Eric Indrawan – 110118005
Laras Kusumadianti – 110118022
Fatimah Livia Citra – 110118033
Jessica Putri Andhika – 110118034
Laurentia Kathleen – 110118036
Bernadeth Yostefany S – 110118037

2019
1. Tujuan Percobaan
a. Tujuan Percobaan Uji Benedict
b. Tujuan Percobaan Uji Barfoed
Mendeteksi Monosakarida
c. Tujuan Percobaan Uji Seliwanof
Identifikasi karbohidrat yang mengandung gugus ketosa
d. Tujuan Percobaan Uji Iod
e. Tujuan Percobaan Uji Fehling
Identifikasi karbohidrat melalui reaksi gula pereduksi
f. Tujuan Percobaan Uji Peragian
- Mengamati proses glikolisis di dalam sel ragi dengan mengukur kadar glukosa yang
tersisa dan tinggi kolom CO2 yang dihasilkan
- Mengamati pengaruh inhibitor seperti fluorida atau arsenat terhadap proses glikolisis
g. Tujuan Pemeriksaan Kadar Gula Darah

2. Hasil
a. Hasil Pengamatan Uji Benedict
b. Hasil Pengamatan Uji Barfoed

Uji barfoed
Sukrosa 1% Biru muda tanpa endapan Negatif monosakarida
Laktosa 1% Biru muda tanpa endapan Negatif monosakarida
Maltosa 1% Biru muda tanpa endapan Negatif monosakarida
Glukosa 1% Biru tua dengan sedikit endapan Positif monosakarida
merah bata

c. Hasil Pengamatan Uji Seliwanof

Uji Seliwanof
Sampel Uji Hasil Pengamatan Kesimpulan
Glukosa Tidak berubah warna dan Tidak mengandung gugus
tidak ada endapan keton
Fruktosa Berubah berwarna merah Mengandung gugus keton
dan ada endapan setelah
ditambah alkohol
Laktosa Tidak berubah warna dan Tidak mengandung gugus
tidak ada endapan keton
Sukrosa Berubah berwarna merah Mengandung gugus keton
dan ada endapan setelah
ditambah alkohol

d. Hasil Pengamatan Uji Iod

Uji Iod
Sampel Uji Hasil Pengamatan Kesimpulan
Amilum Perubahan warna : biru tua (+) mengandung polisakarida
amilum
Dextrin Perubahan warna : kuning tua (-) tidak mengandunng
polisakarida
Gum arab Perubahan warna : ungu tua (+) mengandung polisakarida

e. Hasil Pengamatan Uji Fehling

Uji Fehling
Sampel Uji Hasil Pengamatan Kesimpulan
Glukosa Ada endapan warna merah bata (+) mengandung gula pereduk
si
Fruktosa Ada endapan warna merah bata (+) mengandung gula pereduk
si
Laktosa Sedikit terdapat endapan warna merah bata (+) mengandung gula pereduk
si
Sukrosa Tidak ada endapan warna merah bata (-) mengandung gula pereduk
si

f. Hasil Pengamatan Uji Peragian

Tabung 1 2 3
Kontrol + Kontrol- Uji
Tinggi kolom 0 0 0
CO2 yang
terbentuk
(cm)
Kadar 0.5 - 1.0 % < 0.5 % 0.5 - 1.0 %
glukosa*
*penentuan kadar glukosa dengan uji Benedict semi kuantitatif

g. Hasil Pemeriksaan Kadar Gula Darah

3. Pembahasan
a. Uji Benedict
b. Uji Barfoed
Uji Barfoed adalah uji untuk membedakan monosakarida dan disakarida dengan m
engontrol kondisi pH serta waktu pemanasan. Prinsipnya berdasarkan reduksi Cu2+ me
njadi Cu+. Reagen Barfoed mengandung senyawa tembaga asetat. Uji barfoed bertujua
n untuk menguji adanya gula monosakarida pereduksi dalam bahan pangan.

