Anda di halaman 1dari 79

PENGENDALIAN OPT PADA TANAMAN CABAI

DAN BAWANG MERAH


(SESUAI GAP)

RAIS SULISTYO WIDIYATMOKO S.Si


BALAI PROTEKSI TANAMAN PERTANIAN D.I.YOGYAKARTA
DINAS PERTANIAN PROVINSI DI. YOGYAKARTA
2018
LATAR BELAKANG
• Saat ini masyarakat/konsumen menghendaki
produk-produk pertanian yang aman konsumsi,
bermutu dan proses produksinya berwawasan
lingkungan
• Produk yang bermutu baik dan aman konsumsi
akan mampu bersaing di pasar
• Produk bermutu baik dan aman konsumsi
diperoleh melalui penerapan GAP (Good
Agriculture Practices) atau budidaya tanaman
yang benar
• Tujuan lain penerapan GAP
- Meningkatkan produksi dan produktivitas
- Mempertahankan kesuburan lahan, kelestarian
lingkungan, dan sistem produksi berkelanjutan
- Mendorong petani dan kelompok tani memiliki sikap
mental yang bertanggung jawab terhadap kesehatan,
keamanan diri dan lingkungan
- Meningkatkan peluang pasar internasional
- Memberikan jaminan keamanan terhadap konsumen
KOMPONEN BUDIDAYA TANAMAN CABE
YANG BENAR
1. PEMILIHAN LAHAN / LOKASI
2. PENENTUAN WAKTU TANAM
3. PENYIAPAN BENIH
4. PERSEMAIAN
5. PENYIAPAN LAHAN
6. PENANAMAN
7. PEMASANGAN AJIR
8. PEMUPUKAN
9. PENGAIRAN
10. PEWIWILAN/PEREMPELAN
11. PERLINDUNGAN TANAMAN (Prinsip, Pengendalian
OPT, Pestisida, Penggunaan pestisida, Pencatatan,
dst)
12. PANEN
13. PASCA PANEN
14. PENGEMASAN DAN PENGANGKUTAN
STANDAR BUDIDAYA TANAMAN YANG
BENAR

• Anjuran/A yaitu dianjurkan untuk dilaksanakan


• Sangat dianjurkan/SA yaitu sangat dianjurkan
untuk dilaksanakan
• Wajib/W yaitu harus dilaksanakan
PENGENDALIAN OPT CABE
SESUAI GAP
• Prinsip PHT, menggunakan sarana dan cara yg tidak
mengganggu kesehatan dan lingkungan hidup (SA)
• Dilaksanakan pada pratanam sampai pasca panen,
sesuai kebutuhan (SA)
• Pengendalian OPT dilakukan atas dasar hasil
pengamatan (A)
• Dilaksanakan sesuai anjuran. Penggunaan pestisida
sebagai alternatif terakhir (SA)
• Penggunaan sarana pengendalian OPT sesuai anjuran,
dibimbing oleh penyuluh/ahli dibidangnya (SA)
PESTISIDA UNTUK PENGENDALIAN OPT
• Pestisida yang digunakan telah terdaftar dan diijinkan Mentan untuk
tanaman bersangkutan, efektif terhadap OPT yang menyerang (W)
• Penggunaan pestisida memenuhi kriteria 8 tepat (tepat jenis, tepat
mutu, tepat dosis, tepat waktu, tepat konsentrasi, tepat OPT target,
tepat cara, tepat alat) (SA)
• Penggunaan pestisida diusahakan seminimal mungkin
meninggalkan residu (SA)
• Diutamakan penggunaan pestisida hayati, pestisida mudah terurai,
kurang berbahaya terhadap manusia dan lingkungan (SA)
• Penggunaan pestisida tidak menimbulkan dampak negatif terhadap
pekerja (SA)
• Tata cara aplikasi pestisida sesuai aturan pada label (SA)
• Pestisida dengan residu berbahaya tidak boleh diaplikasikan
menjelang dan saat panen (W)
PENCATATAN PENGGUNAAN
PESTISIDA
• Pestisida yang digunakan dicatat (jenis, waktu, dosis,
konsentrasi, cara aplikasi) (SA)
• Penggunaan pestisida harus dicatat (nama pestisida,
lokasi, tanggal aplikasi, nama distributor, nama
penyemprot) (SA)
• Catatan penggunaan pestisida disimpan selama 3 tahun
(SA)
PENYIMPANAN PESTISIDA

