Penurunan Tingkat Pencemaran Limbah Cair (Whey) Tahu pada Produksi Nata de
Soya (Kajian Waktu Inkubasi)
Pollution Level Reduction of Tofu Waste Water in Nata de Soya Production (Incubation
Time Study)
Abstrak
Kegiatan pertanian, baik proses pra panen atau pasca panen akan menghasilkan limbah yang
cukup besar dan memberikan kontribusi terhadap pencemaran lingkungan. Limbah industri pengolahan
tahu merupakan salah satu limbah industri pertanian yang perlu mendapatkan perhatian.
Penelitian ini bertujuan menentukan waktu inkubasi optimum pembuatan nata de soya dalam
usaha memanfaatkan limbah cair (whey) industri tahu dan sekaligus mengurangi tingkat pencemaran
lingkungan yang diakibatkannya. Analisis yang dilakukan pada penelitian ini adalah analisis terhadap
limbah cair (whey) tahu dan nata yang dihasilkan. Analisis terhadap whey tahu meliputi analisis kadar
nitrogen, kadar gula reduksi, pH, dan kadar COD (Chemical Oxygen Demand) sedangkan analisis
setelah waktu inkubasi yang bervariasi (10, 12, 14, 16, dan 18 hari) terdiri dari analisis terhadap nata
yang dihasilkan, meliputi berat dan tebal nata, dan analisis terhadap cairan sisa pembuatan nata,
meliputi volume dan kadar COD.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa waktu inkubasi optimum pembuatan nata adalah 14 hari
yang memberikan hasil nata, yaitu tebal 4,75 mm dan berat basah 24,58 g dan penurunan kadar COD
46,22%. Hasil ini diperoleh dari 200 ml whey tahu dengan penambahan sukrosa dan ekstrak kecambah
10% (b/v) dan 0,5% (v/v).
Abstract
The waste from pre and post harvesting may cause environmental problem. This problem
need to be solved. The waste water (whey) from tofu production is one of that always be produced in
large amount.
The objective of this research was to use whey of tofu to produce nata de soya and to reduce
environmental pollution by varying incubation time. Total nitrogen, reducing sugar, COD value, and
pH were analyzed in initial whey of tofu. Thickness and weight of nata that produced, volume and
COD (Chemical Oxygen Demand) value of whey residue were observed after 10, 12, 14, 16, and 18
days.
The optimum incubation time for nata production was 14 days with the thickness and the wet
weight of nata that produced are 4,75 mm and 24,58 g, respectively and COD reduction 46,22%. These
results were derived from 200 ml whey that enriched by sucrose 10% (w/v) and mungbean sprout
extract 0,5% (v/v)
93
Nisa – Produksi Nata de Soya
Jurnal Teknologi Pertanian 3(2) – 2002
93
Nisa – Produksi Nata de Soya
Jurnal Teknologi Pertanian 3(2) – 2002
93
Nisa – Produksi Nata de Soya
Jurnal Teknologi Pertanian 3(2) – 2002
93
Nisa – Produksi Nata de Soya
Jurnal Teknologi Pertanian 3(2) – 2002
25
20
15
10
0
10 12 14 16 18
Waktu inkubasi (hari)
93
Nisa – Produksi Nata de Soya
Jurnal Teknologi Pertanian 3(2) – 2002
sehingga sel-sel bakteri akan terperangkap 218.300 mg/L (Jenie dan Rahayu, 1993),
di dalam lapisan fibriler selulosa. Semakin sedangkan sisa pembuatan keju
lama inkubasinya, persediaan nutrisi mulai mempunyai nilai BOD 32.000 mg/L
berkurang sehingga akan meningkatkan (Buckle, 1985 dalam Purnawijayanti,
persaingan antar bakteri untuk 2001). Menurut Jenie dan Rahayu (1993),
mempertahankan kehidupannya. Selain itu nilai-nilai COD selalu lebih tinggi dari
semakin lama waktu inkubasi, semakin nilai BOD, sehingga nilai COD dari sisa
tebal lapisan selulosa yang terbentuk, pembuatan keju lebih besar dari 32.000
maka mengurangi aerasi oksigen ke dalam mg/L.
medium fermentasi yang berarti
Pada pembuatan nata, diperlukan
mengurangi jumlah oksigen yang terlarut
tambahan sukrosa yang merupakan
dalam medium fermentasi sehingga
sumber karbon bagi mikrobia dan ekstrak
suasana medium fermentasi menjadi
kecambah yang merupakan sumber
anaerob.
nitrogen. Kedua bahan tersebut
sebenarnya akan menaikkan kadar COD
bagi limbah, akan tetapi setelah bakteri A.
