Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH PROYEK PENELITIAN

PRAKTIKUM FARMAKOLOGI TOKSIKOLOGI

UJI EFEK ANALGESIK JAMU PROURAT PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS

Disusun oleh : Windy Octavia Boru Hombing (118114134) Gregoria Novalia Ambarani Serlika Rostiana Marselina Crescentia Tisera Yolanda Angnes Kelompok : F3 Tanggal : 16 November 2012 (118114144) (118114148) (118114152) (118114156)

LABORATORIUM FARMAKOLOGI TOKSIKOLOGI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2012

INTISARI

Jamu telah dikenal secara turun menurun di kalangan masyarakat. Pemanfaatan jamu oleh masyarakat diutamakan sebagai upaya menjaga kesehatan meskipun ada juga yang digunakan untuk mengatasi penyakit. Meskipun secara teori jamu terbukti cukup aman dikonsumsi manusia mengingat pemanfaatan yang diterapkan masyarakat, pembuktian ilmiah tetap merupakan tuntutan terutama jika menyangkut tentang dosis efektif yang dibutuhkan jamu untuk memunculkan efek yang diinginkan. Oleh karena itu, pada penelitian ini praktikan ingin mengetahui apakah Jamu Prourat memiliki efek analgesik serta bagaimana efek analgesik Jamu Prourat jika dibandingkan dengan obat analgesik dari bahan kimia melalui uji efek analgesik Jamu Prourat pada mencit jantan galur Swiss. Melalui uji yang prakikan lakukan, manfaat yang dapat diperoleh adalah dapat diketahui daya analgesik Jamu Prourat dalam dosis yang berbeda-beda sehingga dapat diketahui dosis efektif Jamu Prourat sebagai obat analgesik. Melalui uji ini pula, praktikan dapat memberikan informasi mengenai penentuan dosis yang tepat dan efektif dalam penggunaan Jamu Prourat oleh pasien dalam kehidupan sehari-hari. Untuk mendukung uji efek analgesik Jamu Prourat, jenis penelitian yang praktikan lakukan adalah penelitian eksperimental murni acak pola searah yaitu penelitian dengan menerapkan adanya perbandingan antara kelompok kontrol positif, kontrol negatif, dan perlakuan dimana pemilihan anggota tiap kelompok dilakukan secara acak. Dalam penelitian ini pun, nilai variabel tergantung akan dipengaruhi oleh variabel bebas. Uji efek analgesik Jamu Prourat pada mencit jantan galur Swiss praktikan lakukan dengan metode rangsang kimia dimana efek jamu dilihat dari jumlah geliat mencit.

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG Obat tradisional atau jamu telah dikenal secara turun menurun dan digunakan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan akan kesehatan. Pemanfaatan jamu oleh masyarakat diutamakan sebagai upaya menjaga kesehatan meskipun ada juga yang digunakan sebagai alternatif dalam mengatasi berbagai macam penyakit. Selain karena harganya yang lebih murah jika dibandingkan dengan obat-obatan pada umumnya, jamu juga dipercaya lebih aman untuk dikonsumsi karena bahan alami yang dikandungnya. Jamu tak hanya digunakan oleh masyarakat untuk mengatasi berbagai macam penyakit, tetapi dapat pula digunakan untuk mengatasi rasa nyeri atau sebagai obat analgesik. Obat analgesik tanpa resep umumnya efektif untuk mengatasi nyeri ringan sampai sedang untuk jenis nyeri somatik pada kulit, otot, lutut, rematik dan pada jaringan lunak lainnya serta pada nyeri haid dan sakit kepala. Salah satu jamu yang digunakan sebagai obat analgesik adalah Jamu Prourat. Jamu ini mengandung kunyit, rimpang teki, jahe, daun salam, daun sendok, Bluepleurum falcatum radix, biji kedawung dan lada hitam. Meskipun secara teori jamu terbukti cukup aman dikonsumsi manusia mengingat pemanfaatan yang sudah diterapkan masyarakat selama ini, pembuktian ilmiah tetap merupakan tuntutan. Seperti kebanyakan obat pada umumnya, pada jamu harus diketahui apakah jamu tersebut benar-benar memiliki efek yang diinginkan serta berapa dosis efektif yang dibutuhkan untuk memunculkan efek tersebut. Oleh karena itu, pada penelitian ini praktikan ingin mengetahui apakah Jamu Prourat benar memiliki efek analgesik seta bagaimana efek analgesik Jamu Prourat jika dibandingkan dengan obat analgesik dari bahan kimia.

I. Permasalahan 1. Apakah Jamu Prourat memiliki daya analgesik pada hewan uji mencit jantan galur Swiss? 2. Bagaimana perbandingan daya analgesik Jamu Prourat terhadap Parasetamol?

II. Manfaat 1. Manfaat Teoritis Dapat mengetahui daya analgesik Jamu Prourat dalam dosis yang berbeda-beda sehingga dapat diketahui dosis efektif Jamu Prourat sebagai obat analgesik. 2. Manfaat Praktis Dapat memberikan informasi mengenai penentukan dosis yang tepat dan efektif dalam penggunaan Jamu Prourat oleh pasien dalam kehidupan sehari-hari.

B. TUJUAN 1. Mengetahui daya analgesik Jamu Prourat pada hewan uji mencit jantan galur Swiss. 2. Mengetahui perbandingan daya analgesik Jamu Prourat terhadap Parasetamol.

