Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Prisma Myristica

43
Volume 1, nomor 1, Februari 2019

STRATEGI PENGEMBANGAN BERAS LOKAL


DI DAERAH BOLAANG MONGONDOW
Developing Strategy of Local Rice in Bolaang Mongondow
Gratia Nova Lengkong
Universitas Prisma
Gratia.lengkong@yahoo.com

ABSTRAK
Beras merupakan salah satu kebutuhan pangan yang masih banyak dihasilkan oleh sebagian
besar masyarakat di Sulawesi Utara. Tujuan dari penelitian ini adalah 1) menganalisis kekuatan,
kelemahan, peluang dan ancaman untuk pengembangan beras dalam upaya meningkatkan
ketahanan pangan; 2) menentukan strategi yang tepat untuk pengembangan ketersediaan beras
dalam upaya meningkatkan ketahanan pangan; Analisis SWOT digunakan untuk menentukan
alternatif strategi yang dapat dilakukan pemerintah. Analisis QSPM berfungsi menentukan pilihan
strategi prioritas dalam mengembangkan ketersediaan beras di Sulawesi Utara. Metode deskriptif
digunakan sampel responden sebanyak 25 kelompok tani di daerah Bolaang Mongondow.
Pengalaman bertani dan ketersediaan modal merupakan kekuatan utama sedangkan kelemahan
utama yang harus diperbaiki adalah jumlah produksi dan pendapatan petani yang terus menurun.
Peluang utama yang dimiliki adalah ketersediaan sarana dan prasarana milik sendiri dan ancaman
utamanya berupa harga beras dan mutu beras yang masih kalah bersaing dibandingkan dengan beras
daerah lain yang masuk ke Sulawesi Utara. Alternatif strategi yang dapat dilakukan oleh pemerintah
diantaranya: 1) Intensifikasi usahatani padi, 2) Sinergi antara petani, pihak swasta dan pemerintah,
3) Penguatan kebijakan pangan daerah yang berpihak kepada petani, 4) Revitalisasi sarana dan
prasarana, 5) Diferensiasi produk. Strategi yang menjadi prioritas utama dalam penelitian ini adalah
strategi diversifikasi usahatani komoditi beras lokal.

Kata kunci: strategi, Beras, SWOT, QSPM

ABSTRACT
The objectives of this study are 1) to analyze the strengths, weaknesses, opportunities and
threats for rice development in an effort to improve food security; 2) determine the right strategy for
developing rice availability in an effort to improve food security; The SWOT analysis is used to
determine the strategic alternatives that the government can do. The QSPM analysis serves to
determine the priority strategy choice in developing the availability of rice on North Sulawesi.
Descriptive method used 25 respondents as samples of farmer groups at Bolaang Mongondow.
Farming experience and the availability of capital are the main strengths, while the main weakness
that must be improved is the amount of production and income of farmers which continues to
decline. The main opportunity possessed is the availability of their own facilities and infrastructure
and the main threat in the form of rice prices and quality of rice which are still less competitive
compared to other regions of rice entering North Sulawesi. Alternative strategies that can be done
by the government include: 1) Rice farming intensification, 2) Synergy between farmers, the private
sector and the government, 3) Strengthening regional food policies that favor farmers, 4)
Revitalizing facilities and infrastructure, 5) Product differentiation. The strategy is the top priority
in this study is the strategy of diversifying local rice commodity farming

