Capitata L)
Oleh:
KETTY HERNIATY TAOPAN
72116017
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas kasih dan pimpinann-Nya penulis dapat menyelesaikan tulisan mengenai
Analisis Proksimat dalam sayur kol ini dengan baik.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dosen pengasuh mata kulia
analisis kimia bahan pangan dan teman-teman yang telah membantu dalam
penyelesaiana tulisan ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan ini masih jauh dari kesempurnaan
untuk itu masukan dan saran sangat diharapkan dari pembaca untuk perbaikan
tulisan ini kedepannya.
Penulis
17 Oktober 2020
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pegantar i
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang 1
1.2 Rumusan masalah 1
1.3 Tujuan 2
1.4 Manfaat penelitian 2
BAB II URAIAN
2.1 Sayur Kol (Brassica Oleracea L. Var. Capitata L) 3
2.2 Analisis Proksimat 4
2.2.1 Analisis kadar air 5
2.2.2 Analsis kadar abu 6
2.2.3 Analisis kadar protein 7
2.2.3 Analis kadar lemak 8
2.2.4 Analisis kadar karbohidrat 9
2.2.5 Analisis kadar serat 10
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Sayur kol (Brassica Oleracea L. Var. Capitata L) atau kubis atau kobis
bulat terdiri dari beberapa kelompok kultivar dari Brassica oleracea. Tanaman
sayur ini ditanam sebagai tanama tahunan dimana sayuran ini daunnya berbentuk
kepala padat. Kubis atau sayur kol ini masih Erat kaitannya dengan tanaman cole
lainnya, seperti brokoli, kembang kol, dan kubis brussel, yang diturunkan dari
B. oleracea var. Oleracea atau kubis lapangan liar. Kepala kubis umumnya
berkisar 0,5 hingga 4 kilogram (1 hingga 9 pon), dan dapat berwarna hijau, ungu
dan putih. Kubis hijau berkepala keras berdaun halus adalah yang paling umum
didapatkan dipasaran , sedangkan kubis merah berdaun halus dan kubis savoy
berdaun crinkle jarang didapatkan . Kubis adalah sayuran yang berlapis-lapis.
Tanaman kubis berasal dari Eropa dan Asia kecil, terutama tumbuh di
daerah Great Britain dan Mediteranean. Asal usul tanaman kubis dibudidaya
berawal dari kubis liar (Brassica oleracea var. sylvestris) yang tumbuh di
sepanjang pantai laut tengah, Inggris, Denmark dan sebelah utara Perancis barat
serta pantai Glamorgan (Rukmana, 1994). Tanaman kubis mempunyai jenis cukup
banyak, sedangkan kubis yang dibahas dalam hal ini adalah kubis telur yang
bentuknya seperti kepala. Jenis kubis ini memiliki ciri-ciri daunnya saling
menutup satu sama lain membentuk krop (telur). Sekeliling batang hingga titik
tumbuh terdapat helai daun yang bertangkai pendek.
Kubis termasuk tanaman sayuran semusim yang dipanen sekaligus, yaitu
tanaman sumber vitamin, garam mineral dan lain-lain yang dikonsumsi dari
bagian tamanan yang berupa daun yang berumur kurang dari satu tahun dan
pemanenannya dilakukan sekali kemudian dibongkar untuk diganti dengan
tanaman baru (BPS, 2000). Kubis dapat tumbuh pada semua jenis tanah, sangat
toleran pada tanah lempung berat dan tanggap baik terhadap kapur (Williams et
al., 1993). Kondisi kelembaban yang diperlukan tanaman kubis berkisar antara
80% - 90%o dengan suhu berkisar antara 150 -20oC serta cukup mendapatkan
sinar matahari.
Tanah yang baik untuk tanarnan kubis adalah tanah yang gembur, banyak
mengandung humus dengan PH berkisar antara 6 - 7. Jenis tanah yang paling baik
adalah lempung berpasir (Rukmana, 1994). Kubis telur hendaknya ditanam pada
permulaan musim kemarau dan mulai dipanen setelah berumur 5 bulan.
Kandungan dan komposisi gizi kubis tiap 100 g bahan segar sebagai berikut:
kalori 25 kal; protein 1,7 g; lemak 0,2 g; karbohidrat 5,3 g; kalsium 64 mg;
phospor 26 mg Fe 0,7 mg; Na 8 g; niacin 0,3 mg; serat 0,9 g; abu 0,7 g; vitamin A
75 Sl; vitamin Bl 0,1 mg; Vitamin C 62 mg dan air 9l-93% (Direktorat
GiziDepkes RI, 1981).
Kubis atau Sayur kol ini bisa dihidangkan dengan berbagai cara untuk
makan; dapat diasinkan , difermentasi (untuk hidangan seperti asinan kubis ),
dikukus, direbus, ditumis, atau dimakan mentah. Suatu bahan pangan layak
diikonsumsi oleh manusia apabila bahan pangan tersebut mengandung zat-zat gizi
yang mampu memberikan nutrisi yang baik bagi tubuh. Kubis adalah sumber
vitamin K, vitamin C, dan serat makanan yang baik.