BAB II PENELAAH PUSTAKA

A. OBAT TRADISIONAL Obat bahan alam di Indonesia atau yang lebih dikenal dengan obat tradisoanla dikelompokkan menjadi 3 golongan yakni jamu, obat herbal terstandar dan fitofarmaka.Jamu adalah ramuan dari bahan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan galenik atau campuran bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan

pengalaman(Wasito, 2011). Jamu merupakan obat tradisional yang biasanya disediakan secara tradisional, misalnya dalam bentuk sediaan seduhan, rajangan, pil, dan cairan yang berisis seluruh bahan tanaman yang menjadi penyusun jamu tersebut serta digunkan secara tradisional (Wasito, 2011). Di samping keunggulannya, obat bahan alam juga memiliki beberapa kelemahan yang dapat menjadi kendala dalam pengembangan obat tradisional antara lain efek farmakologisnya yang lemah, bahan baku yang belum terstandar, sifat higroskopis dari bahan alam, volumines, belum dilakukannya uji klinik, sertasifatnya yang mudah tercemar berbagai mikroorganisme. Upaya-upaya pengembangan obat tradisional dapat ditempuh dengan berbagai cara melalui pendekatan-pendekatan tertentu, sehingga ditemukan bentuk obat tradisional yang telah teruji khasiat dan keamanannya, serta secara ilmiah memenuhi indikasi medis, yaitu kelompok obat fitoterapi atau fitofarmaka. Untuk mendapatkan produk fitofarmaka, harus dilakukan beberapa tahap uji yaitu uji farmakologi, uji toksisitas dan uji kliniksehingga melalui uji yang dilakukan tersebut, kelemahan dari obat bahan alam dapat diatasi (Gunawan, 2004). Bentuk sediaan obat tradisional dapat berupa bentuk sediaan padat, cair, maupun semi padat. Beberapa bentuk sediaan obat tradisional Indonesia yang banyak beredar di masnyarakat antara lain, berbentuk rajangan, serbuk, pil, dodol

atau jenang, pastiles, kapsul, tablet, cairan obat dalam, cairan obat luar, sari jamu, salep atau krim, koyo, parem, pilis, dan tapel (Wasito, 2011). Jamu Prourat merupakan salah satu obat tradisional yang berkhasiat untuk meredakan nyeri dan pegal linu pada persediaan serta encok akibat kelebihan asam urat dalam darah. Dalam setiap bungkus jamu

Prouratmengandung kunyit 1500 mg, rimpang teki 1500 mg, jahe 1500 mg, daun salam 1000 mg, daun sendok 1000 mg, Bluepleurum falcatum Radix 300 mg, biji kedawung 100 mg, serta lada hitam 100 mg (Anonim b, 2012) 1. Kunyit Komposisi utama penyususn kunyit yaitu minyak atsiri, fumerol, karvon, kurkumin, zat pahit, resin, selulosa, kurkuminoid, asam kafeat, protochatechuic acid, dan ukanon A, B, C serta D. Rimpang kunyit sangat bermanfaat sebagai antikoagulan, menurunkan tekanan darah, obat cacing, obat asma, penambahan darah, obat sakit perut, diare, usus buntu, rhematik, bahan campuran kosmetik, bakterisida, fungisida, dan stimulan otak (Agoes, 2010). 2. Rimpang Teki Zat berkhasiat dalam rimpang teki adalah minyak atsiri, alkaloida, glikosida, dan flavonoida. Juga sebagai obat penenang serta mempercepat pembekuan darah pada luka baru (Kusuma, 2010). 3. Jahe Jahe mengandung beberapa komponen kimia antara lain minyak atsiri, oleoresin, amilum, dan air. Jahe berguna untuk pengobatan penyakit neurologi, radang pembuluh darah, nyeri kepala, penguat jantung, penurun demam, penghilang nyeri, obat batuk, anti muntah, pelancar empedu, sakit kuning, obat tukak lambung, obat gigi berlubang, antiagregasi trombosit, anti kuman TBC, dan anti radang (Agoes, 2010). 4. Daun sendok Daun sendok mengandung plantagin, aukubin, asam ursolik, betasitosterol, enstrip, hentriakontan, dan plantaglusida yang terdiri atas methil D-galakturonat, D-galaktosa, L-arabinosa, dan L-rhamnosa, juga

mengandung tanin, kalium, dan vitamin (B, C, A). Daun sendok dapat digunakan untuk pengobatan berbagai penyakit yaitu infeksi saluran kemih, urine berlemak, urine berdarah, batu ginjal, deman, influenza, diare, nyeri lambung, mimisan, keputihan, cacingan, nyeri otot, beri-beri, dan darah tinggi (Agoes, 2010). 5. Daun salam Daun salam mengandung minyak atsiri, sitrat, eugenol, tannin, dan flavonoida. Khasiat dari daun salam adalah untuk mengobati diare, kencing manis, sakit maag, mabuk akibat alkohol, serta tekanan darah tinggi (Agoes, 2010). 6. Bluepleurum falcatum Radix Bluepleurum falcatum Radixberkhasiat sebagai relaxan otot, analgesik, hepatoprotektif, anti inflamasi, obat penurun panas, anti virus, dan karminatif (Anonim c, 2012). 7. Biji kedaung Biji kedaung mengandung saponin dan flavonida. Biji yang sudah tua dapat digunakan untuk mengobati penyakit kolik, sebagai bahan campuran obat kolera, penyakit kejang pada waktu haid, serta obat penguat lambung (Agoes, 2010). 8. Lada hitam Lada hitam mengandung amida asam yang berbau tajam seperti piperin, dan minyak atsiri. Khasiat lada hitam adalah untuk menambah nafsu makan, memperbaiki sistem pencernaan, meluruhkan keringat,

meningkatkan sekresi lambung, meluruhkan flatus, mengurangi rasa mual, mengobati linu sendi dan anti bakteri (Agoes, 2010).

B. NYERI Analgesik adalah kelompok obat yang memiliki aktivitas menekan atau mengurangi rasa nyeri. Efek ini dapat dicapai dengan berbagai cara : menekan kepekaan reseptor nyeri terhadap rangsangan mekanik, termik, listrik, atau kimiawi dipusat atau perifer atau dengan cara menghambat

pembentukan prostaglandin sebagai mediator sensasi nyeri (Syamsudin, 2011). Nyeri adalah suatu rangsangan ke sistem saraf dan somatis serta organ viseral. Sistem saraf menerima rangsangan tersebut lalu membawanya dari reseptor sakit menuju ke otak dimana rangsangan diterjemahkan sebagai rasa sakit. Otak akan terus bereaksi hingga rangsangan sakit berhenti (Fulcher, 2003). Rasa nyeri hanya merupakan suatu gejala yang fungsinya memberi tanda tentang adanya gangguan-gangguan di tubuh seperti peradangan, infeksi kuman atau kejang otot.Rasa nyeri disebabkan oleh rangsangan mekanisme atau kimiawi, kalor atau listrik yang dapat menimbulkan kerusakan jaringan dan melepaskan zat yang disebut mediator nyeri (Tjay dan Rahardja, 2002). Mediator-mediator nyeri yang terpenting adalah histamin, serotonin, plasmakinin (antara lain bradikinin) dan prostaglandin, juga ion-ion kalium.Zat-zat tersebut dapat mengakibatkan reaksi-reaksi radang dan kejangkejang dari jaringan otot yang selanjutnya mengaktifkan reseptor

