Anda di halaman 1dari 9

Jurnal AgroBiogen 9(2):49-57

Identifikasi Molekuler Hawar Daun Bakteri


(Xanthomonas oryzae pv. oryzae) dan Uji Patogenisitasnya
pada Galur-galur Padi Isogenik
Tasliah*, Mahrup, dan Joko Prasetiyono
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian, Jl. Tentara Pelajar 3A, Bogor 16111
Telp. (0251) 8337975; Faks. (0251) 8338820; *E-mail: tasliah1@yahoo.co.id
Diajukan: 5 Maret 2013; Diterima: 19 Juli 2013

ABSTRACT Indonesia, yakni Sumatera Barat, Jawa Barat, Jawa Tengah,


Sulawesi Selatan, dan Kalimantan Barat. Primer spesifik
Molecular Identification of Bacterial Leaf Blight untuk Xoo adalah primer Xoo2967, Xoo80, dan Xoo. Hasil
(Xanthomonas oryzae pv. oryzae) and Pathogenicity Test penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 216 isolat berhasil
of Rice Isogenic Lines. Tasliah, Mahrup, and Joko ditumbuhkan membentuk koloni berwarna kuning, yaitu
Prasetiyono. Identification of Xanthomonas oryzae pv. suatu kriteria bagi Xoo dan berdasarkan analisis molekuler
oryzae (Xoo) based on molecular analysis has been sebanyak 189 isolat adalah positif Xoo, dan 27 isolat bukan
introduced just few years ago. This method used some Xoo. Amplifikasi DNA isolat-isolat HDB tersebut menghasil-
specific primers for Xoo and can be done quickly. The kan produk berukuran 337 pb untuk primer Xoo2976, 700 pb
purposes of this research were to identify isolate Xoo untuk primer Xoo80, dan 534 pb untuk primer Xoo. Uji pato-
originated from five locations in Indonesia and to determine
genisitas dari isolat-isolat Xoo menunjukkan bahwa gen
the level of pathogenicity of these bacteria. Studies were
resisten pada tanaman xa5, Xa7, dan Xa21 masih cukup
conducted in the greenhouse and the Molecular Biology
efektif menangkal serangan penyakit hawar daun bakteri
Laboratory of ICABIOGRAD, from 2011 to 2012. Bacterial
padi dari lima wilayah pertanaman padi yang menjadi target
isolates were taken from five regions in Indonesia, namely:
penelitian ini, dengan persentase ketahanan berturut-turut
West Sumatra, West Java, Central Java, South Sulawesi, and
sebesar 93,57; 77,49; dan 85,37%.
West Kalimantan. The specific primers of Xoo were
Xoo2967, Xoo80, and Xoo. Results showed that 216 isolates Kata kunci: Padi, Xanthomonas oryzae pv. oryzae, primer
could be grown to form yellow colored colonies, which spesifik, uji patogenisitas.
belongs to a criterian for Xoo. Molecular analysis
demonstrated that 189 isolates were Xoo and 27 isolates PENDAHULUAN
were not. Amplification of DNA of the isolates resulted a 337
bp PCR product for primer Xoo2976, 700 bp for primer Penyakit hawar daun bakteri (HDB) yang di-
Xoo80 and 534 bp for primer Xoo. Pathogenicity tests of the sebabkan oleh Xanthomonas oryzae pv. oryzae (Xoo)
Xoo isolates showed xa5, Xa7, and Xa21 resistance genes adalah salah satu penyakit utama pada padi sawah.
were still effective againts BLB pathogens originated from Hampir seluruh daerah pertanaman padi di Indonesia
those five regions, with percentage of resistance were 93.57, telah terpapar penyakit HDB (Direktorat Perlindungan
77.49, and 85.37%, respectively.
Tanaman Pangan, 2012). Daerah endemik HDB di
Keywords: Rice, Xanthomonas oryzae pv. oryzae, specifik Indonesia adalah Jawa Barat dan Jawa Tengah, de-
primers, test of patogenicity. ngan tingkat serangan yang beragam. Menurut data
dari Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan tahun
ABSTRAK 2011, serangan HDB pada tahun 2011 mencapai
Identifikasi Molekuler Bakteri Hawar Daun (Xanthomo- 115.257 ha dan 62 ha mengalami puso.
nas oryzae pv. oryzae) dan Uji Patogenisitasnya pada Untuk mengenali bakteri hasil isolasi dari tanam-
Galur-Galur Padi Isogenik. Tasliah, Mahrup, dan Joko an sakit apakah HDB atau bukan, biasanya dilakukan
Prasetiyono. Identifikasi bakteri Xanthomonas oryzae pv. beberapa tahapan kegiatan yang dinamakan “Postulat
oryzae (Xoo) berdasarkan analisis molekuler telah diperke- Koch”. Postulat ini memerlukan waktu yang lama
nalkan beberapa tahun yang lalu. Metode ini menggunakan
untuk menentukan apakah bakteri yang diperoleh
beberapa primer spesifik untuk bakteri hawar daun khusus
adalah Xoo atau bukan (Kadir, 2009). Saat ini sudah
patovar oryzae dan dapat dikerjakan secara cepat. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi isolat Xoo dari dikembangkan deteksi secara molekuler untuk me-
lima wilayah di Indonesia dan mengetahui tingkat patogeni- lengkapinya. Deteksi secara molekuler ini dapat di-
sitas bakteri tersebut. Isolat bakteri diambil dari tanaman lakukan pada tahap awal isolasi bakteri dari sampel
padi yang terserang bakteri hawar daun dari lima wilayah di daun yang diduga terserang HDB. Deteksi secara
molekuler menggunakan primer-primer spesifik untuk
Hak Cipta © 2013, BB Biogen bakteri Xoo yang relatif lebih cepat dan akurat dalam
50 JURNAL AGROBIOGEN VOL. 9 NO. 2

