TRADISIONAL
PROSPEK OBAT TRADISIONAL
• AMANAH GBHN TAHUN 1993
Pengobatan tradisional yang secara medis dapat
dipertanggungjawabkan, terus dibina dalam
rangka perluasan dan pemerataan kesehatan.
Pemeliharaan dan pengembangan obat
tradisional sebagai warisan budaya bangsa terus
ditingkatkan dan didorong pengembangan serta
penemuan obat-obatan termasuk budidaya obat
tradisional yang secara medis dapat
dipertanggungjawabkan
INTINYA:
• Pemanfaatan dengan tujuan perluasan dan
pemerataan pelayanan kesehatan.
• Pengembangan dengan penemuan obat baru
• Pembinaan
• Masuk dalam pelayanan kesehatan formal :
syarat : - AMAN
- KHASIAT
- MUTU
tujuan : FITOFARMAKA
OBAT TRADISIONAL
Kandungan kimia:
asiaticoside. thankuniside, isothankuniside,
madecassoside, brahmoside, brahmic acid,
brahminoside, madasiatic acid, meso-inositol,
centelloside, carotenoids, hydrocotylin, vellarine,
tanin serta garam mineral seperti kalium, natrium,
magnesium, kalsium dan besi.
Dosis proRhoid yang digunakan dalam 1x
pakai adalah dua kapsul pada awal
pemakaian, selanjutnya satu kali pakai, satu
kapsul. Setiap kapsul proRhoid mengandung
1 g herba pegagan. Apabila dibutuhkan dosis
sebanyak 2 kapsul, maka herba pegagan
yang akan masuk ke dalam tubuh adalah 2 g.
Jika dikonversikan ke dosis hewan uji berupa tikus, maka:
dosis=(70 kg)/(60 kg)×2 g×0,018=(0,042 g)⁄(200 g BB) tikus
=(0,00021 g)⁄gBB tikus
Fase III :
Dilakukan pada pasien dengan rancangan uji klinik yang
memadai, memakai kontrol sehingga didapat kepastian ada
tidaknya manfaat terapetik.
Fase IV :
Pemantauan pasca pemasaran (surveilan post marketing)
untuk melihat kemungkinan terjadinya efek samping yang
tidak terkendali pada waktu pengujian pra klinik atauklinik
fase 1 , 2 , 3.
di Indonesia telah terdapat lima macam fitofarmaka yang telah terdaftar
Contoh: Nodiar (dari Kimia Farma).
khasiat sebagai anti diare nonspesifik
Kandungan:
300 mg Attapulgite
50 mg ekstrak Psidii folium (daun jambu biji)
7,5 mg ekstrak Rhizoma Curcuma domesticae (rimpang kunyit)
Jika dosis sebanyak 2 kapsul dikonversikan ke dosis hewan uji berupa tikus
dengan berat 200 g, maka:
dosis = (70 kg)/(60 kg)×715 mg×0,018=15,015 mg/200g tikus.
= 0,075 mg/g BB tikus.
Jadi, dosis 15,75 mg setara dengan 0,044 kapsul. Maka, tikus dengan berat 210 g
memerlukan 0,044 kapsul.
Secara empiris:
9 lembar daun jambu biji dibuat infusa bersama dengan kunyit sebanyak 1
jari, 4 butir biji kedawung (disangrai), 4 g rasuk angin, 110 mL air. Diminum
2 kali sehari, yaitu pagi dan sore. Setiap kali minum 100 mL, dan diulang
selama 4 hari.