BAB I
ILMU EVALUASI PANGAN DAN GIZI
SURVEY EKONOMI GIZI
Hari, Tanggal : Jum’at, 27 Mei 2022 Instruktur : Ayu Rastikasari, S.TP
Nama/NIM :Amelia Sagita/034 Asisten : Abrienda Jessika Dewi
PENDAHULUAN
Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara
tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi,
pengumpulan data konsumsi makanan dapat memberikan gambaran tentang
konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga dan individu. Survei ini
dapat mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan zat gizi. Pola makan
merupakan berbagai informasi yang memberi gambaran mengenai macam
dan jumlah bahan makanan yang dimakan tiap hari oleh suatu orang dan
merupakan ciri khas untuk suatu kelompok masyarakat tertentu (Susilowati,
2008).
Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara
tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi,
pengumpulan data konsumsi makanan dapat memberikan gambaran tentang
konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga dan individu. Survei ini
dapat mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan zat gizi. Pola makan
merupakan berbagai informasi yang memberi gambaran mengenai macam
dan jumlah bahan makanan yang dimakan tiap hari oleh suatu orang dan
merupakan ciri khas untuk suatu kelompok masyarakat tertentu (Susilowati,
2008).
Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara
tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi,
pengumpulan data konsumsi makanan dapat memberikan gambaran tentang
konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga dan individu. Survei ini
dapat mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan zat gizi. Pola makan
merupakan berbagai informasi yang memberi gambaran mengenai macam
dan jumlah bahan makanan yang dimakan tiap hari oleh suatu orang dan
merupakan ciri khas untuk suatu kelompok masyarakat tertentu (Susilowati,
2008).
Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara
tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi,
pengumpulan data konsumsi makanan dapat memberikan gambaran tentang
konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga dan individu. Survei ini
dapat mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan zat gizi. Pola makan
merupakan berbagai informasi yang memberi gambaran mengenai macam
dan jumlah bahan makanan yang dimakan tiap hari oleh suatu orang dan
merupakan ciri khas untuk suatu kelompok masyarakat tertentu (Susilowati,
2008).
Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara tidak langsung
dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi, pengumpulan data konsumsi
makanan dapat memberikan gambaran tentang konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat,
keluarga dan individu. Survei ini dapat mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan zat gizi.
Pola makan merupakan berbagai informasi yang memberi gambaran mengenai macam dan
jumlah bahan makanan yang dimakan tiap hari oleh suatu orang dan merupakan ciri khas
untuk suatu kelompok masyarakat tertentu (Susilowati, 2008). Zat gizi merupakan komponen
yang terdapat dalam bahan pangan yang terurai selama proses pencernaan dalam tubuh. Zat
gizi dibutuhkan tubuh dalam jumlah yang memadai untuk pertumbuhan, perkembangan dan
kebugaran tubuh. Zat gizi yang dimaksud termasuk di dalamnya air, karbohidrat, protein,
lemak, vitamin dan mineral.
Ilmu pengetahuan dan teknologi memang telah membawa perubahan besar dalam
kehidupan manusia, tidak terkecuali dalam aspek rumah tangga seperti bahan makanan yang
dikonsumsi setiap hari, baik oleh keluarga, rumah, restoran, dan sebagainya. Perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi juga telah mendorong tumbuh dan berkembangnya
pengetahuan tentang bahan makanan, seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan selera
dan keinginan yang beragam dari keluarga dan masyarakat. Bahan makanan nabati ditemukan
di mana-mana terutama di daerah pertanian yang cocok dan subur terhadap pertumbuhan dan
perkembangan tanaman, dan dapat dikonsumsi oleh masyarakat sebagai makanan. Makanan
nabati banyak dikonsumsi oleh masyarakat baik sebagai makanan pokok maupun sebagai
bahan makanan pelengkap, ini mungkin, bukan hanya karena kemudahan mendapatkannya,
tetapi juga banyak mengandung nutrisi. Beberapa bahan pangan nabati antara lain padi-
padian, padi merupakan makanan pokok masyarakat, khususnya di negara kita. Bahan
makanan hewani merupakan salah satu bahan pangan yang mempunyai kandungan gizi tinggi
yang berasal dari hewan. Telur merupakan salah satu makanan yang mengandung zat protein
tinggi karena kandungan proteinnya yang sempurna. Vitamin A, thiamin, riboflavin, dan juga
mengandung vitamin D.
Pangan merupakan kebutuhan dasar pertama yang harus dipenuhi oleh setiap makhluk
hidup. Setiap manusia memerlukan pangan untuk mendapatkan zat gizi yang bermanfaat bagi
pertumbuhan dan kesehatannya (Dr.Ir.Yaktiworo Indriani, 2015). kelompok pangan yaitu
padi-padian, umbi-umbian, pangan hewani, minyak dan lemak, buah/biji berminyak, kacang-
kacangan, gula, sayur dan buah, serta lain-lain (Hardinsyah dalam (Khoirul Anwar, 2014)).
Makanan yang merupakan sumber karbohidrat di antaranya adalah serealia, umbi-umbian,
dan buah-buahan. Protein memiliki fungsi sebagai zat pembangun dan pemelihara sel-sel
jaringan tubuh, berperan dalam transpor zat gizi (seperti lipoprotein dan transferin), dan
sebagai sumber energi. Makanan yang merupakan sumber protein adalah: telur, ikan, daging
(pangan hewani), serta kacang-kacangan, dan biji-bijian (pangan nabati). Lemak memiliki
fungsi sebagai sumber energi (menyediakan 9 kkal/g lemak), pembawa vitamin larut lemak,
sebagai pelindung bagian tubuh penting, memberi rasa kenyang dan kelezatan pada makanan,
penghemat protein (protein sparer), dan memelihara suhu tubuh. Makanan yang merupakan
sumber lemak adalah minyak. Vitamin dibedakan atas vitamin larut lemak (terdiri dari
vitamin A, vitamin D, vitamin E, dan vitamin K), dan vitamin larut air (vitamin B dan
vitamin C). Mineral dikelompokkan menjadi mineral makro (diperlukan tubuh ≥100 mg/hr)
dan mineral mikro (diperlukan tubuh < 100 mg/hari). Mineral makro di antaranya: Kalsium
(Ca), Fosfor (P), Sulfur (S) Magnesium (Mg), Kalium (K), Mineral mikro di antaranya: Besi
(Fe), Seng (Zn), Iodium (I), Selenium (Se), Tembaga (Cu) (Furkon, 2014).
HASIL DAN PEMBAHASAN
KEL. 1
Besar kandungan zat yang
diidentifikasi (per 100 g bahan) Harga (per
Kelompok
Produk Pangan 100 g Keterangan
Pangan Karbohi
Protein Lemak bahan)
drat
Jenis beras merah mengandung unsur mineral dan mengandung nutrisi yang lebih
tinggi. Beras ini memiliki warna yang khas. Ciri khasnya adalah, warna merah yang
terbentuk karena adanya antosianin pada lapisan aleuron. Lapisan aleuron inilah memiliki
banyak kandungan nutrisi dan mineral (Warta, 2005). Produk olahan dari serealia yang
disurvei adalah tepung beras, milna beras merah, dan popcorn caramel. Tepung beras sendiri
merupakan produk olahan dari beras, milna merupakan produk olahan dari beras merah,
sedangkan popcorn produk olahan dari jagung. Dari ketiga bahan tersebut yang memiliki
kandungan gizi yang tinggi milna beras merah. Sumber energi makanan berasal dari
karbohidrat, protein dan lemak (Nurjannah, 2012). Energi harus sesuai dengan kebutuhan
tubuh untuk mencegah setiap penyakit akibat gangguan metabolisme dan agar tidak terjadi
penimbunan pada energi dalam bentuk cadangan lemak pada setiap tubuh manusia (Andriani
dan Wirjatmadi, 2012). jadi untuk pemenuhan energi yang banyak mengandung karbohidrat
yakni pada beras merah tetapi untuk dikonsumsi setiap hari bisa mengonsumsi beras putih
karena kandungannya tidak beda jauh dibandingkan dengan dari olahan jagung. Beras putih
juga lebih praktis dan juga banyak ditemukan dimana – mana dibandingkan dengan olahan
serealia yang lainnya.
