Anda di halaman 1dari 8

BAB I

AKTIVITAS OBAT BERDASARKAN RUTE PEMBERIAN OBAT, BERDASARKAN


DOSIS DAN VARIASI BIOLOGI

A. Tujuan Khusus
Setelah menyelesaikan percobaan ini Mahasiswa dapat :
1. Mengaplikasikan cara penggunaan hewan dan penggunaan hewan yang sesuai
etik.
2. Mengevaluasi aktivitas obat berdasarkan aktivitas obat berdasarkan Rute
Pemberian Obat, dan Variasi Biologi.

B. Tinjauan Pustaka

BAB II
METODE
A. Alat dan Bahan
a. Alat
Labu takar 50 ml “pyrex”, beaker glass 100 ml “pyrex”, beaker glass 300 ml
“pyrex”, spuit injeksi 1 cc, sonde mencit dan tikus, hand glove dan masker, tempat
makan dan minum mencit, serbet, kandang tikus dan mencit
b. Bahan
Mencit dan Tikus Putih, Aquadest, Alkohol

B. Cara Kerja
1. Cara Memegang Mencit

Diangkat ujung ekor mencit menggunakan tangan kanan dan diletakkan


pada suatu tempat yang permukaannya tidak licin ( seperti rem kawat
pada penutup kandang). Dielus-elus mencit dengan jari telunjuk tangan
kiri agar mencit tidak stress dan ketakutan.
Kemudian ditarik kulit pada bagian tekngkuk mencit dengan jari tengah
dan ibu jari tangan kiri, dan tangan kanan memegang ekor lalu dibalik
tubuh mencit ke arah kita dan jepit ekornya dengan jari kelingking dan
2. Cara Pemberian Obat jari manis tangan kiri.
a. Oral

Diberikan obat dengan menggunakan jarum suntik yang ujungnya tumpul


( sonde)

Mencit dipegang dengan menjepit bagian tekuk menggunakan ibu jari dan
jari telunjuk, serta ekornya dijepit diantara jari manis dan jari kelingking

Sebelum memasukkan sonde oral, mencit dipegang dengan posisi terbalik


dan posisi kepala menengadah atau posisi dagu sejajar dengan tubuh dan
b. Intra Muskular mulut terbuka sedikit.

Diberikan obat dengan menggunakan jarum suntik yang ujungnya


runcing.

Mencit dipegang dengan menjepit bagian tekuk menggunakan ibu jari dan
jari telunjuk, serta ekornya dijepit diantara jari manis dan jari kelingking

Posisi hewan harus terbalik dan kaki agak ditarik keluar agar paha bagian
belakang terlihat

Posisi jarum sejajar dengan tubuh atau abdomen, dan disuntikkan pada
otot paha bagian belakang
Suntikkan tidak boleh terlalu dalam agar tidak terkena pembuluh darah.
Sebelum melakukan suntikan, bersihkan dserah kulit dengan alcohol 70%

c. Subkutan

Diberikan obat dengan menggunakan jarum suntik yang ujungnya


runcing.

Mencit dipegang dengan menjepit bagian tekuk menggunakan ibu jari dan
jari telunjuk, serta ekornya dijepit diantara jari manis dan jari kelingking

Posisi hewan tetap mengarah ke bawah (tidak terbalik). Arah suntikan


dari depan.

Diusahakan lokasi suntikan pada daerah kulit tipis dan terlebih dahulu
dibersihkan dengan alkohol 70%.

Suntikkan
d. Intra dilakukan dengan cepat agar tidak terjadi pendarahan.
Peritonial

Diberikan obat dengan menggunakan jarum suntik yang ujungnya


runcing.

Mencit dipegang dengan menjepit bagian tekuk menggunakan ibu jari dan
jari telunjuk, serta ekornya dijepit diantara jari manis dan jari kelingking.