mendapatkan bakteri Xoo murni (Lang et al., 2010). (Desa Kubu Apar dan Desa Maninjau, Kecamatan
Beberapa primer spesifik telah dibuat oleh beberapa Empat Angkat Candung, Kabupaten Agam), (2) Jawa
peneliti. Primer-primer tersebut didesain berdasarkan Barat (Desa Warung Nangka, Kecamatan Ciasem dan
kajian sekuen lengkap dari beberapa isolat bakteri Desa Ciberes, Kecamatan Patok Beusi, Kabupaten
Xoo (Lee et al., 2005; Ochiai et al., 2005; Salzberg et Subang dan Desa Ciranjang, Kabupaten Cianjur), (3)
al., 2008). Kalimantan Barat (Desa Senakin, Kecamatan Sing-
Dari data sekuensing yang sudah terdaftar di kawang), (4) Jawa Tengah (Desa Duwet, Kecamatan
bank gen, beberapa peneliti mendesain primer spesi- Pekalongan Selatan, Kabupaten Pekalongan dan Desa
fik pada daerah konservatif (conserved region) dari Sawahan, Kecamatan Tulis, Kabupaten Batang), dan
bakteri Xoo (Onasanya et al., 2010; Furuya et al., (5) Sulawesi Selatan (Desa Borong Lowe, Kecamatan
2012). Penggunaan primer spesifik Xoo sangat mem- Bonto Morana, Kabupaten Gowa dan Desa Batang
bantu untuk identifikasi HDB dalam jumlah sangat Kaluku, Kecamatan Maros, Kabupaten Makasar).
banyak. Biasanya isolat HDB berwarna kuning, namun Pengambilan sampel dalam satu tempat bervariasi
koloni warna kuning terjadi juga pada bakteri X. ory- tergantung pada insiden serangan pada padi serta
zae pv. oryzicola (Xoc) dan kelompok Xanthomonas keparahannya terhadap HDB di lokasi tersebut. Pada
lainnya, seperti Pseudomonas fuscovaginae, P. syri- lokasi persawahan yang terserang banyak HDB,
ngae pv. syringae, Ralstonia solanacearum, Burkhol- sampel daun yang terserang diambil mengikuti pola
deria andropogonis, dan Erwinia herbicola (Lang et seperti huruf “W” (Bustamam et al., 1997).
al., 2010; Onasanya et al., 2010). Sampell daun yang telah dikumpulkan diisolasi
Penelitian ini bertujuan untuk (1) menguji efekti- bakterinya menggunakan media tumbuh Wakimoto
vitas primer spesifik untuk identifikasi dini bakteri Xoo Agar (WA) (Bustamam et al., 1997) pada cawan petri.
dari lima lokasi sampling di Indonesia dan (2) menguji Setelah single colony (koloni tunggal) (Gambar 1A dan
respon gen-gen ketahanan HDB terhadap serangan 1B) tumbuh kemudian dipindahkan ke media WA
patogen Xoo dari isolat yang berasal dari lima lokasi miring untuk pemurnian. Bakteri-bakteri yang diduga
sampling di Indonesia. Informasi ini dapat digunakan adalah Xoo (yang berwarna kuning) kemudian Diana-
sebagai strategi untuk merakit galur-galur baru yang lisis secara molekuler. Bakteri yang positif setelah dila-
tahan terhadap serangan HDB di masing-masing kukan analisis PCR kemudian diperbanyak dan diuji-
lokasi. kan ke tanaman dan untuk penyimpanan bakteri da-
lam jangka lama dilakukan dalam 5% skim milk dan
BAHAN DAN METODE disimpan di dalam freezer -20°C.

Penelitian dilakukan di rumah kaca dan Identifikasi Bakteri Xoo Menggunakan PCR
Laboratorium Biologi Molekuler, BB Biogen, mulai Identifikasi bakteri secara molekuler mengguna-
Agustus 2011 sampai Juli 2012. kan sel bakteri secara langsung sebagai template/
Koleksi dan Isolasi Hawar Daun Bakteri cetakan PCR. Primer-primer yang digunakan untuk
deteksi dini bakteri Xoo secara molekuler terdiri dari 3
Sampel daun yang digunakan dalam penelitian pasang primer spesifik untuk bakteri Xoo yakni:
ini diambil dari lima lokasi, yaitu (1) Sumatera Barat Xoo2976F (5’-GCCGTTTTTCTTCCTCAGC-3’) dan

A B

Gambar 1. Koloni bakteri Xanthomonas oryzae pada media WA (Wakimoto Agar). A = isolat Xoo12-
177 diisolasi dari varietas yang tidak diketahui dari Desa Kauman, Batang, Jawa Tengah;
B = isolat Xoo12-269 diisolasi dari padi IR64 dari Desa Ciberes, Patok Beusi, Subang,
Jawa Barat; tanda panah menunjukkan koloni tunggal.
2013 TASLIAH ET AL.: Identifikasi Molekuler Hawar Daun Bakteri 51