Keywords: strategy, rice, SWOT, QSPM

Gratia Nova Lengkong

UNIVERSITAS PRISMA
Jurnal Prisma Myristica
44
Volume 1, nomor 1, Februari 2019
I. PENDAHULUAN memberikan gambaran atau uraian atas suatu
keadaan sejelas mungkin tanpa ada perlakuan
Pangan merupakan komoditi yang
terhadap objek yang diteliti. Adapun ciri-
penting dan strategis karena merupakan
cirinya sebagai berikut: berhubungan dengan
kebutuhan pokok manusia, dimana harus
keadaaan yang terjadi saat ini, menguraikan
tersedia dalam jumlah yang cukup, dengan
satu variabel saja atau beberapa variabel namun
mutu yang layak, aman dikonsumsi dan harga
diuraikan satu persatu dan variabel yang diteliti
yang terjangkau setiap saat.
tidak dimanipulasi atau tidak ada perlakuan
Beras merupakan salah satu komoditi
(treatment) (Kountur, 2004).
pangan yang adalah sumber makanan pokok
Menurut Lungan (2006), data primer
bagi 80% masyarakat indonesia. Beras
dan data sekunder dibedakan berdasarkan cara
dianggap sebagai komoditas strategi dalam
memperolehnya. Data merupakan keterangan-
ekonomi indonesia, berkaitan dengan kebijakan
keterangan tentang suatu hal, dapat berupa
moneter dan menyangkut masalah sosial
sesuatu yang diketahui atau dianggap (hasan,
politik, dalam hubungannya dengan indeks
2009). Data yang digunakan dalam penelitian
biaya hidup, kebutuhan beras masih sangat
ini berupa data sekunder dan data primer.
dominan (Adiratma, 2004)
Jumlah responden adalah 25 kelompok
Peningkatan produksi beras pada tingkat
tani yang berada di daerah Bolaang
tertentu setiap tahun secara berkesinambungan
Mongondow. Adapun penentuan responden
minimal sama dengan pertumbuhan konsumsi
penelitian ditentukan dengan metode purposive
beras yang diakibatkan oleh pertumbuhan
sampling, yaitu teknik pengambilan sampel
penduduk dan peningkatan pendapatan
sumber data dengan pertimbangan tertentu
masyarakat.
(Sugiyono, 2009).
Memperhatikan kondisi yang ada,
dimana pemerintah melakukan impor beras Metode Analisis Data
untuk memenuhi permintaan beras dalam Data yang dikumpulkan terdiri dari data
negeri khususnya permintaan beras masyarakat karakteristik petani responden, data produksi
Sulawesi Utara, maka perlu ditanyakan apakah beras, data penjualan beras dan sebagainya
beras lokal yang dihasilkan petani di Sulawesi yang dianggap penting dalam penelitian. Data
Utara masih memiliki keunggulan. dianalisis dengan menggunakan metode
Penelitian ini bertujuan untuk: 1) SWOT. Analisis SWOT menghasilkan strategi
menganalisis kekuatan, kelemahan, peluang berbagai alternatif yang dapat
dan ancaman untuk pengembangan beras memaksimumkan kekuatan dan peluang serta
dalam upaya meningkatkan ketahanan pangan; meminimumkan kelemahan dan ancaman yang
2) melakukan analisis rumusan alternatif
ada sehingga kita dapat melihat bagaimana
strategi yang tepat untuk mengembangkan strategi pengembangan beras lokal di Sulawesi
ketersediaan beras dalam upaya meningkatkan Utara. Adapun tahapan-tahapan analisis
ketahanan pangan; 3) menentukan strategi yang SWOT, pada langkah awal yaitu melakukan
tepat untuk pengembangan ketersediaan beras pengumpulan informasi mengenai
dalam upaya meningkatkan ketahanan pangan pekembangan beras lokal di sulawesi utara,
selanjutnya faktor-faktor apa saja yang
METODOLOGI PENELITIAN mempengaruhi pengembangan beras lokal di
Penelitian ini telah dilaksanakan di sulawesi utara. Dari faktor-faktor tersebut
daerah Bolaang Mongondow. Diambilnya dapat kita tentukan faktor-faktor strategis.
daerah Bolaang Mongondow sebagai daerah Selanjutnya mengklasifikasikan faktor-faktor
penelitian karena berdasarkan data dari Dinas
strategis tersebut kedalam faktor eksternal dan
Pertanian pada tahun 2016, Bolaang internal. Faktor eksternal adalah faktor yang
Mongondow merupakan lumbung beras dengan berasal dari luar yang tidak dapat dikendalikan
total produksi beras sebesar 56% dari total oleh petani. Sedangkan faktor internal adalah
produksi di Sulawesi Utara. pengaruh dari dalam yang masih dapat
Jenis penelitian ini adalah penelitian dikendalikan oleh petani.
deskriptif, yaitu jenis penelitian yang