Tabel diatas merupakan hasil survei ekonomi gizi kelompok pangan umbi-umbian.
Varietas umbi yang disurvei antara lain kentang, singkong, dan talas. Jenis umbi-umbian
yaitu talas merupakan sumber antosianin yang dapat berfungsi sebagai antioksidan,
antimutagenik, dan antikarsinogenik. Warna ungu pada ubi jalar disebabkan oleh adanya
pewarna alami yang disebut antosianin. Produk olahan dari umbi-umbian yang disurvei
adalah pringles sebagai olahan kentang, Keripik kusuka sebagai olahan singkong, dan
Keripik deli chips sebagai olahan talas. Dari ketiga jenis olahan umbi-umbian tersebut. Bahan
olahan yang memiliki kandungan gizi tinggi adalah pringles (kentang). Dapat disimpulkan
bahwa pringles memiliki kandungan karbohidrat, serat dan lemak yang tinggi diantara
olahan yang telah disurvey, namun pringles memiliki harga yang paling mahal diantara
olahan lain yang telah disurvey yaitu Rp 20.475 per 100 g nya.
Superindo
Tabel diatas merupakan hasil survei ekonomi gizi kelompok pangan kacang-
kacangan. Varietas kacang-kacangan yang disurvei adalah kacang polong, kacang kedelai,
kacang hijau. Kedelai merupakan sumber protein, lemak, vitamin, dan mineral seperti K, Fe,
Zn, dan P. Pada bahan pangan kacang-kacangan yang telah disurvey dapat dikatahui
kandungan serat tertinggi dimiliki oleh kacang hijau yaitu sebesar 7,50 g. (Ranakusuma
2020) menjelaskan, bahwa serat makanan juga berguna mengurangi asup- an kalori.Kedelai
mengandung oligosakarida yang menyebabkan perut kembung ternyata memberikan efek
positif bagi tubuh seperti meningkatkan koloni bakteri baik (Probiotik) di usus manusia.
Produk olahan dari kacang-kacangan yang disurvei adalah v soy sebagai olahan kacang
kedelai, Sari kacang hijau (ABC) sebagai olahan kacang hijau, dan kacang polong dua kelinci
sebagai olahan kacang polong. Harga termurah dari ketiga olahan tersebut adalah sari kacang
hijau. Sebagai hasil olahan kacang hijau yang tinggi akan zat gizi.
KELOMPOK 2
Besar kandungan zat yang
diidentifikasi (per 100 g bahan) Harga (per
Kelompok
Produk Pangan 100 g Keterangan
Pangan karbohi
protein lemak bahan)
drat
Tabel diatas merupakan hasil survei ekonomi gizi kelompok pangan sayur-sayuran.
Varietas sayur-sayuran yang disurvei adalah bayam, sawi dan tomat. Tomat merupakan
sayuran yang mengandung vitamin A, vitamin C, lemak, protein dan sumber serat. Selain itu,
tomat juga mengandung likopen. Buah tomat dianggap sebagai salah satu sumber terbaik
akan produksi likopen, selain mengandung vitamin A dan C yang cukup tinggi. Buah tomat
mengandung likopen 30 - 200 mg/kg segar (Myong Rooh et al., 2013), 3 - 5 mg/L (Wenli et
al., 2001; Sunarmani dan Tanti, 2008). Produk olahan dari sayur-sayuran yang disurvei
adalah kimchi sebagai produk olahan sawi putih, kripik bayam sebagai produk olahan bayam
dan saos tomat sebagai produk olahan dari tomat. Harga termurah dari ketiga olahan tersebut
adalah saos tomat.
Tabel diatas merupakan hasil survei ekonomi gizi kelompok pangan buah-buahan.
Varietas Buah-buahan yang disurvei adalah tomat, jeruk dan apel. Jeruk merupakan buah
tahunan yang berasal dari benua Asia dan dapat dijumpai di daerah dengan iklim tropis dan
subtropis. Jeruk memiliki kandungan air, gula, asam organik, karbohidrat, protein, vitamin,
zat warna, mineral dan serat (Murtando dkk, 2016). Jeruk merupakan sumber vitamin C yang
baik dan memiliki kandungan air yang tinggi. Produk olahan dari buah-buahan yang disurvei
adalah jus jeruk adalah produk olahan jeruk, jus apel sebagai produk olahan dari apel dan
saos tomat produk olahan dari tomat. Harga termurah dari ketiga olahan tersebut jus jeruk
yang kaya akan vitamin C.
Kelompok Produk Pangan Besar kandungan zat yang Harga (per Keterangan
diidentifikasi (per 100 g bahan)
100 g
Pangan karbohi
protein lemak bahan)
drat
Tabel diatas merupakan survei hasil ekonomi gizi kelompok pangan Ikan, udang,
kerang, dan hasil laut lainnya. Jenis hasil laut yang disurvei adalah ikan peda, teri nasi,
dan tongkol. Menurut Sediaoetama dalam Romanwati Ikan kecil seperti teri memiliki
kelebihan, yaitu seluruh tubuhnya dapat dikonsumsi termasuk tulangnya yang merupakan
sumber kapur (Ca) yang baik untuk tubuh manusia. Selain kandungan gizinya yang tinggi,
harga ikan teri relatif lebih murah dibandingkan sumber protein lainnya. Produk olahan
dari hasil laut yang disurvei adalah peda goreng sebagai olahan ikan peda, teri nasi sebagai
olahan teri, dan tongkol matang sebagai olahan ikan tongkol. Ikan peda goreng memiliki
gizi yang seimbang dan pas dan untuk harga relatif murah.
KELOMPOK 3
Besar kandungan zat yang
diidentifikasi (per 100 g bahan) Harga (per
Kelompok
Produk Pangan 100 g Keterangan
Pangan Kolestro
protein lemak bahan)
l
Tabel diatas merupakan survei hasil ekonomi gizi kelompok pangan Daging, telur,
dan hasil olahannya. Jenis bahan mentah yang disurvei adalah daging ayam, daging sapi,
dan daging kambing. Dibandingkan dengan nilai gizi daging lainnya, daging kambing
lebih baik dari daging sapi dan daging ayam. Diketahui daging sapi memiliki kadar
kolestrol yang tinggi dibandingkan daging kambing dan ayam. konsumsi makanan tinggi
kolesterol dan lemak jenuh menjadi penyebab kadar kolesterol meningkat, hal ini sesuai
dengan hasil penelitian yang dilakuakan oleh Prabowo, Hastuti dan Kesuma (2013)
menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara pola konsumsi dengan kadar
kolesterol yakni semakin tinggi makanan berlemak semakin tinggi pula kadar kolesterol.
Dari ketiga daging tersebut, Kandungan gizi pada daging kambing sudah cukup baik
walaupun harga nya relatif lebih mahal.
Tabel diatas merupakan survei hasil ekonomi gizi kelompok susu. Jenis bahan mentah
yang disurvei adalah susu sapi. Berdasarkan data Kemenkes RI (TKPI), setiap 100 gram
"Susu sapi, segar" mengandung 39 μg retinol, 143 mg kalsium, 88,3 gram air dan 0,18
mg riboflavin. Ini menunjukkan bahwa kandungan retinol, kalsium, air dan riboflavin
termasuk tinggi dan cukup tinggi. Susu sapi sagar merupakan bahan pangan yang sangat
tinggi gizinya. Susu sebagai salah satu produk ternak mempunyai kandungan zat gizi yang
lengkap seperti protein, lemak, laktosa, mineral, dan vitamin. Kandungan zat gizi makro
dan mikro dari susu bermanfaat untuk meningkatkan komposisi mineral tulang,
mengecilkan resiko karies gigi, patah tulang, kekurangan energi protein, serta rakhitis
(Elwood, 2008)
Serba-
serbi
Bahan segar:
Merekomend
Teh 0,2 gr 0,004 gr 0,2 gr Rp 800
asikan kopi
karna
kandunganny
Kopi 0,5 gr 0,002 gr 0,1 gr Rp 10.000 a.
