Anda di halaman 1dari 9

Nisa – Produksi Nata de Soya

Jurnal Teknologi Pertanian 3(2) – 2002

Penurunan Tingkat Pencemaran Limbah Cair (Whey) Tahu pada Produksi Nata de
Soya (Kajian Waktu Inkubasi)

Pollution Level Reduction of Tofu Waste Water in Nata de Soya Production (Incubation
Time Study)

Fithri Choirun Nisa


Staf Pengajar Jur. THP Fak Tek. Pertanian Unibraw

Abstrak
Kegiatan pertanian, baik proses pra panen atau pasca panen akan menghasilkan limbah yang
cukup besar dan memberikan kontribusi terhadap pencemaran lingkungan. Limbah industri pengolahan
tahu merupakan salah satu limbah industri pertanian yang perlu mendapatkan perhatian.
Penelitian ini bertujuan menentukan waktu inkubasi optimum pembuatan nata de soya dalam
usaha memanfaatkan limbah cair (whey) industri tahu dan sekaligus mengurangi tingkat pencemaran
lingkungan yang diakibatkannya. Analisis yang dilakukan pada penelitian ini adalah analisis terhadap
limbah cair (whey) tahu dan nata yang dihasilkan. Analisis terhadap whey tahu meliputi analisis kadar
nitrogen, kadar gula reduksi, pH, dan kadar COD (Chemical Oxygen Demand) sedangkan analisis
setelah waktu inkubasi yang bervariasi (10, 12, 14, 16, dan 18 hari) terdiri dari analisis terhadap nata
yang dihasilkan, meliputi berat dan tebal nata, dan analisis terhadap cairan sisa pembuatan nata,
meliputi volume dan kadar COD.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa waktu inkubasi optimum pembuatan nata adalah 14 hari
yang memberikan hasil nata, yaitu tebal 4,75 mm dan berat basah 24,58 g dan penurunan kadar COD
46,22%. Hasil ini diperoleh dari 200 ml whey tahu dengan penambahan sukrosa dan ekstrak kecambah
10% (b/v) dan 0,5% (v/v).

Abstract
The waste from pre and post harvesting may cause environmental problem. This problem
need to be solved. The waste water (whey) from tofu production is one of that always be produced in
large amount.
The objective of this research was to use whey of tofu to produce nata de soya and to reduce
environmental pollution by varying incubation time. Total nitrogen, reducing sugar, COD value, and
pH were analyzed in initial whey of tofu. Thickness and weight of nata that produced, volume and
COD (Chemical Oxygen Demand) value of whey residue were observed after 10, 12, 14, 16, and 18
days.
The optimum incubation time for nata production was 14 days with the thickness and the wet
weight of nata that produced are 4,75 mm and 24,58 g, respectively and COD reduction 46,22%. These
results were derived from 200 ml whey that enriched by sucrose 10% (w/v) and mungbean sprout
extract 0,5% (v/v)

