Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH MANAJEMEN KEBIDANAN

KEBIJAKAN PEMERINTAH TENANG PERENCANAAN KELUARGA

Disusun oleh
1. Faiqoh Febrianti B1801438
2. Fifi Ade Setianingrum B1801439
3. Medzelia Efenti L B1801448
4. Nella Fany Destiana B1801449
5. Ratna Vita Lestari B1801459
6. Retno Tristanti B1801460
7. Ninuk Harmiyah B1801471
8. Khofifah Intan B1701416

PROGRAM DIPLOMA III KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG
TAHUN 2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan hidayah-Nya.
Sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah “KEBIJAKAN PEMERINTAH
TENANG PERENCANAANKELUARGA” dengan baik tanpa halangan apapun.

Penulis menyadari bahwa tiada manusia yang sempurna,karena manusia pasti


mempunyai kekurangan. Penulis juga tidak lepas dari sifat kekurangan itu,sehingga
apa yang tertulis dalam makalah ini masih jauh dari kesempurnaan walaupun penulis
usahakan semaksimal mungkin. Oleh karena itu, penulis dengan senang hati
menerima kritik dan saran yang bersifat membangun demi menjadi lebih sempurna.

Semoga Allah SWT memberikan balasan atas segala jasa, kebaikan-kebaikan,


serta bantuannya yang telah diberikan kepada penulis.

Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini memberikan manfaat bagi


penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya. Amin.

Gombong,

Penulis

2
3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................2

DAFTAR ISI.................................................................................................4

BAB I, PENDAHULUAN

A. Latar Belakang....................................................................................5
B. Rumusan Masalah...............................................................................6
C. Tujuan.................................................................................................6

BAB II, ISI

A. Definisi KB..........................................................................................7
B. Sejarah KB di Indonesia.......................................................................8
C. Tujuan ruang lingkup program KB.......................................................9
D. Program KIE dalam pelayanan KB.......................................................12
E. Strategi, pendekatan dan cara operasional program pelayanan KB......13
F. Manfaat dan pengaruh KB....................................................................14
G. Macam-macam alat kontrasepsi KB.....................................................15
H. Wewenang praktik Bidan dalam Permenkes No 20 Tahun 2017.........17

BAB III, PENUTUP

A. Kesimpulan...........................................................................................20
B. Saran.....................................................................................................21

Daftar Pustaka................................................................................................22

4
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia mewajibkan warga negaranya untuk ikut mendukung
keluarga berencana, hal ini dikarenakan untuk menekan jumlah
pertumbuhan yang kian pesat di waktu tahun order baru, pada tahun
tersebut pemerintahan presiden soeharto dianggap berhasil melakukan
pembenahan dalam program keluarga berencana serta mobilitas
perekonomian yang baik pula.
Memiliki keluarga ideal adalah dambaan setiap orang dan dengan
Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu pelayanan kesehatan
preventif yang paling dasar dan utama bagi wanita, meskipun tidak selalu
diakui demikian. Peningkatan dan perluasan pelayanan keluarga
berencana merupakan salah satu usaha untuk menurunkan angka
kesakitan dan kematian ibu yang sedemikian tinggi akibat kehamilan
yang dialami oleh wanita. Banyak wanita harus menentukan pilihan
kontrasepsi yang sulit, tidak hanya karena terbatasnya jumlah metode
yang tersedia tetapi juga karena metode-metode tertentu mungkin tidak
dapat diterima sehubungan dengan kebijakan nasional KB, kesehatan
individual dan seksualitas wanita atau biaya untuk memperoleh
kontrasepsi.
KB merupakan program yang berfungsi bagi pasangan untuk
menunda kelahiran anak pertama (post poning), menjarangkan anak
(spacing) atau membatasi (limiting) jumlah anak yang diinginkan sesuai
dengan keamanan medis serta kemungkinan kembalinya fase kesuburan

5
(ferundity). Sehubungan dengan hal tersebut, akan dijelaskan terkait
adanya Kebijakan Pemerintah mengenai Keluarga Berencana.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi Keluarga Berencana?
2. Bagaimana sejarah Keluarga Berencana di Indonesia?
3. Apakah tujuan dan ruang lingkup program keluarga Berencana?
4. Apa saja organisasi Keluarga Berencana di Indonesia?
5. Apa maksud dari KIE dalam pelayanan Keluarga Berencana?
6. Jelaskan strategi, pendekatan dan cara operasional program pelayanan
KB?
7. Apa manfaat dan pengaruh adanya Keluarga Berencana?
9. Apa saja macam-macam alat kontrasepsi KB?