Tabel diatas merupakan survei hasil ekonomi gizi kelompok serba-serbi. Jenis bahan
mentah yang disurvei adalah teh dan kopi. teh dan kopi sama-sama memiliki kadar kafein,
Kadar kafein yang tinggi dapat meningkatkan produksi asam lambung, penggunaan yang
tinggi dari waktu ke waktu dapat menyebabkan tukak lambung dan penumpukan kolesterol.
Jika mengonsumsi kafein dalam batas normal, akan merangsang banyak daerah dalam otak
yang dapat mengatur supaya tetap terjaga (tidak mengantuk) dan konsentrasi. Tetapi jika
berlebihan dapat menimbulkan berbagai masalah yaitu rasa gelisah, insomnia, kepala pusing
dan takikardi.
KESIMPULAN
Dari survei ekonomi gizi disimpulkan pada kelompok serealia bahan pangan mentah
beras dan produk olahan yang memiliki kandungan gizi yang tinggi milna beras merah.
Jika dilihat dari kandungan gizi bahan mentah, beras merah memang memiliki gizi yang
seimbang. Pada kelompok umbi-umbian Bahan olahan yang memiliki kandungan gizi
tinggi adalah pringles (kentang). Harga termurah dari ketiga olahan tersebut adalah sari
kacang hijau. Sebagai hasil olahan kacang hijau yang tinggi akan zat gizi.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Perhitungan Kelompok 1
Rumus perhitungan (per 100 g): Harga/kandunganberat bahan x 100 g
1. Tepung beras
Berat bersih: 500 g
a. Kandungan gizi
Karbohidrat: 80 g500 x 100 g = 16 g
Protein: 7 g500 x 100 g = 1,4g
Lemak: 0,5 g500 x 100 g = 0,1g
b. Harga
8890500 x 100 g = 1.778
2. Milna :
Berat bersih: 120 g
a. Kandungan gizi
Protein : 5 g120 x 100 g = 4,17 g
Lemak : 4g120 x 100 g = 3,34 g
Karbo : 29 g120 x 100 g = 24,17 g
b. Harga
17090120 x 100 g = 14.242
3. Popcorn caramel
Berat bersih: 150 g
c. Kandungan gizi
Protein: 1 g150 x 100 g = 0,67 g
Lemak: 7 g150 x 100 g = 4,7 g
Karbo: 73 g150 x 100 g = 48,7 g
d. Harga
15990150 x 100 g = 10.660
4. Kusuka
Berat bersih: 60 g
c. Kandungan gizi
Lemak: 5 g60 x 100 g = 8,4 g
Serat: 2 g60 x 100 g = 3,4g
Karbo: 14 g60 x 100 g = 23,4g
d. Harga
559060 x 100 g = 9.317
5. Pringles :
Berat bersih: 25 g
e. Kandungan gizi
Lemak : 27,9g25 x 100 g = 111,6 g
Serat : 3,6g25 x 100 g = 14,4 g
Karbo : 62,8g25 x 100 g = 251,2 g
f. Harga
21900107 x 100 g = 20.467
6. Deli chips
Berat bersih: 20 g
g. Kandungan gizi
Lemak: 6g20 x 100 g = 30g
Serat: 2g20 x 100 g = 10 g
Karbo: 13 g20 x 100 g = 65g
h. Harga
899040 x 100 g = 22.475
7. VSOY :
Berat bersih: 300 ml
e. Kandungan gizi
Protein: 2,7g300 x 100 g = 0,9g
Lemak: 3 g300 x 100 g = 1 g
Serat Pangan: 0,6g300 x 100 g = 0,2 g
f. Harga
14.450300 x 100 g = 4.817
13. Jeruk
Natrium: 0,005gr
Vit C: 0,03mg
Serat: 1,6gr
Harga: 1500/100g
14. Apel
Natrium: 0,002gr
Vit C: 0,05mg
Serat: 2,6gr
Harga: 2500/100gr
15. Tomat
Natrium: 0,01gr
Vit C: 0,003mg
Serat: 1,5gr
Harga: 2000/100gr
i. Harga
29500340 x 100 g = 4617
17. Jus Apel:
j. Kandungan gizi
Natrium: 0,004gr
Vit C: 0,05mg
Serat: 0,2gr
k. Harga
244501000 x 100 g = 2445
18. Saos tomat:
Berat bersih: 340 g
l. Kandungan gizi
Natrium: 0,08gr
Vit C: 0,011mg
Serat: 0,9gr
m. Harga
15700340 x 100 g = 4617
27. Keju
Berat bersih: 160gr
a. Kandungan gizi
Kalsium : 10gr
Protein: 2,5gr
Lemak : 3,125gr
b. Harga
23.190160 x 100 g = 14.493
28. Yoguhrt ( Cimory)
Berat bersih : 120 g
a. Kandungan Gizi
Kalsium : 3,125gr
Protein : 1,66gr
Lemak : 1,66gr
b. Harga
9500120 x 100 g = 7.916
29. UHT
Berat bersih : 1000 g
a. Kandungan Gizi
Kalsium: 0,8gr
Protein: 25gr
Lemak : 0,8gr
b. Harga
17.3901000 x 100 g = 1.793
PENDAHULUAN
Parameter penting dalam uji sensorik antara lain bentuk, ukuran, warna, tekstur, bau,
dan rasa. Kekhasan sifat sensorik adalah penggunaan manusia sebagai instrument pengukur.
Sayuran dan buah-buahan merupakan produk holtikultura dan termasuk kedalam bahan
makanan yang sangat mudah rusak (perishable food). Hal ini disebabkan karena sayur dan
buah memiliki kadar air yang tinggi, proses respirasi yang terus berlangsung pada pasca
panen, dan adanya aktivitas enzim-enzim dan hormon yang mengkatalis terjadinya kerusakan
pada bahan. Umbi-umbian adalah nabati yang diperoleh dari dalam tanah, yaitu ubi kayu, ubi
jalar, talas, dan sebagainya. Pada umumnya umbi-umbian tersebut merupakan bahan sumber
karbohidrat terutama pati. Pengetahuan tentang karakteristik bahan pangan baik secara fisik
ataupun kimia diperlukan untuk merancang proses serta penanganan bahan.
Varietas dengan mutu fisik memiliki keterkaitan satu sama lain. Varietas pada terung,
seperti terung hijau dan terung ungu memiliki mutu fisik antara lain buah sejati tunggal dan
berdaging tebal, lunak, serta tidak akan pecah bila buah telah masak. Daging buahnya tebal,
lunak dan berair. Biji-biji terdapat bebas dalam daging buah (Sahri dan Rosdiana, dalam
(Hartati, 2020 ). Varietas pada anggur, seperti anggur merah dan hijau memiliki mutu fisik
yakni memiliki kulit yang halus berbentuk bulat atau agak melonjong, berukuran kurang
lebih 2 cm, memiliki rasa asam namun sedikit manis, dan mengandung 2-4 biji. Kemudian
varietas ubi jalar seperti ubi jalar ungu dan ubi jalar putih memiliki mutu fisik, antara lain
rasa yang manis, memiliki kulit yang bewarna ungu, putih, dan kuning, memiliki tekstur kulit
yang agak kasar, berbentuk lonjong memanjang.
Sifat spektral adalah fenomena fisik yang dapat diukur dengan dengan instrument
fisik maka sifat visual adalah fenomena psikologi yang dikenali dengan observasi
menggunakan indera mata. Jadi sifat visual yang organoleptik mempunyai kesepadanan
dengan sifat spektral yang obyektif, misalnya kilap, bening, keruh, transparan, dan bias (Dr.