• Pestisida disimpan ditempat yang baik dan


aman (A)
• Terdapat fasilitas untuk menakar dan
mencampur pestisida (SA)
• Terdapat catatan tentang pestisida yang
disimpan (A)
• Semua pestisida harus disimpan dalam
kemasan aslinya (W)
PEMBUANGAN PESTISIDA

• Wadah bekas pestisida tidak boleh digunakan untuk


keperluan lain. Pembuangan wadah tidak boleh
membahayakan manusia dan pencemaran lingkungan
(W)
• Wadah bekas pestisida harus dirusak untuk mencegah
penggunaan ulang (W)
JENIS OPT YANG DILAPORKAN MENYERANG PERTANAMAN CABAI
DI INDONESIA

Hama: Penyakit:
 Ulat grayak (Spodoptera litura)  Antraknose (Colletotrichum capsici)
 Thrips (Thrips tabaci)  Virus kuning
 Kutu daun persik (Myzus persicae)  Busuk daun (Phytophthora sp.)
 Kutu kebul  Virus keriting
 Ulat tanah (Agrotis ipsilon)  Busuk buah (Alternaria solani)
 Tungau kuning (Hemitarsonemus  Bercak daun (Cercospora capsici)
latus)  Layu bakteri (Pseudomonas
 Lalat buah (Bactrocera spp.) solanacearum)
 Busuk pangkal batang (Rhizoctonia
solani)
 Layu fusarium (Fusarium oxysporum)
OPT UTAMA CABAI
Trips (Thrips parvispinus)
• Trips menyerang tanaman cabai
sepanjang tahun, khususnya pada
musim kemarau
• Gejala serangan ditandai dengan
daun bagian bawah keperakan,
mengeriting, dan berkerut.

PENGENDALIAN
• Pemusnahan bagian tanaman terserang
• Penggunaan perangkap likat 40 buah/ha
dipasang sejak tanaman umur 2 mst.
Setiap minggu perangkap olesi perekat.
Pemasangan dengan ketinggian 30 cm di
atas tajuk tanaman
• Penyemprotan insektisida efektif al.
Agrimec 18 EC, Kiliri 20 EC, Rampage 100
SC, Sidamec 20 EC bila serangan
mencapai ambang > 15 %
Kutu daun (Myzus persicae)
• Panjang tubuhnya 1-2 mm
• Gejala serangan ditandai daun keriput,
kerdil, kekuningan, daun terpuntir, layu

PENGENDALIAN
• Sanitasi gulma dan bagian tanaman
terserang
• Penggunaan perangkap likat kuning
• Penggunaan insektisida efektif al. Kanon
400 EC, Larvin 75 WP, Pegasus 500 SC,
Rampage 100 EC, Sidacis 25 EC, Rotraz
200 EC bila mencapai ambang
pengendalian : 7 ekor per 10 daun atau
kerusakan >15 %
Tungau (Polyphagotarsonemus latus dan
Tetranychus sp.)
• Tungau pada tanaman cabai ada dua
jenis, yaitu tungau kuning (P.latus)
dan tungau merah (Tetranychus sp.)
• Gejala serangan ditandai dengan
adanya warna tembaga pada bawah
daun, tepi daun mengeriting, daun
melengkung ke bawah, tunas daun dan
bunga gugur

PENGENDALIAN
• Sanitasi bagian tanaman terserang,
dimusnahkan
• Penggunaan insektisida anjuran al.
Arrivo 30 EC, Marshal 20 EC, Mitac 200
EC, Nissorun 50 EC, Meothrin 50 EC
bila tingkat serangan > 15 %
Lalat buah (Bactrocera sp.)
• Lalat berukuran 6-8 mm
• Imago bertina mampu bertelur sampai 100
butir
• Aktivitas serangga dewasa pada
umumnya siang dan senja hari
• Aktivitas serangga terangsang oleh
visualisasi warna, terutama warna kuning
• Gejala serangan ditandai adanya bekas
tusukan pada pangkal buah