Larutan Barfoed terdiri dari 13,3 gram CuAs dalam 200 ml air ditambah dengan 1,
9 ml CH3COOH glasial. Uji barfoed merupakan uji yang dilakukan untuk mengetahui a
danya gula monosakarida pereduksi dalam sampel atau bahan. Hasil percobaan uji barf
oed dapat diketahui bahwa dalam coca cola, marie, teh tawar, dan fatigon hydro menga
ndung gula monosakarida pereduksi. Hal ini dapat dilihat dari terbentuknya endapan m
erah bata.

Larutan barfoed (campuran kupri asetat dan asam asetat) akan bereaksi dengan gul
a reduksi (monosakarida) sehingga dihasilkan endapan merah bata kuprooksida. Dalam
suasana asam ini gula reduksi yang termasuk dalam golongan disakarida memberikan r
eaksi yang sangat lambat dengan larutan barfoed sehingga tidak memberikan endapan
merah kecuali pada waktu percobaan yang diperlama.

Pada percobaan uji Barfoed, karbohidrat direduksi pada suasana asam. Dalam asam
polisakarida atau disakarida akan terhidrolisis parsial menjadi sebagian kecil monomer
nya. Hal inilah yang menjadi dasar untuk membedakan antara monosakarida, oligosaka
rida/disakarida, dan polisakarida. Monomer gula dalam hal ini bereaksi dengan fosfomo
libdat membentuk senyawa berwarna biru. Dibanding dengan monosakarida, polisakari
da yang terhidrolisis oleh asam mempunyai kadar monosakarida yang Laboratorium Bi
okimia Pangan Karbohidrat I (Uji Barfoed) lebih kecil, sehingga intensitas warna biru y
ang dihasilkan lebih kecil dibandingkan dengan larutan monosakarida. Disakarida juga
akan memberikan hasil positif pada larutan memberikan warna biru dan bagian bawah t
erdapat endapan kemerahan bila didihkan cukup lama hingga terjadi hidrolisis

Uji Barfoed direaksikan berbagai macam larutan karbohidrat seperti : laktosa, frukt
osa, galaktosa, maltosa, arabinosa, glukosa, sukrosa, amilum. Reagen Barfoed memiliki
bentuk larutan dan berwarna biru sedangkan macam-macam larutan karbohidrat berwar
na putih bening

Apabila karbohidrat mereduksi suatu ion logam, karbohidrat ini akan teroksidasi. G
ugus aldehida pada karbohidrat akan teroksidasi menjadi gugus karboksilat dan terbent
uklah asam monokarboksilat. Sebagai contoh galaktosa akan teroksidasi menjadi asam
galaktosa akan menjadi asam glukonat. Kesalahan pada uji berfoed ini biasanya disebab
kan karena terlalu lama pada saat pemanasan

Pemanasan dilakukan agar apabila karbohidrat mereduksi suatu ion logam, karbohi
drat ini akan teroksidasi. Gugus aldehida pada karbohidrat akan teroksidasi menjadi gu
gus karboksilat dan terbentuklah asam monokarboksilat. Sebagai contoh galaktosa akan
teroksidasi menjadi asam galaktosa akan menjadi asam glukonat

Dalam suasana asam ini gula reduksi yang termasuk dalam golongan disakarida me
mberikan reaksi yang sangat lambat dengan larutan Barfoed sehingga tidak memberika
n endapan merah kecuali pada waktu percobaan yang diperlama

c. Uji Seliwanof
Uji Seliwanof digunakan untuk mengidentifikasi karbohidrat yang
mengandung gugus keton, misalnya fruktosa. Pereaksi Seliwanof adalah resorsinol
dalam asam klorida encer. Reagen seliwanof menarik air dari ketoheksosa untuk
membentuk 5-hydroxymethylfurfural. Sedangkan pada perlakuan yang sama untuk
aldoheksosa diperlukan waktu yang lebih lama untuk mendapatkan hasil yang sama.
5-hydrixymethylfurfuralakan bereaksi dengan resocinol dalam reagen seliwanof
membentuk senyawa berwarna kemerah-merahan (positif mengandung ketosa).
Larutan uji dicampurkan dengan pereaksi seliwanof, kemudian dipanaskan.
HCL yang terkandung dalam pereaksi seliwanof ini mendehidrasi fruktosa
menghasilkan hidroksifurfural sehingga furfural mengalami kondensasi setelah
penambahan resisinol membentuk larutan yang berwarna merah orange.

d. Uji Iod
Secara alami, ada tiga jenis karbohidrat yang terpenting yaitu monosakarida, o
ligosakarida dan polisakarida. Polisakarida merupakan kelompok karbohidrat yang pa
ling banyak terdapat di alam. Polisakarida merupakan senyawa makromolekul yang te
rbentuk dari banyak sekali satuan (unit) monosakarida. Jumlah polisakarida ini terdap
at jauh lebih banyak daripada oligo maupun monoakarida.