Xoo2976R (5’-AGGAAAGGGTTTGTGGAA-GC-3’), Tabel 1. Genotipe padi yang digunakan pada pengujian patogenisi-
tas isolat Xoo.
Xoo80F (5’-GCCGCTGGAATGAGCAAT-3’) dan Xoo80R
(5’-GCGTCCTCGTCTAAGCGATA-3’) (Lang et al., 2010), No. Genotipe Gen ketahanan dan informasi genotipe
dan XooF (5’-TGGTAGTCCACGCCCTAAAC-3’) dan 1. Nipponbare Padi genjah, Jepang
XooR (5’-CCTGAGCTACAGACCCGA-3’) (Onasanya et 2. Ciherang Varietas populer, tidak tahan HDB
al., 2010). Primer Xoo2976 didesain dari Dual 3. Code Mengandung Xa7 dan Xa4
4. IR64 Varietas populer, tidak tahan HDB
specificity phosphatase, catalytic domain protein. 5. Kuriak Putiah Varietas populer di Sumatera Barat
Primer Xoo80 didesain dari Hypothetic protein. 6. Cisadane Tanaman cek rentan HDB
7. Kencana Bali Tanaman cek rentan HDB
Sebanyak 100 μl suspensi bakteri dipanaskan 8. IRBB1 Xa1
pada suhu 98°C selama 8 menit dan disentifugasi 9. IRBB2 Xa2
pada 10.000 rpm selama 3 menit, supernatan tersebut 10. IRBB3 Xa3
11. IRBB4 Xa4
digunakan sebagai cetakan DNA (Dafa’alla et al., 2000; 12. IRBB5 xa5
IRRI, 1995; George et al., 1997; Furuya et al., 2012). 13. IRBB7 Xa7
Kondisi PCR dilakukan di dalam volume total 20 μl, 14. IRBB10 Xa10
yang terdiri dari 2 μl 10× bufer PCR, 0,4 μl 10μM dNTP 15. IRBB11 Xa11
16. IRBB14 Xa14
mix, 1 μl 5 μM primer mix (F+R), 1 μl GC rich dan 1 17. IRBB21 Xa21
unit enzim Taq DNA polimerase. Profil PCR dilakukan 18. IR24 Varietas penerima galur isogenik IRBB
berdasarkan Lang et al. (2010), yaitu (i) denaturasi
awal (initial denaturing) pada suhu 94°C selama 3
menit, (ii) denaturasi (denaturing) pada suhu 94°C lum dilakukan dengan cara 1 ose koloni bakteri di-
selama 30 detik, (iii) penempelan (annealing) primer tumbuhkan dalam 10 ml media NB cair, digoyang se-
pada suhu 60°C selama 30 detik, (iv) perpanjangan malam pada suhu ruang. Konsentrasi inokulum bak-
(extention) primer pada suhu 68°C selama 2 menit, teri yang digunakan diatur sekitar 109 sel/ml. Inokulasi
diulang sebanyak 31 kali, dan (v) perpanjangan akhir dilakukan dengan cara memotong ujung daun kedua
(final extension) pada suhu 68°C selama 10 menit. dan ketiga menggunakan gunting yang sebelumnya
Hasil PCR diwarnai dengan penanda migrasi sudah dicelupkan ke dalam biakan bakteri dalam
(loading dye) dan selanjutnya bersama-sama dengan media nutrient broth (NB) (=clipping method).
1 kb ladder sebagai penanda (marker) berat molekul, Pengamatan dilakukan 18 hari dan 25 hari sete-
diseparasi dalam elektroforesis pada gel agarose 2% lah inokulasi (hsi) menggunakan Standard Evaluation
dalam bufer 1× TAE, kemudian gel agarose diwarnai System for Rice (IRRI, 1996). Peubah yang diamati
dengan EtBr dan divisualisasi di bawah sinar UV pada adalah panjang area daun sakit (Disease Leaf Area)
alat Chemidoc Bio-Rad. dan panjang daun total. Data tersebut digunakan
untuk menghitung intensitas penyakit dari setiap
Uji Patogenisitas
genotipe yang diuji menggunakan rumus berikut:
Uji patogenisitas menggunakan rancangan Acak Panjang serangan (cm)
Lengkap dengan tiga ulangan. Genotipe padi yang di- Intensitas Penyakit (IP) = x 100%
Panjang daun (cm)
gunakan untuk pengujian isolat bakteri terdiri dari 18
genotipe seperti tertera pada Tabel 1. Benih padi di- Kategori ketahanan tanaman ditentukan meng-
kecambahkan di dalam cawan petri selama 10 hari, gunakan standar IRRI (IRRI, 1996).
setelah itu dipindah ke dalam bak pertanaman dan 1. Sangat tahan (ST) apabila 0% bagian daun yang
dipelihara dengan pemupukan untuk masing-masing terserang HDB.
bak: SP36 0,18 g, urea 0,2555 g, dan KCl 0,045 g. 2. Tahan (T) apabila 1-5% bagian daun terserang
Tanaman diinokulasi pada umur 30 hari setelah semai HDB.
(20 hari di bak pertanaman) menggunakan isolat bak- 3. Agak tahan (AT) apabila 6-12% bagian daun
teri Xoo yang telah dimurnikan dan telah diuji secara terserang HDB.
molekuler. Sebanyak 10 isolat dari masing-masing 4. Sedang (S) apabila 13-25% bagian daun terserang
daerah diujikan pada setiap set tanaman uji. Satu set HDB.
tanaman uji (ada tiga ulangan) memerlukan dua bak, 5. Agak rentan (AR) apabila 26-50% bagian daun
di mana setiap bak berisi sembilan genotipe padi dan terserang HDB.
masing-masing genotipe terdiri dari 10 tanaman. Per- 6. Rentan (R) apabila 51-75% bagian daun terserang
banyakan inokulum dan inokulasi dilakukan meng- HDB.
ikuti metode yang dikembangkan oleh Kauffman et al. 7. Sangat rentan (SR) apabila 76-100% bagian daun
(1973) dalam Goto et al. (2009). Perbanyakan inoku- terserang HDB.
52 JURNAL AGROBIOGEN VOL. 9 NO. 2