Ir. Christine F. Mamuaja, 2016). Bentuk dapat dinyatakan sebagai rasio antara dimensi
seperti panjang / lebar, panjang / diameter, dan indikator lain yang sesuai. Untuk standarisasi,
setiap produk harus diindeks dengan benar (Christine, 2016). Karena jika suatu produk
memiliki warna yang menarik, secara tidak langsung akan menimbulkan rasa seseorang untuk
mencoba.
Tabel 2. Bagian yang dapat dimakan (edible portion) dari beberapa buah, sayur dan umbi
% BDD
Bahan pangan
Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Rata-rata
Anggur merah 83,3% 70% 84,61% 79,30%
Anggur hijau 84,61% 80% 72,7% 79,10%
Terong ungu 86,36% 75% 84,87% 82,07%
Terong hijau 74,49% 92% 82,35% 82,94%
Ubi jalar ungu 92,09% 92% 93,5% 92,53%
Ubi jalar putih 93,19% 88% 93,4% 91,53%
Menurut SNI 4019:2013 tentang anggur buah aroma dari sampel anggur memiliki aroma
yang netral atau khas dari anggur, sedangkan untuk rasa pada sampel Anggur ungu berbeda
dengan anggur hijau. Anggur ungu memiliki rasa yang manis, sedangkan anggur hijau
memiliki rasa asam dan manis. Meskipun rasa dari kedua anggur ini berbeda, akan tetapi
masih rasa yang normal dari buah anggur itu sendiri.
Rata-rata %BDD dari sampel anggur merah menghasilkan rata-rata 79,30%.
Sedangkan untuk anggur hijau memiliki rata-rata 79,10%. Pada sampel anggur merah
memiliki rata-rata 100% dikarenakan ada beberapa orang yang memakan seluruh bagian buah
dari buah anggur.
Dari sampel ubi jalar, ubi jalar ungu memiliki warna yang netral, sedamgkan dari ubi
jalar putih memiliki warna yang gelap. Hal ini dipengaruhi oleh faktor penyipanan,
dikarenakan ubi jalar tidak tahan jika disimpan di dalam lemari pendingin sehingga terjadi
perubahan warna ditandai dengan keluarnya warna gelap didaging umbi. Sedangkan untuk
aroma ubi jalar ungu memiliki aroma yang netral, dan ubi jalar putih memiliki aroma yang
lemah. Untuk rasa, ubi jalar ungu maupun putih memiliki rasa yang netral. Jika dibandingkan
dengan SNI 01-4493-1998 tengtang ubi jalar, kedua sampel tersebut sudah sesuai dengan
standar mutu. Hasil rata-rata dari sampel ubi jalar menghasilkan 92,53% untuk ubi jalar ungu
dan 91,53% untuk ubi jalar putih.
Pengawasan terhadap mutu buah dan sayuran sangat penting dilakukan meliputi pada
saat panen dan pasca panen. Ketika proses pengamatan fisik seperti warna dan tekstur untuk
menentukan bahwa buah dan sayur tersebut siap untuk dipanen. Beberapa mutu yang menjadi
penilaian konsumen antara lain penampilan secara visual, tekstur yang dirasakan oleh indera
mulut, cita rasa yang khususnya berhubungan dengan rasa dan aroma, kandungan gizi dan
keamanan ketika mengkonsumsi. Dari segi pengamatan sifat fisik buah dan sayuran, varietas
anggur merah dan anggur hijau memiliki penilaian warna yang netral, sedangkan pada
penilaian aroma anggur merah lebih kuat dibanding anggur hijau yang beraroma netral.
Kesimpulan
Mutu dan karakteristik pada bahan pangan akan menjadi penentu diterimanya oleh
konsumen. Dari segi sensorik konsumen lebih mempertimbangkan warna, citarasa, dan
tekstur. Dari pengamatan Untuk pengamatan sifat fisik dan bahan yang dapat dimakan pada
sampel anggur merah dan anggu hijau, terong hijau dan terong ungu, serta ubi jalar ungu dan
ubi jalar putih. Hasil yang di dapati cenderung memiliki nilai netral dari setiap segi parameter
sifat fisik yaitu aroma, rasa, dan warna.
Rata-rata %BDD dari sampel anggur merah menghasilkan rata-rata 79,30 %.
Sedangkan untuk anggur hijau memiliki rata-rata 79,10%. Pada sampel anggur merah
memiliki rata-rata 100% dikarenakan ada beberapa orang yang memakan seluruh bagian buah
dari buah anggur. Hasil rata rata dari % BDD dari sampel terong menghasilkan 82,07% untuk
terong ungu dan 82,94% untuk terong hijau. Hasil rata-rata dari sampel ubi jalar
menghasilkan 92,53% untuk ubi jalar ungu dan 91,53% untuk ubi jalar putih.
Daftar Pustaka
Anisa Narullita, S. W. (2013). SIFAT FISIK UBI JALAR (UBI JALAR GISTING
KABUPATEN TANGGAMUS DAN JATI AGUNG KABUPATEN LAMPUNG
SELATAN) PADA DUA METODE PENYIMPANAN. Jurnal Teknik Pertanian
Lampung, 2(3), 133-146.
Christine. (2016). Pengawasan Mutu Dan Keamanan Pangan. In Unsrat Press (Vol. 44, Issue
8).
Hartati, N. A. ( 2020 ). PENGGUNAAN MEDIA TANAM HIDROPONIK TERHADAP
PRODUKTIVITAS PERTUMBUHAN TANAMAN TERONG (Solanum
melongena). Oryza Jurnal Pendidikan Biologi , 14-20.
Prakasa, Bima Elga., dkk. (2016). Laporan Hasil Praktikum Ilmu Bahan Makanan Dasar
Karakteristik Sayuran dan Karakteristik Umbi-Umbian. Politeknik Negeri Jember.
Jember.
Pardede, E. (2009). Buah dan Sayur Olahan Secara Minimalis. VISI, 245-254.
Victoria Vallen Paath, F. W. (2017). KAJIAN PENGEMASAN TERHADAP MUTU
TERUNG UNGU (Solanum melongena L) SELAMA PENYIMPANAN. ejournal
unsrat.
LAPORAN PRAKTIKUM
BAB III
ILMU EVALUASI PANGAN DAN GIZI
PERHITUNGAN KEBUTUHAN GIZI & SURVEI KONSUMSI PANGAN
PENDAHULUAN
Dalam kehidupan manusia sehari-hari, orang tidak terlepas dari makanan karena
makanan adalah salah satu persyaratan pokok untuk manusia, disamping udara. Agar
makanan dapat berfungsi seperti itu maka makanan yang kita makan sehari-hari tidak hanya
sekedar makanan. Makanan harus mengandung zat-zat tertentu sehingga memenuhi fungsi
tersebut, dan zat-zat ini disebut gizi. Kondisi gizi seseorang dipengaruhi zat pangan yang
masuk dalam tubuh serta kemampuan tubuh manusia dalam menyerap zat tersebut. Ukuran
tubuh. Semakin besar ukuran tubuh maka semakin besar pula kebutuhan kalorinya. 2) Usia.
Anak-anak dan remaja butuh kalori lebih tinggi dibanding orang dewasa atau tua karena
digunakan untuk pertumbuhan. 3) Jenis kelamin. Laki–laki umumnya membutuhkan lebih
banyak kalori karena fisiologis laki-laki mempunyai lebih banyk otot dan juga lebih aktif. 4)
Aktivitas pekerjaan yang dilakukan. Pekerja berat akan membutuhkan kalori dan protein
lebih besar dari pada mereka yang bekerja sedang maupun ringan.