C. Tujuan
1. Memahami definisi serta sejarah Keluarga Berencana khususnya di
Indonesia
2. Mengetahui tujuan, ruang lingkup dan organisasi program Keluarga
Berencana
3. Menambah wawasan bagi pembaca tentang KIE, strategi, pendekatan
serta cara operasional program pelayanan KB
4. Mengetahui manfaat dan pengaruh dari adanya program KB serta
pandangan Islam mengenai Keluarga Berencana.

6
BAB II

ISI

A. Definisi Keluarga Berencana

Keluarga merupakan unit yang terkecil dari susunan kelompok


masyarakat. Seorang sarjana sosiologi Barat bernama Bolak telah merumuskan
bahwa keluarga adalah markas atau pusat dimana denyut pergaulan hidup
menggetar. Dia merupakan susunan yang hidup yang dapat mengekalkan
keturunan. Keluarga mempunyai suatu ikatan batin. Kuat dan lemahnya rumah
tangga tergantung dari manusia-manusianya yang membuat ikatan tersebut dan
tergantung pula dari macam ikatan yang hendak ikatan. Ikatan itu dikenal dengan
kata cinta dan kasih sayang.

Keluarga Berencana (KB) adalah usaha untuk mengukur jumlah dan jarak
anak yang diinginkan. Terdapat beberapa definisi tentang Keluarga Berencana
diantaranya:

1. Upaya peningkatan kepedulian masyarakat dalam mewujudkan


keluarga kecil yang bahagia sejahtera (Undang-Undang No. 10/1992).
2. Keluarga Berencana merupakan suatu usaha menjarangkan atau
merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan menggunakan kontrasepsi
atau pencegah kehamilan.
3. Menurut WHO (Expert Committe, 1970), tindakan yang membantu
individu/pasutri untuk mendapatkan objektif-objektif tertentu, menghindari
kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang diinginkan,
mengatur interval diantara kehamilan, dan menentukan jumlah anak dalam
keluarga.
Pelayanan Keluarga Berencana yang merupakan salah satu didalam paket
Pelayanan Kesehatan Reproduksi Esensial perlu mendapatkan perhatian yang

7
serius, karena dengan mutu pelayanan Keluarga Berencana berkualitas
diharapkan akan dapat meningkatkan tingkat kesehatan dan kesejahteraan.
Dengan telah berubahnya paradigma dalam pengelolaan masalah kependudukan
dan pembangunan dari pendekatan pengendalian populasi dan penurunan
fertilitas menjadi pendekatan yang berfokus pada kesehatan reproduksi serta hak
reproduksi. Maka pelayanan Keluarga Berencana harus menjadi lebih berkualitas
serta memperhatikan hak-hak dari klien atau masyarakat dalam memilih metode
kontrasepsi yang diinginkan.
B. Sejarah Keluarga Berencana di Indonesia

Sebelum abad XX, di negara barat sudah ada usaha pencegahan


kelangsungan hidup anak karena berbagai alasan. Caranya adalah dengan
membunuh bayi yang sudah lahir, melakukan abortus dan mencegah/ mengatur
kehamilan. Di Inggris, Maria Stopes (1880-1950). Upaya yg ditempuh untuk
perbaikan ekonomi keluarga buruh dengan mengatur kelahiran. Menggunakan
cara-cara sederhana (kondom, pantang berkala). Amerika Serikat, Margareth
Sanger. Memperoleh pengalaman dari Saddie Sachs, yang berusaha
menggugurkan kandungan yang tidak diinginkan. Ia menulis buku “Family
Limitation” (Pembatasan Keluarga). Hal tersebut merupakan tonggak permulaan
sejarah berdirinya KB.