nyeri.Plasmakinin merupakan peptida (rangkaian asam-asam amino) yang terbentuk dari proteinprotein plasma, sedangkan prostaglandin merupakan zat yang mirip asam lemak dan terbentuk dari asam-asam lemak esensial.Kedua zat tersebut berkhasiat sebagai vasodilatator kuat dan memperbesar permeabilitas (daya hablur) kapiler dengan akibat terjadinya radang dan udema (Tjay dan Rahardja, 2002). Cara pemberantasan nyeri: 1) Menghalangi pembentukan rangsang dalam reseptor nyeri perifer oleh analgetika perifer atau oleh anastetik lokal. 2) Menghalangi penyaluran rangsang nyeri dalam syaraf sensoris, misalnya dengan anastetik lokal. 3) Menghalangi pusat nyeri dalam sistem syaraf pusat dengan analgetika sentral (narkotik) atau dengan anastetik umum (Tjay, 2002).

C. ANALGETIKA Berdasarkan kerja farmakologisnya, analgetika dibagi 2 kelompok besar, yaitu analgetika narkotik dan analgetika non narkotik. 1. Analgetika narkotik Zat ini mempunyai daya penghalau nyeri yang kuat sekali dengan titik kerja yang terletak di sistem saraf sentral, mereka umumnya menurunkan kesadaran (sifat meredakan dan menidurkan) dan menimbulkan perasaan nyaman (euforia), serta mengakibatkan ketergantungan fisik dan psikis (ketagihan, adiksi) dengan gejalagejala abstinensia bila pengobatan dihentikan. Analgetika narkotik atau analgesik opioid merupakan kelompok obat yang mempunyai sifat-sifat seperti opium atau morfin. Termasuk golongan obat ini yaitu: a. obat yang berasal dari opium-morfin, b. senyawa semi sintetik morfin, c. semi sintetik yang berefek seperti morfin (Tjay dan Rahardja, 2002). 2. Analgetika non-narkotik Analgetika non-narkotik bersifat tidak adiktif dan kurang kuat dibandingkan dengan analgetika narkotik.Obat-obat ini juga

dinamakan analgetika perifer, tidak menurunkan kesadaran dan tidak mengakibatkan ketagihan secara kimiawi.Obat-obatan ini digunakan untuk mengobati nyeri yang ringan sampai sedang dan dapat dibeli bebas.Obat-obatan ini efektif untuk nyeri perifer pada sakit kepala, dismenore (nyeri menstruasi), nyeri pada inflamasi, nyeri otot, dan arthritis ringan sampai sedang.Kebanyakan dari analgetika

menurunkan suhu tubuh yang tinggi, sehingga mempunyai efek antipiretik.Beberapa analgetika seperti aspirin, mempunyai efek antiinflamasi dan juga efek antikoagulan.Efek samping dari analgetika yang paling umum adalah gangguan lambung, kerusakan darah,

kerusakan hati, dan juga reaksi alergi di kulit (Tjay dan Rahardja, 2002).

D. PARASETAMOL Senyawa ini mempunyai nama kimia N-asetil-p-aminofenol atau pasetamidofenol atau 4-hidroksiasetanilid, dengan bobot molekul 151,16 dan rumus kimia C H NO (Anonim,2009).
8 9 2

Gambar 2. Parasetamol Nama lain parasetamol adalah asetaminofen, sedangkan nama dagang dari parasetamol adalah Panadol, Tylenol, Tempra, Nipe, derivat asetanilida ini adalah metabolit dari fenasetin, yang dahulu banyak digunakan sebagai analgetika, tetapi pada tahun 1978 telah ditarik dari peredaran karena efek sampingnya, yaitu nefrotoksisitas dan karsinogen. Khasiatnya sebagai analgetika dan antipiretik tetapi tidak anti radang. Dewasa ini pada umumnya dianggap sebagai zat anti nyeri yang paling aman, juga untuk swamedikasi (pengobatan sendiri) (Tjay, 2002). Obat ini mampu meringankan atau menghilangkan rasa nyeri, tanpa mempengaruhi sistem saraf pusat atau menghilangkan kesadaran. Juga tidak menimbulkan ketagihan (adiktif). Obat anti nyeri parasetamol juga digunakan pada gangguan demam, infeksi virus atau kuman, salesma, pilek dan rematik atau encok walaupun jarang (Tjay, 2002). Indikasi obat parasetamol adalah sebagai antipiretik/analgesik, termasuk bagi pasien yang tidak tahan asetosal. Sebagai analgesik, misalnya untuk mengurangi rasa nyeri pada sakit kepala, sakit gigi, sakit waktu haid dan sakit pada otot.menurunkan demam pada influenza dan setelah vaksinasi. Sedangkan parasetamol mempunyai kontra Indikasi yaitu tidak boleh digunakan pada penderita dengan gangguan fungsi hati. Maka sebaiknya

pemberian parasetamol diberikan pada dosis yang tepat, untuk sekali pemberian parasetamol antara10-15 mg/kg BB (Anonim,2009). Efek samping sering terjadi antara lain hipersensitivitas dan kelainan darah. Penggunaan kronis dari 3-4 gram sehari dapat terjadi kerusakan hati, pada dosis diatas 6 gram mengakibatkan nekrosis hati yang tidak reversibel.Overdose bisa menimbulkan antara lain mual, muntah dan anorexia. Hanya parasetamol yang dianggap aman bagi wanita hamil dan menyusui meskipun dapat mencapai air susu. Efek iritasi, erosi dan pendarahan lambung tidak terlihat, demikian juga gangguan pernafasan (Tjay dan Rahardja, 2002).

E. ASAM ASETAT Asam asetat asam asetat mempunyai rumus molekul CH3COOH, dengan berat molekul 60,05. Asam asetat mengandung tidak kurang dari 36,0% dan tidak lebih dari 37,0% b/b C2H4O2. Pemerian cairan jernih, tidak berwarna, bau khas, menusuk dan rasa asam yang tajam (Anonim, 1995).