Uji iod bertujuan untuk mengidentifikasi polisakarida. Uji iod juga dapat mem
bedakan amilum dengan nitrogen. Reaksi antara polisakarida dengan iodin membentu
k rantai poliiodida. Polisakarida umumnya membentuk rantai heliks (melingkar), sehi
ngga dapat berikatan dengan iodin, sedangkan karbohidrat berantai pendek seperti dis
akarida dan monosakaraida tidak membentuk struktur heliks sehingga tidak dapat beri
katan dengan iodin.

Pada praktikum kali ini didapatkan hasil positif pada Amilum dan Gom Arab.
Hal ini menandakan adanya ikatan polisakarida didalam kedua sampel tersebut.
Sedangkan pada Dektrin berwarna kuning tua sehingga tidak memiliki ikatan
polisakarida.

Reaksi antara polisakarida dengan iodin membentuk rantai poliiodida.


Polisakarida umumnya membentuk rantai heliks (melingkar), sehingga dapat
berikatan dengan iodin, sedangkan karbohidrat berantai pendek seperti disakarida dan
monosakaraida tidak membentuk struktur heliks sehingga tidak dapat berikatan
dengan iodin.

e. Uji Fehling
Uji Fehling bertujuan untuk memperlihatkan ada atau tidaknya gula pereduksi. Gul
a pereduksi merupakan golongan gula (karbohidrat) yang dapat mereduksi senyawa-sen
yawa penerima electron, contohnya adalah glukosa dan fruktosa. Ujung dari suatu gula
pereduksi adalah ujung yang mengandung gugus aldehida atau keton bebas. Semua mo
nosakarida (glukosa, fruktosa, galaktosa) dan disakarida (laktosa, maltose), kecuali poli
sakarida (sukrosa dan pati), termasuk sebagai gula pereduksi. Umumnya gula pereduksi
yang dihasilkan berhubungan erat dengan aktifitas enzim, dimana semakin tinggi aktivit
as enzim maka semakintinggi pula gula pereduksi yang dihasilkan. Sedangkan gula non
pereduksi adalah senyawa gula yang gugus karbonilnya berikatan dengan senyawa mon
osakarida lain sehingga tidak bebas lagi. Misalnya sukrosa.

Pada Uji Fehling akan terbentuk endapan merah bata (senyawa Cu2O) terhadap gu
la-gula pereduksi, hal tersebut dikarenakan ion tembaga monosakarida dari pereaksi feh
ling akan bereaksi dengan atom hydrogen pada atom karbon gugus aldehid yang mengh
asilkan endapan tembaga (II) monosakarida yang berwarna merah bata. Semakin banya
k gugus aldehid makan endapan merah bata yang dihasilkan akan semakin banyak.

Berdasarkan teori, laktosa, glukosa, dan fruktosa merupakan gula pereduksi sedang
kan sukrosa merupakan gula non pereduksi. Dari hasil percobaan yang menunjukkan ha
sil positif adalah laktosa, glukosa, dan fruktosa. Hasil positif ditunjukkan dengan adany
a endapan warna merah bata. Hal ini berarti hasil percobaan sesuai dengan teori. Sampe
l sukrosa menunjukkan hasil negatif karena tidak terdapat endapan merah bata. Hal ini
disebabkan karena sukrosa tidak mempunyai gugus OH bebas yang reaktif karena kedu
anya sudah saling terikat. Hal ini dapat dilihat dari struktur sukrosa dibawah ini :

