Anda di halaman 1dari 10

RESPON PERTUMBUHAN DAN HASIL LABU MADU

DENGAN PEMBERIAN PUPUK ORGANIK CAIR


RUMEN SAPI PADA TANAH ALUVIAL

Agustinus Sugiarto *1, Wasi’an 2, Dini Anggorowati 3


1
Mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura
2
Dosen Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura
3
Dosen Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura
e-mail: *1 agustinussugiarto93@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian pengaruh pupuk organik cair rumen sapi dengan berbagai konsentrasi
terhadap respon pertumbuhan dan hasil tanaman labu madu. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mencari konsentrasi pupuk organik cair rumen sapi yang memberikan pertumbuhan
dan hasil labu madu yang terbaik pada tanah aluvial. Penelitian dilaksanakan di kebun
percobaan Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura dan waktu penelitian dilaksanakan
pada tanggal 4 Mei sampai 16 Juli 2018. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap
(RAL) dengan 6 perlakuan pupuk organik cair rumen sapi (P). Masing-masing perlakuan
diulang sebanyak 4 kali, dan setiap ulangan terdiri dari 4 sampel tanaman, jadi jumlah
keseluruhan tanaman adalah 96 tanaman. Perlakuan yang dimaksud adalah pemberian pupuk
organik cair rumen sapi dengan konsentrasi : p0 = 0% (tanpa pupuk organik cair rumen sapi),
p1 = 5% (50 ml pupuk organik cair rumen sapi/950 ml air), p2 = 10% (100 ml pupuk organik
cair rumen sapi/900 ml air), p3 = 15% (150 ml pupuk organik cair rumen sapi/850 ml air),
p4 = 20% (200 ml pupuk organik cair rumen sapi/800 ml air), p5 = 25% (250 ml pupuk
organik cair rumen sapi/750 ml air). Variabel pengamatan yang diamati adalah Volume
Akar Per Tanaman (VA), Luas Daun Total Per Tanaman (LDT), Berat Kering Total Per
Tanaman (BKT), Berat Kering Akar Per Tanaman (BKA), Berat Per Buah (BB) dan
Diameter Buah Per Tanaman (DB). Hasil penelitian ini tidak didapatkan konsentrasi pupuk
organik cair rumen sapi yang terbaik namun pemberian pupuk organik cair rumen sapi pada
berbagai taraf perlakuan konsentrasi berpengaruh terhadap hasil labu madu pada tanah
aluvial yaitu pada variabel pengamatan berat dan diameter buah.
Kata kunci: Labu Madu, Pupuk Organik Cair, Aluvial.
GROWTH AND YIELD OF BUTTERNUT SQUASH AS A RESPONSE
TO THE APPLICATION OF ORGANIC FERTILIZER ORIGINATED
FROM COW RUMEN LIQUID ON ALLUVIAL SOIL

Agustinus Sugiarto *1, Wasi’an 2, Dini Anggorowati 3


1
Student of the Faculty of Agriculture, Tanjungpura University
2
Lecturers at the Faculty of Agriculture of Tanjungpura University
3
Lecturers at the Faculty of Agriculture of Tanjungpura University
e-mail: *1 agustinussugiarto93@gmail.com

