PEMBAHASAN
Dalam lontar taru pramana dijelaskan bahwa pengobatan dapat dilakukan dengan
menggunakan tumbuh-tumbuhan. Berbagai tumbuhan dan bagiannya dapat digunakan dalam
mengobati berbagai macam penyakit. Bagian tumbuhan yag sering digunakan ialah akar,
batang, daun, bunga dan buah. Seluruh bagian tumbuhan tersebut tidak digunakan terpisah
melainkan dibuat dalam bentuk ramuan dimana bagian tumbuhan yang digunakan dapat
berupa campuran antara daun, akar dan batang, selain bagian tumbuhan pada ramuan
tersebut juga ditambahkan bahan lain seperti garam, pamor dan air.
Dalam lontar taru pramana tumbuhan dimanfaatkan untuk pengobatan dan diolah
dalam berbagai bentuk di antaranya; (1) dalam bentuk loloh dengan persentase mencapai
33,8%; (2) boreh mencapai 23,61%; (3) sembar yang mencapai 12,5%; (4) tutuh yang
mencapai 12,04%; (5) tampel atau tempel yang mencapai 7,87%; (6) ses yang mencapai
0,93%. (Arsana, 2019). Loloh berupa cairan sari pati pekat yang diperoleh dengan cara
meremas-remas atau menggiling serta ditambahkan cairan yang telah ditentukan dan dalam
penggunaannya diminum. Boreh yaitu ramuan yang diperoleh dengan cara meghaluskan
campuran bahan-bahan dan dalam penggunaannya dicampur dengan cairan seperti air, cuka,
atau arak. Sembar atau simbuh yaitu berupa ramuan yang diperoleh dengan cara mengunyah
bahan-bahan sampai lumat kemudian disemburkan secara langsung pada bagian badan yang
diobati. Tutuh atau pepeh yaitu ramuan yang diambil dari sari pati dengan cara memeras atau
menggiling bahan-bahannya kemudian disaring untuk mendapatkan sari patinya dan dalam
penggunaannya diteteskan. Tampel atau tempel yaitu ramuan yang diperoleh dengan cara
menghaluskan campuran bahan-bahan dan dalam penggunaannya ditempelkan pada bagian
yang diobati, biasanya di pusat nadi Ses atau cairan pembersih luka yaitu berupa cairan yang
diperoleh dengan cara merebus bahan-bahan dalam air sampai mendidih kemudian
digunakan sebagai cairan pembersih setelah dingin. Loloh dan boreh sangat umum bagi
masyarakat Bali, bahkan loloh telah menjadi minuman herbal yang dikonsumsi secara
ekslusif untuk mencegah dan mengobati berbagai jenis penyakit (Sujarwo et al., 2015).
3.2 Kosmologi
Bersadarkan lontar Taru Pramana penyakit yang disebutkan dapat disebabkan oleh 2 hal,
yaitu penyakit yang disebabkakn oleh hal yang bersifat skala dan niskala. Tanaman yang
digunakan mengobati penyakit sekala misalnya belimbing (Averrhoa billimbi) Penggunaan
belimbing terlihat pada kutipan berikut ”Tityang wit balimbing, angasengan tityang
dumalada, dawun tis, babakan dumalada, akah tis, dados tityang anggen tamba, batuk,
asma, dekah, dawun tityange anggen sembar, sa., isen, kunyit, 3, ihis, babakan tityange
anggen loloh, sa., temu tis, katumbah, 5 batu”. Sementara itu, tanaman untuk mengobati
penyakit niskala di antaranya camara (Casuarina equisetifolia). Penggunaan cemara terlihat
pada kutipan berikut “Tityang wit camara, angsengan tityang panes, dawun panas, akah
dumalada, dados tityang anggen tamba sungkan keni guna jaran guyang, piholas, dawun
tityange anggen tamba, sa., ulig, toyan ipun anggen tutuh”. (Arsana, 2019).
Dalam kosmologi Hindu, persepsi sehat-sakit menurut orang Bali tergantung pada
kesetimbangan unsur-unsur penyusun tubuh manusia sesuai konsep Panca Maha Butha.
Konsep Panca Maha Butha mengajarkan bahwa tubuh manusia dibangun dari lima unsure
utama yaitu; unsur pertiwi atau padat, unsur apah atau unsur cair, unsur teja atau panas,
unsur bayu atau unsur udara, dan unsur akasa (ether) atau unsur jiwa. Pergerakan
kesetimbangan hanya ke unsur teja (panas) misalnya, menyebabkan sakit panas, sedangkan
pergerakan ke unsur apah (air) menyebabkan sakit dingin (nyem), dan kesetimbangan ke
unsur teja dan apah menyebabkan sakit panas-dingin (dumalada). Orang Bali percaya
bahwa Tuhan beserta kekuatan-kekuatan supranatural dapat menimbulkan pengaruh positif
atau negatif terhadap kehidupan manusia. Sehat-sakit dipercaya ada keterkaitan dengan
kekuatan-kekuatan supranatural tersebut. Tumbuhan yang dipakai dalam pengobatan baik
untuk mengobati sakit sekala maupun niskala dengan disertai mantra-mantara tertentu, dan
dalam praktiknya dilaksanakan oleh balian atau pengusada.
