Disusun oleh
1. Faiqoh Febrianti B1801438
2. Fifi Ade Setianingrum B1801439
3. Medzelia Efenti L B1801448
4. Nella Fany Destiana B1801449
5. Ratna Vita Lestari B1801459
6. Retno Tristanti B1801460
7. Ninuk Harmiyah B1801471
8. Khofifah Intan B1701416
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan hidayah-Nya.
Sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah “KEBIJAKAN PEMERINTAH
TENANG PERENCANAANKELUARGA” dengan baik tanpa halangan apapun.
Gombong,
Penulis
2
3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................2
DAFTAR ISI.................................................................................................4
BAB I, PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................................5
B. Rumusan Masalah...............................................................................6
C. Tujuan.................................................................................................6
A. Definisi KB..........................................................................................7
B. Sejarah KB di Indonesia.......................................................................8
C. Tujuan ruang lingkup program KB.......................................................9
D. Program KIE dalam pelayanan KB.......................................................12
E. Strategi, pendekatan dan cara operasional program pelayanan KB......13
F. Manfaat dan pengaruh KB....................................................................14
G. Macam-macam alat kontrasepsi KB.....................................................15
H. Wewenang praktik Bidan dalam Permenkes No 20 Tahun 2017.........17
A. Kesimpulan...........................................................................................20
B. Saran.....................................................................................................21
Daftar Pustaka................................................................................................22
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia mewajibkan warga negaranya untuk ikut mendukung
keluarga berencana, hal ini dikarenakan untuk menekan jumlah
pertumbuhan yang kian pesat di waktu tahun order baru, pada tahun
tersebut pemerintahan presiden soeharto dianggap berhasil melakukan
pembenahan dalam program keluarga berencana serta mobilitas
perekonomian yang baik pula.
Memiliki keluarga ideal adalah dambaan setiap orang dan dengan
Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu pelayanan kesehatan
preventif yang paling dasar dan utama bagi wanita, meskipun tidak selalu
diakui demikian. Peningkatan dan perluasan pelayanan keluarga
berencana merupakan salah satu usaha untuk menurunkan angka
kesakitan dan kematian ibu yang sedemikian tinggi akibat kehamilan
yang dialami oleh wanita. Banyak wanita harus menentukan pilihan
kontrasepsi yang sulit, tidak hanya karena terbatasnya jumlah metode
yang tersedia tetapi juga karena metode-metode tertentu mungkin tidak
dapat diterima sehubungan dengan kebijakan nasional KB, kesehatan
individual dan seksualitas wanita atau biaya untuk memperoleh
kontrasepsi.
KB merupakan program yang berfungsi bagi pasangan untuk
menunda kelahiran anak pertama (post poning), menjarangkan anak
(spacing) atau membatasi (limiting) jumlah anak yang diinginkan sesuai
dengan keamanan medis serta kemungkinan kembalinya fase kesuburan
5
(ferundity). Sehubungan dengan hal tersebut, akan dijelaskan terkait
adanya Kebijakan Pemerintah mengenai Keluarga Berencana.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi Keluarga Berencana?
2. Bagaimana sejarah Keluarga Berencana di Indonesia?
3. Apakah tujuan dan ruang lingkup program keluarga Berencana?
4. Apa saja organisasi Keluarga Berencana di Indonesia?
5. Apa maksud dari KIE dalam pelayanan Keluarga Berencana?
6. Jelaskan strategi, pendekatan dan cara operasional program pelayanan
KB?
7. Apa manfaat dan pengaruh adanya Keluarga Berencana?
9. Apa saja macam-macam alat kontrasepsi KB?
C. Tujuan
1. Memahami definisi serta sejarah Keluarga Berencana khususnya di
Indonesia
2. Mengetahui tujuan, ruang lingkup dan organisasi program Keluarga
Berencana
3. Menambah wawasan bagi pembaca tentang KIE, strategi, pendekatan
serta cara operasional program pelayanan KB
4. Mengetahui manfaat dan pengaruh dari adanya program KB serta
pandangan Islam mengenai Keluarga Berencana.
6
BAB II
ISI
Keluarga Berencana (KB) adalah usaha untuk mengukur jumlah dan jarak
anak yang diinginkan. Terdapat beberapa definisi tentang Keluarga Berencana
diantaranya:
7
serius, karena dengan mutu pelayanan Keluarga Berencana berkualitas
diharapkan akan dapat meningkatkan tingkat kesehatan dan kesejahteraan.
