CVPD termasuk salahsatu penyakit yang menjadi momok petani jeruk. Penyakit ini
menyerang pada hampir seluruh jenis tanaman jeruk seperti : jeruk keprok Pulung, jeruk
keprok Batu 55, keprok Madura, jeruk manis Pacitan, jeruk nipis Perak, jeruk keprok dan
jeruk Siam dan lain-lainnya.
Penyebab Penyakit : Penyakit ini disebabkan oleh bakteri perusak jaringan phloem atau
Liberobacter asiaticum Penyebaran penyakit ini ditularkan oleh kutu loncat (pembawa
patogen), Diaphorina citri dan bibit jeruk yang terinfeksi CVPD. Tanaman inang kutu loncat
ini adalah kemuning (Muraya peniculata) dari famili Rutaceae.
Gejala Serangan ; Serangan utama pada kuncup daun dan tunas-tunas muda. Serangan pada
tunas-tunas mengakibatkan tunas menjadi keriting dan pertumbuhannya terhambat. Pada
tingkat serangan lebih lanjut, bagian yang terserang secara bertahap menjadi kering kemudian
mati. Gejala awal dapat dikenali dengan adanya bloctching/motling yaitu warna kuning pada
daun yang tidak dibatasi oleh tulang daun dan biasanya tidak simetris seperti yang
ditunjukkan oleh daun yang mengalami kekurangan unsur hara (defisiensi). Warna kuning
tersebut tembus ke bagian belakang dan gejala selanjutnya dapat mengakibatkan
pertumbuhan daun terhambat yang ditunjukkan oleh daun mengecil, relatif kaku, runcing dan
menghadap ke atas. Penyebaran patogen CVPD dalam jaringan phloem daun relatif lambat
dibandingkan dengan yang diakibatkan serangan virus lainnya sehingga sering terjadi
serangan pada satu ranting yang menimbulkan gejala sektoral. Buah dari pohon yang
terserang CVPD jika dibelah dari ujung atas ke bawah nampak bagian buah yang tidak
simetris ("lop-sided") dan bijinya abortus, tidak bernas, dan salah satu ujungnya berwarna
coklat.
Biologi Hama : Serangga penular penyakit CVPD ini akan lebih aktif pada suhu tinggi
(dataran rendah) dibandingkan suhu rendah (dataran tinggi).
Kutu loncat menghasilkan sekresi berwarna putih berbentuk spiral diletakkan di atas
permukaan daun atau pucuk tunas. Kutu loncat , Diaphorina citri mempunyai 3 siklus hidup
yaitu telur, nimfa, dan dewasa. Siklus hidupnya berlangsung selama 16-18 hari pada suhu
panas atau + 45 hari pada suhu dingin. Serangga penular ini mampu bertelur + 800 butir
diletakkan secara tunggal atau berkelompok pada kuncup dan tunas-tunas muda sehingga
pola pertunasan merupakan faktor penting dalam perkembangannya.
Diaphorina citri dapat dikendalikan secara efektif dengan metode penyaputan atau
pengolesan batang menggunakan insektisida bahan aktif imidakloprid seperti Winder 25WP
dan Winder 100EC atau pestisida sistemik lainnya. Penyaputan batang dapat dilakukan
dengan interval setiap 2 – 4 minggu. Selain itu dapat juga dilakukan penyemprotan
denganPENTANA 3 - 5 cc/l pada saat tanaman sedang bertunas. PESTONA untuk
mengendalikan telur D. citri sehingga efektif diterapkan pada awal pertunasan. Penyemprotan
dengan Natural BVR ( Beuaveria bassiana ) 1 sendok makan per tangki untuk memperbanyak
musuh alami. Dengan metode penyaputan batang, diharapkan musuh alami D. citri tidak ikut
mati. Tahapan pelaksanaan penyaputan batang dapat dilakukan sebagai berikut : (1) bagian
batang di atas bidang penempelan hingga di bawah cabang utama dibersihkan dari kotoran
yang menempel, (2) disaput dengan kuas yang sebelumnya dicelupkan dalam Insektisida
murni (tidak dilarutkan) dengan tinggi saputan selebar diameter batangnya. Penyaputan
batang dapat juga menggunakan alat/mesin khusus penyaput batang. Untuk lingkar batang 18
– 20 cm dosis yang digunakan sebaiknya 10 – 15 ml, (3) tanaman kemudian disiram
Sanitasi Kebun
Sanitasi kebun diartikan sebagai upaya membuang bagian tanaman atau pohon yang terserang
CVPD agar kebun jeruk petani tetap dalam kondisi bebas dari bibit penyakit CVPD.
Pengendalian ranting yang terinfeksi CVPD pada beberapa tempat (sektoral) dapat dilakukan
dengan memangkas sampai dua periode pupus sebelumnya. Pohon jeruk yang terinfeksi
secara merata harus dibongkar sampai seluruh bagian akar tanaman. Tunas-tunas yang
tumbuh dari bekas pangkasan dapat sebagai sumber bibit penyakit CVPD. Sanitasi kebun ini
harus melibatkan semua kelompok tani jeruk yang ada, karena dengan melakukan sanitasi
secara serentak dan massal pada suatu areal tanaman jeruk, kemungkinan terserangnya jeruk
oleh CVPD dapat diperkecil.
Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman dan kebun secara optimal yang meliputi pemupukan, penyiraman,
pemangkasan bentuk, penjarangan buah dan pengendalian hama penyakit lainnya dapat
meningkatkan produktifitas tanaman. Teknologi pemeliharaan kebun jeruk, dapat berbeda
berdasarkan varietas agroklimatnya sehingga bersifat sangat spesifik lokasi. Jika ada satu atau
beberapa tanaman yang terinfeksi penyakit CVPD dalam kebun yang dipelihara secara baik,
gejalanya akan mudah dikenali sehingga tindakan sanitasi kebun dapat lebih mudah
dilakukan. Pemeliharaan kebun yang optimal dapat mempermudah pelaksanaan sanitasi
kebun.
Teknologi memajukan pembungaan dan mempertahankan tanaman berbuah sepanjang tahun
melalui pemupukan, irigasi dan hormonal telah memberikan keuntungan bagi sebagian petani
yang menerapkannya. Di sisi lain teknologi tersebut dapat mengakibatkan terjadinya
pertunasan sepanjang tahun yang perlu diantisipasi sebelumnya. Hal ini sangat erat kaitannya
dengan kehadiran serangga pembawa penyakit CVPD ini, sehingga diperlukan teknologi
yang ramah lingkungan dan mampu meningkatkan buah secara kuantitas, kualitas dan
kelestarian. Teknologi pemupukan NASA dengan memakai SUPERNASA, POWER
NUTRITION dan GREENSTAR
Cara Penggunaannya :
1. 1 botol SUPERNASA + 10 kg NPK dicampur 200 liter air kemudian siramkan 2 liter
per pohon tiap 3-6 bulan pada tanaman jeruk yang belum produktif (dibawah 2 tahun )
2. 1 botol POWER NUTRITION + 10 kg NPK dicampur 200 liter air kemudian
disiramkan 2 liter per pohon tiap bulan sekali selama 3 x kemudian tiap 3-6 bulan
sekali pada tanaman jeruk produktif ( diatas 3 tahun )
3. Penyemprotan GREENSTAR dosis 1 sachet per tangki atau POC NASA +
HORMONIK dosis 4-5 tutup POC NASA + 1 -2 tutup HORMONIK tiap bulan sekali
pada jeruk produktif dan 2 bulan sekali pada jeruk belum produktif.