PENGENDALIAN
• Sanitasi buah terserang, dimusnahkan
• Penggunaan perangkap dengan atraktan
minyak selasih, metil eugenol
• Pemasangan perangkap likat kuning
• Penyemprotan insektisida efektif al.
Bestox 50 EC, Metrin 30 EC, Buldok 25
EC, Decis 2,5 EC,
Kutu kebul (Bemisia tabaci)
• Gejala serangan ditandai dengan
adanya bercak nekrotik pada daun
• Embun madu yang dikeluarkannya
dapat menyebabkan serangan jamur
jelaga yang berwarna hitam
• Kutu kebul adalah vektor penyakit
virus gemini (virus kuning)

PENGENDALIAN
• Penanaman barier jagung, kc panjang,
kenikir
• Sanitasi gulma inang
• Pemasangan perangkap likat kuning 40
buah/ha
• Penggunaan pestisida nabati Nimba,
Tagetes, eceng gondok, bunga pukul 4
• Penyemprotan insektisida Confidor
200 LC, Actara 25 WG, Pegassus 500
SC, Mitac 200 EC
Ulat grayak (Spodoptera litura)

• Hama ini menyerang tanaman cabai


dari persemaian sampai di lapangan
• Ciri khasnya pada segmen ke-4 dari
abdomen terdapat bercak hitam yang
menyerupai kalung

PENGENDALIAN
• Sanitasi gulma
• Pengumpulan kelompok telur, larva,
pupa secara mekanis
• Pemasangan lampu perangkap
• Penggunaan agens hayati SL-NPV
• Penyemprotan insektisida efektif al.
Matador 25 EC, Metindo 25 WP,
Metrin 30 EC, Orthene 75 SP, Decis
2,5 EC
Ulat buah (Heliotis armigera)
• Larva masuk ke dalam buah
dengan menembus dinding
buah dan hidup di dalam
buah yang belum masak
• Gejala serangan ditandai
dengan adanya lubang-
lubang pada buah cabai

PENGENDALIAN
• Pengumpulan dan pemusnahan
larva
• Penggunaan insektisida anjuran
al : Fenval 200 EC, Poksindo 200
EC, Matador 25 CS
Pengorok daun (Liriomyza sp.)

• Serangga dewasa berupa lalat kecil


berukuran sekitar 2 mm
• Larva merusak tanaman dengan cara
mengorok daun, sedangkan serangga
dewasa merusak tanaman dengan cara
menusuk dan mengisap cairan daun
• Gejala serangan ditandai adanya
bintik-bintik putih dan alur korokan
pada daun

PENGENDALIAN
• Pemasangan perangkap likat
kuning 50 buah/ha
• Pengendalian fisik dengan
jaring/kain
• Penyemprotan insektisida :
Promectin 18 EC, Supemec 18 EC,
Penyakit virus kuning
Penyebab : virus, ditularkan serangga kutu
kebul

Pengendalian :
- Penggunaan bibit sehat dengan
menyungkup semai
- Eradikasi selektif tanaman sakit
- Sanitasi gulma inang virus dan serangga
penular
- Menanam tanaman barier/penghalang,
tanaman perangkap
- Pemasangan perangkap likat
- Pengendalian dengan pestisida
nabati : bunga pukul 4, daun sirsak,
nimba, bayam duri
kimia : Actara 25 WG, Pegasus 500 SC,
Mitac 200 EC, Confidor 5 WP
Penyakit busuk buah (Antraknose)

• Penyakit ini disebabkan oleh cendawan C.


gloeosporioides,
• Gejala serangan awal berupa bercak coklat
kehitaman pada permukaan buah. Pada
bagian tengah bercak terdapat kumpulan titik
hitam yang merupakan kelompok spora

PENGENDALIAN
• Penggunaan benih sehat
• Perendaman benih dengan air hangat 55 oC
selama 30 menit
• Sanitasi buah cabai terserang, dimusnahkan
• Penggunaan agens antagonis Trichoderma
sp, Gliocladium sp pada pesemaian
• Penggunaan fungisida efektif yang
dianjurkan al. Bion M 1/48 WP, Victory 80 WP,
Kocide 54 WDG, Champion 77 WP, Folicur 25
WP,
Penyakit layu fusarium
(Fusarium 0xysporum)
• Penyebab : jamur Fusarium oxysporum
• Gejala serangan : layu dari bagian
bawah tanaman menjalar ke bagian atas,
ke ranting-ranting muda kemudian mati.
Warna jaringan akar dan batang coklat.
• Suhu optimal untuk perkembangan
patogen ini berkisar antara 24-27 oC.