93
Nisa – Produksi Nata de Soya
Jurnal Teknologi Pertanian 3(2) – 2002

mereduksi dari limbah terutama bahan


PENDAHULUAN
organik. COD merupakan jumlah oksigen
Kegiatan pertanian, baik proses yang diperlukan untuk mengoksidasi
pra panen atau pasca panen akan senyawa organik yang terkandung dalam
menghasilkan limbah yang cukup besar bahan buangan selama aktivitas biologi
dan memberikan kontribusi terhadap tidak dapat mencakup senyawa-senyawa
pencemaran lingkungan. Emisi organik (Barnes, 1981).
pencemaran dari limbah pertanian dan
Kontribusi terhadap penecemaran
limbah industri diperkirakan meliputi (per
lingkungan akan bertambah besar dengan
ton bahan) karbon monooksida sebesar
semakin banyaknya industri tahu baik
1,59 kg, sulfur dioksida sebesar 18,75 kg,
dalam skala besar ataupun skala indutri
oksida nitrogen sebesar 3,75 kg, senyawa
rumah tangga. Menurut Hastuti dan
organik 22,05 kg, dan padatan renik
Raharjo (1983), limbah dari proses
sebesar 30 kg (Suryo, 1990).
pembuatan tahu berupa air bekas cucian
Limbah industri mempunyai kedelai, air rendaman kedelai, ampas tahu,
pengertian sisa proses produksi, dapat dan cairan sisa penggumpalan tahu
berupa padatan, cairan, atau gas, yang (whey). Bahan buangan cair pabrik
dianggap tidak mempunyai nilai ekonomi pengolahan tahu terutama berasal dari air
lagi bagi industri yang bersangkutan rendaman kedelai, air dari tirisan kedelai
(Harsanto, 1991 dalam Lupihananto, setelah perendaman, air dari hasil
1991). pemisahan curd (whey), dan air yang
Limbah pengolahan pangan pada keluar saat pengepresan berlangsung
umumnya ditandai dengan adanya (whey).
kandungan benda padat yang tinggi dan Upaya untuk mengurangi
BOD (Biologycal Oxygen Demand) yang pencemaran limbah (khususnya limbah
tinggi, dalam hubungannya dengan bahan organik), penanganannya lebih
buangan dari limbah rumah tangga diutamakan dilakukan secara biologi. Hal
(Buckle, et al., 1987). Pada pembuatan ini disebabkan karena sistem biologik baik
tahu, misalnya, secara umum masih yang terkendali maupun tidak terkendali
dilakukan secara tradisional atau merupakan sistem utama yang digunakan
sederhana, dan limbah cairnya masih untuk menangani limbah organik (Jenie
mengandung senyawa organik terutama dan Rahayu, 1993). Degradasi limbah
protein dan karbohidrat dan kedua secara biologik merupakan proses yang
senyawa ini mempunyai nilai BOD yang berlangsung secara alamiah.
cukup tinggi.
Untuk mendapatkan jenis
Kebutuhan biologi akan oksigen makanan baru sekaligus mengatasi polusi
atau BOD (Biological Oxygen Demand) limbah industri atau pertanian, perlu
dan kebutuhan kimiawi akan oksigen atau adanya penanganan terpadu. Salah satu
COD (Chemical Oxygen Demad) dari cara terpadu yang mungkin adalah
bahan buangan merupakan parameter pemanfaatan limbah yang masih
penting untuk menyatakan tingkat mengandung bahan organik melalui proses
pencemaran air limbah. Jumlah oksiegen bioteknologi sederhana dengan bantuan
yang dibutuhkan untuk mengoksidasi mikrobia bakteri asam cuka (Acetobacter
bahan organik secara biologi dalam waktu xylinum) untuk mendapatkan suatu produk
dan suhu tertentu disebut dengan kadar baru, yaitu nata, yang dapat dikonsumsi
BOD. Kadar BOD menunjukkan sifat-sifat dengan aman dan tidak mengurangi rasa