Untuk menekan laju pertumbuhan penduduk maka di berbagai Negara


dan hampir semua Negara di dunia menggunakan cara pengaturan dan
pembatasan kelahiran dengan birth control atau di Indonesia disebut keluarga
berencana. Awal penerapan konsep pengaturan dan pembatasan kelahiran di
Indonesia dengan berdirinya Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI)
pada tahun 1957, sedangkan secara kelembagaan dimulai pada tahun 1970.[3]
Pada tahun 1970-an Keluarga Berencana merupakan Program pemerintah murni
yang titik pusatnya pada pengendalian penduduk melalui penggunaan alat
kontrasepsi, konsep yang dikembangkan melalui pelembagaan Norma Keluarga

8
Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) dengan slogan cukup dua anak, laki-laki
perempuan sama saja. Dalam posisi ini terkesan penduduk hanya sebagai obyek,
sedang hegemoni pemerintah sangat kuat, rakyat dimobilisasi sedemikian kuat
untuk menggunakan alat kontrasepsi, tanpa mempertimbangkan aspek kesehatan,
kondisi tubuh, serta tanpa mendapatkan penjelasan kekurangan dan kelebihan
alat kontarsepsi yang dipakainya, sehingga lambat laun mendapatkan kritik
sangat keras yang datang dari masyarakat sendiri, LSM dalam negeri maupun
luar negeri.

Kebijakan program Keluarga Berencana (KB) tercantum dalam Undang-


Undang Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga. Disebutkan pada bab IX bagian
kedua pasal 56 mengenai Tugas dan Fungsi dijelaskan bahwa BKKBN bertugas
melaksanakan pengendalian penduduk dan menyelenggarakan keluarga
berencana. Tugas utama PLKB atau PKB tersebut melakukan penyuluhan dan
motivasi KB kepada calon peserta KB, melalui kerja sama dengan para lurah atau
kepala desa, ketua RT/RW, Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama, Tokoh Adat dan
para Kader PKK di lapangan. PLKB atau PKB juga membantu kegiatan
Posyandu, dan sebagainya. Idealnya satu orang tenaga PLKB atau PKB
menangani satu desa atau kelurahan.

C. Tujuan dan Ruang Lingkup program Keluarga Berencana

Tujuan umumnya dari adanya program Keluarga Berencana adalah


membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi suatu
keluarga, dengan cara pengaturan kelahiran anak agar diperoleh suatu keluarga
bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Tujuan lainnya
meliputi pengaturan kelahiran, pendewasaan usia perkawinan, peningkatan
ketahanan dan kesejahteraan keluarga. Hal ini sesuai dengan teori pembangunan
menurut Alex Inkeles dan David Smith yang mengatakan bahwa pembangunan

9
bukan sekedar perkara pemasok modal dan teknologi saja tapi juga
membutuhkan sesuatu yang mampu mengembangkan sarana yang berorientasi
pada masa sekarang dan masa depan, memiliki kesanggupan untuk
merencanakan dan percaya bahwa manusia dapat mengubah alam, bukan
sebaliknya.

Ruang lingkup program Keluarga Berencana meliputi:

1. Ibu
Dengan jalan mengatur jumlah dan jarak kelahiran. Adapun manfaat
yang diperoleh oleh ibu seperti, tercegahnya kehamilan yang berulang kali
dalam jangka waktu yang terlalu pendek, sehingga kesehatan ibu dapat
terpelihara terutama kesehatan organ reproduksinya serta meningkatkan
kesehatan mental dan sosial yang dimungkinkan oleh adanya waktu yang
cukup untuk mengasuh anak-anak dan beristirahat yang cukup karena
kehadiran akan anak tersebut memang diinginkan.
2. Suami
Dengan memberikan kesempatan suami agar dapat melakukan hal
seperti, memperbaiki kesehatan fisik dan mengurangi beban ekonomi keluarga
yang ditangggungnya.
3. Seluruh keluarga
Dilaksanakannya program KB dapat meningkatkan kesehatan fisik,
mental dan sosial setiap anggota keluarga dan bagi anak dapat memperoleh
kesempatan yang lebih besar dalam hal pendidikan serta kasih sayang orang
tua.
Sedangkan ruang lingkup KB secara umum adalah kesehatan reproduksi
remaja, ketahanan dan pemberdayaan keluarga, penguatan pelembagaan
keluarga kecil berkualitas, keserasian kebijakan kependudukan, pengelolaan
Sumber Daya Manusia aparatur serta penyelenggaraan pimpinan kenegaraan
dan pemerintahan.