PENGENDALIAN
• Eradikasi tanaman terserang dicabut
dan dibakar
• Penggunaan agens hayati Trichoderma
sp atau Gliocladium sp
• Penggunaan FUNGISIDA anjuran
Penyakit layu bakteri
(Ralstonia solanacearum)
• Penyebab : bakteri Ralstonia
solanacearum
• Pada tanaman muda, gejala layu mulai
tampak pada daun bagian atas tanaman.
Setelah beberapa hari diikuti oleh layu
mendadak dan permanen, tetapi warna
daun tetap hijau atau sedikit menguning.
Buah menguning.

PENGENDALIAN
• Eradikasi tanaman terserang dicabut
dan dibakar
• Penggunaan agens hayati Trichoderma
sp atau Gliocladium sp
• Aplikasi PGPR
• Penggunaan bakterisida anjuran
Bercak daun
(Cercospora capsici)
• Penyebab : jamur Cercospora
capsici.
• Gejala serangan : pada daun
terdapat bercak bulat berwarna
putih atau pucat dengan tepi yang
lebih tua warnanya seperti mata
katak, sehingga penyakit ini disebut
pula “mata katak”. Pada tangkai
buah terdapat bercak melingkar
berwarna putih kecoklatan

PENGENDALIAN
• Sanitasi/eradikasi bagian tanaman
terserang
• Penggunaan fungisida efektif
Penyakit virus kerupuk
• Penyebab belum dapat diidentifikasi
• Gejala serangan ditandai dengan
daun-daun tanaman yang terinfeksi
berwarna hijau gelap, permukaan
daun tidak merata, daun
melengkung ke bawah, dan
pertumbuhannya kerdil
• Penyakit ini ditularkan oleh
Aphis gossypii

PENGENDALIAN
• Tanaman muda yang terinfeksi
dimusnahkan
• Penggunaan insektisida untuk
mengendalikan serangga penular (
Starfos 25 EC, Supemec 18 EC, Fury
50 EC, Tabard 500 EC
PERSEMAIAN
LAPANGAN
5. Penggunaan agens hayati maupun
pestisida efektif yang diijinkan oleh
Menteri Pertanian dengan dosis dan cara
yang tepat
6. Aplikasi PGPR 250 cc (1 gelas
blimbing)/ 20 liter air di pertanaman umur
1 bulan dengan disiramkan disekitar
perakaran sampai batas lingkar tajur
OPT TANAMAN BAWANG MERAH

• Ulat bawang (Spodoptera exigua)


• Orong-orong (Gryllotalpa sp.)
• Trips (Thrips tabaci)
• Pengorok daun (Liriomyza chinensis)
• Penyakit antraknose
• Penyakit bercak ungu
• Penyakit embun bulu (embun tepung palsu)
• Penyakit layu fusarium
Ulat bawang (S. exigua)
• Ngengat berwarna kelabu
• Telur diletakkan secara berkelompok
• Ulat berwarna hijau atau coklat
• Gejala serangan ditandai dengan timbulnya
bercak putih transparan pada daun
Orong-orong (Gryllotalpa sp.)