F. AQUADEST Aquadest merupakan singkatan dari Aqua Destilata yang dikenal sebagai air suling. Aquadest dibuat dengan cara menyuling air yang dapat diminum. Pemerian aquadest; merupakan cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau dan tidak mempunyai rasa. Penyimpanan aquadest di dalam wadah tertutup baik (Anonim,1979).

G. LANDASAN TEORI Nyeri adalah suatu respon tubuh akibat adanya kerusakan jaringan pada tubuh. Nyeri memberi tanda adanya gangguan-gangguan di tubuh seperti peradanngan, infeksi kuman atau kejang otot. Obat tradisional adalah obat yang berasal dari bahan tumbuhtumbuhan, hewan, mineral dan atau persediaan galeniknya atau campuran dari bahan-bahan tersebut yang belum mempunyai data klinis dan

dipergunakan dalam usaha pengobatan berdasarkan pengalaman. Obat bahan alam Indonesia dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu jamu yang merupakan ramuan tradisional yang belum teruji secara klinis, obat herbal yaitu obat bahan alam yang sudah melewati tahap uji praklinis, sedangkan fitofarmaka adalah obat bahan alam yang sudah melewati uji praklinis dan klinis (SK Kepala BPOM No. HK.00.05.4.2411 tanggal 17 Mei 2004) . Bentuk sediaan obat tradisional dapat berupa bentuk sediaan padat, cair, maupun semi padat. Beberapa bentuk sediaan obat tradisional Indonesia yang banyak beredar di masnyarakat antara lain, berbentuk rajangan, serbuk, pil, dodol atau jenang, pastiles, kapsul, tablet, cairan obat dalam, cairan obat luar, sari jamu, salep atau krim, koyo, parem, pilis, dan lain- lain Rasa nyeri merupakan suatu gejala yangdisebabkan oleh

rangsangan mekanisme atau kimiawi, kalor atau listrik, fungsinya memberi tanda tentang adanya gangguan-gangguan di tubuh seperti peradangan, infeksi kuman atau kejang otot.Mediator-mediator nyeri yang terpenting adalah histamin, serotonin, plasmakinin (antara lain bradikinin) dan prostaglandin, juga ion-ion kalium. Berdasarkan kerja farmakologisnya, analgetika dibagi 2 kelompok besar, yaitu analgetika narkotik dan analgetika non narkotik. Analgetika narkotik berfungsi sebagai penghalau nyeri yang kuat sekali dengan titik kerja yang terletak di sistem saraf sentral, yang bersifat menimbulkan perasaan nyaman (euforia) dan menimbulkan efek tidak sadar diri, serta mengakibatkan ketergantungan fisik dan psikis (ketagihan, adiksi). Analgetika narkotik atau analgesik opioid merupakan kelompok obat yang mempunyai sifat-sifat seperti opium atau morfin. Termasuk golongan obat ini yaitu: 1) obat yang berasal dari opium-morfin, 2) senyawa semi sintetik morfin, 3) semi sintetik yang berefek seperti morfin

Analgetika non-narkotik bersifat tidak adiktif dan kurang kuat dibandingkan dengan analgetika narkotik.Obat ini memiliki keuntungan yakni tidak menurunkan kesadaran dan tidak mengakibatkan ketagihan secara kimiawi.Obat-obatan ini digunakan untuk mengobati nyeri yang ringan sampai sedang dan dapat dibeli bebas dan berfungsi untuk untuk nyeri perifer pada sakit kepala, dismenore (nyeri menstruasi), nyeri pada inflamasi, nyeri otot, penurun panas dan arthritis ringan sampai sedang.Efek samping dari analgetika yang paling umum adalah gangguan lambung, kerusakan darah, kerusakan hati, dan juga reaksi alergi di kulit. Asetaminofen, atau sering disebut parasetamol, berfungsi untuk meringankan atau menghilangkan rasa nyeri, tanpa mempengaruhi sistem saraf pusat atau menghilangkan kesadaran, serta tanpa menimbulkan efek aditif.Khasiatnya sebagai analgetika dan antipiretik tetapi tidak anti radang.Obat anti nyeri parasetamol juga digunakan pada gangguan demam, infeksi virus atau kuman, salesma, pilek dan rematik atau encok walaupun jarang.Parasetamol mempunyaikontra Indikasi yaitu tidak boleh digunakan pada penderita dengan gangguan fungsi hati.Maka sebaiknya pemberian parasetamol diberikan pada dosis yang tepat, untuk sekali pemberian parasetamol antara10-15 mg/kg BB. Asam asetat asam asetat mempunyai rumus molekul CH3COOH, dengan berat molekul 60,05. Asam asetat mengandung tidak kurang dari 36,0% dan tidak lebih dari 37,0% b/b C2H4O2. Pemerian cairan jernih, tidak berwarna, bau khas, menusuk dan rasa asam yang tajam. Aquadest merupakan singkatan dari Aqua Destilata yang dikenal sebagai air suling. Aquadest dibuat dengan cara menyuling air yang dapat diminum. Pemerian aquadest; merupakan cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau dan tidak mempunyai rasa.Penyimpanan aquadest di dalam wadah tertutup baik.

H. HIPOTESIS 1. Pemberian dosis jamu Prourat yang bervariasi dapat memberikan daya analgesik pada metode rangsang kimia 2. Jamu Prourat memiliki daya analgesik yang lebih rendah dibandingkan dengan daya analgesik Parasetamol pada metode rangsang kimia

BAB III METODE PENELITIAN

A. JENIS DAN RANCANGAN PENELITIAN Jenis penelitian merupakan eksperimental murni, di mana subjek uji penelitian ini diberi perlakuan yaitu perlakuan berbagai cara pemberian pada mencit sesuai dengan prosedur kerja yang ditetapkan. Rancangan penelitian meliputi penetapan dosis parasetamol, penetapan dosis jamu Prourat, penetapan dosis asam asetat, penyiapan suspensi jamu Prourat, penyiapan parasetamol, pembuatan larutan asam asetat, pemilihan hewan uji, perhitungan volume pemberian obat, perlakuan hewan uji, pengamatan jumlah geliat, dan perhitungan persentase daya analgetik.