Besarnya kebutuhan kalori tergantung banyaknya otot yang dipergunakan untuk
bekerja serta lamanya penggunaan otot-otot tersebut. Selainitu protein yang diperlukan juga
lebih tinggi dari normal karena harus mengganti atau membentuk jaringan baru yang lebih
banyak dari keadaan biasa untuk mempertahankan agar tubuh dapat bekerja secara normal. 5)
Kondisi tubuh tertentu. Pada orang yang baru sembuh dari sakit, wanita hamil akan
membutuhkan kalori dan zat gizi yang lebih banyak. 6) Kondisi lingkungan. Saat musim
penghujan membutuhkan kalori lebih tinggi dibandingkan saat musim panas. Dimana
tambahan 14 kalori pada tempat-tempat dingin diperlukan untuk mempertahankan suhu
tubuh.
Prinsip mencukupi kebutuhan energi yaitu seimbang, apabila jumlah kalori lebih dari
kebutuhan yang diperlukan oleh tubuh, dapat mengakibatkan peningkatan berat badan
(obesitas) serta dapat meningkatkan risiko mengidap berbagai macam penyakit, khususnya
penyakit degeneratif. Apabila jumlah kalori kurang dari kebutuhan, akan terjadi penurunan
berat badan serta penurunan fungsi organ tubuh, karena tidak mendapat asupan yang sesuai
dengan kebutuhan. Pola makan seimbang yaitu mengkonsumsi makanan yang terdiri dari
beragam jenis makanan sesuai kebutuhan kalori harian yang dibutuhkan. Keseimbangan
dalam mengkonsumsi makanan dapat menentukan kesehatan seseorang (Irma Eka.A.N.,
2015). rekomendasi Badan Kesehatan Dunia (WHO, 2003) adalah untuk tidak mengonsumsi
karbohidrat lebih dari 55 -75% dan protein tidak melampaui 10-15% dari total asupan energi.
Secara nasional rata-rata asupan karbohidrat sebesar 243,9 gram, lemak sebesar 52,9 gram
dan protein sebesar 61,2 gram (SKMI, 13 2014). Kemudian dari masing-masing asupan zat
gizi tersebut dapat dihitung kontribusinya terhadap total asupan energi, menunjukkan bahwa
proporsi karbohidrat paling tinggi (57,4%) terhadap total asupan energi.
Survei diet atau penilaian konsumsi makanan adalah salah satu metode yang
digunakan dalam penentuan status gizi perorangan atau kelompok. Banyak pengalaman
membuktikan bahwa dalam melakukan penilaian konsumsi makanan (survei dietetik) banyak
terjadi bias tentang hasil yang diperoleh. Hal ini disebabkan oleh beberapa factor, antara lain:
ketidaksesuaian dalam menggunakan alat ukur, waktu pengumpulan data yang tidak tepat,
intrumen tidak sesuai dengan tujuan, ketelitian alat timbang makanan, kemampuan petugas
pengumpulan data, daya ingat responden, daftar komposisi makanan yang digunakan tidak
sesuai dengan makanan yang dikonsumsi responden, dan interpretasi hasil yang kurang tepat.
Tujuan dari survei konsumsi pangan yaitu untuk mengetahui kebiasaan makan dan gambaran
tingkat kecukupan bahan makanan dan zat gizi pada tingkat kelompok, rumah tangga, dan
perorangan serta faktor-faktor yang berpengaruh terhadap konsumsi makanan tersebut.
Usia = 20th
BB = 51kg
TB = 159cm
Aktivitas = aktivitas sedang
I. Pembahasan
Penilaian tingkat kecukupan energi dan zat gizi makro dilakukan menggunakan
metode 24-h Recall. Data yang didapat berupa menu makanan yang dikonsumsi selama 1 hari
atau 24 jam kebelakang lalu dikonversi dalam bentuk gram/kkal. Tingkat kecukupan energi
dan zat gizi makro dikatakan kurang apabila asupan >80% AKG, dapat dikatakan cukup
apabila asupan mencapai 80%- 100% AKG dan lebih apabila >100% AKG (Muslimah dkk,
2017). Berdasarkan peraturan menteri kesehatan republik indonesia nomor 28 tahun 2019
tentang angka kecukupan gizi yang dianjurkan untuk masyarakat indonesia terdapat informasi
terkait kecukupan gizi dan energi berdasarkan kelompok usia manusia. Kecukupuan gizi ini
meliputi protein, lemak, karbohidrat, dan energi. Energi dibutuhkan oleh tubuh untuk
mempertahankan hidup, menunjang pertumbuhan, dan melakukan aktivitas fisik. Energi
diperoleh dari karbohirat, protein, dan lemak suatu bahan makanan (Febrinsa dkk, 2016).
Dapat dilihat dari perhitungan AMB kebutuhan kalori harian dengan total zat gizi
menu saya sudah mencukupi yaitu 2.300,75 kkal dari jumlah kebutuhan gizi saya 2.289,56
kkal. Pada kebutuhan makro harian seperti protein melebihi total gizi menu harian yaitu
110,905 sehingga di didapatkan presentase sebesar 100,48% Asupan protein kurang atau
lebih tidak berpengaruh pada perubahan berat badan karena kelebihan asupan protein tidak
disimpan oleh tubuh seperti yang terjadi pada kelebihan energi (Febrinsa dkk, 2016).
sedangkan kebutuhan gizi yang di dapat dari perhitungan sebesar 85,858 sehingga didapat
presentase sebesar 129,172%. Pada kebutuhan makro harian lemak kurang mencukupi yaitu
total gizi menu harian sebesar 56,5 sedangkan kebutuhan gizi yang di dapat dari perhitungan
sebesar 63,59% sehingga didapat presentase sebesar 88,85% konsumsi tinggi lemak dalam
jangka waktu yang panjang dapat meningkatkan risiko terjadinya kegemukan (gizi lebih dan
obesitas) dan meningkatkan berat badan, sehingga kandungan lemak pada makanan perlu
diperhatikan (Widodo, 2014).. Pada kebutuhan makro harian karbohidrat sudah mencukupi
yaitu total gizi menu harian sebesar 348.63 sedangkan kebutuhan gizi yang di dapat dari
perhitungan sebesar 343,434 sehingga didapat presentase sebesar 101,51%. Namun konsumsi
karbohidrat perlu diperhatikan karena kelebihan asupan karbohidrat juga akan menjadi
cadangan lemak didalam tubuh melalui proses de novo lipogenesis yang apabila terus terjadi
penumpukan akan menyebabkan kegemukan (Putri dkk, 2017). Walaupun karbohidrat
memiliki peranan yang penting dalam menghasilkan energi.
KESIMPULAN
Kebutuhan kalori bisa dihitung berdasarkan gender, umur, tinggi dan berat badan,
komposisi tubuh, aktivitas, serta kondisi fisik seseorang. Penilaian tingkat kecukupan energi
dan zat gizi makro dilakukan menggunakan metode 24-h Recall. Data yang didapat berupa
menu makanan yang dikonsumsi selama 1 hari atau 24 jam kebelakang lalu dikonversi dalam
bentuk gram/kkal.
Kecukupan gizi individu harus berada dalam kondisi minimal mengikuti standar
kecukupan gizi. Standar tersebut harus mencukupi dari segi kecukupan energi, protein,
lemak, karbohidrat, dan serat makanan yang diperlukan tubuh. Untuk hasil yang dapat saya
anilasa adalah saya harusnya mengkonsumsi variasi dalam pemilihan menu makan serta
penambhan asupan dalam bentuk buah dan sayur , serta pentingnya melakukan aktivitas fisik
lain seperti olahraga untuk menjaga kesehatan tubuh.
DAFTAR PUSTAKA
Ajidarma, M. (2019). aplikasi Perhtiungan Kebuthan kalori dan Perhitungan Kalori dari
Makanan yang Dikonsumsi. surakarta: PROGRAM STUDI INFORMATIKA
FAKULTAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH SURAKARTA.
Anata, Fepy S.2015. “Dietary Assesment of Individual Leve (24 Hours
Recall)”.http://www.academia.edu/20206133/DIETARY_ASSESSMENT_OF_INDI
VIDU AL_LEVEL_24_HOURS_RECALL_. Diakses pada tanggal 07 November
2018.