93
Nisa – Produksi Nata de Soya
Jurnal Teknologi Pertanian 3(2) – 2002

estetika. Menurut Mendoza (1961), nata Inkubasi


adalah padatan berwarna putih, tidak larut,
Hasil inokulasi medium
bersifat seperti gelatin yang merupakan
fermentasi dengan starter tersebut
lapisan tipisa dari sel dan polisakarida
dilakukan penyimpanan pada suhu
yang dibentuk oleh bakteri Acetobacter
28±3°C. Lama inkubasi bervariasi, yaitu
xylinum. Sedangkan Dimaguila (1976)
10, 12, 14, 16, dan 18 hari.
menyatakan bahwa substansi nata itu
sendiri adalah selulosa. Variasi lama inkubasi ini dapat
digunakan untuk menentukan waktu
optimal untuk pembentukan nata dan
METODE PENELITIAN penurunan kadar COD.
Bahan Analisis
Bahan-bahan yang digunakan Analisis pada tahap awal yaitu
dalam penelitian ini adalah limbah cair yang dilakukan pada bahan baku (whey)
(whey) tahu dari industri pembuatan tahu meliputi analisis total nitrogen metode
di daerah Ngaglik, Sleman, isolat murni mikro Kjeldahl, gula reduksi metode
bakteri Acetobacter xylinum diperoleh dari Nelson Somogyi, kadar COD (American
Laboratorium Bioteknologi, PAU Pangan Public Health Association, 1976), dan pH.
dan Gizi UGM, Yogyakarta, gula pasir Analisis yang dilakukan setelah proses
(sukrosa), ekstrak kecambah yang inkubasi meliputi analisis pada nata, yaitu
diperoleh dengan merebus 100 g tebal dan berat nata dan analisis pada
kecambah dengan 200 ml air selama 30 cairan sisa pembuatan nata meliputi
menit, dan bahan-bahan kimia untuk volume dan kadar COD.
analisis gula reduksi, total nitrogen, dan
COD diperoleh dari Laboratorium Kimia
Biokimia Pertanian, Fakultas Teknologi HASIL DAN PEMBAHASAN
Pertanian UGM, Yogyakarta.
Karakteristik Fisik dan Kimia Whey
Tahu
Jalannya Penelitian Proses pembuatan nata dari whey
tahu merupakan teknologi terapan yang
Inokulasi
diadopsi dari teknologi pembuatan nata de
Tahap ini merupakan tahap coco dengan mengganti air kelapa dengan
pencampuran antara medium fermentasi whey tahu sebagai substrat fermentasinya.
dengan starter. Medium fermentasi Hal ini berdasarkan pada kesamaan
merupakan whey tahu sebanyak 200 ml komponen nutrisi penyusun whey dengan
yang sudah diperkaya dengan sukrosa air kelapa yang berupa bahan organik,
10% (b/v) dan ekstrak kecambah 0,5% terutama kandungan sumber karbon dan
(v/v) dan disterilisasi. Starter yang nitrogennya. Menurut Pandolai (1958)
digunakan dibuat dengan jalan mengambil dalam Woodroof (1970), air kelapa
sebagian dari whey yang telah disterilisasi, mengandung 0,8% gula reduksi, 0,05%
kemudian diinokulasi dengan kultur murni nitrogen, 4,74% zat padat total dan
bakteri A. xylinum dan diinkubasi pada beberapa mineral.
suhu 28±3°C selama 48 jam.
Hasil analisis pada whey tahu
yang digunakan dalam penelitian ini dapat
dilihat pada Tabel 1.

93
Nisa – Produksi Nata de Soya
Jurnal Teknologi Pertanian 3(2) – 2002

lebih cepat. Setelah hari ke-14 terjadi


peningkatan berat dan tebal nata yang
Tabel 1. Karakteristik fisik dan kimia
kecil.
whey tahu
Hasil analisis statistik (Tabel 2
Parameter analisis Nilai
dan 3) menunjukkan bahwa variasi waktu
inkubasi secara umum akan memberikan
tebal dan berat nata yang berbeda nyata
Nitrogen 1,36 %
antar perlakuan. Hal ini menunjukkan
Gula reduksi 1,40 % bahwa semakin lama waktu inkubasi
sampai batas tertentu akan memperbanyak
COD 238.000 mg/L
nata yang diperoleh, karena dengan
pH 5,0 semakin lamanya waktu inkubasi akan
memberikan kesempatan bakteri tersebut
untuk memproduksi nata lebih lama.
Dari hasil analisis tersebut
Tabel 2. Tebal nata yang dihasilkan
menunjukkan bahwa whey tahu
sebagai pengaruh waktu
merupakan limbah dengan kandungan
inkubasi dengan medium
COD yang sangat tinggi tetapi cukup
fermentasi whey tahu 200 ml
potensial untuk dimanfaatkan sebagai
yang diperkaya dengan sukrosa
media pertumbuhan mikrobia, dalam hal
10% (b/v) dan ekstrak
ini bakteri pembentuk nata. Tetapi untuk
kecambah 0,5% (v/v)
memperoleh hasil nata yang optimal
diperlukan nutrisi secara eksogen berupa
sumber karbon dan nirogen. Menurut
Waktu inkubasi Tebal nata
Jenie dan Rahayu (1993), dalam sistem
biologis mikrobia dapat menggunakan (hari) (mm)
limbah untuk sintesis dan respirasi
10 2,75 a
endogenous, dan dengan penambahan
nutrisi secara eksogenous, sintesis dan 12 3,25 ab
respirasi berlangsung lebih banyak.
14 4,75 bc
16 5,50 cd
Tebal dan Berat Nata
18 5,75 d
Hasil nata yang diperoleh dari 200
ml limbah cair (whey) tahu dengan
penambahan gula dan ekstrak kecambah Keterangan: Angka-angka yang diikuti
10% (b/v) dan 0,5% (v/v) dapat dilihat oleh huruf yang sama menunjukkan tidak
pada Gambar 1. adanya perbedaan yang nyata pada taraf
uji 5%.
Gambar 1 menunjukkan bahwa
sintesis selulosa pada pembentukan nata Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa
berlangsung terus selama fermentasi. pengaruh lama inkubasi terhadap tebal
Penambahan berat dan tebal nata nata yang dihasilkan tidak semuanya
meningkat sampai hari ke-18. Pada hari memberikan hasil yang berbeda nyata,
ke-10 sampai ke-14 terjadi peningkatan tetapi perbedaan itu terlihat dengan
berat dan tebal nata yang nyata, yang semakin lamanya waktu inkubasi.
berarti bahwa proses fermentasi berjalan