• Umumnya menyerang
tanaman bawang merah
pada penanaman kedua
• Menyerang pada tanaman
muda (1-2 MST)
• Gejala serangan ditandai
dengan layunya tanaman,
karena akar tanaman
rusak
Trips (Thrips tabaci)
• Serangga dewasa
panjangnya 1 mm dengan
sayap berjumbai seperti
sisir.
• Umumnya menyerang pada
musim kemarau yang terik,
terutama pada lahan yang
kekurangan air.
• Gejala serangan ditandai
dengan adanya daun
berwarna putih berkilau
Gejala serangan Nimfa T. tabaci
seperti perak
Pengorok daun (Liriomyza chinensis)
• Serangga dewasa berupa lalat
kecil berukuran sekitar 2 mm
• Larva merusak tanaman
dengan cara mengorok daun,
sedangkan serangga dewasa
merusak tanaman dengan cara
menusuk dan mengisap cairan
daun
• Gejala serangan ditandai
adanya bintik-bintik putih dan
Gejala serangan Lalat dewasa
alur korokan pada daun
Penyakit antraknos
• Penyakit ini disebabkan oleh cendawan
Colletotrichum gloeosporioides
• Gejala serangan ditandai dengan
terbentuknya bercak putih pada daun,
selanjutnya akan terbentuk lekukan yang
menyebabkan patahnya daun-daun
bawang secara serentak
• Umumnya penyakit ini menyerang pada
musim hujan
• Di daerah Brebes penyakit ini disebut
penyakit otomatis, karena menyerang Gejala serangan
pertanaman dengan tiba-tiba
Penyakit bercak ungu/ Trotol
• Penyakit ini disebabkan oleh
cendawan Alternaria porii,
yang akan berkembang
dengan cepat pada
kelembaban tinggi dengan
suhu di atas 26 oC
• Gejala serangan ditandai
dengan adanya bercak kecil
melekuk berwarna putih
atau ungu Gejala serangan
Penyakit layu fusarium/ Ngoler
• Penyakit ini disebabkan
oleh cendawan Fusarium
oxysporum
• Gejala serangan ditandai
dengan daun menguning,
terpelintir, dan layu. Jika
dicabut akarnya
membusuk
• Ditularkan melalui bibit,
tanah, udara, dan air Gejala serangan
Penyakit embun bulu atau tepung palsu
Penyakit embun bulu/ Tepung palsu
• Penyakit ini disebabkan oleh
cendawan Peronospora
destructor (Berk.)
• Spora ini disebarluaskan oleh
angin
• Gejala tampak lebih jelas jika
daun basah terkena embun
• Bercak infeksi pada daun
mampu menyebar ke bawah
hingga mencapai umbi lapis Gejala serangan
Strategi Pengendalian OPT Bawang Merah
Mengapa harus PHT??
• Kegagalan pengendalian OPT secara konvensional
• Kesadaran akan keamanan bahan pangan
• Kebijakan pemerintah (UU No.12, 1992)

Pengendalian Hama Terpadu (PHT) adalah


suatu sistem pengelolaan OPT dengan
Pemahaman
pendekatan ekologi yang bersifat multidisiplin
untuk mengelola populasi hama dan penyakit Biologi dan
dengan memanfaatkan beragam taktik ekologi OPT
pengendalian yang kompatibel dalam suatu penting
kesatuan koordinasi pengelolaan
Cara pengendalian OPT Bawang Merah
Preventif :
• Mengurangi populasi awal OPT agar tidak menimbulkan
kerugian secara ekonomi

Kuratif :
• Menekan populasi atau intensitas serangan OPT di
bawah nilai ambang pengendalian agar secara ekonomi
tidak menimbulkan kerugian
Preventif : Perencanaan tanam
• Pemilihan lokasi tanam
• Sistem tanam
• Pola tanam
• Waktu tanam
• Pemilihan varietas
Preventif : Sistem tanam
Monokultur di lahan terbuka Monokultur di rumah kasa
Preventif : Sistem tanam
• Tumpanggilir di lahan terbuka
Preventif : Sistem tanam

• Tumpanggilir di dalam rumah kasa


Preventif : Pola tanam
Pola tanam bawang merah-cabai merah di dataran rendah :

Januari - Maret Apr-Mei Juni - Sep Okt Nop-Des

Bera
Januari - Maret Apr-Mei Jun
Bera Jul-Agt Sep-Okt Nop-Des

Bera
Preventif : Waktu tanam
• Untuk menghindari terjadinya ledakan serangan ulat bawang,
waktu tanam yang tepat April s.d. Juni
• Untuk menghindari terjadinya ledakan serangan penyakit
trotol, waktu tanam yang tepat September - Oktober
Preventif : Pemilihan varietas