Gratia Nova Lengkong

UNIVERSITAS PRISMA
Jurnal Prisma Myristica
45
Volume 1, nomor 1, Februari 2019
Kemudian melakukan skoring dengan X3 = Nilai untuk responden 3
skoring untuk masing–masing faktor dengan Xn = Nilai untuk responden n
memberikan mulai dari nilai 4 (sangat baik),
nilai 3 (baik), nilai 2 (cukup baik) dan nilai 1 Setelah diketahui nilai rata-rata
(tidak baik) berdasarkan pengaruh faktor geometris, kemudian nilai rata-rata tersebut
tersebut terhadap kondisi kelompok tani atau dinormalisasikan untuk mendapatkan nilai dari
organisasi yang bersangkutan. Pemberian nilai masing-masing faktor strategis. Selanjutnya
skor untuk faktor peluang (Opportunity) dicari skor terbobot dengan cara mengalikan
bersifat positif diberi skor skor +1 untuk skor dari tiap faktor dengan bobot yang
peluang yang kecil dan diberi +4 untuk peluang diperoleh dalam tiap faktor. Kemudian hasil
yang semakin besar. analisis tersebut dibuat pada matriks posisi
Pemberian nilai skor ancaman (Threat) dalam diagram cartesius dengan cara mencari
adalah kebalikannya. faktor yang termasuk selisih faktor internal (kekuatan-kelemahan)
kategori kekuatan (Strength) diberi nilai +1 untuk nilai X dan faktor eksternal (peluang-
(sangat buruk) sampai dengan +4 (sangat baik), ancaman) untuk nilai Y. Kemudian dilakukan
dan untuk faktor yang termasuk kategori penyusunan alternatif faktor-faktor strategis
kelemahan (Weakness) adalah kebalikannya. dengan menggunakan matriks SWOT. Matriks
Kemudian faktor dibagi menjadi empat SWOT dibangun berdasarkan faktor-faktor
skoring, yaitu pada faktor internal 1 dan 2 strategis yang telah ditentukan, faktor internal
merupakan kelemahan serta 3 dan 4 merupakan (kekuatan dan kelemahan) maupun faktor
kekuatan. Pada faktor eksternal, 1 dan 2 eksternal (peluang dan ancaman).
merupakan ancaman sedangkan 3 dan 4
merupakan peluang. HASIL DAN PEMBAHASAN
Setelah diperoleh skoring dari setiap Dari hasil pengumpulan data,
skor, kemudian dilakukan pembobotan dalam diidentifikasi faktor internal dan faktor
tiap faktor. Pembobotan dilakukan dengan eksternal yang mempengaruhi sistem
teknik komparasi berpasangan (Pair pengembangan beras di Daerah Sulawesi
Comparison) oleh Saaty (1988) yaitu suatu Utara. Faktor Internal tersebut antara lain
teknik yang membandingkan faktor satu jumlah luas sawah, pengalaman bertani, jumlah
dengan faktor yang lain dalam satu tingkat produksi, pelaksanaan tahapan pertanian,
hirarki secara berpasangan sehingga diperoleh pencatatan kegiatan usahatani, ketersediaan
nilai kepentingan dari masing-masing modal dan pendapatan.
faktor. Dengan skala nilai yang dimodifikasi Faktor eksternal antara lain
hanya menggunakan skala nilai 1 sampai 3. ketersediaan sarana produksi pertanian,
Skala nilai 1 artinya kedua faktor sama ketersediaan mesin penggiling dan tempat
pentingnya, skala nilai 2 artinya Satu faktor penjemuran, jumlah permintaan beras, jaringan
sedikit lebih penting daripada faktor yang pemasaran, mutu beras, dukungan kelompok
lainnya dan skala nilai 3 artinya satu faktor tani, dukungan pemerintah, dukungan lembaga
lebih penting daripada faktor yang lainnya. swadaya masyarakat dan sarana irigasi.
Setelah diperoleh nilai kepentingan masing- Kondisi eksisting dari masing-masing tersebut
masing dari tiap responden, kemudian dibuat antara lain sebagai berikut :
matriks penilaian tiap responden yang akan Petani padi di Daerah Bolaang Mongondow
menjadi bobot dari tiap faktor. memiliki pengalaman bertani cukup lama.
Setelah diperoleh penilaian tiap faktor Rata-rata pengalaman petani adalah 15 – 20
dari seluruh responden, kemudian dicari rata- tahun.
rata perbandingan seluruh responden dengan Berdasarkan data Dinas Pertanian Sulawesi
mencari nilai rata-rata geometris dengan Utara, produksi beras di Daerah Bolaang
rumus: Mongondow rata-rata 182.259 ton per tahun,
G = √𝑋1. 𝑋2. 𝑋3 … 𝑋𝑛 𝑛 dengan konsumsi per bulan mencapai 2.498,70
ton untuk 220.093 warga Bolaang
Dimana : X1 = Nilai untuk responden 1 Mongondow.
X2 = Nilai untuk responden 2