B. VARIABEL PENELITIAN 1. Variabel utama a. Variabel bebas Variasi dosis jamu yang diberikan pada hewan uji mencit (peringkat I : 0,91mg/g BB; II : 1,82mg/g BB; II:3,64mg/g BB) b. Variabel tergantung Efek analgesik pada mencit Jumlah geliat hewan uji mencit yang diberi jamu Prourat

2. Variabel pengacau a. Variabel terkendali Hewan uji : mencit galur Swiss , jenis kelamin jantan , usia 2-3 bulan dan BB mencit 20-30 gram Jamu yang digunakan (Prourat) Dosis parasetamol (0,065 mg/g BB) dan dosis asam asetat (50 mg/g BB) Cara pemberian jamu dan parasetamol (per oral) dan cara pemberian asam asetat (intra peritoneal)

b. Variabel tidak dikendalikan Keadaan patologis mencit Makanan mencit

C. DEFINISI OPERASIONAL Uji efek analgesik yang digunakan adalah metode rangsang kimia di mana digunakan senyawa kimia yaitu larutan steril asam asetat 1 % dosis 50 mg /BB sebagai penginduksi nyeri yang dipejankan secara intra peritoneal pada hewan uji mencit 15 menit setelah pemejanan senyawa uji. Senyawa analgesik yang diuji adalah jamu Prourat dengan parasetamol sebagai senyawa pembanding. Efek nyeri yang disebabkan asam asetat diamati melalui jumlah geliat yang dialami oleh mencit setiap selang 5 menit selama 60 menit. Geliat adalah kelakuan mencit yang mengempiskan perutnya serta meregangkan kedua kaki depan dan kaki belakangnya dalam waktu bersamaan sehingga badan terlihat memanjang. Daya analgesik dari senyawa uji digambarkan melalui perhitungan persentase daya analgesik.

D. ALAT DAN BAHAN 1. Alat a. Beaker glass b. Neraca analitik c. Kaca pengaduk d. Pipet tetes e. Labu ukur 100ml f. Spuit injeksi (0,1-1ml) g. Jarum oral (ujung tumpul) h. Stopwatch

2.

Bahan a. Jamu Prourat 11.66% dalam aquadest Dosis rendah = 0,91 mg/g BB Dosis tengah = 1, 82 mg/g BB Dosis tinggi = 3,64 mg/g BB

b. Parasetamol 1% dalam aquadest Dosis : 0,065 mg/g BB c. Aquadest d. Larutan steril asam asetat 1 % Dosis : 50 mg/kg BB e. Hewan uji mencit Kelompok Perlakuan I ( 0,91 mg/G BB Jamu Prourat) II ( 1,82 mg/G BB Jamu Prourat ) III ( 3,64 mg/G BB Jamu Prourat ) IV ( Kontrol Positif : Parasetamol 0,065 mg/g BB ) V ( Kontrol Negatif : Aquadest ) Total Jumlah ( ekor ) 5 5 5 5 5 25

E. PROSEDUR KERJA

1. Penetapan Dosis Parasetamol Dosis parasetamol yang digunakan adalah dosis lazim yaitu 500 mg. Dosis tersebut dikonversikan untuk mencit berdasarkan tetapan pada tabel konversi perhitungan dosis antarjenis hewan Laurence dan Bacarach. Dosis untuk mencit 20 gram = 0,0026 x 500 mg : 20 g BB mencit = 0,065 mg/g BB mencit Berdasarkan perhitungan, dosis parasetamol untuk mencit adalah sebesar 0,065 mg/g BB dengan konsentrasi 1 %.

2. Penetapan Dosis Jamu Prourat Dosis jamu Prourat yang digunakan untuk pengobatan

berdasarkan yang tercantum pada kemasan adalah 7 gram x 2 sachet (14 gram). Dosis tersebut dikonversikan untuk mencit dengan metode yang sama seperti di atas. Dosis untuk mencit 20 gram = 0,0026 x 14000 mg : 20 g BB = 1,82 mg/g BB Dosis untuk mencit adalah 1,82 mg/g BB . Dalam penelitian ini digunakan tiga variasi perlakuan dosis jamu Prourat. Dosis untuk mencit sebesar 1,82 mg/g BB dijadikan sebagai dosis tengah dan dua dosis lainnya merupakan kelipatan dua dari dosis ini. Dosis I adalah sebesar 0,91 mg/g BB dan dosis III sebesar 3,64 mg/g BB. Konsentrasi dari jamu Prourat untuk pengobatan adalah 14 gram dalam 120 ml air hangat. Maka konsentrasi suspensi jamu Prourat yang digunakan dalam penelitian ini adalah 11,66 %.

3. Penetapan Dosis Asam Asetat Dosis asam asetat yang digunakan berdasarkan optimasi yang pernah dilakukan pada penelitian sebelumnya yaitu 50 mg/kg BB. Konsentrasi assam asetat untuk uji analgesik adalah 1 %.

4. Penyiapan Suspensi Jamu Prourat 11,66 % Jamu Prourat ditimbang seksama lebih kurang sebanyak 11,66 g. Jamu dimasukkan ke dalam Beaker glass dan ditambah dengan sedikit aquadest hangat dan diaduk hingga jamu terlarut . Campuran tersebut dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL dan ditambah dengan aquadest hingga tanda batas labu ukur.

5. Penyiapan Parasetamol 1 % Parasetamol ditimbang seksama lebih kurang sebanyak 1 g . Kemudian dimasukkan ke dalam Beaker glass dan ditambah dengan

sedikit aquadest hangat dan diaduk hingga parasetamol terlarut. Campuran tersebut dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL dan ditambah dengan aquadest hingga tanda batas labu ukur.

6. Penyiapan Larutan Asam Asetat 1 % Sebanyak 1 ml larutan asam asetat glacial di ambil dari lemari asam kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL dan ditambah aquadest hingga tanda batas labu ukur, dihomogenkan dan simpan dalam lemari es. . 7. Pemilihan Hewan Uji Hewan uji yang digunakan adalah mencit jantan, galur Swiss, umur 2-3 bulan dengan bobot 20-30 gram .Lima ekor mencit diambil untuk setiap sub kelompok percobaan untuk 5 kelompok perlakuan ( 0,91 mg/g BB Jamu Prourat ; 1,82 mg/g BB Jamu Prourat ; 3,64 mg/g BB Jamu Prourat ; Parasetamol 0,065 mg/g BB ; aquadest ). Setiap mencit timbang dan dicatat bobotnya.