ABSTRACT

Research on the effect of organic fertilizer from cow rumen liquid with various
concentrations for growth and yield of butternut squash. The purpose of this study was to
find the corrected concentrations of organic fertilizer from cow rumen liquid, which gave
the best growth and yield of butternut squash on alluvial soil. The research was carried out
in the experimental garden of the Faculty of Agriculture, Tanjungpura University and the
duration of the study approximately 3 months (May to July, 2018). The study was
designed in a Completely Randomized Design (CRD) with 6 treatments of cow rumen
liquid organic fertilizer (P). Each treatment was repeated 4 times, and each replication
consisted of 4 plant samples, so the total number of plants were 96. The treatment were a
series of the cow rumen liquid organic fertilizer application by with a concentration of p0
= 0% (without cow rumen liquid organic concentrate), p1 = 5% (50 ml of cow rumen
liquid organic concentrate in 950 ml of water), p2 = 10% (100 ml of cow rumen organic
concentrate in 900 ml of water), p3 = 15% (150 ml of cow rumen liquid organic
concentrate in 850 ml of water), p4 = 20% (200 ml of cow rumen liquid organic
concentrate in 800 ml of water), p5 = 25% (250 ml of cow rumen liquid organic
concentrate in 750 ml of water). The observed variables were the root volume of each
plant, total of plant leaf area, total of each plant dry weight, each plant dry root weight,
fruit weight of each plant, and fruit diameter of each plants. The results of this study did
not obtain the best concentration of organic fertilizer cow rumen liquid, but the
administration of organic fertilizer cow rumen liquid at various treatment levels of
concentration had an effect on the yield of butternut squash on alluvial soil, namely on the
observation variables weight and fruit diameter.

Keywords: Butternut squash, Liquid Organic Fertilizer, Alluvial soil


Pendahuluan

Labu madu termasuk dalam keluarga pembatas. Faktor pembatas tersebut yaitu
buah labu-labuan (Cucurbita moschata), dari sifat fisik, kimia dan biologt tanah aluvial
famili Cucurbitaceae, yang tergolong yang kurang baik sehingga kurang
dalam jenis tanaman sayuran menjalar dan mendukung untuk pertumbuhan dan
semusim. Labu madu yang dalam bahasa produksi tanaman labu madu secara
Inggris disebut butternut squash atau biasa maksimal. Mengingat rendahnya produksi
disebut dengan waluh (Jawa) merupakan labu madu dan faktor pembatas pada tanah
tanaman labu dengan bentuk buah seperti aluvial, maka diperlukan upaya agar dapat
polong kacang tanah. Tanaman ini telah meningkatkan produktivitas tanah. Salah
banyak dibudidayakan di negara-negara satu upaya yang dapat di lakukan yaitu
Afrika, Amerika, India dan Cina. Sejak dengan pemberian pupuk organik cair
2013, labu madu menjadi populer di (POC) rumen sapi kedalam tanah.
Indonesia, karena banyak diminati oleh POC rumen sapi merupakan salah
konsumen. satu jenis pupuk yang terbuat dari isi
Labu madu memiliki kandungan gizi rumen sapi yang kandungan unsur haranya
yang cukup lengkap diantaranya lebih dari satu unsur. Isi rumen adalah
mengandung protein, karbohidrat, beberapa makanan yang belum dicerna secara
mineral seperti kalsium, fosfor, besi, serta sempurna pada lambung pertama
beberapa vitamin yaitu vitamin A, B dan C ruminansia dan mengandung saliva,
(Sudarto, 2000). Budidaya labu madu di mikroba anaerob, selulosa, hemiselulosa,
Kalimantan Barat masih dilakukan dalam protein, lemak, karbohidart, mineral dan
skala kecil dan belum dilakukan secara vitamin (Van Soest, 1982). Salah satu
intensif oleh para petani pada umumnya, kelompok bakteri yang sangat penting
sehingga tidak ada data tentang produksi didalam rumen sapi adalah bakteri
tanaman ini di Kalimantan Barat. Dari hasil selulolitik. Isi rumen sapi diambil di
survey, di hypermart buah tanaman ini Rumah Pemotongan Hewan (RPH) di
dijual dengan harga yang cukup tinggi Nipah Kuning, kota Pontianak. POC rumen
yakni Rp 35.000/kg. Harga yang tinggi sapi berpotensi dalam memperbaiki
menjadi salah satu prospek ekonomis kesuburan tanah aluvial. Hasil analisis
tanaman ini dibudidayakan. laboratorium kimia dan kesuburan tanah
Menurut Badan Pusat Statistik Fakultas Pertanian Universitas
Kalimantan Barat tahun (2015), Tanjungpura (2017), POC mengandug pH
Kalimantan Barat memiliki luas lahan 2,77, C-Organik 0,01 %, Nitrogen total
aluvial 1.793.771 ha dari luas propinsi 0,03 %, C/N rasio 0,33, Pospor 7,29 (ppm),
14.880.700 ha. Hal ini menjadi salah satu Kalium 43,26 (ppm), Kalsium 58,03 (ppm)
potensi untuk usaha pengembangan areal dan magnesium 40,68 (ppm).
penanaman labu madu untuk memenuhi Tujuan penelitian ini adalah untuk
kebutuhan pasar. Pemanfaatan tanah mencari konsentrasi POC rumen sapi yang
aluvial untuk budidaya tanaman labu madu memberikan pertumbuhan dan hasil labu
dihadapkan pada beberapa faktor madu yang terbaik pada tanah aluvial.
Metode Penelitian