10
4. Organisasi-organisasi KB di Indonesia
Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) terbentuk 23
Desember 1957 di jalan Sam Ratulangi No. 29, Jakarta diprakarsai oleh dr.
Soeharto yang didukung Prof. Sarwono Prawirohardjo, dr. H. M. Judono, dr.
Hanifa wiknjosastro, dan Dr. Hurustiati Subandrio. Pelayanan yang diberikan
berupa nasihat perkawinan, termasuk pemeriksaan kesehatan calon suami
istri, pemeriksaan dan pengobatan kemandulan dalam perkawinan serta
pengaturan kehamilan.
Visi PKBI diantaranya adalah mewujudkan masyarakat yang sejahtera
melalui keluarga. Sedangkan misinya adalah memperjuangkan penerimaan
dan praktik keluarga bertanggung jawab dalam keluarga Indonesia melalui
pengembangan program, pengembangan jaringan dan kemitraan dengan
semua pihak pemberdayaan masyarakat di bidang kependudukan secara
umum, dan secara khusus di bidang kesehatan reproduksi yang berkesetaraan
dan berkeadilan gender.
Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dibentuk
berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 8 Tahun 1970 tentang pembentukan
badan untuk mengelola program KB yang telah dicanangkan sebagai program
nasional. Penanggung jawab umum penyelenggaraan program ada pada
presiden dan dilakukan sehari-hari oleh Menteri Negara Kesejahteraan Rakyat
yang dibantu Dewan Pembimbing Keluarga Berencana.
Dasar pertimbangan pembentukan BKKBN meliputi tiga hal yakni:
1. Program Keluarga Berencana nasional perlu ditingkatkan dengan jalan lebih
memanfaatkan dan memperluas kemampuan fasilitas dan sumber yang
tersedia.
2. Program perlu digiatkan pula dengan mengikutsertakan masyarakat dan
pemerintah secara maksimal.
3. Program Keluarga Berencana perlu diselenggarakan secara teratur dan
terencana ke arah terwujudnya tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.

11
Berdasarkan Keppres No. 38 Tahun 1978, BKKBN bertambah besar
jangkauan programnya, tidak terbatas hanya KB tetapi juga program
kependudukan. Perkembangan BKKBN di masa sekarang yakni:
1. Visi: keluarga berkualitas 2015
2. Misi: membangun setiap keluarga Indonesia untuk memiliki anak ideal, sehat,
berpendidikan, sejahtera, berketahanan, dan terpenuhi hak-hak reproduksinya
melalui pengembangan kebijakan, penyediaan layanan promosi, fasilitasi,
perlindungan, informasi kependudukan dan keluarga, serta penguatan
kelembagaan dan jejaring KB.
3. Tugas pokok: melaksanakan tugas pemerintahan di bidang keluarga berencana
dan keluarga sejahtera sesuai ketentuan peratuan perundang-undangan yang
berlaku.
D. Program KIE dalam pelayanan KB
KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi Keluarga Berencana yang dilakukan
oleh pihak kesehatan termasuk dalam pelaksanaan kesehatan pada umumnya.
Pada dasarnya usaha-usaha penyuluhan kesehatan dilaksanakan oleh petugas
kesehatan yang langsung berhubungan dengan masyarakat, baik di pusat
kesehatan masayarakat maupun melalui saluran komunikasi lainnya.
Demikian pula hanlnya dengan penyuluhan kesehatan dalam program KB,
kegiatan ini dilakukan terutama oleh petugas-petugas klinik baik medis, ataupun
non medis yang bekerja khusus untuk KB. Tenaga-tenaga kesehatan lainnya
seperti petugas sanitasi, juru cacar, petugas BCG, dan sebagainya adalah tenaga
yang juga potensial menjalankan penyuluhan kesehatan tentang Keluarga
Berencana. Khususnya bagi kelompok PUS yang secara sosial ekonomi dan
budaya relatif tertinggal dibandingkan dengan keluarga lain.
Berhubungan dengan penyuluhan KB, tenaga-tenaga medis memiliki tugas
seperti:
1. Dokter-dokter di fasilitas pelayanan KB memberikan juga informasi tentang
Keluarga Berencana dalam memberikan pelayanan medis kepada pasien.