93
Nisa – Produksi Nata de Soya
Jurnal Teknologi Pertanian 3(2) – 2002

30 Tebal nata (mm) Berat nata (g)

25

20

15

10

0
10 12 14 16 18
Waktu inkubasi (hari)

Gambar 1. Tebal dan berat nata sebagai pengaruh waktu inkubasi

Dari hasil analisis statistik Keterangan: Angka-angka yang diikuti


diperoleh bahwa berat dan tebal nata pada oleh huruf yang sama menunjukkan tidak
hari ke-14 berbeda nyata dengan inkubasi adanya perbedaan yang nyata pada taraf
hari ke-10 dan ke-12, tetapi tidak berbeda uji 5%.
nyata dengan hari ke-16 dan ke-18.
Pemanenan nata dari whey tahu
Dengan demikian waktu inkubasi
pada hari ke-14 memberikan hasil nata
yang optimum adalah selama 14 hari.
yang optimum. Hal ini disebabkan karena
Tabel 3. Berat nata yang dihasilkan pada awal fermentasi kebutuhan nutrisi
sebagai pengaruh waktu dan aerasi oksigen tercukupi dengan baik,
inkubasi dengan medium sehingga terjadi kenaikan jumlah sel dan
fermentasi whey tahu 200 ml membentuk lapisan selulosa yang semakin
yang diperkaya dengan sukrosa lama akan mengalami penebalan nata ke
10% (b/v) dan ekstrak arah bawah. Setelah proses fermentasi 14
kecambah (0,5%) hari, kematian bakteri semakin meningkat
dan jumlah bakteri pada cairan medium
Waktu inkubasi Berat nata
menurun. Hal ini disebabkan karena
(hari) (g berat basah) bakteri A. xylinum merupakan bakteri
yang bersifat kemoheterotrofik dan aerob.
10 9,10 a
Bakteri kemoheterotrofik adalah bakteri
12 11,90 a yang menggunakan bahan organik sebagai
sumber energi dan karbon (Jenie dan
14 24,58 bc
Rahayu, 1993). A. xylinum menggunakan
16 25,01 bc sukrosa sebagai sumber energi dan sumber
18 26,09 c karbon yang kemudian mensintesanya
menjadi selulosa secara ekstraseluler,