Dari nilai rerata intensitas penyakit untuk masing- Xoo (Nino-Liu et al., 2006). Koloni bakteri Xanthomo-
masing lokasi, dilakukan perhitungan rerata untuk nas berwarna kuning karena mengandung xanthomo-
kelima lokasi. Rerata untuk kelima lokasi untuk me- din. Setelah dilakukan proses PCR menggunakan
nentukan gen ketahanan (Xa) mana yang paling ber- primer spesifik untuk pv. oryzae ternyata Gambar 1A
peran untuk mengendalikan penyakit HDB di lokasi adalah Xoo, sedangkan Gambar 1B bukan Xoo.
penelitian. Jenis gen Xa yang masih memiliki ketahan- Contoh hasil amplifikasi PCR dari koloni HDB
an terhadap isolat-isolat HDB dapat direkomendasikan menggunakan primer spesifik khusus untuk Xoo di-
sebagai acuan dalam merakit tanaman padi yang ta- sajikan pada Gambar 2. Tabulasi isolat HDB yang di-
han terhadap HDB, khususnya untuk lokasi peng- peroleh pada penelitian ini disajikan pada Tabel 2.
ambilan sampel patogen HDB. Hasil uji PCR dari 216 isolat bakteri yang diuji, 189 me-
rupakan bakteri Xoo dan 27 isolat bukan bakteri Xoo.
HASIL DAN PEMBAHASAN Pada primer Xoo2976, koloni yang menghasilkan pita
Identifikasi Isolat Menggunakan Primer Spesifik berukuran 337 pb berarti positif bakteri Xoo (Lang et
al., 2010), sedangkan yang tidak menghasilkan pita
Hasil isolasi bakteri dari daun padi yang terserang 337 pb berarti bukan bakteri Xoo. Demikian pula pada
menghasilkan koloni yang berwarna kuning (Gambar primer Xoo80 yang menghasilkan pita berukuran 700
1). Hal ini merupakan salah satu ciri morfologi bakteri pb dan primer Xoo yang menghasilkan pita berukuran

M 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 M 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34
A

337 pb

Primer Xoo2976 Primer Xoo2976

700 pb

Primer Xoo80 Primer Xoo80

534 pb

Primer Xoo Primer Xoo

Gambar 2. Pola pita hasil amplifikasi beberapa koloni HDB berwarna kuning menggunakan tiga primer spesifik untuk bakteriXoo. A = primer
Xoo2976, B = primer Xoo80, C = primer Xoo; M = 1 kb DNA ladder, 1 = Xoo12-0218 (Jateng), 2 = Xoo12-0211 (Jateng), 3 = Xoo12-
0179 (Jabar), 4 = Xoo12-0180 (Jabar), 5 = Xoo12-0200 (Jateng), 6 = Xoo12-0219 (Jateng), 7 = Xoo12-0225 (Jateng), 8 = Xoo12-0198
(Jateng), 9 = Xoo12-0224 (Jateng), 10 = Xoo12-0199 (Jateng), 11 = Xoo12-0192 (Jateng), 12 = Xoo12-0189 (Jateng), 13 = Xoo12-
0215 (Jateng), 14 = Xoo12-0214 (Jateng), 15 = Xoo12-0217 (Jateng), 16 = Xoo12-0181 (Jabar), 17 = Xoo12-0210 (Jateng),
18 = Xoo12-0183 (Jabar), 19 = Xoo12-0178 (Jabar), 20 = Xoo12-0184 (Jabar), 21 = Xoo12-0221 (Sulsel), 22 = Xoo12-0205 (Jateng),
23 = Xoo12-0220 (Jateng), 24 = Xoo12-0212 (Jateng), 25 = Xoo12-0204 (Jateng), 26 = Xoo12-0229 (Jateng), 27 = Xoo12-0254
(Jateng), 28 = Xoo12-0233 (Jateng), 29 = Xoo12-0240 (Jateng), 30 = Xoo12-0252 (Jateng), 31 = Xoo12-0230 (Jateng), 32 = Xoo12-
0250 (Jateng), 33 = Xoo12-0255 (Jateng), 34 = Xoo12-0236 (Jateng).
2013 TASLIAH ET AL.: Identifikasi Molekuler Hawar Daun Bakteri 53

Tabel 2. Isolat-isolat HDB dari lima lokasi di Indonesia.