Gratia Nova Lengkong

UNIVERSITAS PRISMA
Jurnal Prisma Myristica
46
Volume 1, nomor 1, Februari 2019
Rata-rata petani sudah memiliki modal bantuan pupuk dari pihak pemerintah maupun
investasi yang cukup berupa lahan, ternak dan pihak swasta. Begitupun untuk sarana atau
alat-alat pertanian sedangkan dari modal kerja peralatan pertanian lainnya seperti mesing
petani dapat menghemat biaya produksi dengan perontok padi, mesin penggiling, mesin bajak
memanfaatkan bahan-bahan alami lokal untuk dan sebagainya masih mendapat menggunakan
dijadikan pupuk dan pestisida nabati. Selain itu milik pribadi, milik kelompok atau bantuan
bantuan pupuk dan pestisida dari pihak swasta dari pemerintah, meskipun bantuan dari pihak
memberikan keuntungan tersendiri sehingga pemerintah tidak rutin diberikan. Termasuk
biaya produksi untuk pembelian pupuk dan juga kurang tersedianya tempat penjemuran
pestisida dapat diminimalkan. karena tempat penjemuran relatif kecil.
Sebagian dari mereka masih Permintaan beras terus meningkat
menerapkan sistem bagi hasil. Salah satu seiring dengan bertambahnya jumlah populasi.
kelemahan petani di Indonesia pada umumnya Peranan kelompok tani sangat mendukung
adalah tidak melakukan pencatatan dalam dalam kegiatan pengembangan pertanian,
kegiatan usahataninya yang meliputi antara mulai dari subsistem penyediaan sarana
lain; biaya usahatani, hasil produksi, penjualan produksi hingga kegiatan subsistem produksi,
hasil dan harga. Pencatatan kegiatan usahatani subsistem pengolahan dan subsistem
diperlukan untuk perencanaan dan evaluasi pemasaran. Pemerintah dan pengusaha swasta
tentang kegiatan yang terkait dengan satu juga merupakan bekerja sama untuk
subsistem dengan subsistem lain dalam sistem mendukung kegiatan produksi.
agribisnis. Ketersediaan sarana produksi Irigasi yang tidak seimbang dengan luas lahan
merupakan salah satu subsistem dalam sistem sawah menyebabkan petani membutuhkan
agribisnis. Di Daerah Bolaang Mongondow irigasi dengan strandar yang memadai.
ketersediaan sarana produksi memiliki potensi Dari seluruh faktor internal dan
yang cukup baik. Sarana produksi yang eksternal tersebut maka diperoleh nilai skor
meliputi: benih, pupuk organik dan pestisida terbobot sebagai berikut :
organik cukup tersedia di daerah ini. Ada juga

Tabel 3. Gabungan Matriks Evaluasi Faktor Strategis Internal dan Eksternal Pengembangan
Beras Lokal di Daerah Bolaang Mongondow

