Melinjo
tahunan yang mempunyai potensi cukup besar untuk dikembangkan. Daun dan
buah melinjo yang muda dapat diolah sebagai sayuran dan buah melinjo yang
sudah tua dapat diolah sebagai bahan baku pembuatan emping. Emping
merupakan komoditi sektor industri kecil yang potensial dan berprospek besar
dalam pengembangan ekspor non migas (Tim Penulis Penebar Swadaya, 1999).
tinggi, konsumsi gula dan lemak secara berlebihan dapat meningkatkan kadar
Produksi melinjo Sumatera Barat tahun 2007 sebesar 1.383 ton dari
produksi total melinjo nasional sebesar 141.116 ton, jumlah ini lebih rendah dari
jumlah produksi tahun sebelumnya yang mencapai 3.602 ton di Sumatera Barat
dari produksi total nasional yang mencapai 127.136 ton, sehingga perlu perhatian
Daun melinjo
tanin, dan flavonoid. Diketahui kandungan tanin dalam daun melinjo sebesar
5
4,55% (Lestari, 2013). Menurut Ummah (2010), secara umum kandungan tanin
tertinggi terdapat pada daun muda. Tanin yang terdapat dalam daun melinjo dapat
melinjo memberikan efek yang baik sebagai pengawet makanan, dari inhibitor
rasa dan peningkat rasa (Santoso, 2008). Kandungan unsur gizi pada melinjo per
sebagai sayur olahan tetapi juga digunakan dalam bidang farmakologi dan industri
pangan lainnya. Penelitian yang dilakukan oleh Lestari, dkk (2013) dalam
penelitian pemanfaatan ekstrak daun melinjo sebagai pengawet telur ayam ras,
menyatakan bahwa daun melinjo dapat digunakan pada pengawetan telur ayam
ras karena mengandung tanin. Tanin akan bereaksi dengan protein yang terdapat
pada kulit telur yang mempunyai sifat menyerupai kolagen kulit hewan sehingga
terjadi proses penyamakan kulit berupa endapan berwarna coklat yang dapat
menutup pori-pori kulit telur tersebut menjadi impermeabel (tidak dapat tembus)
terhadap gas danudara dan penguapan air serta hilangnya karbondioksida pada
6
oleh udara dan akan rusak bila dipanaskan dengan suhu tinggi bersama udara,
cahaya, dan lemak yang sudah tengik. Vitamin A pada umumnya stabil terhadap
panas, asam, dan alkali. Pengeringan buah di matahari dan cara dehidrasi lainnya
provitamin A yang terdapat dalam bahan pangan nabati. Beta karoten adalah
bentuk provitamin A yang paling aktif, yang terdiri dari dua molekul retinol yang
saling berikatan. Rumus molekul beta karoten adalah C40H56, dengan berat
molekul 536,88 (Almatsier, 2004). Struktur β-karoten dapat dilihat pada Gambar
1 (Almatsier, 2004).
Satuan takaran untuk vitamin A adalah International Unit (IU) atau Satuan
Internasional (SI). FAO telah menyarankan agar satuan takaran tersebut diganti
kebutuhan vitamin A yang dianjurkan adalah 1.200-2400 SI untuk bayi dan anak-
anak di bawah 10 tahun, dan 3.500-4000 SI untuk orang dewasa (Winarno, 1992).
7
Emping melinjo
Emping adalah sejenis makanan ringan yang dibuat dari bahan baku yang
biasanya terbuat dari biji melinjo tetapi juga dapat dibuat dari bahan lain yang
mengandung pati tinggi, seperti emping yang terbuat dari bulir jagung dan emping
Belanda, Belgia, Brunei, Luxemburg, dan Amerika Serikat. Menurut Biro Pusat
Statistik tahun 2000; 2003; 2006, permintaan terhadap emping melinjo terus
meningkat dari tahun ke tahun. Ekspor emping melinjo pada tahun 2000 adalah
sebesar 123.304 ton dengan nilai US$ 230.062, meningkat menjadi 515.900 ton
dengan nilai US$ 464.756 pada tahun 2003, kemudian meningkat menjadi
775.654 ton dengan nilai sebesar US$ 660.876 pada tahun 2006.
terkendala oleh tersedianya bahan baku buah melinjo yang tidak menentu, terlebih
lagi pada musim kemarau banyak pohon melinjo yang tidak berbuah. Menjelang
akibat terbatasnya bahan baku. Produksi emping melinjo yang biasanya tersedia
hingga 50 ton per bulan kini turun hanya 8 hingga 10 ton per bulan. Hal tersebut
pasar.