No. Asal hawar daun bakteri Jumlah koloni berwarna kuning*) Jumlah Koloni yang positif Xoo**) Koloni yang positif Xoo (%)
1. Kabupaten Agam (Sumbar) 30 29 96,66
2. Kabupaten Cianjur dan Subang 46 20 43,48
(Jabar)
3. Kabupaten Senakin (Kalbar) 22 22 100
4. Kabupaten Gowa dan Makasar 44 44 100
(Sulsel)
5. Kabupaten Batang dan Pekalongan 74 74 100
(Jateng)
* koloni berwarna kuning menunjukkan warna koloni HDB. Seluruh koloni yang berwarna kuning digunakan sebagai cetakan PCR,
** berdasarkan PCR menggunakan primer-primer spesifik Xoo.

534 pb (Lang et al., 2010). Dari Gambar 2A, 2B dan 2C seluruh koloni dari isolat tersebut bukan bakteri Xoo.
semuanya konsisten untuk sampel yang sama. Seperti Berarti sampel daun tanaman sakit yang diambil dari
sampel nomor 3, 4, 16, 18, 19, dan 20 ternyata memi- daerah Subang bukan isolat Xoo, padahal daerah
liki pita yang berbeda dengan standar, sama untuk Subang sering dijumpai serangan HDB (Kadir, 2011).
ketiga primer spesifik tersebut, sehingga isolat-isolat Hal ini menunjukkan di daerah Subang yang berkem-
tersebut diduga bukan Xoo. Penggunaan primer spe- bang selain Xoo juga Xanthomonas spp. yang lain.
sifik untuk identifikasi HDB ini telah digunakan secara Persentase tertinggi koloni berwarna kuning yang
luas. Furuya et al. (2012) bahkan hanya memakai satu positif bakteri Xoo diperoleh dari isolat yang berasal
jenis primer spesifik saja, yaitu primer XO, untuk me- dari Kabupaten Senakin (Kalbar), Kabupaten Gowa
nyeleksi bakteri Xoo dari bakteri lain pada penelitian dan Makasar (Sulsel), dan Kabupaten Batang dan
keragaman genetik HDB di Vietnam Selatan. Pasang- Pekalongan (Jateng) masing-masing 100%. Persentase
an primer yang digunakan, yaitu primer XO-F- terendah ditunjukkan oleh isolat bakteri yang dikolek-
GCATGACGTCATCGTCCTGT, XO-R- si dari Kabupaten Subang (0%).
CTCGGAGCTATATGCCGTGC yang didesain dari
Uji Patogenisitas pada Galur-galur Isogenik dan
Internally transcribed spacer region of ribosomal DNA
Beberapa Varietas Padi
(Adachi dan Oku, 2000).
Amplifikasi menggunakan primer spesifik Untuk mengetahui tingkat patogenisitasnya,
Xoo2976 dan Xoo80 sudah dilakukan oleh Lang et al. isolat-isolat bakteri yang positif Xoo diuji pada galur-
(2010) dengan menggunakan isolat Xoo yang berasal galur isogenik dan beberapa varietas populer serta
dari beberapa negara, termasuk Indonesia. Isolat mur- satu varietas kontrol. Sepuluh isolat Xoo dipilih secara
ni Xoo MAFF311018 digunakan sebagai kontrol positif. acak dari masing-masing lokasi. Pada penelitian, ini
Isolat Xoo dari Indonesia yang digunakan adalah isolat yang digunakan berasal dari 5 lokasi, sehingga
IXO16 (Ciranjang, Cianjur), IXO56 (Pusakanegara), jumlah isolat Xoo yang diuji berjumlah 50 isolat. Hasil
IXO58 (Kuningan), dan IXO60. Digunakan juga banyak uji patogenisitas tersebut disajikan pada Tabel 3 dan
Isolat Xanthomonas spp. (X. oryzae pv. oryzicola/Xoc, Gambar 3.
X. axonopodis, X. campestris, X. cucurbitae, X. fraga- Hasil pengujian menunjukkan, dari 10 galur iso-
riae, X. horotum, X. translucens) dan beberapa isolat genik (IRBB1 s.d. IRBB21), ternyata tujuh di antaranya
dari famili lain seperti Acidivorax avenae, Bulkhol- menunjukkan reaksi rentan dan agak rentan (Tabel
deria, Erwinia, Pseudomonas dan Ralstonia. Isolat- 3). Dengan hasil evaluasi patogenisitas terhadap popu-
isolat bakteri selain Xoo tersebut digunakan sebagai lasi Xoo merupakan langkah awal dalam program
pembanding. Terjadi amplifikasi pada ukuran pasang pemuliaan padi tahan penyakit HDB. Hasil evaluasi ini
basa tertentu pada isolat Xoo, dan tidak ada amplifi- akan bisa dipahami struktur dan penyebaran populasi
kasi pada isolat bakteri yang bukan Xoo. Xoo dalam kaitannya dengan resistensi tanaman padi
Melihat konsistensi dari setiap primer spesifik yang ditanam di lahan pertanian.
Xoo untuk menyeleksi bakteri Xoo, penggunaan ha- Berdasarkan data pada Tabel 3 varietas Code
nya satu primer saja mungkin cukup untuk identifikasi bereaksi tahan untuk isolat Xoo yang berasal dari ke-
dini bakteri Xoo. Kemampuan primer spesifik Xoo di lima lokasi. Code merupakan hasil silang balik antara
dalam menyeleksi HDB dari lapang cukup dapat di- IR64 dengan IRBB7, sehingga Code membawa gen
andalkan. Sebagai contoh untuk isolat HDB dari Xa7. Namun, ternyata Xa7 pada IRBB7 bereaksi se-
Kabupaten Subang (Jabar), walaupun koloninya ber- dang dan agak rentan pada semua isolat Xoo yang di-
warna kuning, hasil uji PCR menunjukkan ternyata isolasi dari kelima lokasi. Hal ini membuktikan bahwa
54 JURNAL AGROBIOGEN VOL. 9 NO. 2

Tabel 3. Rerata hasil uji patogenisitas 50 isolat Xoo pada 10 galur isogenik dan 8 varietas padi.