Faktor-Faktor Strategis Bobot Skor Bobot x Skor


FAKTOR STRATEGIS INTERNAL
KEKUATAN
1. Pengalaman bertani 0.4 3.2 1.28
2. Ketersediaan modal 0.6 3.4 2.04
Total Skor Kekuatan 1 3.32
KELEMAHAN
1. Luas lahan 0.15 1.5 0.23
2. Jumlah Produksi Padi 0.3 2 0.60
3. Pelaksanaan Pertanian Padi 0.2 2.2 0.44
4. Pencatatan kegiatan usahatani 0.1 1.3 0.13
5. Pendapatan Petani 0.25 2.2 0.55
Total Skor Kelemahan 1 1.95
Selisih (Kekuatan – Kelemahan) 1.38
FAKTOR STRATEGIS EKSTERNAL
PELUANG
1. Ketersediaan sarana dan prasarana produksi pertanian 0.6 3.5 2.10
2. Permintaan beras local 0.25 3 0.75
3. Dukungan kelompok tani 0.15 3.8 0.57

Gratia Nova Lengkong

UNIVERSITAS PRISMA
Jurnal Prisma Myristica
47
Volume 1, nomor 1, Februari 2019

Total Skor Peluang 1 3.42


ANCAMAN
1. Dukungan pemerintah dan Swasta 0.19 1.71 0.32
2. Mutu beras lokal 0.25 3.43 0.86
3. Jaringan pemasaran beras local 0.15 1.29 0.19
4. Harga beras 0.24 2.44 0.59
5. Irigasi pertanian 0.17 2.00 0.34
Total Skor Ancaman 1 2.30
Selisih (Peluang – Ancaman) 0 (1.12)
Sumber: Analisis data primer
Tabel 3 menunjukkan bahwa faktor petani cukup mampu mendominasi kelemahan
internal dari kekuatan yang paling dominan eksternal yang ada. Hal ini dapat dilihat bahwa
adalah faktor ketersediaan modal dominan dan petani memiliki begitu banyak cara untuk
dari kelemahan yaitu faktor pencatatan mengatasi kelemahan eksternal.
kegiatan usahatani. Dimana petani Mutu beras lokal merupakan ancaman
membutuhkan modal baik dalam bentuk uang cukup besar yang berasal dari faktor eksternal,
maupun peralatan untuk dapat dimana mutu beras lokal masih harus bersaing
mengembangkan pertanian mereka. Secara dengan beras yang di datangkan dari luar
eksternal dari faktor peluang yang paling daerah. Dimana harga juga menjadi faktor
dominan adalah ketersediaan sarana dan penting dalam faktor eksternal ini karena harga
prasarana pertanian dan dari faktor ancaman dan mutu akan sangat berpengaruh pada pilihan
adalah mutu beras lokal. Selisih faktor strategis konsumen nanti. Selisih untuk faktor eksternal
internal (kekuatan – kelemahan) sebesar 1.38, adalah sebesar negatif (–)1,12
ini artinya pengaruh kekuatan sangat dominan Setelah itu mencari posisi strategi
terhadap pengaruh kelemahan pada pengembangan beras lokal di Daerah Bolaang
pengembangan komoditi beras lokal. Hal ini Mongondow dengan menggunakan matriks
berarti faktor kekuatan internal berupa modal posisi. Posisi strategi pengembangan
yang tersedia dan pengalaman bertani dari para ditunjukkan oleh titik koordinat (x,y)
Faktor Eksternal
Y (+) F
III I a
STABILITY EXPANSION k
t
Strategi Rasionalisasi Strategi Agresif
o
r

I
n
t
X(-) x X (+) e
* r
* n
x ********X a
l

IV II
RETRENCHMENT COMBINATION
Strategi Defensif Y (-) Strategi Diversifikasi
Gambar 1. Matriks Posisi Pengembangan Beras Lokal