Posisi hewan terbalik, kepala lebih rendah dari abdomen, posisi jarum
suntik sepuluh derajat dari abdomen berlawanan arah dengan kepala.

Disuntikkan pada bagian tengah abdomen, tetapi sedikit menepi dari garis
tengah agar jarum suntik tidak terkena kandung kemih dan tidak terlalu
tinggi agar tidak terkena pada hati
Sebelum disuntikan dibersihkan terlebih dahulu pada lokasi suntikkan
dengan menggunakan alkohol 70%
e. Intravena

Diberikan obat dengan menggunakan jarum suntik yang ujungnya


runcing.

Dilakukan dilatasi pada ekor mencit dengan merendamnya dalam air


Sebelum itu dibersihkan
hangat ataudahulu
diolesilokasi
dengansuntikkan dengan
aseton atau eter alkohol 70%,
kemudian dicari vena dan disuntikkan larutan obat kedalamnya, bila
terasa ada tahanan artinya jarum tidak memasuki vena dan bila piston
ditarik tidak ada darah yang keluar.
BAB III
HASIL PENGAMATAN

A. Hasil Pengamatan
B. Pembahasan
Praktikum Farmakologi dan Toksikologi kali ini mempelajari tentang aktivitas
obat berdasarkan rute pemberian obat, berdasarkan dosis dan variasi biologi. Alat
yang digunakan labu takar 50 ml, beaker glass 100 ml, beaker glass 300 ml, spuit
injeksi 1 cc, sonde mencit dan tikus hand glove dan masker, tempat makan dan
minum mencit, serbet dan kendang mencit dan tikus. Bahan yang digunakan aquadest
dan alcohol.
Pada dasarnya rute pemberian obat menentukan jumlah dan kecepatan obat
yang masuk kedalam tubuh, sehingga merupakan penentu keberhasilan terapi atau
kemungkinan timbulnya efek yang merugikan. Dalam hal ini, alat uji yang digunakan
adalah tubuh hewan (uji invivo). Mencit dan tikus dipilih sebagai hewan uji
karena metabolisme
dalam tubuhnya berlangsung cepat sehingga sangat cocok untuk dijadikan sebagai obj
ek pengamatan. Pemberian obat pada hewan uji pada percobaan ini dilakukan melalui
cara oral, intravena, subkutan, intraperitoneal, dan intramuscular.
Pertama, Dengan cara oral (pemberian obat melalui mulut masuk kesaluran intestinal)
digunakan jarum injeksi yang berujung tumpul agar tidak membahayakan bagi hewan
uji. Pemberian obat secara oral merupakan cara pemberian obat yang umum dilakukan
karena mudah, aman, dan murah. Namun kerugiannya ialah banyak faktor yang dapat
mempengaruhi bioavailabilitasnya sehingga waktu onset yang didapatcukup lama.
Sedangkan pemberian secara suntikan yaitu pemberian intravena,memiliki
keuntungan karena efek yang timbul lebih cepat dan teratur dibandingkan dengan
pemberian secara oral karena tidak mengalami tahap absorpsi maka kadar obat dalam
darah diperoleh secara cepat, tepat dan dapat disesuaikan langsung dengan respons
penderita. Sedangkan rute pemberian yang cukup efektif adalah intra peritoneal (i.p.)
karena memberikan hasil kedua paling cepat setelah intravena. Namun suntikan i.p.
tidak dilakukan pada manusia karena bahaya injeksi dan adhesi terlalu besar
(Setiawati, A. dan F.D. Suyatna, 1995).
Kedua, pemberian obat dilakukan dengan cara intravena yaitu dengan menyuntikkan
obat pada daerah ekor (terdapat vena lateralis yang mudah dilihatdan dapat membuat
obat langsung masuk kepembuluh darah). Keuntungannya obat cepat masuk dan
bioavailabilitas 100%, sedangkan kerugiannya perlu prosedur steril, sakit, dapat
terjadi iritasi ditempat injeksi, resiko terjadi kadar obat yang tinggi kalau diberikan