Atikah Rahayu, F. Y. (2018). MODUL SKILL LAPANGAN DASAR-DASAR GIZI (IBN-204)
(Program Regular). Yogyakarta: CV Mine.
Aulia, Z., Rahmadya, B., & Hersyah, M. H. (2016). Alat pengukur angka kecuku
Departemen Gizi dan Kesehatan masyarakat. (2012). Gizi dan Kesehatan Masyarakat.
Jakarta: Rajawali Pers.
Hardinsyah et al. 2001. Pengembangan Konsumsi Pangan Dengan Pendekatan Pola Pangan
Harapan. Bogor: Pusat Studi Kebijakan Pangan dan Gizi Institut Pertanian Bogor.
Hermanto, M. A. dan. (2013). Dinamika Konsumsi Pangan Mayarakat Indonesia. Panel
Petani Nasional: Rekonstruksi Agenda Peningkatan 122 Kesejahteraan Petani, 18, i.
Hidayanti, R. N., Riyanto, S., & Rahma, A. (2015). Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang
Infeksi Kecacingan dengan Status Gizi Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Gambut
Kabupaten Banjar Tahun 2015. Jurkessia, 6(1), 26–31.
Irma E. A. N. (2015). “Pengembangan Aplikasi Untuk Mengetahui Kebutuhan Kalori”.
Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Muslimah M, N., Angkasa, D., & Melani, V. (2017). Hubungan tingkat kecukupan energi dan
zat gizi makro dengan status gizi warga binaan lapas anak wanita Tangerang. Nutrire
Diaita, 9(2), 59–66. https://doi.org/https://doi.org/10.47007/nut.v9i02.2201
Pusat pendidkan sumber daya manusia kesehatan badan pengembangan dan pemberdayaan
sumber daya manusia kesehatan edisi tahun 2018
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2018/09/Survey-
KonsumsiPangan_SC.pdf. Diakses pada tanggal 12 November 2018
Putri VR, Angkasa D, Nuzrina R. (2017). Konsumsi Fast Food, Soft Drink, Aktivitas Fisik,
dan Kejadian Overweight Siswa Sekolah Dasar di Jakarta. Indones J Hum
Nutr.;4(1):48–58.
Sayekti, A. S. (2008). POLA KONSUMSI PANGAN RUMAH TANGGA DI WILAYAH
HISTORIS PANGAN BERAS DAN NONBERAS DI INDONESIA. litbang
pertanian, 201-218.
Valentina, A. I. (2013). Hubungan Regulasi Diri Dengan Status Gizi pada Remaja Akhir di
Kota Denpasar. Jurnal Psikologi Udayana, 43-53.
Widodo, G.M. (2014). Hubungan antara asupan lemak dengan status gizi pada WUS Suku
Madura di Kecamatan Kedungkandang Kota Malang Tahun 2014. Indonesia Journal
of Human Nutrition, 1(1), 12.
LAPORAN PRAKTIKUM
BAB IV-VI
ILMU EVALUASI PANGAN DAN GIZI
AKTIVITAS ANTIOKSIDAN, TOTAL FENOL DAN FLAVONOID
Hari, Tanggal : Jumat, 27 Mei 2022 Instruktur : Ayu Rastikasari, S.TP
Nama/NIM : Amelia Sagita/034 Asisten : Abrienda Jessika Dewi
PENDAHULUAN
Kakao (Theobroma cacao) merupakan salah satu komoditi hasil perkebunan Indonesia
yang dapat diolah menjadi produk kokoa dan cokelat yang mengandung antioksidan alami.
Biji kakao mengandung senyawa polifenol yang berperan sebagai antioksidan. Polifenol
golongan flavonoid terutama katekin dan epikatekin adalah komponen utama dalam biji
kakao (osakabe et al., 1998). Kandungan polifenol dalam produk kakao bervariasi dari 3,3-
6,5 mg/g bubuk kakao (Tamrin, 2012). Menurut yuliatmoko (2007), kandungan total
polifenol dalam bubuk kokoa lebih tinggi dibandingkan dalam anggur maupun teh. Mutu biji
kakao sangat dipengaruhi oleh sifat genetis tanaman, lingkungan fisik, praktik budi daya, dan
penanganan pascapanen seperti pemanenan, fermentasi, pencucian, pengeringan, dan
pengangkutan (Putra dan Wartini 1998). Dalam perdagangan, dikenal adanya pengkelasan
biji kakao berdasarkan berat biji (bean count). Biji kakao termasuk kelas AA jika jumlah biji
per 100 g contoh maksimum 85 biji, kelas A berkisar 86100 biji, kelas B 101110 biji, kelas
C 111120 biji, dan kelas S lebih dari 120 biji (BSN 2008).
Konsumsi kakao yang kaya flavonoid memberikan efek peningkatan aktivitas antiradikal
bebas dalam darah setelah dua jam mengonsumsi cokelat. Bubuk kakao bebas lemak yang
berasal dari perkebunan Indonesia mempunyai aktivitas antiradical bebas pada sel limfosit
manusia secara in 19 vitro. Penelitian tersebut juga membuktikan bahwa bubuk kakao bebas
lemak tidak bersifat toksik terhadap sel limfosit (Rein, et al, 2000; Zarisman 2006).
Tujuan praktikum yaitu menginvestigasi kadar total fenol dan total flavonoid serta aktivitas
antioksidan pada cocoa nibs dan cocoa powder dan mengevaluasi hubungan antara aktivitas
antioksidan dengan kadar total fenol dan total flavonoid pada cocoa nibs dan cocoa powder
Bahan yang digunakan antara lain cocoa nibs dan cocoa powder, DPPH, Etanol,
Aseton, Buffer asetat (Na asetat + asam asetat glasial) 300 mM (pH 3,6) dalam HCL 40 mM,
2,4,6-tripydyl-s-triazine (TPTZ) 10 mM, HCL 40 mM dan FeCl 3.6H2O 60 mM. dan alat yang
diperlukan antara lain Pipet mikro, pipet ukur, kertas whatman no.1, sentifus, vortex,
homogenizer, orbital shaker, spektrofotometer UV-VIS dan Corong buchner. Metode dalam
persiapan Sampel (Ekstrak etanol cocoa nibs / powder) yaitu Cocoa nibs yang telah digiling
dan cocoa powder dimaserasi dengan etanol 70% selama 2 jam pada suhu 50°C di atas orbital
shaker (sampel : etanol = 1: 25). Kemudian campuran disaring menggunakan kertas
Whatman no. 1 melalui corong buchner
Bahan yang diperlukan adalah ekstrak etanol cocoa, folin ciocalteau, Na2Co3 7%,
larutan standar asam galat konsentrasi 250 mg/L (buat pengenceran 50-250 mg/L). Alat yang
digunakan yaitu pipet mikro, pipet ukur, vortex, spektrofotometer UV-VIS. Metode awal
adalah ekstrak etanol cocoa sebanyak 0,5 mL dicampur dengan 0,5 mL akuades. Sebanyak
500µL reagen Folin-Ciocalteau ditambahkan ke dalam larutan ekstrak. Setelah 3 menit, untuk
menetralkan reaksi antara Folin dan larutan ekstrak, ditambahkan 1 mL natrium karbonat /
Na2CO3 (20%, w/v). Tambahkan akuades hingga volume akhir campuran mencapai 10 mL.
Campuran dihomogenkan dan didiamkan selama 60 menit di tempat gelap pada suhu ruang.