Penelitian dilaksanakan di kebun penelitian yang digunakan terlebih dahulu


percobaan Fakultas Pertanian Universitas dibersihkan sehingga bersih dari rumput
Tanjungpura dan waktu penelitian dan sisa-sisa tanaman lain. 3). persiapan
dilaksanakan pada tanggal 4 Mei sampai 16 media tanam, media tumbuh tanah aluvial
Juli 2018. Bahan yang digunakan dalam terlebih dahulu dikering anginkan dan
penelitian ini adalah benih labu madu F1, dibersihkan dari serasah yang besar dengan
tanah aluvial, pupuk organik kotoran ayam cara diayak dan kemudian dimasukkan ke
sebagai pupuk dasar, kapur dan pestisida. dalam polybag. 4). persemaian, media
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian semai untuk labu merupakan campuran
ini adalah kayu terucuk, corong, ayakan, dari tanah dan pupuk kandang dengan
dirigen, tali rapia, gelas ukur 100 ml, perbandingan 1:1 yang dimasukkan dalam
meteran, pH meter, cangkul, arit, pisau, polybag kecl. 5). penanaman, penanaman
timbangan digital, gunting, ember, drum dilakukan setelah media tanam (tanah
POC plastik 200 liter, selang 10 mm, aluvial) selesai diinkubasi selama ±2
plastik penutup drum, tali (karet), botol minggu. 6). pemberian POC, POC dari
plastik kecil, Leaf Area Meter, jangka rumen sapi diberikan dengan 2 tahap, yaitu
sorong, oven, gelas ukur 1000 ml, hand pada fase vegetatif dan fase generatif. 7).
sprayer, termohigrometer, label, kamera pemberian lanjaran dan pemeliharaan,
dan alat tulis. pemasangan tiang lanjaran di luar polybag
Penelitian menggunakan Rancangan menggunakan kayu berdiamater ± 2 cm
Acak Lengkap (RAL) dengan 6 perlakuan dan dilakukan pada waktu tanaman sudah
POC rumen sapi (P). Masing-masing berumur 2 minggu setelah tanam
perlakuan diulang sebanyak 4 kali, dan sedangkan pemeliharaannya melputi
setiap ulangan terdiri dari 4 sampel penyiraman, penyulaman, mengikat sulur
tanaman, jadi jumlah keseluruhan tanaman tanaman labu ke tiang lanjaran, penyiangan
adalah 96 tanaman. Perlakuan yang gulma, pengendalian hama dan penyakit
dimaksud adalah pemberian POC rumen serta pemangkasan tunas. 8). panen, panen
sapi dengan konsentrasi : p0 = 0% (tanpa dilakukan pada tanaman sekitar 72 HST
POC rumen sapi), p1 = 5% (50 ml POC tergantung pada tingkat perkembangan
rumen sapi/950 ml air), p2 = 10% (100 ml buah yang diinginkan. Ciri buah labu siap
POC rumen sapi/900 ml air), p3 = 15% panen yaitu warna kulit orange tua dan
(150 ml POC rumen sapi/850 ml air), p4 = mengkilap,.
20% (200 ml POC rumen sapi/800 ml air), Variabel pengamatan yang diamati
p5 = 25% (250 ml POC rumen sapi/750 ml adalah Volume Akar Per Tanaman (VA),
air). Luas Daun Total Per Tanaman (LDT),
Pelaksanaan penelitian meliputi : 1). Berat Kering Total Per Tanaman (BKT),
pembuatan POC, dilakukan 2 tahap yakni Berat Kering Akar Per Tanaman (BKA),
tahap pertama untuk fase vegetatif dan Berat Per Buah (BB) dan Diameter Buah
tahap kedua untuk fase generatif. 2). Per Tanaman (DB). Selain variabel
persiapan tempat penelitian, tempat tersebut, juga diamati keadaan lingkungan
seperti pH, suhu udara, kelembaban udara analisis keragaman menunjukkan pengaruh
dan curah hujan. nyata maka akan dilanjutkan dengan Uji
Analisis statistik dilakukan dengan Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5%,
menggunaan analisis keragaman (Gasperz, 2001).
Rancangan Acak Lengkap (RAL), jika

