Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PRAKTIKUM PATOGEN TUMBUHAN

ACARA IV

UJI PATOGENITAS

Disusun Oleh:

Nama : Nurul Afina Fadhillah

NIM : 16/394264/PN/14503

Gol / Kel : C5.1 / 3

Asisten : Erlina Setyaningsih


Rasinina Aulia Rahman

SUB LABORATORIUM KLINIK KESEHATAN TANAMAN


DEPARTEMEN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2018
ACARA IV

UJI PATOGENITAS

I. TUJUAN
1. Mengetahui tingkat patogenitas jamur dan bakteri patogen pada tanaman inang.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Tumbuhan merupakan sumber makanan bagi sejumlah parasite, termasuk cendawan.


Karena tumbuhan inang memiliki berbagai rintangan, maka cendawan patogen akan melibatkan
beberapa mekanisme untuk dapat mengatasi rintangan tersebut. Mekanisme tersebut dapat berupa
kekuatan mekanik atau biokimia. Patogen tumbuhan umumnya merupakan mikroorganisme yang
tidak dapat menggunakan kekuatan sendiri untuk menginfeksi inang. Patogen yang dapat
menginfeksi atau memenetrasi tanaman inang secara langsung dapat menggunakan kekuatan
mekanik. Mekanisme lain yang digunakan patogen untuk menyebabkan penyakit pada tanaman
inang adalah kekuatan kimia seperti enzim, toksin, zat pengatur tumbuh, dan polisakarida (Agrios,
2005). Penetrasi secara langsung terhadap tanaman inang diantaranya dapat dilakukan oleh
cendawan patogen. Untuk melewati rintangan fisik pada tanaman inang, cendawan membentuk
struktur infeksi yang memungkinkan dia untuk memenetrasi dinding sel. Sekresi enzim atau
peningkatan tekanan pada struktur infeksi dapat membantu proses penetrasi (Mendgen, et al.,
1996).