Dengan telah berubahnya paradigma dalam pengelolaan masalah kependudukan
dan pembangunan dari pendekatan pengendalian populasi dan penurunan
fertilitas menjadi pendekatan yang berfokus pada kesehatan reproduksi serta hak
reproduksi. Maka pelayanan Keluarga Berencana harus menjadi lebih berkualitas
serta memperhatikan hak-hak dari klien atau masyarakat dalam memilih metode
kontrasepsi yang diinginkan.
B. Sejarah Keluarga Berencana di Indonesia
8
Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) dengan slogan cukup dua anak, laki-laki
perempuan sama saja. Dalam posisi ini terkesan penduduk hanya sebagai obyek,
sedang hegemoni pemerintah sangat kuat, rakyat dimobilisasi sedemikian kuat
untuk menggunakan alat kontrasepsi, tanpa mempertimbangkan aspek kesehatan,
kondisi tubuh, serta tanpa mendapatkan penjelasan kekurangan dan kelebihan
alat kontarsepsi yang dipakainya, sehingga lambat laun mendapatkan kritik
sangat keras yang datang dari masyarakat sendiri, LSM dalam negeri maupun
luar negeri.
9
bukan sekedar perkara pemasok modal dan teknologi saja tapi juga
membutuhkan sesuatu yang mampu mengembangkan sarana yang berorientasi
pada masa sekarang dan masa depan, memiliki kesanggupan untuk
merencanakan dan percaya bahwa manusia dapat mengubah alam, bukan
sebaliknya.
1. Ibu
Dengan jalan mengatur jumlah dan jarak kelahiran. Adapun manfaat
yang diperoleh oleh ibu seperti, tercegahnya kehamilan yang berulang kali
dalam jangka waktu yang terlalu pendek, sehingga kesehatan ibu dapat
terpelihara terutama kesehatan organ reproduksinya serta meningkatkan
kesehatan mental dan sosial yang dimungkinkan oleh adanya waktu yang
cukup untuk mengasuh anak-anak dan beristirahat yang cukup karena
kehadiran akan anak tersebut memang diinginkan.
2. Suami
Dengan memberikan kesempatan suami agar dapat melakukan hal
seperti, memperbaiki kesehatan fisik dan mengurangi beban ekonomi keluarga
yang ditangggungnya.
3. Seluruh keluarga
Dilaksanakannya program KB dapat meningkatkan kesehatan fisik,
mental dan sosial setiap anggota keluarga dan bagi anak dapat memperoleh
kesempatan yang lebih besar dalam hal pendidikan serta kasih sayang orang
tua.
Sedangkan ruang lingkup KB secara umum adalah kesehatan reproduksi
remaja, ketahanan dan pemberdayaan keluarga, penguatan pelembagaan
keluarga kecil berkualitas, keserasian kebijakan kependudukan, pengelolaan
Sumber Daya Manusia aparatur serta penyelenggaraan pimpinan kenegaraan
dan pemerintahan.
10
4. Organisasi-organisasi KB di Indonesia
Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) terbentuk 23
Desember 1957 di jalan Sam Ratulangi No. 29, Jakarta diprakarsai oleh dr.
Soeharto yang didukung Prof. Sarwono Prawirohardjo, dr. H. M. Judono, dr.
Hanifa wiknjosastro, dan Dr. Hurustiati Subandrio. Pelayanan yang diberikan
berupa nasihat perkawinan, termasuk pemeriksaan kesehatan calon suami
istri, pemeriksaan dan pengobatan kemandulan dalam perkawinan serta
pengaturan kehamilan.
Visi PKBI diantaranya adalah mewujudkan masyarakat yang sejahtera
melalui keluarga. Sedangkan misinya adalah memperjuangkan penerimaan
dan praktik keluarga bertanggung jawab dalam keluarga Indonesia melalui
pengembangan program, pengembangan jaringan dan kemitraan dengan
semua pihak pemberdayaan masyarakat di bidang kependudukan secara
umum, dan secara khusus di bidang kesehatan reproduksi yang berkesetaraan
dan berkeadilan gender.
Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dibentuk
berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 8 Tahun 1970 tentang pembentukan
badan untuk mengelola program KB yang telah dicanangkan sebagai program
nasional. Penanggung jawab umum penyelenggaraan program ada pada
presiden dan dilakukan sehari-hari oleh Menteri Negara Kesejahteraan Rakyat
yang dibantu Dewan Pembimbing Keluarga Berencana.
Dasar pertimbangan pembentukan BKKBN meliputi tiga hal yakni:
1. Program Keluarga Berencana nasional perlu ditingkatkan dengan jalan lebih
memanfaatkan dan memperluas kemampuan fasilitas dan sumber yang
tersedia.
2. Program perlu digiatkan pula dengan mengikutsertakan masyarakat dan
pemerintah secara maksimal.
3. Program Keluarga Berencana perlu diselenggarakan secara teratur dan
terencana ke arah terwujudnya tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.
11
Berdasarkan Keppres No. 38 Tahun 1978, BKKBN bertambah besar
jangkauan programnya, tidak terbatas hanya KB tetapi juga program
kependudukan. Perkembangan BKKBN di masa sekarang yakni:
1. Visi: keluarga berkualitas 2015
2. Misi: membangun setiap keluarga Indonesia untuk memiliki anak ideal, sehat,
berpendidikan, sejahtera, berketahanan, dan terpenuhi hak-hak reproduksinya
melalui pengembangan kebijakan, penyediaan layanan promosi, fasilitasi,
perlindungan, informasi kependudukan dan keluarga, serta penguatan
kelembagaan dan jejaring KB.
3. Tugas pokok: melaksanakan tugas pemerintahan di bidang keluarga berencana
dan keluarga sejahtera sesuai ketentuan peratuan perundang-undangan yang
berlaku.
D. Program KIE dalam pelayanan KB
KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi Keluarga Berencana yang dilakukan
oleh pihak kesehatan termasuk dalam pelaksanaan kesehatan pada umumnya.
Pada dasarnya usaha-usaha penyuluhan kesehatan dilaksanakan oleh petugas
kesehatan yang langsung berhubungan dengan masyarakat, baik di pusat
kesehatan masayarakat maupun melalui saluran komunikasi lainnya.
Demikian pula hanlnya dengan penyuluhan kesehatan dalam program KB,
kegiatan ini dilakukan terutama oleh petugas-petugas klinik baik medis, ataupun
non medis yang bekerja khusus untuk KB. Tenaga-tenaga kesehatan lainnya
seperti petugas sanitasi, juru cacar, petugas BCG, dan sebagainya adalah tenaga
yang juga potensial menjalankan penyuluhan kesehatan tentang Keluarga
Berencana. Khususnya bagi kelompok PUS yang secara sosial ekonomi dan
budaya relatif tertinggal dibandingkan dengan keluarga lain.
Berhubungan dengan penyuluhan KB, tenaga-tenaga medis memiliki tugas
seperti:
1. Dokter-dokter di fasilitas pelayanan KB memberikan juga informasi tentang
Keluarga Berencana dalam memberikan pelayanan medis kepada pasien.
12
2. Tenaga perawat kesehatan memberikan nasihat tentang KB saat praktik di
klinik maupun pada waktu mengadakan kunjungan rumah.
3. Tenaga administrasi klinik juga memberikan informasi tentang KB ketika
pasien sedang melakukan pendaftaran.
13
3. Pelembagaan dan pembudayaan
Tahapan awal KB Mandiri yaitu masyarakat akan mencapai suatu
tingkat kesadaran dimana melaksanakan KB bukan hanya karena ajakan
melainkan atas kesadaran dan keyakinan sendiri.
Strategi ini dilengkapi dengan pendekatan “Panca Karya” yang
mempertajam sasaran dan memperjelas target, yaitu pasangan usia muda
dengan paritas rendah, PUS dengan jumlah anak yang cukup, dan generasi
muda. Dengan penajaman pendekatan yang bersifat kemasyarakatan dan
wilayah tersebut, maka program KB tidak lagi menunggu sasarannya, tetapi
lebih bersikap aktif.
Kemudian persentase wanita terdidik pada berbagai jenjang
pendidikan yang tinggi terdapat di daerah-daerah tertentu seperti Yogyakarta,
Sumatera Barat dan Sulawesi Utara. Ada hal lain yang dapat diamati berkaitan
dengan hal-hal itu, yaitu kesediaan untuk menerima KB, angka kematian
balita dan lain sebagainya.[6]
F. Manfaat dan Pengaruh Keluarga Berencana
1. Menurunkan angka kematian maternal dengan adanya perencanaan kehamilan
yang aman, sehat dan diinginkan.