terlalu cepat.
Ketiga, yaitu dengan cara subkutan (cara injeksi obat melalui tengkuk hewan uji
tepatnya injeksi dilakukan dibawah kulit). Keuntungannya obat dapat diberikan dalam
kondisi sadar atau tidak sadar, sedangkan kerugiannya dalam pemberian obat perlu
prosedur steril, sakit dapat terjadi iritasi local ditempat injeksi.
Keempat, dengan cara intraperitoneal (injeksi yang dilakukan pada rongga perut).
Cara ini jarang digunakan karena rentan menyebabkan infeksi. Keuntungan adalah
obat yang disuntikkan dalam rongga peritonium akan diabsorpsi cepat,sehingga reaksi
obat akan cepat terlihat.
Kelima atau yang terakhir adalah dengan cara intramuscular yaitu dengan
menyuntikkan obat pada daerah yang berotot seperti paha atau lengan
atas.Keuntungan pemberian obat dengan cara ini, absorpsi berlangsung dengan
cepat,dapat diberikan pada pasien sadar atau tidak sadar, sedangkan kerugiannya
dalam pemberiannya perlu prosedur steril, sakit, dapat terjadi iritasi ditempat injeksi.
Pada percobaan ini, kelompok kami menggunakan lima ekor mencit.Masing-
masing mencit diberikan rute pemberian obat berbeda-beda. Namun yang kami
praktekkan hanya rute pemberian secara oral yaitu diberikan aquadest, sedangkan jika
melalui parenteral banyaknya volume obat yang akan diinjeksi utuk mencit tergantung
dengan berat badan mencit dengan menggunakan rumus VAO. Data yang dihasilkan
untuk volume injeksi mencit berdasarkan berat.
Pada percobaan oral ini karena hanya menggunakan aquadest maka tidak
menghasilkan efek apapun pada mencit/tikus.Pada percobaan yang kami lakukan,
banyak terjadi kesalahan-kesalahan sehingga efek yang dihasilkan tidak sesuai
dengan literatur dan ada mencit yang mati karena stress. Hal ini dikarenakan cara
penyuntikan/sonde yang salah dan pengambilan volume injeksi obat yang tidak
sesuai. Selain itu, disebabkan juga karena kami disini belum begitu mahir dalam
melakukan penyuntikan sehingga efek yang dihasilkan tidak sesuai.
BAB IV
KESIMPULAN
Setelah melakukan percobaan praktikan dapat menarik kesimpulan mengenai
rute pemberian obat pada hewan uji yang dilakukan melalui cara oral, intravena,
subkutan, intraperitoneal, dan intramuscular. Pada percobaan oral tidak menghasilkan
efek apapun pada mencit/tikus. Sedangkan pada percobaan yang kami lakukan,
banyak terjadi kesalahan-kesalahan sehingga efek yang dihasilkan tidak sesuai
dengan literatur dan ada mencit yang mati karena stress. dikarenakan cara
penyuntikan/sonde yang salah dan pengambilan volume injeksi obat yang tidak
sesuai. Selain itu, disebabkan juga karena belum begitu mahir dalam melakukan
penyuntikan sehingga efek yang dihasilkan tidak sesuai. Factor kesalahan lain yang
terjadi karena tempat penyuntikan yang kurang tepat ketika proses penyuntikan
terutama pada penyuntikan intravena. Berdasarkan rute pemberian obat secara
intraperitoneal (IP) lebih panjang (lama) dibandingkam rute pemberian obat secara
intravena (IV). Adapun pengaruh factor internal pada hewan percobaan sendiri: Umur,
jenis kelamin, bobot badan, kesalahan kesehatan, nutrisi dan sifat genetik.
DAFTAR PUSTAKA
Setiawati arini, 1995. Pengantar Farmakologi : Farmakologi dan Terapi. Jakarta : Bagian
Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai