Anda di halaman 1dari 5

ACARA II

POSTULAT KOCH
I. PENDAHULUAN
Kendala yang sering dihadapi di lapang dalam peningkatan produksi suatu
komoditas tanaman antara lain gangguan oleh mikroorganisme yang disebut sebagai
penyakit. Jenis mikroorganisme yang dapat menyebabkan penyakit diantaranya
bakteri, virus, kapang dll. Jenis penyakit yang disebabkan oleh virus antara lain
penyakit belang, nekrosis daun dan penyakit kerdil pada tanaman.
Penyakit belang pada kacang panjang merupakan penyakit penting dan
tersebar luas di daerah pusat pertanaman kacang panjang di Indonesia. Kerusakan
batang tanaman akibat serangan penyakit virus belang berkisar 10-60% tergantung
dari jenis kacang panjang serta musim dan umur tanaman pada saat terinfeksi. Gejala
yang sering dijumpai di lapang adalah gejala belang berwama hijau tua dikelilingi
daerah yang lebih terang atau hijau kekuning-kuningan. Pada umumnya gejala awal
pada daun muda terlihat adanya bintik-bintik klorotik yang selanjutnya berkembang
menjadi belang-belang melingkar. Pada daun tua berwarna hijau kekuningan dengan
belang-belang berwarna hijau tua. Pertumbuhan tanaman yang terinfeksi menjadi
terhambat sehingga tanaman menjadi pendek dibandingkan tanaman sehat terutama
apabila terinfeksi pada saat tanaman muda.
Virus tumbuhan dalam beberapa hal berbeda dari virus yang menyerang
hewan atau bakteri. Virus tumbuhan biasanya tidak dapat menularkan langsung ke
inang tanamn lain karena tidak memiliki alat penetrasi. Oleh karena itu, virus tidak
dapat ditularkan langsung oleh angin atau air. Walaupun virus terdapat dalam sap
tanaman atau sisa tanaman, virus biasanya tidak dapat menimbulkan infeksi jika
tidak dapat kontak dengan isi sel hidup yaitu dengan adanya perlukaan pada sel
hidup. Virus dapat ditularkan atau disebarkan dari tanaman yang satu ke tanaman
lain dengan beberapa cara misalnya melalui perkembangbiakan secara vegetatif
dengan penempelan dan penyambungan, penularan secara mekanik dengan sap
tanaman sakit, melalui biji dan serbuk sari, dengan vektor serangga, tungau,
nematoda, cendawan, dan tali putri (Cuscuta sp.).
Postulat Koch merupakan salah satu metode yang digunakan sebagai
pembuktian ada tidaknya suatu mikroba patogen pada tanaman. Postulat koch atau
Postulat Henle-Koch dirumuskan oleh Robert Koch pada 1884 dan disaring dan

Laboratorium Mikrobiologi Universitas Jenderal Soedirman 1


diterbitkannya pada 1890. Postulat Koch menjelaskan bahwa mikroorganisme
dikatakan sebagai penyebab penyakit bila memenuhi kriteria berikut (1)
mikroorganisme penyebab penyakit selalu berasosiasi dengan gejala penyakit yang
bersangkutan, (2) mikroorganisme penyebab penyakit harus dapat diisolasi pada
media secara murni, (3) mikroorganisme penyebab penyakit hasil isolasi harus dapat
menimbulkan gejala yang sama dengan gejala awal penyakitnya, apabila
diinokulasikan kembali, dan (4) mikroorganisme penyebab penyakit harus dapat
direisolasi dari gejala yang timbul hasil inokulasi.
Postulat Koch ini oleh Smith (1906) dimodifikasi, untuk parasit obligat, tidak
perlu pada media buatan, tetapi harus dapat dibiakkan secara murni sekalipun pada
inang. Menurut Koch, keempatnya harus dipenuhi untuk menentukan hubungan
sebab-akibatnya antara parasit dan penyakit. Postulat Koch berkembang pada abad
ke-19 sebagai panduan umum untuk mengidentifikasi patogen yang dapat
diisolasikan dengan teknik tertentu. Walaupun dalam masa Koch, dikenal beberapa
penyebab infektif yang memang bertanggung jawab pada suatu penyakit dan tidak
memenuhi semua postulatnya. Usaha untuk menjalankan postulat Koch semakin kuat
saat mendiagnosis penyakit yang disebabkan virus pada akhir abad ke-19. Pada masa
itu virus belum dapat dilihat atau diisolasi dalam kultur. Kini, beberapa penyebab
infektif diterima sebagai penyebab penyakit walaupun tidak memenuhi semua isi
postulat. Oleh karena itu, dalam penegakkan diagnosis mikrobiologis tidak
diperlukan pemenuhan keseluruhan postulat. Tahapan Postulat Koch pada penyakit
karat kacang panjang tidak meliputi isolasi dan reisolasi.

II. TUJUAN
Mahasiswa mampu melakukan praktek Postulat Koch dalam penularan
penyakit tanaman yang disebabkan oleh virus tumbuhan, terutama cara penularan
virus dari tanaman yang satu ke tanaman yang lain menggunakan metode sap (Sub
CPMK TM-02).

III. MATERI DAN METODE


A. MATERI
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah tanaman
leguminosae (kacang tanah/kacang kedelai/kacang panjang) berumur 2 minggu,
tanah untuk media penanaman, polybag, beberapa lembar daun kacang-kacangan

Laboratorium Mikrobiologi Universitas Jenderal Soedirman 2


yang terinfeksi penyakit karat daun, mortal dan pestle, plastik transparan, akuades
steril, kertas label, kertas saring, bakker glass, sprayer, arang, solatip dan gunting.

B. METODE
1. Pengamatan langsung pada daun yang berpenyakit
a. Disediakan daun kacang-kacangan yang terkena penyakit karat daun. Daun yang
diduga terinfeksi virus diamati antara gejala dengan tanda-tanda yang nampak.
Asosiasi ini ditandai dengan adanya patogen pada tanaman yang sakit.
2. Pembuatan ekstrak atau sap dari daun yang berpenyakit
a. Sediakan 5 helai daun kacang-kacangan yang terkena penyakit.
b. Daun yang sakit (usahakan dari daun ke 3 atau ke 4) dan akuades atau buffer
steril dimasukkan dalam mortar dan kemudian daun dilumatkan dengan pestle.
c. Daun yang telah dilumatkan disaring dengan filter 0, 22 µm sampai sap yang
diperoleh hanya berupa cairan atau ekstrak.
3. Pengujian
a. Pengujian dilakukan pada dua tanaman kacang panjang yang berumur 2 minggu.
Masing-masing kelompok menyiapkan satu tanaman digunakan sebagai kontrol
dan satu tanaman lainnya diinokulasi dengan dengan patogen penyebab karat
pada kacang panjang.
b. Tahapan inokulasi patogen dilakukan dengan melukai daun yang sehat dengan
menggunakan carbonundum terlebih dahulu.
c. Cutton bud steril dicelupkan dalam sap tanaman yang memiliki tanda-tanda
penyakit virus yang telah disaring. Kemudian inokulasikan sap tanaman tersebut
pada daun yang telah dilukai.
d. Setelah proses inokulasi dilakukan pada tanaman tersebut, kemudian daun yang
telah diberi sap ditutup dengan plastik transparan agar tanaman kontrol tidak ikut
terinfeksi serta untuk menjaga kondisi tetap lembab sehingga virus dapat
berkembang pada tanaman inangnya.
e. Amati setiap hari perubahan yang terjadi pada daun yang diinokulasi maupun
daun kontrol selama 7 hari. Apakah gejala yang ditimbulkan akan sama antara
daun awal yang terinfeksi virus dengan daun yang telah diinokulasikan atau
tidak.

Laboratorium Mikrobiologi Universitas Jenderal Soedirman 3


4. Uji Penegasan
Uji penegasan dilakukan sesuai dengan kriteria Postulat Koch yang ketiga dan
keempat yaitu, (3) mikroorganisme penyebab penyakit hasil isolasi harus dapat
menimbulkan gejala yang sama dengan gejala penyakitnya, apabila
diinokulasikan, dan (4) mikroorganisme penyebab penyakit harus dapat
direisolasi dari gejala yang timbul hasil inokulasi. Maka dilakukan reisolasi atau
perlakuan kembali seperti pada metode poin A, B, dan C. Bandingkan daun yang
awal terinfeksi virus, daun pada inokulasi sap pertama, dan daun pada inokulasi
sap kedua. Serta bandingkan juga dengan daun kontrol.

Laboratorium Mikrobiologi Universitas Jenderal Soedirman 4


Laboratorium Mikrobiologi Universitas Jenderal Soedirman 5

Anda mungkin juga menyukai