Gratia Nova Lengkong

UNIVERSITAS PRISMA
Jurnal Prisma Myristica
48
Volume 1, nomor 1, Februari 2019

Gambar matriks posisi pengembangan sangat rendah, namun harga jual dipasar begitu
beras lokal menunjukkan posisi strategi tinggi.
pengembangan beras lokal di Daerah Bolaang Selanjutnya penentuan alternatif
Mongondow berada pada kuadran III yang strategi pengembangan beras lokal di Daerah
artinya petani beras lokal harus dapat Bolaang Mongondow dapat dilihat berdasarkan
menemukan langkah divesifikasi pada produk analisis SWOT yaitu dibuat berdasarkan
beras, dengan meningkatkan kekuatan dan faktor-faktor strategi, baik internal (kekuatan-
menggapai semua peluang yang ada dengan kelemahan) maupun eksternal (peluang-
meningkatkan mutu kualitas beras. Strategi ancaman). Berdasarkan matriks posisi analisis
diversifikasi lainnya yaitu meningkatkan SWOT, maka dapat ditentukan alternatif
produksi sehingga bukan hanya dapat strategi yang disusun atas 4 (empat) strategi
memenuhi kebutuhan masyarakat Sulawesi utama, yaitu Strengths-Opportunities (SO),
Utara tapi bisa juga untuk diekspor ke daerah Weaknesses-Opportunities (WO), Strenghts-
lain di Indonesia. Karena selama ini banyak Threats (ST) dan Weaknesses-Threats (WT).
beras dari daerah lain yang justru masuk di Penentuan alternatif strategi pengembangan
Sulawesi Utara. Hal lain yaitu peran beras lokal di daerah Bolaang Mongondow
pemerintah untuk dapat memutuskan rantai dapat dilihat pada tabel berikut ini.
tataniaga yang menyebabkan pendapatan petani

Tabel 2. Penentuan Alternatif Strategi Pengembangan Beras Lokal di Daerah Sulawesi Utara

Kekuatan (Strenghts) Kelemahan (Weaknesses)


1. Petani memiliki pengalaman Luas lahan berkurang karena
IFAS
dalam bertani 1. alih fungsi lahan
2. Tersedianya modal 2. Produksi terus menurun

Kegiatan pencatatan usahatani


3. masih rendah
EFAS
4. Masih rendahnya pendapatan
Peluang
Strategi SO Strategi WO
(Opportunities)

1. Sarana produksi 1. Memanfaatkan modal yang 1. Meningkatkan produktivitas


pertanian tersedia dan tersedia untuk lahan organik dengan
lengkap mengoptimalkan penggunaan mengoptimalkanpenggunaan
sarana produksi pertanian sarana produksi pertanian
(S2,O1) yang tersedia (W1,O1)

2. 2. Meningkatkan produksi padi


Permintaan meningkat Memanfaatkan pengalaman 2.
dengan mengoptimalkan
bertani organik untuk
penggunaan saraba produksi
memenuhi permintaan yang
pertanian yang tersedia (W2,
meningkat (S1, O2)
O1)

Gratia Nova Lengkong

UNIVERSITAS PRISMA
Jurnal Prisma Myristica
49
Volume 1, nomor 1, Februari 2019

3. Kelompok tani yang ada 3. Meningkatkan pelaksanaan


saling mendukung setiap tahapan pertanian
dengan mengoptimalkan
penggunaan sarana produksi
yang tersedia dan
memanfaatkan dukungan
kelompok tani (W3, O1, O3,
O4)

4. 4. Melakukan pelatihan
Mendapat bantuan dari pencatatan dan analisis
pemerintah dan swasta usahatani dengan
memanfaatkan dukungan
kelompok tani ataupun
lembaga swadaya masyarakat
(W4, O3, O4)

5. Meningkatkan pendapatan
dengan cara memanfaatkan
permintaan yang meningkat
(W5, O2)
Ancaman (Threats) Strategi ST Strategi WT
1. Tempat penjemuran 1. Meningkatkan produksi padi
Mengoptimalkan pengalaman 1.
berkurang untuk meningkatkan jaringan
bertani untuk meningkatkan
pemasaran (W2, T3)
mutu beras (S1, T2)

2. Mutu beras kalah 2. Meningkatkan pelaksanaan


Mengoptimalkan penggunaan 2.
bersaing dengan beras setiap tahapan pertanian
modal untuk penyediaan
daerah lain untuk meningkatkan mutu
mesin penggiling dan tempat
beras (W3, T2)
penjemuran (S2, T1)