• Musim hujan :
Bima, Maja dan
Bima
Katumi
• Musim kemarau :
Filipin, Bangkok
dan Sembrani
Maja
Preventif : Perlakuan tanah
• Pemberian kompos sebanyak 2,5-5 ton/ha
• Pemberian kapur pertanian jika pH tanah kurang dari
5,6-6,5
pH Tanah Kebutuhan kapur (ton/ha)
5,50 5,80
5,00 7,80
4,50 10,70
4,00 13,60
Dilakukan 1 bulan sebelum tanam
Preventif : Perlakuan benih
• Untuk mencegah serangan penyakit layu fusarium,
sebelum ditanam benih bawang merah diberi perlakuan
dengan fungisida Mankozeb (100 kg benih + 100 g
fungisida), selanjutnya benih disimpan di dalam karung
plastik selama 1-2 hari
Preventif : Perangkap OPT
• Perangkap lekat warna kuning (40-50 buah/ha)
• Perangkap lampu neon 10 watt (30 titik lampu/ha)
• Perangkap feromonoid seks EXI (10-20 buah/ha)
Preventif : Pemasangan umpan beracun
Orong-orong :
• Pemasangan umpan beracun
(dedak + Regent 0,3 G) 1 minggu
setelah tanam
Preventif : Penyiraman
• Umur 0-5 HST, dilakukan 2 kali
penyiraman/hari (pagi dan sore
hari)
• Umur 6-25 HST, dilakukan 1 kali
penyiraman/hari pada pagi hari
• Umur 26-50, dilakukan 2 kali
penyiraman/ hari (pagi dan sore
hari)
• Umur 51-60 HST, dilakukan 1
kali penyiraman/ hari pada siang
hari
Kuratif : Penerapan ambang pengendalian OPT
Ulat bawang :
• Dilakukan tindakan pengendalian, jika telah ditemukan
kelompok telur S. exigua sebanyak 0,1 kelompok telur/10
tanaman atau kerusakan tanaman 5% atau telah tertangkap
imago sebanyak ≥ 30 ekor/ perangkap/3 hari. Tindakan
pengendalian dapat dilakukan dengan cara :
- Mekanik : mengumpulkan telur dan larva
- Kimiawi dengan penyemprotan insektisida
Kuratif : Eradikasi selektif
Penyakit layu fusarium/ ngoler
• Jika ditemukan tanaman yang terserang layu fusarium, lakukan
pencabutan tanaman terserang lalu dibakar
Kuratif : Penerapan ambang pengendalian OPT
Trips :
• Jika ada gejala serangan trips
dilakukan penyiraman pada siang
hari
• Meninggikan permukaan air
dalam kanal ± 25 cm dari
permukaan bedengan
Kuratif : Penerapan ambang pengendalian OPT
Lalat pengorok daun :
• Jika kerusakan
tanaman oleh serangan
hama pengorok daun
telah mencapai 10%
lakukan penyemprotan
insektisida yang efektif,
terdaftar dan dianjurkan

Gejala serangan Lalat dewasa


Kuratif : Penerapan ambang pengendalian OPT

Penyakit antraknos :
• Secara preventif disemprot
dengan fungisida Azoksistrobin
+ Difenokonazol pada umur 7
dan 14 hari setelah tanam
• Jika serangan berlanjut dan
kerusakannya mencapai 5%,
pertanaman disemprot dengan
insektisida yang efektif, terdaftar
dan dianjurkan

Gejala serangan
Kuratif : Penerapan ambang pengendalian OPT

Penyakit bercak ungu/trotol :


• Secara preventif disemprot
dengan fungisida Azoksistrobin
+ Difenokonazol pada umur 7
dan 14 hari setelah tanam
• Jika serangan berlanjut dan
kerusakannya mencapai 5%,
pertanaman disemprot dengan
insektisida yang efektif, terdaftar
dan dianjurkan
Gejala serangan
Kuratif : Penerapan ambang pengendalian OPT