Absorbansi campuran diukur pada panjang gelombang 765 nm dengan spektrofotometer UV-
VIS. Penentuan kadar total fenol dilakukan dengan melakukan ploting nilai absorbansi pada
kurva standar asam galat. Kadar total fenol dinyatakan dalam miligram ekivalen asam galat
per gram berat kering cocoa (mg GAE/g)
Bahan yang digunakan yaitu ekstrak etanol cocoa, etanol 96%, AlCl 3. 6H2O (10%),
NaNO2 (5%), NaOH (1 N) dan larutan standar kuersetin (20 µg/ml, 40 µg/ml, 60 µg/ml, 80
µg/ml, dan 100 µg/ml). Alat : pipet mikro, pipet ukur, labu takar, vortex, dan
spektrofotometer UV-VIS. Metode yang pertama sebanyak 1 mL ekstrak etanol cocoa
dimasukkan ke dalam labu takar 10 mL yang telah berisikan 4 mL akuades. NaNO 2 (5%)
sebanyak 0,3 mL ditambahkan ke dalam labu takar. Campuran didiamkan selama 5 menit
pada suhu ruang. Setelahnya, 0,3 mL AlCl3.6H2O (10 %) juga ditambahkan ke dalam
campuran dan didiamkan kembali selama 6 menit pada suhu ruang. NaOH (1 M) sebanyak 2
mL ditambahkan ke dalam campuran. Akuades ditambahkan ke dalam campuran hingga
mencapai tanda tera (10 mL) labu takar. Absorbansi larutan (setelah warna pink muncul)
diukur panjang gelombang 510 nm dengan spektrofotometer UV-VIS. Penentuan kadar total
flavonoid dilakukan dengan melakukan ploting nilai absorbansi pada kurva standar kuersetin.
Kadar total flavonoid dinyatakan dalam miligram ekivalen kuersetin per gram berat kering
kokoa (mg Q / g).
Sebanyak 1 ml ekstrak etanol kokoa dicampur dengan 5 mL larutan stok DPPH (0,1
mmol/L). larutan stok DPPH dibuat fresh menggunakan pelarut etanol 96%.Campuran di
campur hingga menyatu. Kemudian campuran didiamkan selama 20 menit pada suhu 20 C di
tempat gelap. Absorbansi campuran diukur pada panjang gelombang 517 nm dengan
spektrofotometer UV-VIS. Sebelumnya, absorbansi larutan fresh DPPH diukur terlebih
dahulu. Akuades dan vitamin C digunakan sebagai blanko dan standar. Nyatakan aktivitas
antioksidan dalam bentuk persentase penghambat terhadap radikal DPPH dengan perhitungan
berikut :
Reagent FRAP disiapkan dengan cara mencampurkan 300 mM buffer asetat (pH 3.6),
10 mM larutan TPTZ dan 20 mM larutan FeCl3.6H2O dengan rasio 10:1:1 pada suhu 37 C.
Sebanyak 3 mL reagent FRAP di masukkan ke dlam tabung uji. 100 µL sampel dan 300 µL
akuades ditambahkan ke dalam tabung uji. Campuran reagent FRAP, sampel dan akuades
diinkubasi pada suhu 37 C selama 4 menit. Absorbansi campuran diukur pada panjang
gelombang 593 nm menggunakan spektrofotometer UV-VIS. Larutan standar yang
digunakan adalah FeSO 4.7H2O dengan series konsentrasi dari 200-1000 µL. Nilai
konsentrasi sampel diperoleh dari perhitungan dengan cara memasukkan nilai absorbansi ke
dalam persamaan garis pada kurva standar.
Parameter
Total Fenol Total Flavonoid
Sampel (mg GAE / g ekstrak ) (mg QE / g ekstrak )
I II III Rata- I II III Rata-
Rata Rata
Cocoa nibs 0,70 0,69 0,45 0,61% 1,11 7,55 1,61 3,42%
Cocoa powder 2,88 1,68 2,95 2,50% 9,86 0,56 1,83 4,08%
b. Aktivitas Antioksidan
Tabel 2. Aktivitas Antioksidan
Metode
DPPH IC50 FRAP
Sampel (ppm) (μM Fe / g ekstrak )
2+
Cocoa powder 7990 3790 8200 6660 0,92 0,65 0,95 0,84
Pada Tabel 1 total fenol sampel cocoa nibs memiliki rata-rata 0,61% dan sampel
cocoa powder memiliki rata-rata 2,50%. Selanjutnya untuk hasil total flavonoid, sampel
cocoa nibs memiliki rata-rata 3,42% sedangkan sampel cocoa powder memiliki rata-rata
4,08%. Flavonoid merupakan bagian dari fenol, sehingga jumlahnya lebih rendah ataupun
sama dengan total fenol. Hal ini dapat disebabkan karena proses ekstraksi yang dilakukan
hanya dalam waktu ± 10 menit sehingga tidak diduga tidak semua senyawa fenol terekstrak.
Ekstraksi sampel dilakukan penyaringan yang menyebabkan kadar lemak dalam ekstrak
berkurang, sedangkan pada penelitian ini, tidak dilakukan pemisahan lemak, sehingga
menyebabkan senyawa fenolik lebih sedikit yang terekstrak.
Dilihat dari Tabel 1 total fenol sampel cocoa nibs memiliki rata-rata 0,61% dan
sampel cocoa powder memiliki rata-rata 2,50%. dan untuk hasil total flavonoid, sampel cocoa
nibs memiliki rata-rata 3,42% sedangkan sampel cocoa powder memiliki rata-rata 4,08%.
Seperti yang terdapat pada penelitian sebelumnya dengan judul Kandungan Flavonoid Dan
Total Fenol Pada Bubuk Kakao Fermentasi, kandungan total flavonoid pada bubuk kakao
fermentasi sebesar 11,81% dan kandungan total fenol sebesar 13,7%. Hasil ini menunjukkan
bahwa kakao bubuk fermentasi masih mempunyai kandungan senyawa antioksidan dan
polifenol yang berfungsi untuk kesehatan. Bubuk kakao yang diproses dari biji fermentasi
mempunyai flavour dan citarasa khas yang dibutuhkan untuk industri pembuatan makanan
dan minuman cokelat, beda dengan bubuk kakao yang berasal dari biji non fermentasi yang
tidak memunculkan citarasa khas cokelat. Penurunan terbesar kandungan flavonoid pada
bubuk kakao alami dan perubahan pada flavanol monomer disebabkan oleh perlakuan
alkalisasi, yang dapat mempengaruhi aktivitas antioksidan dan ketersediaan polifenol pada
produk bubuk kakao
Aktivitas antioksidan ekstrak cocoa nibs dan powder diperoleh dari hasil absorbansi
DPPH pada panjang gelombang 517 nm. Pada hasil analisis aktivitas antioksidan ekstrak
cocoa nibs dan powder dapat dilihat adanya penurunan nilai absorbansi DPPH yang diberi
larutan uji dibandingkan terhadap kontrol positif Kuersetin pada setiap kenaikan konsentrasi.
Kadar flavonoid total yang diperoleh berkorelasi terhadap kadar fenolik dari sampel, Hasil
tersebut merupakan data awal untuk dikorelasikan terhadap aktivitas antioksidan dari masing-
masing sampel. Hal ini sesuai dengan Damayanthi, et al (2010) bahwa semakin rendah nilai
absorbansi maka semakin tinggi aktivitas antioksidannya. Berdasarkan ke-3 ulangan data di
atas, data pada ulangan 1 dan 2 yang telah sesuai, hal ini dapat dilihat dari data yang semakin
tinggi nilainya, sehingga garis yang dibentuk menjadi linear. Data pada ulangan 3 tidak
membentuk garis liniar, hal ini disebabkan adanya kesalahan dalam masa inkubasi.
Ketidaksesuaian ini mempengaruhi perhitungan % inhibibisi yang tidak maksimal dan grafik
yang tidak linier.
KESIMPULAN
Flavonoid merupakan bagian dari fenol, sehingga jumlahnya lebih rendah ataupun
sama dengan total fenol. Ekstraksi sampel dilakukan penyaringan yang menyebabkan kadar
lemak dalam ekstrak berkurang, sedangkan pada penelitian ini, tidak dilakukan pemisahan
lemak, sehingga menyebabkan senyawa fenolik lebih sedikit yang terekstrak. Pada hasil
analisis aktivitas antioksidan ekstrak cocoa nibs dan powder dapat dilihat adanya penurunan
nilai absorbansi DPPH yang diberi larutan uji dibandingkan terhadap kontrol positif
Kuersetin pada setiap kenaikan konsentrasi. Kadar flavonoid total yang diperoleh berkorelasi
terhadap kadar fenolik dari sampel, Hasil tersebut merupakan data awal untuk dikorelasikan
terhadap aktivitas antioksidan dari masing-masing sampel
DAFTAR PUSTAKA
Aprillia, D.N. and Suryadarma, P., 2020. Pemanfaatan Biji Kakao dalam Pembuatan Olahan
Selai Cokelat. Jurnal Pusat Inovasi Masyarakat (PIM), 2(3), pp.445-450.