Hasil dan Pembahasan


A. Hasil
Hasil analisis keragaman respon tanaman, berat kering total per tanaman
pertumbuhan dan hasil labu madu dengan dan berat kering akar per tanaman, namun
pemberian POC rumen sapi pada tanah berpengaruh nyata terhadap berat buah dan
aluvial menunjukkan bahwa pemberian diameter buah. Selanjutnya untuk
POC rumen sapi pada setiap variabel mengetahui perbedaan antar perlakuan
pengamatan dengan berbagai konsentrasi yang berpengaruh nyata tersebut dilakukan
berpengaruh tidak nyata terhadap volume Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) taraf 5% yang
akar per tanaman, luas daun total per hasilnya dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Uji Beda Nyata Jujur 5% Pengaruh Konsentrasi POC Rumen Sapi terhadap Berat
Buah dan Diameter Buah

Konsentrasi POC Variabel Pengamatan


Rumen Sapi (%) Berat Buah (g) Diameter Buah (cm)
0 492,94 b 6,44 b
5 466,62 b 6,62 b
10 318,64 a 5,69 a
15 473,66 b 6,63 b
20 433,51 ab 6,70 b
25 506,21 b 6,75 b
BNJ 5% 118,81 0,60
Keteragan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berarti
berbeda tidak nyata pada uji BNJ taraf 5%

Data hasil uji BNJ pada Tabel 1 namun berbeda nyata dengan berat buah
menunjukkan bahwa berat buah (BB) pada pada 0% (kontrol, tanpa POC rumen sapi),
0% (kontrol, tanpa POC rumen sapi) konsentrasi 5%, konsentrasi 15% dan
berbeda tidak nyata dengan berat buah konsentrasi 25% POC rumen sapi.
pada konsentrasi 5%, konsentrasi 15%, Data hasil uji BNJ pada Tabel 1
konsentrasi 20% dan konsentrasi 25% POC menunjukkan bahwa diameter buah (DB)
rumen sapi, namun berbeda nyata dengan pada 0% (kontrol, tanpa POC rumen sapi)
berat buah pada konsentrasi 10% POC berbeda tidak nyata dengan diameter buah
rumen sapi. Berat buah pada konsentrasi pada konsentrasi 5%, konsentrasi 15%,
10% berbeda tidak nyata dengan berat buah konsentrasi 20% dan konsentrasi 25% POC
pada konsentrasi 20% POC rumen sapi, rumen sapi, namun berbeda nyata dengan
diameter buah pada konsentrasi 10% POC POC rumen sapi), pada konsentrasi 5%,
rumen sapi. Diameter buah pada konsentrasi 15%, konsentrasi 20% dan
konsentrasi 10% berbeda nyata dengan konsentrasi 25% POC rumen sapi.
diameter buah pada 0% (kontrol, tanpa