8. Perhitungan Volume Pemberian Obat Volume pemberian obat (jamu Prourat, parasetamol ) serta asam asetat dihitung dengan menggunakan rumus : D x BB = C x V Keterangan : D : Dosis ( mg/g BB ) (g) (mg/mL ) ( mL)

BB : Berat badan hewan uji mencit C V : Konsentrasi yang digunakan : Volume obat yang digunakan

9.

Perlakuan hewan uji mencit Setiap kelompok melakukan 5 jenis perlakuan, masing-masing: a. Mencit 1 diberi suspensi jamu Prourat dengan dosis 0,91 mg/g BB p.o dengan menggunakan jarum oral. b. Mencit II diberi suspensi jamu Prourat dengan dosis 1,82 mg/g BB p.o dengan menggunakan jarum oral. c. Mencit III diberi suspensi jamu Prourat dengan dosis 3,64 mg/g BB p.o dengan menggunakan jarum oral. d. Mencit IV diberi parasetamol dengan dosis 0,065 mg/g BB p.o dengan menggunakan jarum oral. e. Mencit V diberi larutan aquadest p.o dengan volume pemberian sama dengan volume pemberian jamu Prourat terbesar (dosis tinggi dengan volume terbesar) menggunakan jarum oral. Setelah 15 menit pemberian perlakuan, seluruh mencit diberi larutan steril asam asetat 1% dengan dosis 50 mg/kg BB secara intra peritoneal dengan spuit injeksi.

10. Pengamatan jumlah geliat mencit Setelah pemberian asam asetat 1 %, hewan uji mencit akan menggeliat . Geliat yang dimaksud adalah mencit mengempiskan perutnya dan menarik kedua kaki depan dan kaki belakangnya dalam waktu bersamaan. Jumlah geliat yang muncul dihitung setiap selang waktu 5 menit selama 60 menit dan dicatat. Data yang diperoleh kemudian diolah dengan membuat kurva baku yang menunjukkan hubungan jumlah kumulatif geliat kum) setiap perlakuan vs t (menit).

11. Perhitungan Persentase Daya Analgetik Perhitungan persentase daya analgetik dilakukan dengan rumus : % daya analgetik = 100 (O/K x 100) di mana :

= jumlah kumulatif geliat mencit yang diberi obat analgesik

(Parasetamol / Jamu) K (control) = jumlah kumulatif geliat mencit yang diberi aquadest

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN


A. PERHITUNGAN DOSIS

Konsentrasi Prourat Dosis Prourat Dosis I = 0,91 mg/g BB Dosis II = 1,82 mg/g BB Dosis III = 3,64 mg/g BB Dosis Asam asetat Konsentrasi Asam asetat Konsentrasi Paracetamol Dosis Paracetamol Tikus I (BB = 28,15 g) Prourat Dosis I

= 11,66% = 116,6 mg/ml BB

= 0,05 mg/g = 10 mg/ml = 1 g/100 ml = 10 mg/ml = 0,065 mg/g BB

Asam asetat 1%

Tikus II (BB = 27,72 g) Prourat Dosis II Asam asetat 1%

Tikus III (BB = 27,93 g) Prourat Dosis III Asam asetat 1%

Tikus IV (BB = 29,49 g) Paracetamol (Kontrol Positif) Asam asetat 1%

Tikus V (BB = 30,25 g) Aquadest (Kontrol Negatif) Daqua = Dprourat 3

Asam asetat 1%

B.

PERHITUNGAN PERSENTASE DAYA ANALGESIK

Prourat Dosis I ( Prourat Dosis II ( Prourat Dosis III ( Paracetamol ( ) ) ) )

C.

KURVA MEAN KUMULATIF GELIAT VS WAKTU

Mean Kumulatif Geliat vs Waktu


120 100

Mean Kumulatif

80 Prourat(I) 60 Prourat (II) Prourat (III) 40 Paracetamol Aquadest 20

Waktu (menit)

Tabel Hasil Percobaan Efek Analgesik dengan Rangsang Kimia


Senyawa Menit ke 05 5-10 10-15 15-20 20-25 25-30 30-35 35-40 40-45 45-50 50-55 55-60 geliat 1 3 14 13 9 4 4 1 2 2 0 0 0 2 7 8 4 3 2 3 1 1 2 0 1 0 3 0 3 6 3 3 5 8 2 2 0 0 0 4 2 14 15 14 11 7 7 6 2 2 4 0 Dosis I Mean Kumulatif 3 12,75 22,25 29,5 34,5 39,25 43,5 46,25 48,25 48,75 50 50 1 0 5 8 5 5 2 2 1 2 2 1 0 2 0 13 17 11 5 5 4 1 2 2 1 3 Dosis II geliat 3 0 2 6 11 4 15 9 5 7 8 3 1 4 0 8 7 7 6 6 7 4 3 6 3 2 Mean Kumulatif 0 7 16,5 25 30 37 42,5 45,25 48,75 53,25 55,25 56,75 1 0 1 3 6 4 6 5 3 2 4 3 2 2 0 3 3 2 3 5 3 0 1 1 0 0 Dosis III geliat 3 1 3 16 14 11 6 5 7 5 2 1 0 4 3 17 11 9 6 5 7 4 3 1 1 0 Mean Kumulatif 1 7 15,25 23 29 34,5 39,5 43 45,75 47,75 49 49,5 1 0 1 5 4 5 1 3 3 1 0 0 0 2 2 6 9 7 7 4 5 2 2 0 1 0 Parasetamol geliat 3 2 6 9 8 6 5 5 3 4 3 0 1 4 0 1 8 7 4 6 6 5 5 4 0 2 Mean Kumulatif 1 4,5 12,25 18,75 24,25 28,25 33 36,25 39,25 41 41,25 42 1 0 21 30 29 17 17 13 8 4 0 0 0 2 0 14 16 18 12 11 9 9 7 8 7 0 Aquadest geliat 3 5 18 17 16 16 10 7 6 8 3 3 1 4 0 4 13 14 8 8 4 3 8 0 3 6 Mean Kumulatif 1,25 15,5 34,5 53,75 67 78,5 86,75 93,25 100 102,75 106 107,75

D.