12
2. Tenaga perawat kesehatan memberikan nasihat tentang KB saat praktik di
klinik maupun pada waktu mengadakan kunjungan rumah.
3. Tenaga administrasi klinik juga memberikan informasi tentang KB ketika
pasien sedang melakukan pendaftaran.

E. Strategi, Pendekatan dan Cara Operasional Program pelayanan KB

Dalam hal pelayanan kontrasepsi, diambil kebijaksanaan sebagai berikut:

1. Perluasan jangkauan pelayanan kontrasepsi dengan cara menyediakan sarana


yang bermutu dalam jumlah yang mencukupi dan merata.
2. Pembinaan mutu pelayanan kontrasepsi dan pengayoman medis.
3. Pelembagaan pelayanan kontrasepsi mandiri oleh masyarakat dan
pelembagaan keluarga kecil sejahtera.
Untuk mencapai sukses yang diharapkan, maka ditempuh strategi tiga
dimensi, yaitu:
1. Perluasan jangkauan
Semua jajaran pembangunan diajak berperan serta dalam ikut menangani
program KB dan mengajak semua PUS (Pasangan Usia Subur) yang potensial
untuk menjadi akseptor KB. Istri pegawai negeri, ABRI dan pemimpin
masyarakat diajak menjadi pelopor yang dapat diandalkan agar masyarakat
mengikuti dengan senang hati dan penuh kebanggaan.
2. Pembinaan
Organisasi yang sudah mulai ikut serta menangani program diajak
berperan serta mendalami lebih terperinci tentang apa yang terjadi dna
diberikan kepercayaan untuk ikut menangani program KB dalam
lingkungannya sendiri, menjadi petugas sukarela, dan mulai dikenalkan
mengenai program-program pos KB, posyandu, pembinaan anak-anak dan
sebagainya.

13
3. Pelembagaan dan pembudayaan
Tahapan awal KB Mandiri yaitu masyarakat akan mencapai suatu
tingkat kesadaran dimana melaksanakan KB bukan hanya karena ajakan
melainkan atas kesadaran dan keyakinan sendiri.
Strategi ini dilengkapi dengan pendekatan “Panca Karya” yang
mempertajam sasaran dan memperjelas target, yaitu pasangan usia muda
dengan paritas rendah, PUS dengan jumlah anak yang cukup, dan generasi
muda. Dengan penajaman pendekatan yang bersifat kemasyarakatan dan
wilayah tersebut, maka program KB tidak lagi menunggu sasarannya, tetapi
lebih bersikap aktif.
Kemudian persentase wanita terdidik pada berbagai jenjang
pendidikan yang tinggi terdapat di daerah-daerah tertentu seperti Yogyakarta,
Sumatera Barat dan Sulawesi Utara. Ada hal lain yang dapat diamati berkaitan
dengan hal-hal itu, yaitu kesediaan untuk menerima KB, angka kematian
balita dan lain sebagainya.[6]
F. Manfaat dan Pengaruh Keluarga Berencana
1. Menurunkan angka kematian maternal dengan adanya perencanaan kehamilan
yang aman, sehat dan diinginkan.
2. Mencegah terjadinya kanker uterus dan ovarium dengan mengkonsumsi pil
kontrasepsi.
3. Memberikan kontribusi bagi pembangunan berkelanjutan yang berwawasan
kependudukan.