8
Klasifikasi emping melinjo yang didasarkan pada kualitasnya adalah
sebagai berikut :
a. Kualitas nomor 1. Emping ini disebut juga dengan emping super, yang
memiliki ciri-ciri:
3) Tiap lempengannya berasal dari satu biji melinjo yang ukuran dan
transparan)
3) Tiap lempengannya berasal dari satu biji melinjo yang ukuran dan
4) Bila akan digoreng harus dalam keadaan kering agar hasil gorengannya
baik.
c. Kualitas nomor 3
3) Tiap lempengan berasal dari satu biji melinjo yang ukuran dan kualitasnya
bermacam
4) Bila akan digoreng harus dijemur lebih dahulu hingga kering agar hasil
9
Syarat mutu emping melinjo dapat dilihat pada Tabel 2.
Tepung Beras
pengolahan. Tepung beras memiliki jumlah air bebas lebih tinggi dalam adonan
karena ukuran granula pati kecil (3-8 mikron) sehingga mengabsorbsi air lebih
sedikit. Tepung beras juga tidak membentuk jaringan gluten dalam adonan
Tepung beras memiliki rasa yang lembut, tidak berwarna, dan karbohidrat
yang mudah dicerna. Oleh karena itu, tepung beras paling cocok dijadikan sebagai
10
menghasilkan produk dengan karakterisik yang berbeda dibandingkan dengan
produk berbasis pati beras (Munarso, dkk, 2004). Kandungan unsur gizi pada
tepung beras per 100 g bahan adalah seperti yang tertera pada Tabel 3.
Tapioka
Tapioka adalah pati yang diperoleh dari ekstraksi ubi kayu melalui proses
karbohidrat terbesar kedua setelah selulosa. Pati tersimpan dalam organ tanaman
dalam bentuk granula. Karena sifat fungsionalnya, pati banyak digunakan untuk
11
2 jenis ikatan glikosidik yaitu ikatan α-(1,4)-D-glukosa dan α-(1,6)-D-glukosa
(Kusnandar, 2010).
HO OH H O OH H O OH HOH
H OH H OH H OH
CH2OH CH2OH
O O
H H H H H H
O OH H O OH HO Ikatan α -1,6
H OH H
CH2
CH2OH CH2OH
O O O
HH H HH H H H H
O OH H O OH H O OH H O
H OH H OH H OH
Ikatan α-1,4
Sebagian besar pati mengandung antara 15% - 35% amilosa. Dalam butiran pati,
rantai-rantai amilosa dan amilopektin tersusun dalam bentuk semi kristal, yang
12
Pati yang banyak mengandung amilopektin (amilosa rendah) tidak
membentuk gel yang kukuh dan pasta yang dihasilkan lebih lunak. Pada saat
lebih besar. Oleh karena itu, tapioka akan menghasilkan lapisan dengan
kenampakan yang rata dan jernih tapi masih mudah patah atau retak
(Warastuti, 2000).
gelatinisasi pati. Amilosa memiliki ukuran yang lebih kecil dengan struktur tidak
merenggang dan terlepas saat ada ikatan hidrogen yang terputus. Jika suhu yang
lebih tinggi diberikan, ikatan hidrogen akan semakin banyak yang terputus,
menyebabkan air terserap masuk ke dalam granula pati. Pada proses ini, molekul
amilosa terlepas ke fase air yang menyelimuti granula, sehingga struktur dari
granula pati menjadi lebih terbuka, dan lebih banyak air yang masuk ke dalam
air kemudian membentuk ikatan hidrogen dengan gugus hidroksil gula dari
molekul amilosa dan amilopektin. Di bagian luar granula, jumlah air bebas
dan mudah larut. Mekanisme ini yang menjelaskan bahwa larutan pati yang
13
Setiap jenis tepung memiliki karakteristik gelatinisasi yang berbeda-beda.