Hasil positif ditunjukkan oleh glukosa yang berkonsentrasi besar juga oleh fru
ktosa dan laktosa karena terdapat endapan merah bata. Glukosa merupakan golongan g
ula (karbohidrat) yang dapat mereduksi senyawa-senyawa penerima electron. Fruktosa
bukanlah gula pereduksi, namun karena memiliki gugus alpha hidroksi keton, maka fru
ktosa akan berubah mejadi glukosa dengan manosa dalam suasana basa dan memberika
n hasil positif dengan pereaksi fehling. Laktosa merupakan gula pereduksi yang terdapa
t pada atom C dari molekul glukosa.

f. Uji Peragian

Peragian glukosa oleh ragi merupakan peristiwa anaerob, ragi sendiri adalah o
rganisme aerob. Pada kondisi anaerob fermentasi oleh ragi aman intensif, namun ragi
sendiri hampir tidak tumbuh. Dengan mengalirkan udara maka peragian dapat dihamb
at sempurna dan memasukkan banyak udara. Menurut Dwijoseputro (1990), perkataa
n fermentasi sering disalin dengan perkataan peragian. Hal ini sebenarnya tidak tepat.
Kata-kata ragi untuk tempe, ragi untuk tape, ragi untuk roti, ragi untuk oncom, ragi un
tuk membuat minuman keras itu menurut sistematika di dalam dunia tumbuh - tumbu
han banyaklah yang berbeda. Secara fisiologi, ragi-ragi tersebut mempunyai persamaa
n yaitu menghasilkan fermen atau enzim yang dapat mengubah substrat menjadi baha
n lain dengan mendapatkan keuntungan berupa energi. Adapun substrat yang mereka
ubah itu berbeda-beda. Orang membatasi pengertian fermentasi hanya pada alkoholisa
si dan laktasi.

Natrium Fluorida (NaF) adalah antikoagulan yang sering digunakan untuk sam
pling bahan pemeriksaan kadar glukosa darah, karena NaF dianggap mampu mengha
mbat proses glikolisis. NaF adalah antikoagulan yang sering digunakan untuk pengum
pulan sampel guna pemeriksaan kadar glukosa darah. NaF selain dapat mencegah pem
bekuan darah, juga telah dinyatakan dapat menghambat proses glikolisis sehingga dap
at mempertahankan stabilitas kadar glukosa dalam sampel plasma NaF.

Pati merupakan polimer yang tersusun dari monomer-monomer glukosa yang


merupakan substrat utama pada proses fermentasi untuk selanjutnya di destilasi hingg
a menghasilkan etanol.

(C6H10O5)x + x H2O  xC6H12O6

Pati Air Glukosa

g. Hasil Pemeriksaan Kadar Gula Darah

4. Tugas baca
1) Fany
2) Tuliskan karakteristik dan nilai normal dari berbagai jenis gula darah dibawah ini!

Jenis Karakteristik / Definisi Nilai normal


Gula darah acak / Tes ini bisa dilakukan kapan saja dan 80-120 mg/dL atau 4.
sewaktu tidak memerlukan persiapan khusus. 4-6.6 mmol/L, jika te
Namun, pemeriksaan gula darah sew s dilakukan sebelum
aktu tidak dapat digunakan untuk me makan atau setelah ba
ndiagnosa diabetes. ngun tidur

100-140 mg/dL atau


5.5-7.7 mmol/L, jika t
es dilakukan sebelum
tidur.
Gula darah puasa diharuskan puasa delapan jam sebelu < 100 mg/dL atau 5.6
m pengambilan sampel darah. Tes ini mmol/L
sering dipakai untuk mendiagnosis k
ondisi pradiabetes dan penyakit diab
etes.

Gula darah 2 jam Dalam tes ini Anda akan diberikan gl < 120 mg/dL
post prandial ukosa dalam jumlah tertentu, dan dua
jam kemudian, kadar gula dalam dar
ah Anda akan diperiksa.

HbA1c kurang dari atau sekit


Tes ini dilakukan untuk mengetahui
ar 7%
kadar gula darah pada sel darah mera
h. Hasil tes HbA1c dapat memberi in
formasi mengenai kadar gula Anda s
elama 2-3 bulan terakhir.

Tes ini memudahkan dokter untuk m


enyesuaikan dosis dan jenis obat-oba
tan antidiabetes, jika diperlukan. And
a tidak perlu menjalani persiapan khu
sus untuk melakukan tes ini.