Pengaruh dari adanya KB:

Dengan adanya program KB maka laju pertumbuhan penduduk dapat


ditekan untuk menghindari terjadinya peledakan penduduk yang luar biasa,
karena diperkirakan jika angka presentase kesetaraan jumlah penduduk yang
ber-KB dapat dinaikkan 1 % per tahun, maka diprediksikan jumlah penduduk

14
Indonesia pada 2015 sekitar 237,8 juta jiwa, ini masih dibawah dari angka
proyeksi penduduk tahun 2015 yang diperkirakan sekitar 248 juta jiwa.
Dengan adanya kebijakan pemerintah untuk pengaturan laju
pertumbuhan penduduk dan pengaturan jumlah kelahiran di Indonesia
merupakan bagian dari kebijakan kependudukan nasional, yang dalam hal ini
pelaksanaan program KB di daerah pada era otonomi perlu ditentukan sasaran
kinerja program untuk mewujudkan keserasian kependudukan di berbagai
bidang pembangunan. Dengan terkendalinya jumlah penduduk, maka akan
tercipta generasi yang berkualitas sehingga dapat meneruskan pembagunan
Indonesia yang berkualitas.
Selain mendatangkan pengaruh yang positif, program KB juga
memiliki pengaruh yang kurang menguntungkan, ini dilihat dari semakin
meningkatnya partisipasi masyarakat dalam ber-KB, maka penggunaan
metode KB berupa penggunaan implant, suntik KB, pil KB juga semakin
meningkat, maka biaya yang harus dikeluarkan pemerintah untuk pengadaan
alat-alat dan obat untuk kontrasepsi di Indonesia dapat dikatakan cukup tinggi.
Menurut penelitian dengan penggunaan metode untuk ber-KB maka
dapat mempercepat penuaan pada akseptornya, sehingga dapat dikatakan
jumlah usia lanjut akan semakin bertambah setiap tahunnya, sehingga biaya
yang juga harus dikeluarkan pemerintah untuk kesejahteraan para Usila juga
meningkat.
G. Macam-macam alat kontrasepsi KB
Dalam program KB ini ada 7 jenis alat kontrasepsi yang aman sebagai
berikut :
1. Kondom: salah satu alat kontrasepsi yang terbuat karet/lateks, berbentuk
tabung. Penggunaan kondom cukup efektif selama digunakan secara tepat dan
benar. Kegagalan kondom dapat diperkecil dengan menggunakan kondom
secara tepat, yaitu gunakan pada saat penis sedang ereksi dan dilepaskan
sesudah ejakulasi. Alat kontrasepsi ini paling mudah didapat serta tidak

15
merepotkan. Kegagalan biasanya terjadi bila kondom robek karena kurang
hati-hati atau karena tekanan pada saat ejakulasi sehingga terjadi perembesan.
2. Spermatisida: Kontrasepsi ini merupakan senyawa kimia yang dapat
melumpuhkan sampai membunuh sperma. Bentuknya bisa busa, jeli, krim,
tablet vagina, tablet, atau aerosol.
Setelah kira-kira 5-10 menit hubungan seksual dapat dilakukan, setelah alat
ini dimasukkan ke dalam vagina Ketika memasukkan spermatisida kedalam
vagina harus menggunakan alat yang telah disediakan dalam kemasan.
3. Vagina Diafragma: Lingkaran cincin dilapisi karet fleksibel ini akan menutup
mulut rahim bila dipasang dalam liang vagina 6 jam sebelum senggama.
Efektifitasnya alat kontrasepsi ini bisa menurun bila terlalu cepat dilepas
kurang dari 8 jam setelah senggama.
Diafragma digunakan jika akan berhubungan seksual. Setelah itu bisa dilepas
lagi atau tetap pada tempatnya. Karena bahannya lebih tebal dari kondom,
kontrasepsi ini sangat kecil kemungkinan terjadi bocor.
4. Pil KB: Keuntungan pil ini adalah tetap membuat menstruasi teratur,
mengurangi kram atau sakit saat menstruasi. Kesuburan Anda juga dapat
kembali pulih dengan cara cukup menghentikan pemakaian pil ini. Pil
bertujuan meningkatkan efektifitas, mengurangi efek samping, dan
meminimalkan keluhan. Ada Cara menggunakannya, diminum setiap hari
secara teratur. Ada dua cara meminumnya yaitu sistem 28 dan sistem 22/21.
Untuk sistem 28, pil diminum terus tanpa pernah berhenti (21 tablet pil
kombinasi dan 7 tablet plasebo). Sedangkan sistem 22/21, minum pil terus-
menerus, kemudian dihentikan selama 7-8 hari untuk mendapat kesempatan
menstruasi. Jadi, dibuat dengan pola pengaturan haid (sekuensial).
5. Suntik KB: Jenis kontrasepsi ini pada dasarnya mempunyai cara kerja seperti
pil.
Kontrasepsi suntikan mengandung hormon sintetik. Penyuntikan ini dilakukan
2-3 kali dalam sebulan. Suntikan setiap 3 bulan *(Depoprovera)*, setiap 10