3. Jaringan pemasaran 3. Mengoptimalkan penggunaan 3. Meningkatkan pelaksanaan


belum berkembang modal untuk mendirikan setiap tahapan dengan
koperasi pemasaran beras (S2, mengoptimalkan bantuan
T3) pemerintah dan swasta (W3,
T4)
4. Dukungan pemerintah 4. Mengoptimalkan penggunaan 4. Meningkatkan pendapatan
belum maksimal modal untuk memperbaiki untuk penyediaan mesin
sarana irigasi yang memenuhi penggiling dan tempat
standar penjemuran (W5, T1)

5. Sarana irigasi belum


memenuhi standar

KESIMPULAN produksi padi, pelaksanaan tahapan


Berdasarkan penelitian diatas dapat pengembangan beras lokal, pencatatan kegiatan
diambil kesimpulan sebagai berikut: Faktor- usahatani, ketersediaan modal, pendapatan dan
faktor internal yang mempengaruhi yaitu luas sarana pertanian yang lengkap. Sedangkan
lahan padi, pengalaman bertani, jumlah faktor-faktor eksternal yaitu mutu beras lokal,

Gratia Nova Lengkong

UNIVERSITAS PRISMA
Jurnal Prisma Myristica
50
Volume 1, nomor 1, Februari 2019
jaringan pemasaran beras, permintaan beras Memanfaatkan kerjasama dukungan kelompok
lokal, dukungan kelompok tani, dukungan tani, pemerintah dan pihak swasta. Sehingga
pemerintah dan swasta, sarana irigasi dan harga apabila kesemuanya ini dapat dijalankan
beras yang harus bersaing dengan beras dari dengan baik, diharapkan dapat meningkat
daerah lain yang lebih murah namun memiliki produksi beras lokal dengan mutu yang baik
mutu yang lebih baik. dan harga yang terjangkau, sehingga bisa
Adapun alternatif strategi yang dapat meningkatkan pendapatan petani beras lokal.
dilakukan untuk meminimalkan kelemahan dan
menghadapi ancaman dalam pengembangan DAFTAR PUSTAKA
beras lokal di daerah Bolaang Mongondow David, F.R. 2006. Manajemen Strategis.
adalah strategi WO antara lain meningkatkan Penerbit Salemba Empat. Jakarta.
produktivitas lahan organik dengan
mengoptimalkan penggunaan sarana produksi David, F.R. 2002. Manajemen Strategi :
pertanian yang tersedia (W1,O1). Konsep-konsep. Edisi Ketujuh, Jakarta;
Meningkatkan produksi padi untuk PT. Prehellindo
menghasilkan beras lokal dengan Dudiagunoviani, Y. 2009. Analisis Strategi
mengoptimalkan penggunaan sarana produksi Pengembangan Usahatani Beras
pertanian yang tersedia (W2,O1).
Meningkatkan pelaksanaan setiap tahapan Kountur, R. 2004. Metode Penelitian, untuk
pertanian organik dengan mengoptimalkan Penulisan Skripsi dan Tesis, Jakarta;
penggunaan sarana produksi yang tersedia dan Penerbit PPM
memanfaatkan dukungan kelompok tani Lungan, R. 2006. Aplikasi Statistika dan
(W3,O1,O3,O4). Melakukan pelatihan Hitung Peluang, Yogyakarta; Penerbit
pencatatan dan analisis usahatani dengan Graha Ilmu
memanfaatkan dukungan kelompok tani
(W4,O3,O4). Melakukan pencatatan dan Sugiyono. 2009. Metode Penelitian
analisis usahatani untuk perencanaan dan Administrasi. Bandung; CV.Alfabeta
evaluasi. Meningkatkan pelaksanaan tahapan TB Tulus, 2003. Perkembangan Sektor
pertanian organik dengan mengoptimalkan Pertanian Indonesia, Jakarta; Penerbit
penggunaan sarana produksi yang tersedia. Ghalia Indonesia.

Gratia Nova Lengkong

UNIVERSITAS PRISMA

Anda mungkin juga menyukai