Sifat gelatinisasi dan pembengkakan dari suatu pati, salah satunya ditentukan oleh
struktur amilopektin, komposisi pati dan ukuran granular pati. Di samping itu,
perbedaan sifat gelatinisasi juga dikarenakan distribusi berat granula pati. Makin
besar berat molekul pati maka suhu gelatinisasinya juga semakin rendah. Pati
serealia memiliki berat molekul yang lebih rendah dibandingkan dengan pati
dengan tepung tapioka. Saat larutan pati dipanaskan di atas suhu gelatinisasinya,
pati yang mengandung amilopektin lebih banyak akan membengkak lebih cepat
Pati tidak larut dalam air, tetapi jika ditambahkan air dan dilakukan
gelatinisasi. Tepung tapioka memiliki viskositas puncak yang tinggi dan waktu
air, kandungan serat, dan kotoran, serta tingkat kekentalan. Tapioka yang bermutu
baik berwarna putih, kadar air rendah, serat dan kotoran yang rendah, serta
kekentalan dan daya rekat yang tinggi. Tapioka bersifat higroskopis, sehingga saat
dicampur dengan air membentuk adonan yang kental, mudah kering dan kadar
airnya berkurang. Tapioka memiliki daya serap air yang baik dengan nilai 1,4085
(Efendi, 2010). Kandungan unsur gizi tepung tapioka per 100 g bahan dapat
14
Tabel 4. Kandungan unsur gizi tepung tapioka per 100 g bahan
Kandungan Unsur Gizi Kadar
Energi (kal) 365,0
Protein (g) 0,5
Lemak (g) 0,3
Karbohidrat (g) 86,9
Air (g) 12,0
Bdd (bahan dapat dimakan) (g) 100,0
Sumber : Direktorat Gizi Depkes R.I., 1996
Daun pepaya
Indonesia sebagai tanaman yang kaya manfaat (Hartoyo, 1998). Tanaman pepaya
memiliki banyak manfaat mulai dari akar, batang, daun, bunga dan buahnya, yaitu
sebagai sumber vitamin, mineral, dan senyawa lainnya untuk kebugaran tubuh dan
semangka, pepaya jinggo, pepaya cibinong, pepaya bangkok atau sering disebut
pepaya thailand, pepaya meksiko, pepaya mas, pepaya ijo, dan pepaya item. Jenis
pepaya ijo dan pepaya item tergolong pepaya yang sulit ditemukan (Andy, 2005).
berguna pada proses pencernaan. Rasa pahit pada daun pepaya selain disebabkan
oleh kandungan tanin juga disebabkan oleh alkaloid karpain yang banyak terdapat
pada daun muda. Alkaloid ini dapat menurunkan tekanan darah dan dapat
mengandung getah berwarna putih. Getah ini mengandung enzim proteolitik yang
15
disebut papain (Kamaruddin dan Salim, 2003). Kandungan unsur gizi daun
disimpulkan bahwa pemberian tepung daun pepaya sampai batas 10% dapat
sentul tanpa menurunkan produksi telur. Hasil tersebut hampir sama dengan
penelitian yang dilakukan oleh Sutarpa (2008) terhadap ayam petelur Hysex
Brown dengan tingkat pemberian daun pepaya sebanyak 3%. Dari kedua
peningkatan warna kuning telur, hal ini disebabkan kandungan beta karoten yang
16
ekstraksi, pengadonan, pengukusan, pemotongan, pengeringan, pengemasan, dan
penggorengan.
pepaya sesuai dengan tingkat ketuaannya dan ada tidaknya cacat. Standar mutu
serta kebebasan dari luka atau cacat. Pengertian cacat adalah cacat fisik, mekanik,
daun pepaya dan daun melinjo. Adanya bahan asing yang menempel pada
terlihat kotor. Bahan asing ini dapat berupa tanah, debu, pasir, serangga, atau
bahan lainnya. Pencucian bahan dilakukan pada air mengalir (Satuhu, 1996).
Blansing
buah dan sayuran sebelum bahan tersebut dikelola lebih lanjut, dengan tujuan
mutu produk yang dikeringkan, dikalengkan, dan dibekukan dengan kualitas baik.
suhu berkisar 75-95oC (Estiasih dan Ahmadi, 2009). Selain itu itu, blansing juga
17
melayukan bahan sehingga memudahkan perlakuan berikutnya
Ekstraksi
Tujuan ekstraksi bahan alam adalah untuk menarik komponen kimia yang
terdapat pada bahan alami. Ekstraksi ini didasarkan pada prinsip perpindahan
massa komponen zat ke dalam pelarut, dimana perpindahan mulai terjadi pada
lapisan antar muka kemudian berdifusi ke dalam pelarut. Jenis ekstraksi bahan
alami yang sering dilakukan adalah ekstraksi secara panas dengan cara refluks dan
penyulingan uap air dan ekstraksi secara dingin dengan cara maserasi, perkolasi
tunggal. Umumnya tanin diekstrak dengan menggunakan pelarut air, karena lebih
murah dengan hasil yang relatif cukup tinggi, tetapi tidak menjamin jumlah
senyawa polifenol yang ada dalam bahan tanin tersebut (Hoonga, dkk, 2009).