16
minggu *(Norigest)*, dan setiap bulan *(Cyclofem)*. Salah satu keuntungan
suntikan adalah tidak mengganggu produksi ASI. Pemakaian hormon ini juga
bisa mengurangi rasa nyeri dan darah haid yang keluar.
6. Susuk KB: Implant/susuk KB adalah kontrasepsi dengan cara memasukkan
tabung kecil di bawah kulit pada bagian tangan yang dilakukan oleh dokter
Anda. Tabung kecil berisi hormon tersebut akan terlepas sedikit-sedikit,
sehingga mencegah kehamilan.
7. IUD (Spiral): Intrauterine Device atau biasa juga disebut spiral karena
bentuknya memang seperti spiral. Teknik kontrasepsi ini adalah dengan cara
memasukkan alat yang terbuat dari tembaga kedalam rahim. Kontrasepsi
tersebut jadi pilihan karena kenyamanannya. Alat kontrasepsi ini dimasukkan
ke dalam rahim oleh dokter dengan bantuan alat. Benda asing dalam rahim ini
akan menimbulkan reaksi yang dapat mencegah bersarangnya sel telur yang
telah dibuahi di dalam rahim. Alat ini bisa bertahan dalam rahim selama 2-5
tahun, tergantung jenisnya dan dapat dibuka sebelum waktunya jika Anda
ingin hamil lagi.
H. Wewenang Praktik Bidan Dalam Permenkes No. 20 Tahun 2017
a. Pasal 18

Dalam penyelenggaraan Praktik Kebidanan, Bidan memiliki


kewenangan untuk memberikan:

a. pelayanan kesehatan ibu;


b. pelayanan kesehatan anak; dan
c. pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana
b. Pasal 21
Dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan
keluarga berencana sebagaimana dimaksud dalam pasal 18 huruf c,
Bidan berwenang memberikan:
a. penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi

17
b. perempuan dan keluarga berencana; dan
c. pelayanan kontrasepsi oral, kondom, dan suntikan.
c. Pasal 22
Selain kewenangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18, Bidan
memiliki kewenangan memberikan pelayanan berdasarkan:
a. penugasan dari pemerintah sesuai kebutuhan; dan/atau
b. pelimpahan wewenang melakukan tindakan pelayanan kesehatan
secara mandat dari dokter.
d. Pasal 23
(1) Kewenangan memberikan pelayanan berdasarkan penugasan dari
pemerintah sesuai kebutuhan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22
huruf a, terdiri atas:

a. kewenangan berdasarkan program pemerintah; dan

b. kewenangan karena tidak adanya tenaga kesehatan lain di suatu


wilayah tempat Bidan bertugas.

(2) Kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


diperoleh Bidan setelah mendapatkan pelatihan.

(3) Pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)


diselenggarakan oleh Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah
bersama organisasi profesi terkait berdasarkan modul dan kurikulum
yang terstandarisasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

(4) Bidan yang telah mengikuti pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
berhak memperoleh sertifikat pelatihan.