30.00 28.25
26.05
24.30 23.60
25.00 22.43
Volume Akar (Cm3)

21.08
20.00
15.00
10.00
5.00
0.00
0 5 10 15 20 25
Konsentrasi POC Rumen Sapi (%)

Gambar 2. Rerata Volume Akar Labu Madu

Berdasarkan Gambar 2 diketahui konsentrasi 25% POC rumen sapi


bahwa volume akar (VA) pada kontrol, menunjukkan nilai rerata tertinggi yaitu
tanpa POC rumen sapi menunjukkan nilai 28,25 cm3.
rerata terendah yaitu 21,08 cm3 sedangkan
2500.00 2341.50
2188.25 2136.25 2190.50 2135.50
2000.00 1830.50
Luas Daun (Cm2)

1500.00

1000.00

500.00

0.00
0 5 10 15 20 25
Konsentrasi POC Rumen Sapi (%)

Gambar 3. Rerata Luas Daun Labu Madu

Berdasarkan Gambar 3 diketahui konsentrasi 10% POC rumen sapi


bahwa luas daun (LD) pada kontrol, tanpa menunjukkan nilai rerata tertinggi yaitu
POC rumen sapi menunjukkan nilai rerata 2341,50 (cm2).
terendah yaitu 1830,50 (cm2), sedangkan

.
60.00 53.96 55.97
51.67 51.82

Berat Kering Tanaman (g)


50.00 48.32
39.43
40.00
30.00
20.00
10.00
0.00
0 5 10 15 20 25
Konsentrasi POC Rumen Sapi (%)

Gambar 4. Rerata Berat Kering Tanaman Labu Madu

Berdasarkan Gambar 4 diketahui 39,43 (g), sedangkan konsentrasi 25% POC


bahwa berat kering tanaman (BKT) pada rumen sapi menunjukkan nilai rerata
kontrol, tanpa POC rumen sapi tertinggi yaitu 55,97 (g).
menunjukkan nilai rerata terendah yaitu

4.50
3.90
4.00 3.59 3.58 3.59
3.51
Berat Kering Akar (g)

3.50 3.05
3.00
2.50
2.00
1.50
1.00
0.50
0.00
0 5 10 15 20 25
Konsentrasi POC Rumen Sapi (%)

Gambar 5. Rerata Berat Kering Akar Labu Madu

Berdasarkan Gambar 5 diketahui 3,05 (g), sedangkan konsentrasi 15% POC


bahwa berat kering akar (BKA) pada rumen sapi menunjukkan nilai rerata
konsentrasi 5% POC rumen sapi tertinggi yaitu 3,90 (g).
menunjukkan nilai rerata terendah yaitu

