Anda di halaman 1dari 25

HERBAL MEDIK

IKE YULIA W
MARYBET TRH
DASAR-DASAR PENGEMBANGAN OBAT TRADISIONAL INDONESIA

GBHN 1988-1993/1993-1998
Pengobatan tradisional yang secara medis dapat
dipertanggungjawabkan, terus dibina dalam rangka perluasan dan
pemerataan pelayanan kesehatan.
Pemeliharaan dan pengembangan pengobatan tradisional sebagai
warisan budaya bangsa, terus ditingkatkan dan didorong usaha
pengembangannya melalui penggalian, penelitian, pengujian dan
pengembangan serta penemuan obat-obatan, termasuk budidaya
tanaman obat tradisional yang secara medis dapat
dipertanggungjawabkan
• UNDANG-UNDANG RI NO. 23 TAHUN 1992
Pengobatan tradisional yang sudah dapat
dipertanggungjawabkan manfaat dan keamanannya perlu terus
ditingkatkan dan dikembangkan untuk digunakan dalam
mewujudkan derajat kesehatan yang optimum bagi masyarakat
• UNDANG-UNDANG NO.36 TAHUN 2009
Pengobatan tradisional merupakan salahsatu upaya pengobatan
dan atau perawatan dengan cara lain, di luar ilmu kedokteran
dan atau ilmu keperawatan.
• Pengobatan Tradisional: Adalah pengobatan dan atau
perawatan dengan cara dan pengobatannya mengacu pada
pengalaman dan keterampilan turun temurun dan diterapkan
sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat.
• Cara/metode : dukun patah tulang, dukun sunat, tusuk jarum
dll.
• Pengobatan dengan obat tradisional: Jamu/obat asli/obat
tradisional Indonesia dan obat tradisional impor.
• Obat bahan alam (herbal medik)
ARAH PERKEMBANGAN OBAT TRADISIONAL
(OT)

• TUJUAN:
OT→digunakan masyarakat luas→sejajar
dengan obat modern (obat konvensional).
OT →dapat dimanfaatkan dalam pelayanan
kesehatan formal →dokter dan tenaga medis
lain mau memanfaatkan OT dalam pelayanan
pada pasien.
HAMBATAN PEMANFAATAN OT
• Rasa : pahit/tidak enak
• Cara penggunaan : kurang praktis (diseduh,
direbus dll).
• Bentuk/kemasan: kurang menarik (serbuk
dikemas dalam kantong kertas dll).
• Informasi : tidak lengkap data penggunaan
empiriknya.
• Tidak didukung data ilmiah
PERKEMBANGAN
• Perbaikan bentuk, kemasan dan formula : serbuk → teh celup,
ekstrak, formula
Kemasan → lebih menarik.
• Perbaikan cita rasa : penggunaan zat-zat penambah rasa
(corrigens saporis).
• Cara pemakaian: bentuk effervescent, serbuk instan, kapsul,
tablet dll.
• Perlu didukung data ilmiah dan pembuktian secara medis : Uji
keamanan (uji toksisitas), uji khasiat ( uji farmakologi dan
farmakodinamik), standarisasi produk, uji manfaat dan uji
klinik
LANGKAH PENGEMBANGAN
JAMU
GENDONG

OT INDUSTRI

TOGA

RASIONALISAS
I OT

HERBAL
TERSTANDAR

FITOFARMAKA
• Jamu Gendong/Jamu Racikan: OT yg
diracik/diramu sebelum langsung diminum,
peredaran terbatas.
• Jamu/OT Industri: Diproduksi dalam skala
besar oleh IKOT (Industri Kecil Obat
Tradisional) dan IOT (Industri Obat
Tradisional)< peredaran luas.
• TOGA (Taman Obat Keluarga/Apotek Hidup) :
Swamedikasi, bumbu dapur,
makanan/minuman, dijual utk memenuhi
kebutuhan bahan baku industri OT
• Rasionalisasi OT : bertujuan untuk merasionalkan komposisi
OT. Dasar penyusunan komposisi : empirik, pustaka, hasil
penelitian.
• Herbal Terstandar : Sudah dilakukan Uji pra-klinik, bahan
baku (simplisia/ekstrak) dan sediaan sudah distandarisasi.
• Fitofarmaka : Sudah dilakukan uji pra klinik dan klinik, bahan
baku (simplisia/ekstrak) dan sediaan sudah distandarisasi
Tujuan : dapat digunakan dalam pelayanan kesehatan formal
SIMBOL OBAT HERBAL
TEORI S.E.E.S