18
(5) Bidan yang diberi kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) harus mendapatkan penetapan dari kepala dinas kesehatan kabupaten atau
kota

19
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Keluarga Berencana (KB) adalah usaha untuk mengukur jumlah


dan jarak anak yang diinginkan. Keluarga Berencana merupakan suatu
usaha menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan
dengan menggunakan kontrasepsi atau pencegah kehamilan. Untuk
menekan laju pertumbuhan penduduk maka di berbagai Negara dan
hampir semua Negara di dunia menggunakan cara pengaturan dan
pembatasan kelahiran dengan birth control atau di Indonesia disebut
keluarga berencana.

Kebijakan program Keluarga Berencana (KB) tercantum dalam


Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 2009 tentang
Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga. Tujuan
umumnya dari adanya program Keluarga Berencana adalah membentuk
keluarga kecil sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga,
dengan cara pengaturan kelahiran anak agar diperoleh suatu keluarga
bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.
Sedangkan ruang lingkup KB secara umum adalah kesehatan reproduksi
remaja, ketahanan dan pemberdayaan keluarga, penguatan pelembagaan
keluarga kecil berkualitas, keserasian kebijakan kependudukan,
pengelolaan Sumber Daya Manusia aparatur serta penyelenggaraan
pimpinan kenegaraan dan pemerintahan.

Organisasi-organisasi program Keluarga Berencana di Indonesia


meliputi PKBI dan BKKBN. Program KB dalam pandangan islam dilihat

20
dari segi pendorong terjadinya program KB serta pendapat dari beberapa
ulama fiqih dengan mazhab-mazhabnya.

B. Saran

Semoga apa yang telah disajikan dalam makalah yang sederhana ini,
dapat menjadikan manfaat bagi kita. Dan kami menyadari dalam
penulisan makalah ini banyak terdapat kesalahan-kesalahan dan
kekurangan, semua itu karena minimalnya pengetahuan kami. Maka kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat kontruktif untuk
kedepannya. Terima kasih.

21
DAFTAR PUSTAKA

Letter, M. 2000. Tuntunan Rumah Tangga Muslim dan Keluarga Berencana.


Medan: Angkasa Raya

Sulistyawati, Ari. 2012. Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta: Salemba


Medika

Elfindri dan Jalal, Fasli. 2014. Keluarga Berencana Inklusif. Jakarta: Badouse
Medika

Ihromi, TO. 2004. Bunga Rampai Sosiologi Keluarga. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia

Ebrahim, Abul Fadl. 1997. Aborsi, Kontrasepsi dan Mengatasi Kemandulan.


Bandung: Mizan

As syaukani, Luthfi. 1998. Politik, Ham dan Isu-isu Fiqih Kontemporer.


Bandung: Pustaka Hidayah

[1] Drs. H. Bgd. M. Leter. Tuntunan Rumah Tangga Muslim dan Keluarga
Berencana. Medan: Angkasa Raya, 2000, hal. 2

[2] Ari Sulistyawati. Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta: Salemba


Medika, 2012, hal. 13

[3] Ari Sulistyawati. Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta: Salemba


Medika, 2012, hal. 9

[4] Ari Sulistyawati. Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta: Salemba


Medika, 2012, hal. 14

[5]Elfindri dan Fasli Jalal. Keluarga Berencana Inklusif. Jakarta: Badouse


Media, 2014, hal. 108

[6] TO Ihromi. Bunga Rampai Sosiologi Keluarga. Jakarta: Yayasan Obor


Indonesia, 2004, hal. 294

[7] Abul Fadl Mohsin Ebrahim. Aborsi, Kontrasepsi dan Mengatasi


Kemandulan. Bandung: Mizan, 1997, hal. 70

22
[8] Luthfi As-syaukani. Politik, Ham dan Isu-isu Fiqih Kontemporer.
Bandung: Pustaka Hidayah, 1998, hal. 157 kepala dinas kesehatan
kabupaten/kota.

23

Anda mungkin juga menyukai