Kadar COD Cairan Sisa Pembuatan
xylinum memanfaatkan bahan-bahan
Nata
tersebut untuk pertumbuhan dan
COD merupakan salah satu pembentukan nata, dengan sendirinya
parameter yang dapat digunakan untuk kandungan bahan organik tersebut akan
menentukan tingkat pencemaran limbah. menurun juga, sehingga hal ini akan
Menurut Jenie dan Rahayu (1993), uji menurunkan kadar COD karena kebutuhan
COD adalah suatu pembakaran kimia oksigen untuk merombak bahan organik
secara basah dari bahan organik dalam tersebut semakin sedikit. Menurut
sampel. Walaupun metode COD tidak Whistler et al. (1976), pada medium yang
mampu mengukur limbah yang dioksidasi mengandung gula, bakteri A. xylinum
secara biologik, metode COD mempunyai dapat memecah komponen gula dan
nilai praktis. Nisbah COD dan BOD dapat mampu membentuk suatu polisakarida
digunakan untuk menduga pemecahan yang tidak beracun yang dikenal dengan
atau teroksidasinya limbah secara relatif. nama “ekstraseluler selulosa”. Sedang
Nisbah COD dan BOD yang rendah menurut Soeseno (1984), energi yang
menunjukkan fraksi nonbiodegradasi timbul dari proses perombakan gula
kecil. tersebut digunakan untuk menjalankan
Kadar COD awal dari limbah cair metabolisme zat dalam sel bakteri
tahu diketahui sebesar 238.000 mg/L atau tersebut.
47.600 mg dalam 200 ml whey, hal ini Pada Tabel 4 dapat kita lihat
menunjukkan bahwa whey yang langsung bahwa pada pembuatan nata tersebut
dibuang ke badan air cukup selain terjadi pengurangan kadar COD
membahayakan karena dapat mencemari pada bahan ternyata juga mengurangi
air. Menurut Jenie dan Rahayu (1993) A. jumlah air pada whey tersebut. Hal ini
xylinum sebagai bakteri kemoheterotrofik disebabkan karena air yang ada pada whey
merupakan bakteri terpenting dalam tersebut selama pembentukan nata ada
penanganan air limbah karena bakteri- sebagian yang terperangkap ke dalam nata
bakteri ini akan memecah bahan organik. tersebut.
Kadar COD pada whey tahu ini
mendekati nilai COD darah sapi yaitu
93
Nisa – Produksi Nata de Soya
Jurnal Teknologi Pertanian 3(2) – 2002
Tabel 4. Kadar COD, volume, dan nilai juga dengan penurunan volume cairan sisa
COD aktual cairan sisa menyebabkan penurunan nilai COD aktual
pembuatan nata sebagai yang lebih besar. Pada hari ke-14, terjadi
pengaruh lama inkubasi dengan penurunan kadar COD cairan sisa sebesar
media fermentasi whey tahu 46,22% dari COD whey awal dan
yang diperkaya dengan sukrosa penurunan nilai COD aktual sebesar
10% (b/v) dan ekstrak 52,40%.
kecambah 0,5% (v/v)
93
Nisa – Produksi Nata de Soya
Jurnal Teknologi Pertanian 3(2) – 2002
Cairan sisa pembuatan nata masih Jenie, B.L. dan Rahayu, W.D., 1993.
mempunyai nilai COD yang tinggi Penanganan Limbah Industri
sehingga perlu penanganan lebih lanjut Pangan. Cetakan ke-9, Penerbit
sebelum dibuang ke lingkungan baik itu Kanisius, Yogyakarta
secara fisik, kimia, atau biologik dengan
menggunakan kultur campuran.
Lupihananto, L.A., Nurheriyanti, V.B.,
Ucapan Terima Kasih
Kusmini, R., Rokhmiyati, N., dan
Ucapan terima kasih yang Bawono, I.Y., 1991. Penanganan
sebesar-besarnya kepada Ir. M. Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit
Nurcahyanto, M.Sc yang telah secara Biologis Menggunakan
memberikan bimbingan dan saran juga Candida lypolitica. Jurusan PHP,
rekan-rekan Moestijanto, Tri Wastono, FTP UGM, Yogyakarta
Budi Baskoro, dan Hani Rina Halim atas
kerjasamanya selama penelitian.
Mendoza, 1961. Philippines Foods, Their
Processing and Manufacture.
DAFTAR PUSTAKA Published in the Philippines by
the author
93
Nisa – Produksi Nata de Soya
Jurnal Teknologi Pertanian 3(2) – 2002
600000
500000
400000
300000
200000
100000
0
12 13 14 15 16 17 18
Gambar 2. Kadar COD dan nilai COD aktual sebagai pengaruh waktu inkubasi
93