Penyakit tanaman merupakan salah satu faktor penyebab menurunnya hasil produksi
maupun produktivitas tanaman budidaya. Tanaman yang telah terinfeksi akan menunjukkan gejala
yang diekspresikan dengan perubahan fisiologi secara kontinyu. Penyebab tanaman sakit ini
adalah patogen yaitu, suatu organisme maupun mikroorganisme yang mengganggu proses fisiologi
maupun metabolism tanaman inang yang ditinggalinya. Kerusakan proses fisiologi yang terjadi
misalnya terhambatnta aktifitas seluler dan diekspresikan dalam bentuk karakter patologi yang
khas yaitu disebut symptom atau gejala (Sastrahidayat, 2011). Proses terjadinya penyakit adalah
kontak agen patogenik dengan inang yang rentan, diikuti oleh infeksi ke dalam jaringan inang,
kemudian perkembangan interaksi antara patogen dan inang yang rentan dan pada akhirnya akan
timbul penyakit (Anggraeni, 2007 cit Irawan et al., 2015). Patogen masuk ke dalam sel-sel
tanaman dengan menembus dinding sel dan menghasilkan senyawa phytotoxic (Williamson et al.,
2007 cit Vos et al., 2014).
Kemampuan mikroorganisme menginfeksi suatu tanaman disebut patogenisitas sedangkan,
intensitas induksi penyakit oleh patogen disebut virulensi atau agresifitas. Berbagai isolat memiliki
virulensi yang berbeda pada inang tertentu. Virulensi dinilai berdasarkan inokulasi yang dilakukan
pada spesies atau kultivar tanaman yang memiliki respon yang berbeda-beda terhadap berbagai
isolat. Selain itu, patogen juga mampu menginfeksi spesies tanaman dalam jumlah yang besar
(kisaran inang luas), sedangkan beberapa pathogen tertentu hanya bisa menginfeksi beberapa
spesies (Narayanasamy, 2011).
Uji patogenisitas merupakan salah satu pengujian yang dilakukan untuk mengetahui
seberapa jauh tingkat serangan patogen pada inang tertentu dan pada inang tersebut dapat
menginfeksi atau tidak. Uji patogenisitas dapat dilakukan dengan berbagai metode. Pada uji
patogenisitas bakteri dapat dilakukan dengan metode inokulasi yaitu dengan pencelupan daun ke
suspensi bakteri, penuangan suspensi ke medium pertumbuhan, dan penyemprotan suspesi ke
perakaran tanaman (Suganda, 2016). Pada jamur dapat dilakukan dengan metode suntik (pelukaan)
pada bagian tanaman yang menjadi inang (biasanya buah), kemudian sumber inokulum diambil
dengan cork bore diantara jaringan sakit dan sehat kemudian ditempelkan pada bagian tanaman
(buah) yang telah dilukai. Pelukaan ini bertujuan untuk mempermudah patogen masuk ke dalam
jaringan tanaman (Hafsah dan Zuyasna, 2013).
Apabila kondisi lingkungan mendukung, patogen selanjutnya akan memenetrasi jaringan
inang melalui lubang alami, luka atau langsung menembus permukaan jaringan inang. Setelah
berhasil masuk ke dalam jaringan inang, patogen akan mulai melakukan infeksi terhadap inang
dengan cara hidup dan berkembang secara intra atau interseluler. Selama proses infeksi, patogen
dapat mensekresikan toksin atau memproduksi enzim untuk merusak jaringan inang sehingga
dapat mengambil zat makanan dari inang sebagai respon dari patogen. Waktu yang dibutuhkan
patogen mulai dari tahap inokulasi hingga munculnya gejala merupakan masa inkubasi. Panjang
atau pendeknya masa inkubasi bergantung pada interaksi inang-patogen dan kondisi
lingkungannya. Ketika penyakit sudah berkembang, inoculum patogen akan disebarkan melalui
udara, air, atau vector. Apabila inoculum tersebut sampai atau mendarat pada permukaan inang,
maka patogen akan melalui siklus penyakit berikutnya (Agrios, 2005).
III. METODOLOGI
Praktikum Patogen tumbuhan Acara IV “Uji Patogenitas” dilaksanakan pada hari Jumat,
12 Oktober 2018 di Sub Laboratorium Penyakit Tanaman Terpadu, Departemen Hama dan
Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada. Alat yang digunakan adalah
jarum ent, kapas, scalpel, dan cork bore. Bahan yang digunakan antara lain air steril, alcohol,
biakan jamur Fusarium oxysporum f.sp. lycopersici, ,Helminthosporium maydis, dan
Collectotrichum gloeosporioides, serta biakan bakteri R. solanacearum, dan Xanthomonas oryzae.
Selain itu, bahan yang digunakan untuk inang adalah buah mangga, untuk tanaman sehat
digunakan tanaman tomat, tanaman jagung, tanaman cabai dan tanaman padi.
Pada praktikum ini dilakukan inokulasi jamur dan inokulasi pada akar tanaman. Langkah
kerja yang dilakukan adalah:
 Inokulasi Jamur
Inokulasi jamur ini dilakukan dengan dua cara yaitu dengan pelukaan pada akar. Kemudian
diamati diameter miselumnya selama 2 minggu. Selanjutnya, inokulasi jamur dengan
pelukaan akar dilakukan dengan pembuatan suspensi jamur. Biakan jamur Fusarium
oxysporum f.sp. lycopersici pada agar miring di tambahkan air steril 10 ml dan dihomogenkan.
Inokulasi, Helminthosporium maydis pada tanaman jagung, Ralstonia solanacearum pada
tanaman cabai. Akar tanaman inang dilukai dengan scalpel kemudian suspensi dituang di
sekitar perakaran tersebut. Pengamatan dilakukan selama 14 hari untuk melihat gejala
penyakit yang muncul pada tanaman.
 Inokulasi Bakteri
Inokulasi bakteri dilakukan pada buah manga, dan tanaman padi. Bakteri yang digunakan
adalah Collectotrichum gloeosporioides, dan Xanthomonas oryzae. Langkah pertama yang
dilakukan untuk pada buah adalah, buah mangga yang telah disiapkan di sterilkan (di lap)
menggunakan alcohol, kemudian ditusuk menggunakan jarum ent sebanyak tiga tusukan
dengan membentuk pola segitiga. Pada tusukan tersebut ditempeli inoculum bakteri
Collectotrichum gloeosporioides. Kemudian langkah berikutnya yang dilakukan adalah
pembuatan sap bakteri dengan menambahkan 10ml air steril pada biakan murni bakteri
Xanthomonas oryzae yang diberikan pada tanaman padi yang telah dilukai akar tanamannya.
Pengamatan dilakukan selama 14 hari untuk melihat gejala yang muncul pada daun.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Percobaan
Tabel 1. Pengamatan gejala penyakit disebabkan jamur
Hari Pengamatan
No Tanaman
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Jagung
1 inokulasi - - - - - - - - - - - - - -
kontrol - - - - - - - - - - - - - -
Mangga
2
inokulasi - - + + + ++ ++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++
Cabai
3 inokulasi - - - - - - - - - - - - - -
kontrol - - - - - - - - - - - - - -
Keterangan :
(-) : tidak bergejala
(+) : gejala ringan
(++) : gejala sedang
(+++) : gejala berat

Tabel 2. Pengamatan gejala penyakit disebabkan bakteri


Hari Pengamatan
No Tanaman
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Tomat
1 inokulasi - - - + + +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++
kontrol - - - - - - - - - - - - - -
2 Padi
inokulasi - - - + + + + + + + + + + +

Keterangan :
(-) : tidak bergejala
(+) : gejala ringan
(++) : gejala sedang
(+++) : gejala berat
B. Pembahasan

DAFTAR PUSTAKA

Agrios GN. 2005. Plant Pathology. 5th ed. New York (US): Elsevier Academic Pr.
Irawan, A., I. Anggraeni dan, M. Christita. 2015. Identifikasi penyebab penyakit bercak daun pada
bibit cempaka (Magnolia elegans (Blume.) H.Keng) dan teknik pengendaliannya. Jurnal
Wasian 2(2): 87-94.
Mendgen, K. Hahn M, Deising H. 1996. Morphogenesis and Mechanisms of Penetration by Plant
Pathogen Fungi. Ann Rev Phytopathol [internet]. [diunduh: 2018 Oktober 31]; 34:364-386.
Tersedia pada: www.annualreviews .
Narayanasamy, P. 2011. Microbial Plant Pathogens-Detection and Disease Diagnosis. Springer,
London.
Sastrahidayat, R. I. 2011. Epidemiologi Teoritis Penyakit Tumbuhan. Universitas Brawijaya Press,
Malang.
Suganda, T. 2016. Teknik Pembuatan Tanaman Sakit untuk Tujuan Penelitian. Deepublish,
Yogyakarta.
Vos, C.M., Y. Yang., B.D. Coninck., and B.P.A. Cammue. 2014. Fungal (-like) biocontrol
organisms in tomato disease control. Journal of Biological Control, (74): 65-81.

Anda mungkin juga menyukai