Asal isolat yang diuji


Galur/Varietas Sumatera Barat Jawa Barat Jawa Tengah Sulawesi Selatan Kalimantan Barat
Rerata* Reaksi** Rerata Reaksi Rerata Reaksi Rerata Reaksi Rerata Reaksi
Nipponbare 11,37 AT 19,44 S 18,04 S 21,61 S 30,17 AR
Ciherang 29,53 AR 39,14 AR 33,66 AR 37,29 AR 42,47 AR
Code 3,84 T 3,18 T 3,57 T 5,21 T 4,21 T
IR64 39,15 AR 54,82 R 34,34 AR 36,07 AR 48,51 AR
Kuriak Putiah*** 52,40 R 67,89 R 36,13 AR 38,91 AR 71,91 R
Cisadane 20,81 S 42,98 AR 35,44 AR 40,51 AR 29,75 AR
Kencana Bali 54,82 R 65,77 R 34,56 AR 38,91 AR 63,89 R
IRBB1 60,48 R 70,40 R 41,92 AR 39,92 AR 85,98 SR
IRBB2 60,05 R 70,03 R 45,04 AR 40,43 AR 82,36 SR
IRBB3 47,57 AR 56,89 R 38,32 AR 36,93 AR 71,10 R
IRBB4 52,86 R 78,14 SR 42,52 AR 43,09 AR 74,03 R
IRBB5 6,05 AT 6,72 AT 5,54 T 6,13 AT 7,72 AT
IRBB7 36,59 AR 14,82 S 15,22 S 14,24 S 31,67 AR
IRBB10 61,77 R 79,88 SR 41,66 AR 40,36 AR 83,20 SR
IRBB11 59,56 R 74,89 R 40,51 AR 41,79 AR 84,18 SR
IRBB14 65,66 R 78,55 SR 43,01 AR 45,01 AR 90,09 SR
IRBB21 10,07 AT 18,34 S 13,85 S 15,75 S 15,16 S
IR24 50,40 AR 73,67 R 38,67 AR 43,21 AR 73,09 R
AT = agak tahan, T = tahan, S = sedang, AR = agak rentan, R = rentan, SR = sangat rentan. * rerata intensitas penyakit (IP) (%), ** kriteria
berdasarkan IRRI (2006), *** padi lokal yang dikembangkan di Sumatera Barat.

Code tidak hanya mengandung gen Xa7, namun me- mutasi HDB sehingga muncul strain Xoo baru yang
ngandung gen ketahanan lain. Menurut Arif et al. mematahkan gen ketahanan sebelumnya.
(2008) dan Bustamam et al. (1997) IR64 memiliki gen Apabila rerata intensitas penyakit (IP) tiap
ketahanan Xa4, maka dengan adanya kombinasi gen provinsi dibuat rerata lagi, ternyata gen xa5, Xa7, dan
Xa4 dari IR64 dan Xa7 dari IRRB7 menjadikan varietas Xa21 masih efektif di lima lokasi tersebut (Gambar 4).
Code lebih tahan terhadap beberapa isolat Xoo diban- Persentase ketahanan pada gen tersebut berurutan
dingkan galur IRBB7 itu sendiri. Nafisah et al. (2007) sebesar 93,57; 77,49; dan 85,37%. Ketiga gen memiliki
menyebutkan tanaman padi yang memiliki lebih ba- persentase yang cukup tinggi dibandingkan dengan
nyak gen ketahanan Xa di dalam satu tanaman me- gen yang lain. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian
miliki ketahanan yang lebih tinggi, sehingga tingkat yang dilaporkan oleh Hifni et al. (1998) bahwa gen
ketahanan tanaman bisa lebih panjang. ketahanan yang efektif di Indonesia adalah xa5, Xa7,
Gen ketahanan Xa7 dapat direkomendasikan dan Xa21. Rentang waktu selama tahun 1997-2012 (15
untuk digunakan dalam pengendalian penyakit HDB tahun) membuktikan bahwa ketiga gen tersebut ma-
di kelima lokasi pertanaman padi yang diteliti dalam sih efektif untuk melawan serangan HDB jenis oryzae
penelitian ini. Dalam program pemuliaan, gen Xa7 (Xoo). Gabungan ketiga gen ke dalam satu tanaman
dapat ditransfer ke varietas populer yang belum me- diharapkan bisa menjadi solusi tingkat ketahanan
miliki gen ketahanan HDB, seperti ke dalam varietas yang lebih lama. Xoo dikenal sebagai bakteri yang
Ciherang, Inpari 13, Fatmawati, dan lain-lain. sangat mudah beradaptasi. Varietas padi yang baru di-
Untuk gen xa5 didapatkan hasil reaksi agak ta- lepas biasanya hanya dapat bertahan dalam waktu 6
han dan tahan, yaitu di bawah 10% kerusakan setelah musim tanam terhadap serangan bakteri ini (Kadir,
diuji dengan isolat-isolat dari kelima daerah. Gen xa5 2009).
pada IRBB5 ini juga bisa digunakan untuk dipindah- Gen ketahanan terhadap HDB yang efektif ber-
kan ke varietas-varietas populer yang akan diperbaiki beda-beda untuk setiap lokasi suatu negara. Di Korea,
ketahanannya terhadap HDB, bahkan berdasarkan pe- Nepal, dan Vietnam, gen ketahanan Xa21 adalah yang
nelitian ini gen xa5 lebih efektif dibandingkan dengan paling efektif dibandingkan dengan gen ketahanan
gen Xa7 yang terdapat pada galur isogenik IRBB7. lainnya (Lee et al., 1999; Furuya et al., 2012). Shanti et
Untuk gen ketahanan Xa21 yang sebelumnya dilapor- al. (2010) melaporkan empat gen (Xa4, xa5, Xa13,
kan termasuk efektif, pada penelitian ini termasuk dan Xa21) cukup efektif di India. Hasil penelitian ini
agak tahan dan sedang ketahanannya. Dari penelitian mengindikasikan tiga gen (xa5, Xa7, Xa21) efektif di
ini diduga ada kemungkinan di lapang telah terjadi lima lokasi di Indonesia untuk mengatasi penyakit
HDB.
2013 TASLIAH ET AL.: Identifikasi Molekuler Hawar Daun Bakteri 55