Embun tepung :
• Secara preventif dilakukan
pennyemprotam fungisida
Mandipropamid atau Propineb +
Fluopikolid pada umur 7 dan 14
HST
• Jika serangannya berlanjut dan
kerusakannya mencapai 5%, maka
pertanaman disemprot dengan
fungisida yang efektif, terdaftar dan
diijinkan
PENGGUNAAN PERANGKAP LAMPU UNTUK MENGENDALIKAN
ULAT BAWANG PADA BUDIDAYA BAWANG MERAH
SPESIFIKASI PERANGKAP LAMPU
• Jenis lampu : TL 10 Watt
• Jumlah perangkap lampu : 30 titik lampu/ ha
• Jarak pemasangan : 20 m x 15 m
• Harga per titik lampu (lampu TL, kabel listrik, baskom penampung
imago, penyangga lampu, dll) : Rp. 50.000/buah
• Biaya beban (iuran PLN) : Rp. 75.000,-/ titik lampu/ musim
• Waktu pemasangan : 1 minggu sebelum tanam + selama 60 hari
umur bawang merah
• Waktu penyalaan lampu setiap hari : 17.00 – 06.00
Biaya yang diperlukan per hektar : Rp. 3.750.000,- terdiri atas :
• 30 buah titik lampu @ Rp. 50.000 = Rp. 1.500.000,-
• Biaya beban (PLN), 30 buah titik lampu @ Rp. 75.000 = Rp.2.250.000,-
Analisis usahatani/ ha (Rupiah) Tahun 2005 di Nganjuk
(Sumber : Udiarto dkk. 2005)
Uraian Dengan lampu Tanpa lampu
- Lampu/ musim tanam 3.750.000,- -
- Insektisida/ musim tanam 600.000,- 6.000.000,-
Jumlah 4.350.000,- 6.000.000,-
Hasil panen :
- 24.000 kg @ 2.200 52.800.000,- -
- 23.000 kg @ 2.200 - 50.600.000,-
Keuntungan kotor 48.450.000,- 44.600.000,-
Catatan :
- Pakai perangkap lampu : 2 kali penyemprotan insektisida/musim
- Tanpa lampu : 20 x penyemprotan insektisida/ musim
Analisis anggaran parsial
Penggunaan Feromon Exi
Di Enrekang, Sulsel 2012

Perubahan penerimaan dan biaya berubah akibat perubahan dari teknologi penyemprotan
insektisida dengan sistem kalender ke penerapan ambang pengendalian (Rp./ha).
Sulawesi Selatan, 2012

Perubahan teknologi

Uraian Disemprot Penerapan


insektisida ambang Perubahan
2 x/minggu/ pengendalian
I. Hasil panen
Bobot (kg/ha) 13.390 13.460 70
Harga (Rp./kg) 6.000 6.000 -
Total penerimaan (Rp./ha) 80.340.000 80.760.000 420.000
Perubahan teknologi

Uraian Disemprot Penerapan


insektisida 2 ambang Perubahan
x/minggu/ pengendalian
II. Biaya berubah per hektar (Rp./ha) -
2.1. Tenaga kerja (Rp./ha) -
§ Pengamatan populasi imago S.exigua - 300.000 300.000
§ Feromon Exi - 125.000 125.000
§ Penyemprotan insektisida 3.780.000 2.430.000 - 1.350.000
Subtotal biaya tenaga kerja (Rp./ha) 3.780.000 2.855.000 - 925.000
2.2. Bahan -
§ Insektisida untuk untuk pengendalian S.exigua 13.506.667 8.683.000 - 4.823.667
Subtotal biaya bahan 13.506.667 8.683.000 - 4.823.667
Subtotal biaya bahan + upah 17.286.667 11.538.000 - 5.748.667
Bunga modal (1,67%/ bulan untuk 3 bulan) 866.062 578.054 - 288.008
Total biaya berubah (Rp./ha) 18.152.729 12.116.054 - 6.036.675
Pendapatan kotor (Rp./ha) 62.187.271 68.643.946 6.456.675
ANALISIS EKONOMI PENGGUNAAN RUMAH KASA PADA
BUDIDAYA BAWANG MERAH
Analisis usahatani/ ha (Rupiah) Tahun 2005 di Probolinggo
(Sumber : Udiarto dkk. 2005)