B. Pembahasan
Hasil analisis keragaman pada Tabel (N) akan terus mengecil, bahkan secara
2 menunjukkan bahwa pemberian POC cepat berubah menjadi kuning karena N
rumen sapi dengan berbagai konsentrasi yang tersedia tidak cukup untuk
berpengaruh tidak nyata terhadap volume membentuk protein dan klorofil.
akar (ml), luas daun (cm2), berat kering Setyamidjaja (1986), mengemukakan
tanaman (g) dan berat kering akar (g). bahwa apabila tanaman kekurangan unsur
Pemberian POC rumen sapi dengan N tanaman akan memperlihatkan
berbagai konsentrasi terhadap semua pertumbuhan yang kerdil.
variabel pengamatan tersebut diatas Ketersediaan unsur hara bagi
memberikan pengaruh yang sama baik atau tanaman akan membuat akar tanaman
tidak ada perbedaan antara konsentrasi berkembang dan secara otomatis dapat
yang diberikan. Meskipun demikian, dari menyerap unsur hara tersebut kemudian
hasil penelitian yang sudah dilakukan ditransportasikan ke daun untuk proses
menunjukkan bahwa pemberian POC fotosintesis. Hasil fotosintesis akan
rumen sapi masih memberikan hasil dan ditranslokasikan ke organ reproduksi
pengaruh yang berbeda-beda terhadap tanaman, sehingga dapat meningkatkan
semua variabel pengamatan dibandingkan hasil tanaman. Hasil analisis keragaman
dengan yang kontrol atau tanpa pada Tabel 2 menunjukkan bahwa
menggunakan POC rumen sapi. pemberian POC rumen sapi berpengaruh
Menurut Syarief (1986), nitrogen nyata terhadap berat buah (BB) dan
sangat diperlukan dalam pembentukkan diameter buah (DB). Walaupun berbeda
atau pertumbuhan bagian-bagian vegetatif tidak nyata pemberian POC rumen sapi
tanaman seperti meningkatnya panjang mampu meningkatkan berat dan diameter
batang dan jumlah daun. Didalam POC buah.
terdapat unsur nitrogen (N) yang berfungsi Data hasil uji BNJ pada Tabel 3
pada pertumbuhan vegetatif tanaman, menunjukkan bahwa pemberian POC
(Hadisuwito, 2012). Nitrogen merupakan rumen sapi dengan konsentrasi 25%
komponen utama klorofil daun dan juga memberikan hasil berat buah dan diameter
merupakan komponen penyusun senyawa buah tertinggi, masing-masing hasil yaitu
dalam tubuh tanaman seperti asam amino 506,21 (g) dan 6,75 (cm) dibandingkan
dan protein. dengan perlakuan pada 0% (kontrol, tanpa
Hasil analisis laboratorium kimia dan POC rumen sapi), konsentrasi 5%
kesuburan tanah Fakultas Pertanian konsentrasi 15% dan konsentrasi 20%.
Universitas Tanjungpura (2017) Ketersediaan unsur hara dalam tanah
menunjukkan bahwa tanah dan POC rumen memiliki peranan yang sangat penting
sapi yang digunakan dalam penelitian ini dalam proses perkembangan, metabolisme
masing-masing mengandung N-total dan produksi tanaman. Selain N kandungan
sebesar 0,38% dan 0,03%. Dengan jumlah fosfor pada tanaman membantu dalam
N-total yang demikian, respon tanaman pertumbuhan bunga, buah, dan biji. unsur
terhadap penambahan unsur N melalui hara fosfor sangat berperan dalam
tanah dan pemberian POC rumen sapi tidak pertumbuhan generatif, karena dapat
terlihat. Suplai unsur N sangat diperlukan, mempercepat pematangan buah.
karena tanaman yang kekurangan unsur
Hal ini sesuai dengan yang digunakan secara langsung sebagai pupuk.
dikemukakan Sudaryono (2009) bahwa Hal ini juga sesuai dengan yang
fungsi penting unsur hara fosfor bagi dikemukakan oleh Salisbury dan Ross
tanaman yaitu dalam proses fotosintesis, (1995), bahwa pertumbuhan dan
respirasi, transfer dan penyimpanan energi, perkembangan tanaman akan baik apabila
pembelahan dan pembesaran sel serta tanaman dapat menyerap unsur hara yang
proses-proses metabolisme tanaman yang tersedia di dalam tanah.
lainnya. Selain fosfor, salah satu unsur lain Menururt Hartatik dan Setyorini
yang membantu dalam pertumbuhan (2012), bahan organik merupakan sumber
tanaman adalah kalium (K). Menurut energi dan makanan bagi mikro dan meso
Bambang (2007), unsur kalium membantu fauna tanah sehingga populasinya
pembentukan protein dan karbohidrat dan meningkat. Peningkatan mikroba tanah
berperan dalam pertumbuhan tanaman. juga dapat meningkatkan laju dekomposisi
Hasil analisis laboratorium kimia dan bahan organik tersebut sehingga
kesuburan tanah Fakultas Pertanian mempengaruhi ketersediaan hara, siklus
Universitas Tanjungpura (2017), pH H2O hara dan pembentukan pori mikro maupun
tanah aluvial yang digunakan dalam makro tanah menjadi lebih baik.
penelitian ini yaitu 4,22, C-Organik 3,24%, Hasil penelitian ini juga didukung
N-Total 0,38%, kalium 0,16 (cmol (+) kg- oleh penelitian Destina (2007) yang
1
) dan P2O5 33,14 (ppm). Dengan jumlah mengatakan bahwa unsur hara makro dan
P2O5 yang cukup tersedia di dalam tanah mikro yang terkandung dalam POC
yang digunakan pada penelitian ini diduga menghasilkan pengaruh yang kompleks
mengakibatkan pemberian POC rumen sapi terhadap pembentukan dan produksi
dengan berbagai konsentrasi memberikan karbohidrat. Setelah tanaman memasuki
hasil yang sama baiknya dengan fase reproduktif, organ reproduksi lebih
konsentrasi 0% (kontrol, tanpa POC rumen dominan dalam memanfaatkan hasil
sapi). Menurut Balai Penelitian Tanah, metabolisme dan membatasi pembagian ke
2012; Rajan dkk., 1996 dalam Hartatik organ pertumbuhan vegetatif. Hal ini juga
dan Idris (2008), kelarutan fosfat alam sesuai dengan yang dikemukakan oleh
dalam tanah dipengaruhi oleh tanah, Januar dan Justika (2001), yang
tanaman, sifat fisik dan kimia fosfat alam mengatakan bahwa hasil metabolisme
itu sendiri. Tingkat kelarutan akan difokuskan untuk ditransfer ke bagian buah
menentukan kualitas fosfat alam yang guna perkembangannya.