3.3 Perbandingan Kegunaan Tanamana Berdasarkakn Usadha Dan Ilmiah
3.3.1 ADAS
a. Nama Tanaman (Indonesia) : Adas
b. Nama Ilmiah : Foeniculum vulgare Mill
c. Nama Usadha : Adas, Puspa Tandah,
d. Nama daerah : dengu-dengu (gorontalo, paapang (manado), adas (jawa,
bali
e. Klasifikasi :
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Super divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Rosidae
Ordo : Apiales
Famili : Apiaceae
Genus : Foeniculum
Spesies : Foeniculum vulgare P. Mill.
f. Kandungan Kimia :
Pada buah adas mengandung zat-zat kimia yang berfungsi dalam pengobatan seperti
limonen, minyak lemak, stigmasterol, kamfena, limonen, arginin, umbeliferona, gula,
saponin, flavonoid, polifenol, anetol, fenkon, pinen, dipenten, felandren, metilkavikol,
anisaldehid dan asam anisat (Hutapea. 2001), limonen, estragol, terpinen, senyawa
kumarin berupa bergapten dan xantotoksin, ß-sitosterol, a-amirin, asam klorogenat, dan
kuersetin-3-O-ß-glukoronida (Tengah, dkk., 1995).
Tabel 2. Tanaman dalam Usada Taru Pramana yang masih sering digunakan oleh
masyarakat Banjar Kerta, Petang.
Ada 7,48 % tanaman obat dalam Usada Taru Pramana yang masih sering digunakan oleh
masyarakat Banjar Sakah, Pemogan.
a. Hasil penelitian di Banjar Kerta, Petang.
Masyarakat Desa Petang khususnya di Banjar Kerta masih menggunakan
tanaman obat tradisional untuk penyembuhan saat mereka sakit. Hasil penelitian
menunjukkan ada 45 jenis tanaman obat yang disebutkan dalam Usada Taru Pramana
dan masih sering digunakan masyarakat Banjar Kerta. Obat tradisional di Banjar
Kerta, Desa Petang menjadi kebutuhan pokok dalam memenuhi tuntutan kesehatan
disamping obat-obatan kimia. Pengobatan tradisional terhadap suatu penyakit dengan
menggunakan bahan dasar dari tanaman obat yang ada di alam masih banyak diminati
oleh masyarakat, hal ini karena tanaman obat sangat mudah ditemukan di pekarangan
rumah.
Tabel 3. Karakteristik Responden Penelitian di Banjar Kerta, Petang
Ada 30,61 % tanaman obat dalam Usada Taru Pramana yang masih
sering digunakan oleh masyarakat Banjar Kerta, Petang. Rincian tanaman obat yang
masih sering digunakan oleh warga Banjar Kerta disajikan dalam Tabel 4.
Tabel 4. Tanaman dalam Usada Taru Pramana yang masih sering digunakan
oleh masyarakat Banjar Kerta, Petang.
2. Penyebaran informasi terkait tanaman obat baik berupa nama tanaman atau tujuan
penggunaan dari tanaman yang dilakukan secara lisan dan secara turun-temurun
bisa mengalami perubahan sesuai dengan keadaan yang dialami oleh pengguna.
Informasi yang disampaikan juga terkadang bergeser akibat jarangnya tanaman obat
yang tersedia di lingkungan sekitar.
3. Responden dengan usia muda lebih cenderung mendapatkan informasi penggunaan
tanaman obat melalui media elektronik yang kemungkinan bukan bersumber dari
Lontar Usada Taru Pramana. Perbedaan komposisi usia antar responden Banjar
Kerta desa Petang dan responden Banjar Sakah Desa Pemogan juga dapat
mempengaruhi perbedaan tanaman obat yang digunakan.
c. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat
disimpulkan bahwa terdapat 147 tanaman obat yang disebutkan dalam Lontar Usada
Taru Pramana. Sebanyak 45 tanaman (30,61%) yang disebutkan dalam Usada Taru
Pramana masih digunakan oleh masyarakat Banjar Kerta, Petang. Sebanyak 11
tanaman (7,48%) yang disebutkan dalam Usada Taru Pramana masih digunakan oleh
masyarakat Banjar Sakah, Desa Pemogan.
DAFTAR PUSTAKA
Antari, N.P.U., Suwantara, I.P.T. and Cahyaningsih, E., The Correlation of Pemogan Community
Knowledge about Usada Taru Pramana with the Behaviour of Utilization and
Conservation of Herbal Medicine. Majalah Obat Tradisional (Traditional
Medicine Journal), 22(3), pp. 206-210.
Arsana, Nyoman. 2019. Keragaman Tanaman Obat Dalam Lontar “Taru Pramana” Dan
Indonesia
Dewi, V. 2002. Daya Analgesic Infus Buah Adas (Foeniculum Vulgare Mill.) pada Mencit Putih
Ozbek. H., A. Tas, F. Ozgokce, N. Selcuk, S. Alp and S. Karagos. 2006. Evaluation of Median
Lethal Dose and Analgesic Activity of Foeniculum vulgare Miller Essential oil.
Pertiwi, rena. 2015. Pemberian Topikal Ekstrak Etanol Buah Adas (Foeniculum Vulgare Mill.)
Sujarwo, W., Keimb, A.P., Canevae,G., Tonia, C., Nicoletti, M. 2016. Etnobotanical uses of neem
http://dx.doi.org/10/1016/j.jep.2016.05.014
Suryadharma, I Gusti Putu, 2005, Analisis Usada Taru Pramana Sebagai Penguatan Pengetahuan
Pertanian Bogor.
Suryadarma, I.G.P. 2005. “Konsepsi Kosmologi dalam Pengobatan Usada Taru Pramana”.
Suryadarma, I G. P., 2007, Perbanyakan Satuan Paket Naskah Usadha Taru Pramana Dalam
Tengah, I Gusti Putu, I Wayan Arka, Ni Made Sritamin, I. B. Indra Gotama, dan B. Sihombing.
Lontar Usada
Warditiani, dkk. 2017. Penggunaan Adas Dan Pule Sebagai Penghilang Rasa Sakit Dalam