A B C D

E K. Bali IRBB21
IRBB7
IRBB5

Code

Gambar 3. Uji patogenisitas HDB pada beberapa galur/varietas uji. A, B, C, D = daun yang terserang HDB dari Provinsi Sumbar pada varietas
Code, Ciherang, Cisadane, dan IR64; E= gejala HDB pada daun seluruh galur uji yang diinokulasi dengan Xoo11-023 yang berasal
dari Sumbar (nomor 1-18 merujuk pada Tabel 1).

70
Rerata intensitas penyakit (%)

60

50

40

30

20

10

0
Ciherang (AR)

Code (T)

IR64 (AR)

Cisadane (AR)

K. Bali (R)

IRBB1 (R)

IRBB2 (R)

IRBB3 (R)

IRBB4 (R)

IRBB5 (AT)

IRBB7 (S)

IRBB10 (R)

IRBB11 (R)

IRBB14 (R)

IRBB21 (R)
K. Putiah (R)

IR24 (R)
Nipponbare (S)

Gambar 4. Histogram rerata intensitas penyakit dari lima lokasi sampling di Indonesia. T = tahan, AT = agak tahan, S = sedang,
AR = agak rentan, R = rentan. Persentase ketahanan = 100% - persentase intensitas penyakit.
56 JURNAL AGROBIOGEN VOL. 9 NO. 2

KESIMPULAN Goto, T., T. Matsumoto, N. Furuya, K. Tsuchiya, and A.