2. Mencegah terjadinya kanker uterus dan ovarium dengan mengkonsumsi pil
kontrasepsi.
3. Memberikan kontribusi bagi pembangunan berkelanjutan yang berwawasan
kependudukan.
14
Indonesia pada 2015 sekitar 237,8 juta jiwa, ini masih dibawah dari angka
proyeksi penduduk tahun 2015 yang diperkirakan sekitar 248 juta jiwa.
Dengan adanya kebijakan pemerintah untuk pengaturan laju
pertumbuhan penduduk dan pengaturan jumlah kelahiran di Indonesia
merupakan bagian dari kebijakan kependudukan nasional, yang dalam hal ini
pelaksanaan program KB di daerah pada era otonomi perlu ditentukan sasaran
kinerja program untuk mewujudkan keserasian kependudukan di berbagai
bidang pembangunan. Dengan terkendalinya jumlah penduduk, maka akan
tercipta generasi yang berkualitas sehingga dapat meneruskan pembagunan
Indonesia yang berkualitas.
Selain mendatangkan pengaruh yang positif, program KB juga
memiliki pengaruh yang kurang menguntungkan, ini dilihat dari semakin
meningkatnya partisipasi masyarakat dalam ber-KB, maka penggunaan
metode KB berupa penggunaan implant, suntik KB, pil KB juga semakin
meningkat, maka biaya yang harus dikeluarkan pemerintah untuk pengadaan
alat-alat dan obat untuk kontrasepsi di Indonesia dapat dikatakan cukup tinggi.
Menurut penelitian dengan penggunaan metode untuk ber-KB maka
dapat mempercepat penuaan pada akseptornya, sehingga dapat dikatakan
jumlah usia lanjut akan semakin bertambah setiap tahunnya, sehingga biaya
yang juga harus dikeluarkan pemerintah untuk kesejahteraan para Usila juga
meningkat.
G. Macam-macam alat kontrasepsi KB
Dalam program KB ini ada 7 jenis alat kontrasepsi yang aman sebagai
berikut :
1. Kondom: salah satu alat kontrasepsi yang terbuat karet/lateks, berbentuk
tabung. Penggunaan kondom cukup efektif selama digunakan secara tepat dan
benar. Kegagalan kondom dapat diperkecil dengan menggunakan kondom
secara tepat, yaitu gunakan pada saat penis sedang ereksi dan dilepaskan
sesudah ejakulasi. Alat kontrasepsi ini paling mudah didapat serta tidak
15
merepotkan. Kegagalan biasanya terjadi bila kondom robek karena kurang
hati-hati atau karena tekanan pada saat ejakulasi sehingga terjadi perembesan.
2. Spermatisida: Kontrasepsi ini merupakan senyawa kimia yang dapat
melumpuhkan sampai membunuh sperma. Bentuknya bisa busa, jeli, krim,
tablet vagina, tablet, atau aerosol.
Setelah kira-kira 5-10 menit hubungan seksual dapat dilakukan, setelah alat
ini dimasukkan ke dalam vagina Ketika memasukkan spermatisida kedalam
vagina harus menggunakan alat yang telah disediakan dalam kemasan.
3. Vagina Diafragma: Lingkaran cincin dilapisi karet fleksibel ini akan menutup
mulut rahim bila dipasang dalam liang vagina 6 jam sebelum senggama.
Efektifitasnya alat kontrasepsi ini bisa menurun bila terlalu cepat dilepas
kurang dari 8 jam setelah senggama.
Diafragma digunakan jika akan berhubungan seksual. Setelah itu bisa dilepas
lagi atau tetap pada tempatnya. Karena bahannya lebih tebal dari kondom,
kontrasepsi ini sangat kecil kemungkinan terjadi bocor.
4. Pil KB: Keuntungan pil ini adalah tetap membuat menstruasi teratur,
mengurangi kram atau sakit saat menstruasi. Kesuburan Anda juga dapat
kembali pulih dengan cara cukup menghentikan pemakaian pil ini. Pil
bertujuan meningkatkan efektifitas, mengurangi efek samping, dan
meminimalkan keluhan. Ada Cara menggunakannya, diminum setiap hari
secara teratur. Ada dua cara meminumnya yaitu sistem 28 dan sistem 22/21.