SEES adalah singkatan dari:


1. Side Effect Eliminating Substance Zat/senyawa yang
meniadakan efek samping.

2. Secondary Efficacy Enhancing Substance Zat/senyawa


sekunder yang dapat meningkatkan khasiat

Suatu zat dalam tanaman dapat berfungsi sebagai SEES-1,


SEES-2 atau keduanya.
• Teori SEES muncul karena adanya iatrogenic disease
(penyakit yang ditimbulkan oleh obat yang dipakai dalam
jangka panjang, misalnya : pil KB, obat diabetes, obat
hipertensi.
• Teori SEES, dilandasi oleh :
• 1. Kepercayaan bahwa Tuhan menciptakan penyakit dan
obatnya (berupa bahan nabati, hewani dan mineral).
• 2. Hukum Keseimbangan Alam (HKA) yang berlaku bagi
semua mahluk di bumi, sebab ukuran bumi konstan, luas
daratan dan lautan juga konstan.
• 3. Dengan adanya HKA, maka jumlah setiap mahluk hidup
berfluktuasi antara minimum dan maksimum (tidak pernah
turun drastis di bawah minimun, sehingga terancam punah dan
atau melonjak di atas maksimum sehingga menimbulkan
peledakan jumlah mahluknya).
• 4. HKA dirusak oleh manusia :
• - Hewan dan tanaman punah.
• - Hewan dan tanaman terancam punah.
• - Peledakan jumlah manusia, dicoba di rem dengan KB.
• Isolat (zat kimia tunggal yang diisolasi dari tanaman/hewan)
tidak lagi didampingi oleh SEES nya, maka dapat
menimbulkan efek samping, contoh :
• 1. Digitoksin (kardiototonik).
• Bila 6 bagian digitoksin dicampur dengan 4 bagian verodoksin
(bukan kardiotonik), maka efeknya sama dengan 10 bagian
digitoksin saja. Karena dosis turun (10 menjadi 6), maka efek
samping turun.
• Sekarang dibudidayakan 2 galur tanaman Digitalis : galur I
berisi banyak digitoksin, galur II banyak verodoksin.
• 2. Reserpin dan akar pulepandak (Rauwolfia serpentina)
• Khasiat 1 mg reserpin= 250 mg akar pulepandak yang
berisi ¼ mg reserpin.
• Berarti 1 mg reserpin murni= ¼ mg reserpin dalam akar (masih
tercampur SEES)
• Lebih murah memakai akar, karena tidak keluar biaya
ekstraksi.

• Isolat bisa kehilangan khasiatnya, contoh : dari tanaman Ribes


nigrum diisolasi 7 zat utama, tidak satupun menunjukkan
khasiat tanamannya, campuran ke 7 zat utama masih tidak
sebaik khasiat ekstrak total
• Resistensi kuman
• - Antibiotik yang dihasilkan oleh jasad renik diisolasi sebagai
zat tunggal kimia murni.
• - Tidak didampingi oleh SEES nya→resistensi.
• - Semisintetis menghasilkan antibiotik yang lebih manjur, tapi
muncul juga resistensi.
• - Dibuat derivat yang lebih ampuh, masih timbul resistensi
juga.

• Arah modernisasi bukan ke arah isolasi zat aktif, tetapi ke


pembuatan sari (ekstrak) yang terstandarisasi/ dibakukan :
lebih murah pembuatannya, lebih aman dan tetap berkhasiat.

Anda mungkin juga menyukai