Yoshimura. 2009. Mapping of bacterial blight resistance
Penggunaan primer spesifik Xoo2976, Xoo80, dan gene Xa11 on rice chromosome 3. JARQ 43(3):221-
Xoo, sangat efektif untuk identifikasi dini bakteri X. 225.
oryzae pv. oryzae. Dari 216 isolat yang diuji, 189 isolat Hifni, H.R. dan M.K. Kardin. 1998. Pengelompokan isolat
merupakan bakteri Xoo dan 27 isolat bukan bakteri Xanthomonas oryzae pv. oryzae dengan menggunakan
Xoo. Uji patogenisitas dari isolat Xoo menunjukkan galur isogenik padi IRRI. Hayati 5(3):66-72.
bahwa gen resisten pada tanaman xa5, Xa7, dan Xa21 International Rice Research Institute. 1995. DNA
masih cukup efektif menangkal serangan penyakit Fingerprinting Techniques for the Bacterial Blight
HDB padi di lima wilayah pertanaman padi yang men- Pathogen. Asian Rice Biotechnology Network (ARBN).
jadi target penelitian ini, dengan persentase ketahan- International Rice Research Institute. Manila. 22p.
an berturut-turut sebesar 93,57; 77,49; dan 85,37%. International Rice Research Institute. 1996. Standard
th
Evaluation System for Rice. 4 edition. Philipphines.
UCAPAN TERIMA KASIH 52 p.
Penelitian ini dibiayai oleh Proyek Program Riset Kadir, T.S. 2009. Menangkal HDB dengan menggilir varietas.
Insentif Peningkatan Kapasitas Penelitian dan Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian
31(5):1-3.
Perekayasa (RIPP TA 2011 dan PKPP TA 2012). Terima
kasih juga disampaikan kepada Indra Kurniawan Kadir, T.S. 2011. Penyakit bakteri pada padi. http://
Saputra dan Ahmad Irvan Arrasyid mahasiswa S1 pangan.litbang.deptan.go.id/-berita/penyakit [25 Sep-
Biokimia, FMIPA-IPB, yang telah membantu dalam tember 2013].
penelitian ini. Lang, J.M., J.P. Hamilton, M.G.Q. Diaz, M.A.V. Sluys, M.R.G.
Burgos, C.M.V. Cruz, C.B. Buell, N.A. Tiserat, and J.E.
DAFTAR PUSTAKA Leach. 2010. Genomics-based diagnostic marker
development for Xanthomonas oryzae pv. oryzae and X.
Adachi, N. and T. Oku. 2000. PCR-mediated detection of oyzae pv. oryzicola. Plant Dis. 94:311-319.
Xanthomonas oryzae pv. oryzae by amplification of the
16S-23S rDNA spacer region sequence. J. Gen. Plant Lee, B.M., Y.J. Park, D.S. Park, H.W. Kang, J.G. Kim, E.S.
Pathol. 66(4):303-309. Song, I.C. Park, U.H. Yoon, J.H. Hahn, B.S. Koo, G.B.
Lee, H. Kim, H.S. Park, K.O. Yoon, J.H. Kim, C.H. Jung,
Arif, M., M. Jaffar, M. Babar, M.A. Sheikh, S. Kousar, A. Arif, N.H. Koh, J.S. Seo, and S.J. Go. 2005. The genome
and Y. Zafar. 2008. Identification of bacterial blight sequence of Xanthomonas oryzae pathovar oryzae
resistance genes Xa4 in Pakistani rice germplasm using KACC10331, the bacterial blight pathogen of rice. Nuc.
PCR. Afr. J. Biotechnol. 7(5):541-545. Acids Res. 33(2):577-586.
Bustamam, M., M. Yunus, A. Warsun, Suwarno, H.R. Hifni, Nafisah, A.A. Daradjat, B. Suprihatno, dan T.S. Kadir. 2007.
dan T.S. Kadir. 1997. Penggunaan marka molekuler Heritabilitas karakter ketahanan hawar daun bakteri dari
dalam perbaikan ketahanan varietas padi terhadap pe- tiga populasi tanaman padi hasil seleksi daur ulang
nyakit hawar daun bakteri di Indonesia. hlm. 174-184. siklus pertama. Pen. Pert. Tan. Pangan 26:100-105.
Dalam S. Moeljopawiro, M. Herman, S. Saono, B.
Purwantara, dan H. Kasim (eds.) Prosiding Seminar Nino-Liu, D.O., P.C. Ronald, and A.J. Bogdanove. 2006.
Perhimpunan Bioteknologi Pertanian Indonesia. Xanthomonas oryzae pathovars: Model pathogens of a
Surabaya, 12-14 Maret 1997. model crop. Mol. Plant Pathol. 7(5):303-324.

Dafa’alla, T.H., G. Hobom, and H. Zahner. 2000. Direct Ochiai, H., V. Inoue, M. Takeya, A. Sasaki, and H. Kaku.
colony identification by PCR-miniprep. Mol. Biol. 1:65- 2005. Genome sequence of Xanthomonas oryzae pv.
66. oryzae suggests contribution of large numbers of
effector genes and insertion sequences to its race
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan. 2012. Serangan diversity. JARQ 39:275-287.
BLB pada Padi di Indonesia Masa Tanam 2002 s.d.
2009. Tidak dipublikasi. Onasanya, A., A. Basso, E. Somado, E.R. Gasore, F.E.
Nwilene, I. Ingelbrecht, J. Lamo, K. Wydr, M.M.
Furuya, N., S. Taura, T. Goto, B.T. Thuy, P.H. Ton, K. Ekperigin, M. Langa, O. Oyelakin, Y. Sete, S. Winter,
Tsuchiya, and A. Yoshimura. 2012. Diversity in virulence and R.O. Onasanya. 2010. Development of combined
of Xanthomonas oryzae pv. oryzae from Northern molecular diagnostic and DNA fingerprinting technique
Vietnam. JARQ 46(4):329-338. for rice bacteria pathogens in Africa. Biotechnology
9(2):89-105.
George, M.L.C., M. Bustamam, W.T. Cruz, J.E. Leach, and
R.J. Nelson. 1997. Movement of Xanthomonas oryzae Salzberg, S.L. D.D. Sommeri, M.C. Schatzi, A.M. Philippy,
pv. oryzae in Southeast Asia detected using PCR-based P.D. Rabinowicz, S. Tsuge, A. Furutani, H. Ochiai, A.L.
DNA fingerprinting. Phytopathology 87(3):302-309. Delcher, D. Kelley, R. Madupu, D. Puiu, D. Radune, M.
Shumway, C. Trapnell, G. Aparnas, G. Jha. A. Pandeys,
2013 TASLIAH ET AL.: Identifikasi Molekuler Hawar Daun Bakteri 57

P.B. Patils, H. Ishihara, D.F. Meyer, B. Szureki, V. Shanti, M.L., V.V. Shenoy, G.L. Devi, V.M. Kumar, and P.
Verdier, R. Koebnik, J.M. Dow, R.P. Ryan, H. Hirata, S. Premalatha. 2010. Marker-assisted breeding for
Tsuyumu, S.W. Lee, P.C. Ronald, R.V. Sontis, M.V. resistance to bacterial leaf blight in popular cultivar and
Sluyo, J.E. Leach, F.F. White, and A.J. Bogdanove. parental lines of hybrid rice. J. Plant Pathol. 92(2):495-
2008. Genome sequence and rapid evolution of the rice 501.
pathogen Xanthomonas oryzae pv. oryzae PXO99A.
BMC Genomics 9(204):1-16.

Anda mungkin juga menyukai