PEMBAHASAN

Tujuan praktikum ini adalah mengetahui daya analgesik Jamu Prourat pada hewan uji mencit jantan galur Swiss serta mengetahui perbandingan daya analgesik Jamu Prourat terhadap Parasetamol. Analgesik adalah senyawa tertentu yang dalam dosis terapeutik dapat meringankan atau menekan rasa nyeri tanpa memiliki kerja anastesi umum. Pada umumnya potensi daya analgesik dinilai pada hewan dengan mengukur besarnya peningkatan stimulus nyeri yang harus diberikan sampai ada respon nyeri atau jangka waktu ketahanan hewan terhadap stimulus nyeri atau peranan frekuensi respon nyeri. Nyeri merupakan gejala penyakit atau kerusakan jaringan atau gangguan metabolisme tubuh. Rasa nyeri dapat terjadi karena dilepasnya mediator-mediator nyeri seperti asetil kolin, histamin. Prostaglandin, serotonin atau bronkidi dari jaringan yang rusak. Mediator-mediator tersebut akan merangsang reseptor nyeri di korteks celebri oleh saraf sensorik melalui sumsum tulang belakang. Mekanisme nyeri sebagai berikut rangsangan diterima oleh reseptor nyeri diubah dalam bentuk impuls yang dihantarkan kepusat nyeri di korteks otak. Setelah diproses dipusat nyeri, impuls dikembalikan ke pusat perifer dalam bentuk persepsi nyeri. Rangsangan yang diterima reseptor nyeri dapat berasal dari berbagai faktor dan diikelompokkan menjadi beberapa bagian, yaitu : rangsangan mekanik (tusukan jarum), rangsangan termal (pengaruh suhu), rangsangan kimia (asam, enzim). Impuls nyeri dihantarkan ke sistem syaraf pusat melalui sistem serabut yang dapat terdiri dari AA bernialin halus bergaris tengah 2-5 m dengan kecepatan hantaran 6-30m/detik. Dapat pula terdiri dari serabut CC tak bermielin dengan diamter 0,4-1,2 m dengan kecepatan hantaran 0,5 2 m/detik. Serabut AA berperan dalam nyeri cepat dan menghasilkan persepsi nyeri yang jelas, tajam dan terlokalisasi, sedang serabut CC menghantarkan nyeri lambat dan mmenghasilkan persepsi samar-samar, rasa pegal dan perassaan tidak enak.

Skema mekanisme terjadinya nyeri : Membran luka Fosfolipid Enzim fosfolipase Asam arakhidonat

Endoperoksida Bradikinin,Prostaglandin

hidroperoksida

reseptor nyeri pada ujung syaraf perifer SSP Rasa nyeri Prinsip metode rangsang kimia ini adalah melihat jumlah geliat mencit setiap selang 5 menit selama 60 menit setelah pemejanan senyawa uji dan penginduksi nyeri. Metode rangsang kimia dilakukan dalam praktikum ini karena sederhana, mudah dalam pengerjaannya dan memiliki kelebihan yaitu lebih reproduksibel artinya jika percobaan dilakukan berulang kali maka hasilnya akan mendekati hasil awal. Tetapi terdapat juga kekurangan dari metode rangsang kima yaitu bersifat tidak spesifik karena dapat juga digunakan untuk uji lain seperti uji inflamasi sehingga hasil yang didapatkan belum dipastikan merupakan hasil dari uji analgesik. Jamu tradisioanal yang digunakan dalam praktikum ini adalah jamu Prourat karena ingin membuktikan secara ilmiah bahwa jamu Prourat yang selama ini dikonsumsi masyarakat benar-benar memiliki daya analgesik atau tidak

dan membandingkannya dengan daya analgasik obat analgesik dari bahan kimia. Dimana jamu Prourat ini berkhasiat meredakan rasa nyeri pada persendian yang disebabkan adanya kadar asam urat yang berlebih dalam darah. Jamu Prourat mengandung kunyit 1500 mg, rimpang teki 1500 mg, jahe 1500 mg, daun salam 1000 mg, daun sendok 1000 mg, Bluepleurum falcatum Radix 300 mg, biji kedawung 100 mg, serta lada hitam 100 mg. Masing-masing komposisinya berkhasiat sebagai berikut: a. Kunyit : sebagai antikoagulan, menurunkan tekanan darah, obat cacing, obat asma, penambahan darah, obat sakit perut, diare, usus buntu, rhematik, bahan campuran kosmetik, bakterisida, fungisida, dan stimulan otak. b. Rimpang Teki : sebagai obat penenang serta mempercepat pembekuan darah pada luka baru. c. Jahe : untuk pengobatan penyakit neurologi, radang pembuluh darah, nyeri kepala, penguat jantung, penurun demam, penghilang nyeri, obat batuk, anti muntah, pelancar empedu, sakit kuning, obat tukak lambung, obat gigi berlubang, antiagregasi trombosit, anti kuman TBC, dan anti radang. d. Daun sendok : untuk pengobatan berbagai penyakit yaitu infeksi saluran kemih, urine berlemak, urine berdarah, batu ginjal, deman, influenza, diare, nyeri lambung, mimisan, keputihan, cacingan, nyeri otot, beri-beri, dan darah tinggi. e. Daun salam : untuk mengobati diare, kencing manis, sakit maag, mabuk akibat alkohol, serta tekanan darah tinggi. f. Bluepleurum falcatum Radix : sebagai relaxan otot, analgesik,

hepatoprotektif, anti inflamasi, obat penurun panas, anti virus, dan karminatif. g. Biji kedaung : biji yang sudah tua dapat digunakan untuk mengobati penyakit kolik, sebagai bahan campuran obat kolera, penyakit kejang pada waktu haid, serta obat penguat lambung h. Lada hitam : untuk menambah nafsu makan, memperbaiki sistem pencernaan, meluruhkan keringat, meningkatkan sekresi lambung,