Ariyanti, M. and Wahyuni, W., 2019, December. KANDUNGAN FLAVONOID DAN
TOTAL FENOL PADA BUBUK KAKAO FERMENTASI. In Seminar Nasional
Hasil Penelitian & Pengabdian Kepada Masyarakat (SNP2M) (pp. 76-79).
Cahyaningsih, E., Yuda, P.E.S.K. and Santoso, P., 2019. Skrining fitokimia dan uji aktivitas
antioksidan ekstrak etanol bunga telang (Clitoria ternatea L.) dengan metode
spektrofotometri uv-Vis. Jurnal Ilmiah Medicamento, 5(1).
Tristantini, D., Ismawati, A., Pradana, B.T. and Jonathan, J.G., 2016. Pengujian aktivitas
antioksidan menggunakan metode DPPH pada daun tanjung (Mimusops elengi L).
In Seminar Nasional Teknik Kimia Kejuangan (p. 1).
Zakaria, Fransiska R., and Bambang Pontjo Priosoeryanto. "EFEK KONSUMSI MINUMAN
BUBUK KAKAO (Theobroma cacao L.) BEBAS LEMAK TERHADAP SIFAT
ANTIOKSIDATIF LIMFOSIT SUBYEK PEREMPUAN [The Effect of Fat Free
Cocoa (Theobroma Cacao L.) Powder Drinks Consumption on Antioxidative
Activity of Lymphocyte of Women Subjec." Jurnal Teknologi dan Industri
Pangan 23, no. 1 (2012): 81-81.
Zarisman SZ.2006. Potensi imunomodulator bubuk kakao bebas lemak sebagai produk sub
standar secara in vitro pada sel limfosit manusia. Skiripsi sarjana. Jurusan Ilmu dan
Teknologi Pangan, IPB, Bogor
LAMPIRAN
Kelompok 1 :
0,0582=0,0079 x 92,08
= =0,709
100
0,0582
x= =7,36
0,0079
b. Nibs
y=0,0079 x−0,0222
0,032=0,0079 x−0,0222 M x Vkuvet x FP
=
g x 1000
0,032+0,222=0,0079 x
6,86 x 2,5 x 1
0,0542=0,0079 x =
0,1 x 1000
0,0542
x= =6,86 17,15
0,0079 = =0,17
100
Kelompok 2
1. Kadar Total Fenol
a. Powder M x Vkuvet x FP
y=0,006 x +0,032 =
g x 1000
0,436=0,006 x+ 0,032 67,3 x 2,5 x 5
=
0,436−0,032=0,006 x 0,5 x 1000
0,404=0,006 x 841,25
= =1,68
500
0,404
x= =67,3
0,006
b. Nibs
y=0,006 x +0,032 M x Vkuvet x FP
=
g x 1000
0,871=0,006 x+0,032
139,8 x 2,5 x 1
=
0,5 x 1000
1747,5
= =3,49
500
0,871−0,032=0,006 x
0,839=0,006 x
0,839
x= =139,8
0,006
2. Kadar Total Flavonoid
a. Powder
y=0,0004 x−0,0036
0,238=0,0004 x−0,0036
M x Vkuvet x FP
0,238+0,0036=0,0004 x =
g x 1000
0,2416=0,0004 x
604 x 2,5 x 5
0,2416 =
x= =604 1 x 1000
0,0004
7550
b. Nibs = =7,55
1000
y=0,0004 x−0,0036
M x Vkuvet x FP
0,086=0,0004 x−0,0036 =
g x 1000
0,0036+ 0,086=0,0004 x 224 x 2,5 x 5
=
0,0896=0,0004 x 1 x 1000
0,0896 560
x= =224 = =0,56
0,0004 1000
3. DPPH
a. Powder
IC50 : y=16,241 x−11,616
50=16,241 x−11,616
50+11,616=16,241 x
61,616=16,241 x
61,616
x=
16,241
mg
¿ 3,79 =3.790 pmm( sangat lemah)
ml
b. Nibs
y=5,1564 x −151,161
50=5,1564 x−151,161
50+51,161=5,1564 x
201,161=5,202 x
201,161
x=
5,1564
mg
¿ 39,0 =39000 pmm( sangat lemah)
ml
4. Frab
a. Powder
M x Vkuvet x FP
y=0,0079 x−0,0222 =
g x 1000
0,019=0,0079 x −0,0222
5,21 x 2,5 x 1
=
0,019+0,222=0,0079 x 0,1 x 1000
0,0412=0,0079 x 65,125
= =0,65
0,0412 100
x= =5,21
0,0079
b. Nibs M x Vkuvet x FP
=
y=0,0079 x−0,0222 g x 1000
0,035=0,0079 x −0,0222 7,24 x 2,5 x 1
=
0,1 x 1000
0,0325+0,222=0,0079 x
18,1
0,0572=0,0079 x = =0,18
100
0,0572
x= =7,24
0,0079
Kelompok 3
1. Kadar Total Fenol
a. Powder
y=0,006 x +0,032 M x Vkuvet x FP
=
g x 1000
0,374=0,006 x +0,032
118 x 2,5 x 5
0,374−0,032=0,006 x =
0,5 x 1000
0,708=0,006 x
1475
= =2,95
0,708 500
x= =118
0,006
b. Nibs M x Vkuvet x FP
y=0,006 x +0,032 =
g x 1000
0,575=0,006 x+ 0,032 90,5 x 2,5 x 5
=
0,575−0,032=0,006 x 0,5 x 1000
0,543=0,006 x 226,25
= =0,45
500
0,543
x= =90,5
0,006
2. Kadar Total Flavonoid
a. Powder M x Vkuvet x FP
y=0,0004 x−0,0036 =
g x 1000
0,055=0,0004 x−0,0036 146,5 x 2,5 x 5
=
0,055+0,0036=0,0004 x 1 x 1000
0,0586=0,0004 x 1831,25
= =1,83
1000
0,0586
x= =146,5
0,0004
b. Nibs
y=0,0004 x−0,0036
0,254=0,0004 x−0,0036
0,0036+ 0,254=0,0004 x M x Vkuvet x FP
=
0,2576=0,0004 x g x 1000
3. DPPH 1610
= =1,61
a. Powder 1000
IC50 : y=17,498 x−93,5628
50=17,498 x−93,5628
50+93,5628=17,498 x
143,562=17,298 x
143,562
x=
17,298
mg
¿ 8,20 =8.200 pmm( sangat lemah)
ml
b. Nibs
y=2,8504 x−50,674
50=2,8504 x−50,674
50+50,674=2,8504 x
100,674=2,8504 x
100,674
x=
2,8504
mg
¿ 35,3 =3530 pmm(sangat lemah)
ml
4. Frap
a. Powder
M x Vkuvet x FP
y=0,0079 x−0,0222 =
g x 1000
0,038=0,0079 x−0,0222
7,62 x 2,5 x 1
=
0,038+0,222=0,0079 x 0,1 x 1000
0,0602=0,0079 x 95,25
= =0,95
0,0602 100
x= =7,62
0,0079
b. Nibs
y=0,0079 x−0,0222
M x Vkuvet x FP
0,042=0,0079 x−0,0222 =
g x 1000
0,042+0,222=0,0079 x 8,12 x 2,5 x 1
=
0,0642=0,0079 x 0,1 x 1000
0,0642 20,3
x= =8,12 = =0,20
0,0079 100