93
Nisa – Produksi Nata de Soya
Jurnal Teknologi Pertanian 3(2) – 2002

sehingga sel-sel bakteri akan terperangkap 218.300 mg/L (Jenie dan Rahayu, 1993),
di dalam lapisan fibriler selulosa. Semakin sedangkan sisa pembuatan keju
lama inkubasinya, persediaan nutrisi mulai mempunyai nilai BOD 32.000 mg/L
berkurang sehingga akan meningkatkan (Buckle, 1985 dalam Purnawijayanti,
persaingan antar bakteri untuk 2001). Menurut Jenie dan Rahayu (1993),
mempertahankan kehidupannya. Selain itu nilai-nilai COD selalu lebih tinggi dari
semakin lama waktu inkubasi, semakin nilai BOD, sehingga nilai COD dari sisa
tebal lapisan selulosa yang terbentuk, pembuatan keju lebih besar dari 32.000
maka mengurangi aerasi oksigen ke dalam mg/L.
medium fermentasi yang berarti
Pada pembuatan nata, diperlukan
mengurangi jumlah oksigen yang terlarut
tambahan sukrosa yang merupakan
dalam medium fermentasi sehingga
sumber karbon bagi mikrobia dan ekstrak
suasana medium fermentasi menjadi
kecambah yang merupakan sumber
anaerob.
nitrogen. Kedua bahan tersebut
sebenarnya akan menaikkan kadar COD
bagi limbah, akan tetapi setelah bakteri A.
Kadar COD Cairan Sisa Pembuatan
xylinum memanfaatkan bahan-bahan
Nata
tersebut untuk pertumbuhan dan
COD merupakan salah satu pembentukan nata, dengan sendirinya
parameter yang dapat digunakan untuk kandungan bahan organik tersebut akan
menentukan tingkat pencemaran limbah. menurun juga, sehingga hal ini akan
Menurut Jenie dan Rahayu (1993), uji menurunkan kadar COD karena kebutuhan
COD adalah suatu pembakaran kimia oksigen untuk merombak bahan organik
secara basah dari bahan organik dalam tersebut semakin sedikit. Menurut
sampel. Walaupun metode COD tidak Whistler et al. (1976), pada medium yang
mampu mengukur limbah yang dioksidasi mengandung gula, bakteri A. xylinum
secara biologik, metode COD mempunyai dapat memecah komponen gula dan
nilai praktis. Nisbah COD dan BOD dapat mampu membentuk suatu polisakarida
digunakan untuk menduga pemecahan yang tidak beracun yang dikenal dengan
atau teroksidasinya limbah secara relatif. nama “ekstraseluler selulosa”. Sedang
Nisbah COD dan BOD yang rendah menurut Soeseno (1984), energi yang
menunjukkan fraksi nonbiodegradasi timbul dari proses perombakan gula
kecil. tersebut digunakan untuk menjalankan
Kadar COD awal dari limbah cair metabolisme zat dalam sel bakteri
tahu diketahui sebesar 238.000 mg/L atau tersebut.
47.600 mg dalam 200 ml whey, hal ini Pada Tabel 4 dapat kita lihat
menunjukkan bahwa whey yang langsung bahwa pada pembuatan nata tersebut
dibuang ke badan air cukup selain terjadi pengurangan kadar COD
membahayakan karena dapat mencemari pada bahan ternyata juga mengurangi
air. Menurut Jenie dan Rahayu (1993) A. jumlah air pada whey tersebut. Hal ini
xylinum sebagai bakteri kemoheterotrofik disebabkan karena air yang ada pada whey
merupakan bakteri terpenting dalam tersebut selama pembentukan nata ada
penanganan air limbah karena bakteri- sebagian yang terperangkap ke dalam nata
bakteri ini akan memecah bahan organik. tersebut.
Kadar COD pada whey tahu ini
mendekati nilai COD darah sapi yaitu

93
Nisa – Produksi Nata de Soya
Jurnal Teknologi Pertanian 3(2) – 2002

Tabel 4. Kadar COD, volume, dan nilai juga dengan penurunan volume cairan sisa
COD aktual cairan sisa menyebabkan penurunan nilai COD aktual
pembuatan nata sebagai yang lebih besar. Pada hari ke-14, terjadi
pengaruh lama inkubasi dengan penurunan kadar COD cairan sisa sebesar
media fermentasi whey tahu 46,22% dari COD whey awal dan
yang diperkaya dengan sukrosa penurunan nilai COD aktual sebesar
10% (b/v) dan ekstrak 52,40%.
kecambah 0,5% (v/v)

Nilai COD pada cairan sisa


Waktu Kadar Volume Nilai pembuatan nata ini masih cukup tinggi,
inkubasi COD cairan COD sehingga masih perlu adannya penanganan
cairan sisa aktual lanjut sebelum dibuang ke lingkungan.
(hari)
sisa cairan Pada penelitian ini digunakan kultur
(ml)
sisa tunggal bakteri A. xylinum, sedangkan
(mg/L)
menurut Jenie dan Rahayu (1993), bakteri
(mg)
menggunakan nutrien secara selektif, oleh
karena itu diperlukan kultur campuran
dalam penanganan limbah. Setiap jenis
0 238.00 200 47.600
bakteri mempunyai kelompok senyawa
0
10 182 - yang dapat dimetabolisme yang berbeda.
- Dengan demikian kultur campuran
12 176,5 97.428
mempunyai kemampuan untuk
552.00
14 171 22.656 memetabolisme berbagai jenis senyawa.
0
16 163,5 8.272
128.00
18 0 163,5 1.336 KESIMPULAN
44.000 Limbah cair (whey) tahu dapat
dimanfaatkan sebagai bahan baku
8.000
pembuatan nata sekaligus dapat
menurunkan kadar CODnya. Waktu
inkubasi optimum pembuatan nata adalah
Gambar 2 memperlihatkan bahwa
penurunan COD mengalami penurunan 14 hari dengan hasil tebal nata 4,75 mm
dan berat basah nata 24,58 gram dari 200
yang tajam setelah hari ke-12. Kadar COD
ml whey yang diperkaya dengan sukrosa
untuk whey awal sebelum dilakukan
10% dan ekstrak kecambah 0,5%. Kadar
penambahan sukrosa dan ekstrak
dan penurunan COD cairan sisa yang
kecambah adalah 238.000 mg/L whey atau
47.600 mg dalam 200 ml whey. Dengan dicapai adalah 128.000 mg/L dan 46,22%
dengan kadar COD awal whey tahu
demikian kadar COD larutan sisa
238.000 mg/L.
pembuatan nata yang berada di bawah
kadar COD whey awal adalah waktu
inkubasi 14 hari dan sesudahnya. Pada
Perlu ada penelitian lebih lanjut
hari ke-14, COD larutan sisa adalah
tentang penambahan mineral pada
128.000 mg/L atau 22.656 mg dalam 171
medium fermentasi untuk meningkatkan
ml cairan sisa pembuatan nata. Penurunan
hasil nata.
kadar COD setelah hari ke-12 yang diikuti