meluruhkan flatus, mengurangi rasa mual, mengobati linu sendi dan anti bakteri. Langkah awal yang dilakukan adalah penetapan dosis paracetamol, dosis jamu Prourat dan dosis asam asetat. Dosis paracetamol yang digunakan untuk mencit adalah sebesar 0,065 mg/g BB dengan konsentrasi 1%. Paracetamol merupakan kontrol positif untuk mengetahui daya analgesik obat analgesik dari bahan kimia dan sebagai pembanding terhadap jamu Prourat. Dosis Prourat yang digunakan dengan 3 peringkat dosis, di mana dosis pertama sebesar 0,91 mg/g BB, dosis kedua sebesar 1,82 mg/g BB dan dosis ketiga sebesar 3,64 mg/g BB. Dosis Prourat dibagi menjadi 3 peringkat dosis dimaksudkan sebagai variabel bebas untuk dapat membedakan efek analgesik yang dialami masingmasing mencit untuk didapatkan dosis paling efektif yang diberikan pada mencit. Sedangkan kontrol negatifnya adalah aquadest yang berguna sebagai pembanding terhadap kontrol positif dan untuk melihat apakah pelarut memiliki efek analgesik. Dosis asam asetat yang digunakan sebesar 50 mg/kg BB dengan konsentrasi 1%. Asam asetat digunakan dengan maksud sebagai perangsang nyeri pada mencit. Jamu Prourat dan paracetamol mula-mula diberikan secara per oral dan kemudian ditunggu selama 15 menit dengan tujuan agar absorpsi dan distribusi obat ke seluruh tubuh maksimal sehingga dapat dilihat apakah dapat memberikan efek analgesik atau tidak. Setelah 15 menit, mencit diberikan larutan asam asetat secara intra peritoneal sehingga absorbsi dan distribusi lebih cepat. Perbedaan cara pemberian jamu Prourat, paracetamol dan asam asetat karena jamu Prourat dan paracetamol mempunyai ukuran partikel yang lebih besar sehingga tidak larut dalam aquadest sehingga diberikan secara per oral. Pada percobaan ini digunakan perangsang nyeri asam asetat karena berdasarkan penelitian terdahulu bahwa asam asetat telah terbukti memberikan rangsang nyeri pada mencit. Mekanisme kerja dari asam asetat tersebut adalah asam asetat akan memberikan suasana asam dengan melepaskan ion H+. Ion H+ ini akan memicu rangsang nyeri yang terjadi akibat penurunan pH. Pada metode rangsang kimia ini, respon yang diberikan oleh mencit adalah menggeliat setelah penyuntikkan asam asetat. Gerakan menggeliat ini didefinisikan sebagai kelakuan mencit yang

mengempiskan perutnya serta merenggangkan kedua kaki depan dan kaki belakangnya dalam waktu bersamaan sehingga badan terlihat memanjang. Pengamatan dilakukan setiap 5 menit selama 60 menit. Tujuan dari perlakuan tersebut adalah untuk mengetahui daya analgesik dari obat karena rasa nyeri yang ditimbulkan oleh asam asetat mempunyai durasi yang cukup lama dan untuk melihat pada menit ke berapa asam asetat menimbulkan efek nyeri secara hebat. Paracetamol merupakan golongan analgesik non-narkotik yang bekerja dengan menghambat sintesis prostaglandin, suatu mediator nyeri. Paracetamol mampu mengurangi bentuk teroksidasi enzim siklooksigenase (COX), sehingga menghambat siklooksigenase membentuk prostaglandin. Enzim siklooksigenase ini berperan pada metabolisme asam arakidonat menjadi prostaglandin H2, suatu molekul yang tidak stabil, yang dapat berubah menjadi berbagai senyawa proinflamasi. Dari data pengamatan yang didapatkan menunjukkan bahwa presentase daya analgesik dari paracetamol sebesar 61,021%, sedangkan pada jamu Prourat dosis I sebesar 53,597%, dosis II sebesar 47,332% dan dosis III sebesar 54,060%. Hal ini menunjukkan bahwa paracemtamol memiliki daya analgesik yang paling tinggi diantara keempat dosis obat yang diberikan. Urutan daya analgesik dari yang tertinggi ke terendah adalah paracetamol, jamu Prourat dosis III, jamu Prourat dosis II dan jamu Prourat dosis I. Namun pada praktikum ini didapatkan urutan daya analgesik dari yang tertinggi ke ternedah adalah paracetamol, jamu Prourat dosis III, jamu Prourat dosis I dan jamu Prourat dosis II. Hal ini dapat dikarenakan faktor faktor yang memepengaruhi hasil percobaan, yaitu: a. Cara penyuntikan yang tidak akurat menyebabkan dosis seharusnya yang diterima oleh mencit tidak seutuhnya diabsorbsi oleh mencit. b. Keadaan patofisiologis mencit yang berbeda- beda dalam menanggapi rangsang nyeri dan analgesik yang diberikan. c. Kontaminan pada spuit injeksi dan peralatan lainnya sehingga terjadi pergeseran fungsi kerja dari alat tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, 45, 649, Departemen Republik Indonesia, Jakarta, pp. 45, 649. Anonim, 1979, Farmakope Indonesia, Edisi III, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, 28. Anonim,2009,http://mapetitelentera.multiply.com/journal/item/93/tutorial_pembe rian_dosis_PARASETAMOL - 54k diakses pada tanggal 7 September 2012. Fulcher, E.M., 2012, Pharmacology: Principles and Applications, Third Edition, Elsevier, USA, pp. 241-248. Gunawan, D., dan Mulyani, S., 2004, Ilmu Obat Alam (Farmakognosi.)Jilid I, Penebar Swadaya, Jakarta, pp. 78 79. Tjay, T.H. dan Rahardja, K., 2002, Obat-obat Penting: Khasiat, Penggunaan dan Efek-efek Sampingnya, Edisi IV, PT Elex Media Komputindo, Jakarta, pp. 295-296. Wasito, H., 2011, Obat Tradisional Kekayaan Indonesia, Graha Ilmu, Yogyakarta, pp. 13-14, 27.

Yogyakarta, 16 November 2012 Praktikan,

Windy Octavia Boru Hombing (118114134)

Gregoria Novalia Ambarani (118114144)

Serlika Rostiana (118114148)

Marselina Crescentia Tisera (118114152)

Yolanda Angnes (118114156)

Anda mungkin juga menyukai