3) Eric

5. Analisis Kasus
1) Seorang wanita gemuk berusia 50 tahun dating ke suatu klinik kesehatan, dengan kelu
han haus yang berlebihan, banyak minum dan sering buang air kecil, dimana sebelum
nya tidak pernah adakeluhan medis yang sudah lama tidak kedokter. Hasil pengamata
n fisik umumnya normal dan dokter mangatakan wanita tersebut tidak dalam kondisi a
kut. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan kadar glukosa meningkat, dimana
kadar glukosa serum sewaktu adalah 320 mg/dL.
a. Apakah dugaan penyakit yang dialami oleh wanita tersebut? Jelaskan alasannya !
Menurut kami, wanita tersebut mengalami diabetes mellitus. Gejala yang umumny
a tampak pada penderita diabetes adalah sebagai berikut :
 Polyuria (banyak berkemih)
 Polydipsia (rasa haus berlebihan sebagai akibat banyaknya cairan yang dikelua
rkan dari tubuh melalui kemih)
 Polifagia (rasa lapar berlebihan dan terus-menerus)
 Hilangnya berat badan
 Penglihatan tidak jelas
 Mudah lelah

Beberapa gejala khas diabetes mellitus diata ada yang dialami pula oleh wanita ters
ebut yaitu poliurida dan polydipsia. Gejala yang dialami ini merupakan gejala yang
sering terlihat pada penderita diabetes mellitus tipe II. Kadar glukosa serum sewakt
u yang menunjukkan hasil 320 mg/dL bersama dengan jelas khas diabetes mellitus
yang dialami wanita tersebut cukup untuk menegakkan diagnosis diabetes mellitus,
karena kadar glukosa serum sewaktu ≥ 200 mg/dL mengindikasikan diabetes. Diab
etes mellitus tipe II banyak berkembang pada orang dewasa dan pada orang yang o
verweight. Pada penderita DM tipe ini terjadi hiperinsulinemia, suatu kondisi dima
na pancreas memproduksi insulin dalam jumlah banyak dan secara tidak normal un
tuk membantu tubuh saat menyerap glukosa dari aliran darah, tetapi insulin tidak bi
sa membawa glukosa masuk ke dalam jaringan karena terjadi resistensi insulin yan
g merupakan turunnya kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan glukos
a oleh jaringan perifer dan untuk menghambat produksi glukosa oleh hati. Oleh kar
ena terjadinya resistensi insulin (reseptor insulin sudah tidak aktif karena dianggap
kadarnya masih tinggi dalam darah) akan mengakibatkan defisiensi relative insulin.
Hal tersebut dapat mengakibatkan berkurangnya sekresi insulin pada adanya gluko
sa bersama bahan sekresi insulin lain sehingga sel berta pancreas akan mengalami
desensitisasi terhadap adanya glukosa.

Normalnya insulin aan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai
akibatnya terikatnya insulin dengan reseptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi
dalam metabolism glukosa didalam sel. Resistensi insulin pada diabetes mellitus ti
pe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel, dengan demikian insulin menjadi ti
dak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan. Untuk mengata
si resistensi insulin dan mencegah terbentuknya glukosa dalam darah harus terdapa
t peningkatan insulin yang disekresikan

b. Jelaskan mekanisme terjadinya polidipsia dan poliuria pada ibu tersebut!

Poliuria terjadi karena aliran darah menjadi lebih pekat dengan konsentrasi glukosa
dan urin, ginjal membuang glukosa dan air lebih banyak. Meningkatnya glukosa
darah menyebabkan dehidrasi berat pada tubuh akibat tekanan osmotik, yang
menyebabkan cairan dalam sel keluar. Keluarnya glukosa dalam urin akan
menimbulkan keadaan diuresi osmotik.