Kesimpulan
berbagai taraf perlakuan konsentrasi
Pada penelitian ini tidak didapatkan berpengaruh terhadap hasil labu madu pada
konsentrasi POC rumen sapi yang terbaik tanah aluvial yaitu pada variabel
namun pemberian POC rumen sapi pada pengamatan berat dan diameter buah.

Daftar Pustaka
Badan Pusat Statistik Kalimantan Barat.
Salisbury, F. B., dan C. W. Ross.
1995. Fisiologi Tanaman. Publikasi
Wadsworth. California.
Setyamidjaja, D. 1986. Pupuk dan
Pemupukan. Simplex. Jakarta.

Sudarto, Y. 2000. Budidaya Waluh.


Kanisius. Yogyakarta.
Syarief, S. 1986. Kesuburan dan
Pemupukan Tanah Pertanian.
Pustaka Buana. Jakarta.
Van Soest, R. J. 1982. Nutritional Ecology
of the Ruminant. Durhom and
Downey Inc. USA

2015. Kalimantan Barat dalam Angka.


Badan Pusat Statistik Kalimantan
Barat. Pontianak.
Destina, S. 2007. Jurnal Penelitian
Pengaruh Pemberian Jenis dan
Dosis Pupuk Organik Cair Terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Tanaman
Terung (Solanum melongena L.):
Universitas Nasional Fakultas
Pertanian. Diakses tanggal 02
Agustus. 2013
Gaspersz, V. 2001. Metode Perancangan
Percobaan. Armico. Bandung.

Hadisuwito, S. 2012. Membuat Pupuk


Organik Cair. Agro Media Pustaka.
Jakarta.

Hartatik W. dan Setyorini D. 2012.


Pemanfaatan Pupuk Organik Untuk
Meningkatkan Kesuburan Tanah dan
Kualitas Tanaman. http:
balittanah.litbang.deptan.go.iddok
umentasijknispupuk 20%
organik.pdf. Diakses pada tanggal 2
Desember 2015.

Anda mungkin juga menyukai