Untuk sistem 28, pil diminum terus tanpa pernah berhenti (21 tablet pil
kombinasi dan 7 tablet plasebo). Sedangkan sistem 22/21, minum pil terus-
menerus, kemudian dihentikan selama 7-8 hari untuk mendapat kesempatan
menstruasi. Jadi, dibuat dengan pola pengaturan haid (sekuensial).
5. Suntik KB: Jenis kontrasepsi ini pada dasarnya mempunyai cara kerja seperti
pil.
Kontrasepsi suntikan mengandung hormon sintetik. Penyuntikan ini dilakukan
2-3 kali dalam sebulan. Suntikan setiap 3 bulan *(Depoprovera)*, setiap 10
16
minggu *(Norigest)*, dan setiap bulan *(Cyclofem)*. Salah satu keuntungan
suntikan adalah tidak mengganggu produksi ASI. Pemakaian hormon ini juga
bisa mengurangi rasa nyeri dan darah haid yang keluar.
6. Susuk KB: Implant/susuk KB adalah kontrasepsi dengan cara memasukkan
tabung kecil di bawah kulit pada bagian tangan yang dilakukan oleh dokter
Anda. Tabung kecil berisi hormon tersebut akan terlepas sedikit-sedikit,
sehingga mencegah kehamilan.
7. IUD (Spiral): Intrauterine Device atau biasa juga disebut spiral karena
bentuknya memang seperti spiral. Teknik kontrasepsi ini adalah dengan cara
memasukkan alat yang terbuat dari tembaga kedalam rahim. Kontrasepsi
tersebut jadi pilihan karena kenyamanannya. Alat kontrasepsi ini dimasukkan
ke dalam rahim oleh dokter dengan bantuan alat. Benda asing dalam rahim ini
akan menimbulkan reaksi yang dapat mencegah bersarangnya sel telur yang
telah dibuahi di dalam rahim. Alat ini bisa bertahan dalam rahim selama 2-5
tahun, tergantung jenisnya dan dapat dibuka sebelum waktunya jika Anda
ingin hamil lagi.
H. Wewenang Praktik Bidan Dalam Permenkes No. 20 Tahun 2017
a. Pasal 18
17
b. perempuan dan keluarga berencana; dan
c. pelayanan kontrasepsi oral, kondom, dan suntikan.
c. Pasal 22
Selain kewenangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18, Bidan
memiliki kewenangan memberikan pelayanan berdasarkan:
a. penugasan dari pemerintah sesuai kebutuhan; dan/atau
b. pelimpahan wewenang melakukan tindakan pelayanan kesehatan
secara mandat dari dokter.
d. Pasal 23
(1) Kewenangan memberikan pelayanan berdasarkan penugasan dari
pemerintah sesuai kebutuhan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22
huruf a, terdiri atas:
(4) Bidan yang telah mengikuti pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
berhak memperoleh sertifikat pelatihan.
18
(5) Bidan yang diberi kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) harus mendapatkan penetapan dari kepala dinas kesehatan kabupaten atau
kota
19
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
20
dari segi pendorong terjadinya program KB serta pendapat dari beberapa
ulama fiqih dengan mazhab-mazhabnya.
B. Saran
Semoga apa yang telah disajikan dalam makalah yang sederhana ini,
dapat menjadikan manfaat bagi kita. Dan kami menyadari dalam
penulisan makalah ini banyak terdapat kesalahan-kesalahan dan
kekurangan, semua itu karena minimalnya pengetahuan kami. Maka kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat kontruktif untuk
kedepannya. Terima kasih.
21
DAFTAR PUSTAKA
Elfindri dan Jalal, Fasli. 2014. Keluarga Berencana Inklusif. Jakarta: Badouse
Medika
Ihromi, TO. 2004. Bunga Rampai Sosiologi Keluarga. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia
[1] Drs. H. Bgd. M. Leter. Tuntunan Rumah Tangga Muslim dan Keluarga
Berencana. Medan: Angkasa Raya, 2000, hal. 2
22
[8] Luthfi As-syaukani. Politik, Ham dan Isu-isu Fiqih Kontemporer.
Bandung: Pustaka Hidayah, 1998, hal. 157 kepala dinas kesehatan
kabupaten/kota.
23