93
Nisa – Produksi Nata de Soya
Jurnal Teknologi Pertanian 3(2) – 2002

Cairan sisa pembuatan nata masih Jenie, B.L. dan Rahayu, W.D., 1993.
mempunyai nilai COD yang tinggi Penanganan Limbah Industri
sehingga perlu penanganan lebih lanjut Pangan. Cetakan ke-9, Penerbit
sebelum dibuang ke lingkungan baik itu Kanisius, Yogyakarta
secara fisik, kimia, atau biologik dengan
menggunakan kultur campuran.
Lupihananto, L.A., Nurheriyanti, V.B.,
Ucapan Terima Kasih
Kusmini, R., Rokhmiyati, N., dan
Ucapan terima kasih yang Bawono, I.Y., 1991. Penanganan
sebesar-besarnya kepada Ir. M. Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit
Nurcahyanto, M.Sc yang telah secara Biologis Menggunakan
memberikan bimbingan dan saran juga Candida lypolitica. Jurusan PHP,
rekan-rekan Moestijanto, Tri Wastono, FTP UGM, Yogyakarta
Budi Baskoro, dan Hani Rina Halim atas
kerjasamanya selama penelitian.
Mendoza, 1961. Philippines Foods, Their
Processing and Manufacture.
DAFTAR PUSTAKA Published in the Philippines by
the author

Barnes, D., 1981. Water and Waste Water


Engineering System. The Pitman Purnawijayanti, H.A., 2001. Sanitasi,
Publishing Ltd., Messachusset Higiene, dan Keselamatan Kerja
dalam Pengolahan Makanan,
Penerbit Kanisius, Yogyakarta
Buckle, K.A., Edwards, R.A., Fleet, G.H.,
and Wooton, M., 1987.
(Penerjemah: Purnomo, H. dan Suryo, 1990. Biogas Sebagai Sumber
Adiono), Ilmu Pangan, UI Press, Energi Pedesaan. Makalah
Jakarta Lokakarya Pengembangan Energi
Non Konvensional. Dirjen
Ketenagaan, Dep. Pertambangan
Dimaguila, L.S., 1976. The Nata de Coco- dan Energi RI, Jakarta
Chemical Nature and Properties of
nata. The Philippines
Agriculturiest, 51 (6): 475-484 Whistler, R.L. and Miller, J.N.B., 1989.
Polysacharides and Their
Derivative. Academis Press. New
Hastuti, P. dan Rahardjo, A.P., 1983. York
Pengolahan Hasil Tanaman
Serealia dan Palawija. Direktorat
Menengah Kejuruan. Depdikbud, Woodroof, J.G., 1970. Coconut,
Jakarta Production, Processing Product.
westport Connecticut. The AVI
Publishing, Co., Inc., London

93
Nisa – Produksi Nata de Soya
Jurnal Teknologi Pertanian 3(2) – 2002

Kadar COD (mg/L) Nilai COD aktual (mg)

600000

500000

400000

300000

200000

100000

0
12 13 14 15 16 17 18

Gambar 2. Kadar COD dan nilai COD aktual sebagai pengaruh waktu inkubasi

93

Anda mungkin juga menyukai