untuk mengurangi endapan pada sari atau ekstrak yang dihasilkan. Setelah bahan
hancur dilakukan pengekstrakan dengan kain saring atau saringan yang halus
Pengadonan
Tepung tapioka dan tepung beras yang dicampur dengan air menyebabkan
terjadinya suspensi pati dalam air tetapi tidak membentuk gel. Jika suhu suspensi
18
tersebut ditingkatkan, maka granula pati akan menyerap air dan mengembang.
Adonan yang dicampur selanjutnya akan dikukus, saat pengukusan terjadi proses
granula pati tidak dapat dipisahkan (Saparinto dan Diana, 2011). Disamping itu,
Pengukusan
dimana uap berasal dari air itu yang berubah dari fase cair menjadi gas oleh
adanya pindah panas. Pindah panas dengan cara konveksi alamiah terjadi apabila
bahan cair bersentuhan dengan permukaan yang lebih panas atau lebih dingin dari
pada bahan cair tersebut. Ketika bahan cair tersebut dipanaskan atau didinginkan,
Proses pindah panas ini membuat adonan mengembang dan mekar saat
dikukus. Hal ini disebabkan proses gelatinisasi pati. Pengukusan dapat membuat
produk hasil penggorengan menjadi lebih seragam, absorbsi minyak oleh produk
daun sebelum diolah lebih lanjut. Selama proses pengukusan dapat terjadi
perubahan warna bahan serta hilangnya flavor atau bahan volatil yang terdapat
19
Pemotongan
yang lebih seragam dan lebih menarik. Pemotongan mengurangi ukuran bahan
potongan besar bahan pangan menjadi potongan-potongan kecil yang sesuai untuk
Pengeringan
Pengeringan adalah proses penurunan kadar air suatu bahan sampai tingkat
kadar air tertentu. Selain untuk mengurangi kadar air akhir bahan, pengeringan
juga berkaitan dengan warna bahan yang dikeringkan. Penggunaan suhu dan lama
(Hartulistioso, 2003).
kadar air bahan pangan sehingga daya simpan menjadi lebih panjang. Pengeringan
juga bertujuan untuk mengurangi volume dan berat produk. Prinsip dasar
pengeringan adalah pindah panas dari alat pengering dan difusi air (pindah massa)
tradisional dan telah umum dilakukan oleh petani kita sejak dahulu. Kecepatan
20
dan suhu yang digunakan. Suhu pengeringan matahari adalah 50-60oC
(Kartasapoetra, 1994).
Pengemasan
mengawetkan produk pangan maupun non pangan. Kemasan adalah suatu wadah
atau tempat yang digunakan untuk mengemas suatu produk yang dilengkapi
disebabkan oleh mikroba, fisik, kimia, biokimia, perpindahan uap air dan gas,
sinar UV, dan perubahan suhu. Selain itu kemasan yang digunakan harus
bocor dan penyok, serta mudah dalam penyimpanan, pengangkutan, dan distribusi
pengemasan. Kelebihan plastik dari bahan kemasan lainnya, antara lain: harga
yang relatif murah, dapat dibentuk berbagai bentuk dan warna sehingga lebih
Penggorengan
berperan penting dalam memberikan cita rasa dan tekstur pada bahan pangan.
21
suhu dan kualitas minyak goreng yang digunakan. Suhu penggorengan yang
Massa minyak masuk ke dalam bahan yang digoreng dengan cara difusi,
permukaan dengan bagian dalam bahan. Proses penyerapan minyak pada bahan
lebih cepat terjadi pada bahan dengan kandungan air yang rendah
disebabkan oleh terlepasnya air yang terikat dalam gel pati pada saat
penggorengan. Akibat peningkatan suhu, air yang akan berubah menjadi uap
Penelitian Sebelumnya
melinjo (Gnetum gnemon) dan tepung tapioka dalam pembuatan kerupuk dengan
penambahan wortel untuk memperbaiki cita rasa emping yang pahit menjadi tidak
pahit. Penelitian ini merupakan salah satu usaha penganekaragaman bahan pangan
untuk menciptakan makanan baru yang bernilai gizi yang baik dan bernilai
ekonomis.
22