2) Dua mahasiswa yang demo dengan cara mogok makan, akhirnya di larikan ke RS t
erdekat. Mereka telah mogok makan selama tiga hari. Kondisinya lemah, pucat dan
gemetar. Jelaskan hal berikut ini :

a. apakah perubahan aspek biokimia terkait pemakaian bahan bakar yang terjadi
pada kondisi kelaparan tersebut ?
Tubuh kekurangan asupan glukosa sehingga melakukan metabolisme energi,
tubuh akan berusaha untuk bisa menghasilkan cukup glukosa bagi jaringan
( terutama pada otak ). Upaya pemenuhan glukosa tersebut dapat dilakukan
dengan cara mengubah simpana glikogen dalam tubuh menjadi glukosa dan
menguraikan protein menjadi glukosa lewat proses yang dikenal dengan
glukoneogenesis, dimana pemecahan simpana lemak berupa asam lemak
proses pemecahan ini akan menghasilkan keton , dimana keton inilah yang
menjadi sumber energi pengganti glukosa yang dapat digunakan secara
langsung oleh otak. Proses pemecahan lemak atau lipolisis ini terus
berlangsung hingga cadangan lemak tubuh habis.
Semakin hari tentunya tubuh akan semakin lemah. Seperti yang sudah
dijelaskan diatas bahwa kondisi starvasi akan menyebabkan terjadinya banyak
perubahan pada tubuh khususnya metabolisme dan imunitas, kerja otak pun
mengalami perubahan. Asupan yang minim selama berhari-hari dan hanya
mengandalkan suplai energi cadangan glukosa dan lemak membuat otak
mengalami penurunan tingkat ketajaman dalam berfikir.tubuh juga melakukan
mekanisme pengurangan penggunaan energi, otak yang tadinya butuh 120
gram glukosa per hari, bisa menurun kebutuhannya hingga 30 gram, terutama
saat cadangan energi tubuh sudah semakin terkuras.
Saat cadangan glukosa dan lemak habis maka tahapan paling akhir adalah
penggunaan simpanan protein. Proteein disimpan di tubuh dalam bentuk asam
amino dan letak penyimpanannya adalah di sel-sel otot. Asam amino hasil
pemecahan sel-sel otot akan masuk ke aliran darah kemudian menuju ke hati.
Di hati asam amino akan mengalami proses glokoneogenesis untuk diubah
menjadi glukosa dan proses ini semacam kanibalisme yang terjadi di dalam
tubuh.

b. Bagaimana pengaruh kelaparan terhadap protein tubuh, terutama protein otot?

Protein dalam tubuh disimpan dalam bentuk asam amino dan terletak pada sel-
sel otot. Asam amino hasil pemecahan sel-sel otot akan masuk ke aliran darah
kemudian menuju ke hati. Di dalam hati asam amino akan mengalami proses
glukoneogenesis dan dihasilkan glukosa baru. Jika hal ini terjadi secara terus
menerus dan dalam jangka waktu tertentu maka sel-sel otot akan
menghancurkan dirinya sendiri agar supply energi tubuh dapat terpenuhi. Hal
ini membuat sel-sel otot akan semakin mengecil sehingga orang yang
mengalami hal ini akan terlihat sangat kurus
6. Kesimpulan
a. Uji Benedict
b. Uji Barfoed
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, untuk mengatahui kadar karbohidrat d
alam bahan pangan melalui uji Barfoed, dapat disimpulkan bahwa sukrosa 1%, laktosa
1%, dan maltose 1% negatif mengandung monosakarida karena larutan tidak membent
uk endapan merah bata. Sedangkan glukosa 1% positif mengandung monosakarida. Da
pat terlihat dari indikator positif yang terbentuk (terbentuk endapan merah bata).

c. Uji Seliwanof

Berdasarkan percobaan yang dilakukan, pada fruktosa dan sukrosa mengandung


gugus keton serta berubah berwarna merah dan ada endapan setelah ditambah alkohol,
bahwa HCL yang terkandung dalam pereaksi seliwanof ini mendehidrasi fruktosa
menghasilkan hidroksifurfural sehingga furfural mengalami kondensasi setelah
penambahan resisinol.

d. Uji Iod

Berdasarkan hasil percobaan yang didapatkan dapat diketahui adanya ikatan


polisakarida pada Amilum dan Gom arab. Hal ini diketahui karena perubahan warna
menjadi warna biru tua.