Uraian Rumah kasa Tanpa rumah kasa

- Kasa/ musim tanam 1.394.500,- -


- Pestisida/ musim tanam 504.000,- 7.029.000,-
Jumlah 1.898.500,- 7.029.000,-
Hasil panen :
-10.300 kg @ 4.800 49.44.000,- -
- 9.960 kg @ 4.800 - 47.808.000
Keuntungan kotor 47.541.500,- 40.779.000
Catatan :
- Di rumah kasa : 5 kali penyemprotan insektisida/musim
- Tanpa rumah kasa : 30 x penyemprotan insektisida/ musim
Predator Serangga
• Hewan/ Serangga musuh alami yang memangsa hama tanaman
PEMBUATAN (PGPR)
Penyiapan Bakteri

o Bakteri dapat diperoleh sendiri dari alam, misalkan


dengan cara:
1. Cari rumput liar atau rumput gajah yang sehat,
atau seresah di bawah rumpun bambu
2. Cabut dan rontokkan tanah di akar, tetapi jangan
bersih betul
3. Potong akarnya dan rendam dalam air masak
yang sudah didinginkan selama 2-4 hari
4. Air rendaman dapat digunakan sebagai bahan
sumber bakteri
PEMBUATAN PGPR
Penyiapan Media Tumbuh

a. Bahan: Air bersih 20 liter + terasi tanpa bahan pengawet 100


gram + katul 0,5 kg atau leri 1 liter + gula 200 gram + kapur
mati/enjet 1 sendok teh

b. Cara:
1. Panaskan air hingga mendidih
2. Masukan bahan satu persatu dan aduk hingga merata
3. Setelah masak, dinginkan sampai suhu larutan sama
dengan suhu kamar
4. Saring untuk mendapatkan larutan yang siap digunakan
sebagai media tumbuh
PEMBUATAN PGPR

1. Masukkan bahan sumber bakteri ke dalam


larutan media tumbuh bakteri: masukan 2-5
gelas air rendaman per 20 liter media
2. Aduk hingga merata
3. Lakukan pengadukan setiap hari, atau
gunakan aerator
4. Tunggu antara 5-7 hari, BP3T siap digunakan
dengan tanda munculnya bau masam/busuk &
cairan lebih keruh
PENGGUNAAN PGPR
Tanaman Cabai: 3 x aplikasi (tergantung situasi)

A. Perendaman benih:
1. Campurkan 3 – 4 sendok makan bahan biakan dengan 1 gelas air
masak, aduk hingga merata
2. Cuci benih cabai yang akan direndam hingga bersih
3. Rendam benih selama semalam (10 – 12 jam)
4. Angkat benih dan angin-anginkan di tempat teduh
5. Benih siap disemaikan
B. Penyiraman persemaian (1 minggu sebelum ditanam)
1. Campurkan 1 gelas bahan biakan dengan 20 liter air, aduk hingga rata
2. Siramkan dengan gembor ke persemaian

C. Penyiraman pertanaman (1 bulan setelah tanam)


1. Campurkan 1 gelas bahan biakan dengan 20 liter air, aduk hingga
merata
2. Siramkan dengan gembor ke sekitar perakaran sampai batas lingkar
tajuk
PGPR KONTROL

DGN PGPR TANPA PGPR

PERCOBAAN LAPANGAN
Tanpa Perlakuan PGPR Perlakuan PGPR
PGPR KONTROL

PERCOBAAN LAPANG
VARIETAS LOKAL BREBES
PENGGUNAAN PGPR
Penyiraman tanah di sekeliling batang tanaman,
konsentrasi 1 gelas per 20 liter air

Bawang Merah Perlakuan 7, 14, 21 HST dan 40 HST

Mentimun Perlakuan 21 HST dan 45 HST

Tomat 7 hari sebelum pindah tanam dan 45 HST

Kacang panjang 21 HST dan 45 HST

Padi 7 hari sebelum pindah tanam dan 40 HST

Anda mungkin juga menyukai