Kadar zat gizi yang tedapat dalam sasyur kol dapat dianalisis dengan
suatu cara analisis yang disebut analisis proksimat.
b. Cara Kerja
1. Timbang dengan seksama 2-3 g contoh ke dalam sebuah cawan
porselein (atau platina) yang telah diketahui bobotnya, untuk contoh
cairan uapkan di atas penangas air sampai kering.
2. Arangkan di atas nyala pembakar, lalu abukan dalam tanur listrik
pada suhu maksimum 550°C sampai pengabuan sempurna (sesekali
pintu tanur dibuka sedikit agar oksigen bisa masuk).
3. Dinginkan dalam desikator, lalu timbang hingga bobot tetap.
c. Perhitungan Perhitungan Hasil Uji Lab
Kadar Abu = w1 - w 2 x 100 %
w
keterangan:
w = Bobot cuplikan (g)
w1 = Bobot contoh + cawan sesudah diabukan (g)
w2 = Bobot cawan kosong (g)
Menurut literatur, kadar abu dari sampel sayuran tidak boleh lebih dari 1 %
2.2.3 Analisis kadar protein
Secara kuantitatif fungsi utama protein adalah sebagai sumber asam amino
esensial yang akan digunakan untuk mensintesis asam amino non- esensial dan
sintesis protein didalam tubuh (Muchtandi 2009).
ANALISIS PROTEIN
Metoda makro Kjeldahl
Dalam metoda Kjeldahl untuk analisis protein, yang ditera adalah total
kadar unsur N dalam sampel, dengan asumsi adanya senyawa bernitrogen selain
protein dapat diabaikan
Pinsip : bila sampel didigesti dengan cara pendidihan dalam asam sulfat pekat,
unsur C dan H akan habis menjadi CO2 dan H2O sedangkan unsur N
akan tereduksi jadi garam (NH4)2SO4 dalam lart. as.sulfat.
Keterangan
N : Nitrogen
N HCl : normalitas standar HCl
14,008 : Berat atom unsur N
F : Faktor koreksi N Protein 5,70 untuk kedelai dan 6,25
untuk produk perikanan, peternakan dan hijauan
Kadar protein pada kubis yaitu 11,56 % sedangkan menurut literatur
sebesar 1,7 % (Direktorat Gizi RI, 1989)
Pengukuran kadar lemak diambil sampel sebanyak 5 gram dalam bentuk ekstrak
dibungkus dengan kertas saring kemudian kertas saring tersebut dimasukkan ke
dalam alat ekstraksi soxhlet. alat kondensor diletakkan diatasnya dan labu lemak
diletakkan dibawahnya. Pelarut heksana dimasukkan ke dalam alat ekstraksi
soxhlet sampai sampel terendam. Selanjutnya dilakukan refluks selama minimal 6
jam sampai pelarut yang turun kembali ke dalam labu lemak berwarna jernih.
Pelarut yang ada di dalam labu lemak didestilasi dan pelarut ditampung kembali.
Kemudian labu lemak yang berisi lemak hasil ekstraksi dipanaskan di dalam oven
pada suhu 150oC hingga mencapai berat konstan, kemudian didinginkan di dalam
desikator. Kemudian labu beserta lemak didalamnya ditimbang dan berat lemak
dapat diketahui.
Perhitungan kadar lemak dapat dilihat pada persamaan berikut ini :
Kadar lemak (% bb) = W1 – W2 x 100%
W
Keterangan :
% bb = kadar lemak per bahan basah (%)
W = berat sampel (gr)
W1 = berat labu lemak + lemak hasil ekstraksi (gr)
W2 = berat labu lemak kosong (gr)
Catatan:
3.1 Kesimpulan
Sayur kol atau kubis (Brassica Oleracea L. Var. Capitata L) merupakan salah
satu jenis sayuran yang banyak konsumsi oleh masyarakat indonesia. Sayur
kol ini bisa dihidangkan dengan berbagai cara untuk makan; dapat diasinkan,
difermentasi (untuk hidangan seperti asinan kubis ), dikukus, direbus, ditumis,
atau dimakan mentah. Suatu bahan pangan layak diikonsumsi oleh manusia
apabila bahan pangan tersebut mengandung zat-zat gizi yang mampu
memberikan nutrisi yang baik bagi tubuh. Kadar zat gizi yang tedapat dalam
sayur kol dapat dianalisis dengan suatu cara analisis yang disebut analisis
proksimat. Analisa proksimat mencakup: kegiatan untuk mengindentifikasi
kandungan nutrisi (bahan pangan), seperti protein, karbohidrat, lemak dan
serat pada suatu zat makanan. Kadar gizi yang terdapat dalam sayur kol per
100g yaitu: Jumlah lemak 0,1 g, Protein 1,3 g, Jumlah karbohidrat 6 g, Serat
pangan 2,5 g, kadar air 91-93% dan kadar abu dari sampel sayuran tidak
boleh lebih dari 1 %.
3.2 Saran
Saran yang dapat saya berikan berkaitan dengan tulisan mengenai analisis
proksimat dalam sayur kol ini yaitu agar penulis dapat memahami lebih dalam
tentang cara analisis proksimat dalam suatu bahan pangan akan lebih baik jika
dilakukan praktikum secara langsung.
DAFTAR PUSTAKA