e. Uji Fehling
Berdasarkan hasil percobaan menunjukkan, pada larutan glukosa, fruktosa dan lakto
sa positif mengandung gula pereduksi dengan terbentuknya endapan berwarna merah b
ata, sedangkan pada larutan sukrosa tidak mengandung gula pereduksi karena sukrosa ti
dak mempunyai gugus OH bebas yang reaktif.

f. Uji Peragian
Berdasarkan hasil percobaan menunjukkan, tinggi kolom CO2 yang terbentuk (cm)
pada tabung 1, 2, dan 3 sama yaitu 0 cm, sedangkan kadar glukosa nya berbeda, tabung 1
(kontrol+) kadar glukosanya 0.5-1.0% karena warna akhirnya adalah oranye. Tabung 2
(kontrol-) kadar glukosanya <0.5% karena warna akhirnya adalah hijau kekuningan.
Tabung 3 (uji) kadar glukosanya 0.5-1.0% karena warna akhirnya adalah oranye.
g. Hasil Pemeriksaan Kadar Gula Darah

7. Lampiran
a. Uji Benedict
b. Uji Barfoed

Sukrosa 1% Laktosa 1% Maltosa 1% Glukosa 1%

c. Uji Seliwanof

d. Uji Iod

Keterangan :
1. Amilum ( perubahan warna menjadi biru tua )  mengandung polisakarida amilum
2. Dextrin ( perubahan warna menjadi kuning tua )  tidak mengandung polisakarida
amilum
3. Gum arab (perubahan warna menjadi ungu tua )  mengandung polisakarida
amilum

e. Uji Fehling

1 2 3 4

Keterangan :

1. Sukrosa (tidak terbentuk endapan warna merah bata  tidak mengandung gula pere
duksi)
2. Laktosa (sedikit terbentuk endapan warna merah bata  mengandung gula pereduks
i)
3. Glukosa ( terbentuk endapan warna merah bata  mengandung gula pereduksi )
4. Fruktosa (terbentuk endapan warna merah bata  mengandung gula pereduksi)

f. Uji Peragian

1 2 3 1 2 3
Sebelum 2 jam Sesudah 2 jam

1 2 3

Setelah perlakuan uji Benedict semi kuantitatif

DAFTAR PUSTAKA

Desyanti, Ni Luh Mega. 2013. METODE ANALISIS KUALITATIF DAN KUANTITATIF


KARBOHIDRAT.
E Julitania. 2011. (online). https://repository.maranatha.edu/2448/ (diakses 6 mei 2019)

Fatimah, Restyana Noor. 2015. DIABETES MELITUS TIPE 2. (online) http://juke.kedoktera


n.unila.ac.id/index.php/majority/article/viewFile/615/619 (diakses 6 Mei 2019)

Febrianti, Anggi. 2014. LAPORAN TETAP PRAKTIKUM BIOKIMIA I. (online) https://w


ww.academia.edu/10811337/Laporan_Praktikum_Biokimia_1_Uji_Karbohidrat_ (diakses
4 Mei 2019)

F Wulandari. 2008. (online) http://eprints.ums.ac.id/1199/ (diakses 4 mei 2019)

Putri, Nurdiana. 2014. UJI KARBOHIDRAT DENGAN CARA LUFF SCHOORL. (online)
https://www.academia.edu/30217318/Uji_Karbohidrat_dengan_Cara_Luff_Schoorl.docx
(diakses 4 Mei 2019)

Poedjiadi, Anna. 2005. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.

R Muin, D Lestari, TW Sari - Jurnal Teknik Kimia. 2015. (online) http://jtk.unsri.ac.id/index.


php/jtk/article/view/190/192 (diakses 5 meil 2019)

Rohmawati, Ria. 2015. Pengujian Karbohidrat Menggunakan Uji Molish, Uji Seliwanoff, Uji
Benedict, dan Uji Iodine. https://www.slideshare.net/RiaRohmawati/laporan-uji-
karbohidrat-biokimia (diakses 2 mei 2019)

Rahayu, Asri Oktavianti. 2013. UJI KUALITATIF KARBOHIDRAT (UJI BARFOED DAN
UJI SELLIWANOF).
Sudarmadji, Slamet. 2003. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Penerbit Liberty, Yogyaka
rta.

Anda mungkin juga menyukai