Anda di halaman 1dari 15

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI PATOGEN

(Laporan Praktikum Ilmu Penyakit Tumbuhan)

Oleh
ASTRI WULANDARI
1014121076

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2011

I.PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kerusakan yang ditimbulkan oleh penyakit tumbuhan dapat menimbulkan kerugian
yang sangat besar terhadap masyarakat. Kerusakan ini selain disebabkan oleh karena
hilangnya hasil ternyata juga dapat melalui cara lain yaitu menimbulkan gangguan
terhadap konsumen dengan adanya racun yang dihasilkan oleh jamur dalam hasil
pertanian tersebut.
Proses pemisahan/pemurnian dari mikroorganisme lain perlu dilakukan karena semua
pekerjaan mikrobiologis, misalnya telaah dan identifikasi mikroorganisme,
memerlukan suatu populasi yang hanya terdiri dari satu macam mikroorganisme saja.
Teknik tersebut dikenal dengan Isolasai Mikroba.
Studi ilmu penyakit tumbuhan meliputi studi tentang penyebab penyakit, studi
tentang interaksi antara penyebab penyakit - tumbuhan inang dan lingkungan, studi
tentang fisiologi tanaman sakit. Studi penyakit tumbuhan dalam populasi tumbuhana
disebut epidemiologi.
Untuk mencirikan dan mengidentifikasi suatu spesies mikroorganisme tertentu,
pertama-tama mikroorganisme tersebut harus dapat dipisahkan dari mikroorganisme
lain yang umum dijumpai dalam habitatnya, lalu ditumbuhkan menjadi biakan murni.
Biakan murni adalah biakan yang sel-selnya berasal dari sel tunggal.
Berdasarkan penyebabnya penyakit tumbuhan dikelompokkan dalam:

penyakit yang disebabkan oleh penyebab non hidup (abiotik), penyakit demikian
bersifat tidak menular (noninfectious), dan
penyakit tumbuhan yang disebabkan oleh jasad hidup (biotik), yang bersifat
menular.
Penyebab penyakit abiotik antara lain adalah kekurang unsur hara, suhu yang sangat
rendah ataupun sangat tinggi, pencemaran (polusi). Penyekait tumbuhan biotik antara
lain adalah jamur (fungi), bakteri, fitoplasma, virus, viroid, nematoda dan tumbuhan
parasitik.
B. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu :
1. Mengenal cara-cara isolasi patogen tumbuhan
2. Mengetahui cara mengidentifikasi patogen tumbuhan

II. TINJAUAN PUSTAKA

Isolasi yaitu suatu usaha untuk memisahkan suatu jenis mikroorganisme dari
campurannya sehingga diperoleh kultur murni. Teknik isolasi dilakukan dengan
tujuan untuk mendapatkan strain unggul yang diinginkan serta memelihara kultur
isolasi tersebut dalam metode isolasi dan pemeliharaan kultur hasil isolasi. Dalam
teknik biakan murni tidak saja diperlukan bagaimana memperoleh suatu biakan yang
murni, tetapi juga bagaimana memelihara serta mencegah pencemaran dari luar.
Media untuk membiakkan bakteri haruslah steril sebelum digunakan. Pencemaran
terutama berasal dari udara yang mengandung banyak mikroorganisme. Pemindahan
biakan mikroba yang dibiakkan harus sangat hati-hati dan mematuhi prosedur
laboratorium agar tidak terjadi kontaminasi(Agrios,1996).

Prinsip dari isolasi mikrobia adalah memisahkan suatu jenis mikrobia dengan
mikrobia lain yang berasal dari jenis mikrobia tercampur, dengan menumbuhkan
pada media padat. Bila sel tersebut terperangkap oleh media padat pada beberapa di
tempat terpisah, maka setiap tempat kumpulan sel akan berkembang menjadi suatu
koloni yang terpisah pula, sehingga memudahkan pemisahan selanjutnya. Maka
selanjutnya sel-sel tersebut dipisahkan dan ditumbuhkan atau dapat diisolasi dalam
tabung-tabung reaksi atau tempat seperti cawan petri yang ditempatkan terpisah
(Mulyani, 1991).

Organisme yang menyebabkan penyakit harus dapat diisolasi atau dibiakan secara
murni. Prinsip ini hanya dapat dilakukan terhadap parasit fakultatif bukan parasit
obligat. Jamur dan bakteri patogen tumbuhan dapat dibiakan pada banyak medium
padat maupun cair, dari yang umum maupan yang selektif. Medium Potato Dextrose
Agar (PDA) yang merupakan medium untuk jamur, sedang Nutien Agar (NA)
merupakan medium umum untuk bakteri.. PDA adalah suatu medium yng
mengandung karbohidrat dalam jumlah cukup yang terdiri dari 20% ekstrak kentang
dan 20% glukosa., sehingga baik untuk pertumbuhan kapang dan jamur tetapi kurang
baik untuk pertumbuhan bakteri. Akan tetapi, ada beberapa bakteri yang
memfermentasikan karbohidrat dan menggunakan sebagai sumber energi, maka
beberapa bakteri masih dapat tumbuh pada PDA (Hadioetomo, 1990).

Yang dimaksud patogen adalah agen biologis yang menyebabkan penyakit pada
inangnya. Sebutan lain dari patogen adalah mikroorganisme parasit. Umumnya
istilah ini diberikan untuk agen yang mengacaukan fisiologi normal hewan atau
tumbuhan multiselular. Namun, patogen dapat pula menginfeksi organisme
uniselular dari semua kerajaan biologi. Umumnya, hanya organisme yang sangat
patogen yang dapat menyebabkan penyakit, sementara sisanya jarang menimbulkan
penyakit. Karena banyaknya penyakit yang disebabkan oleh jamur dan bakteri yang
patogennya tidak dapat diidentifikasi, maka isolasi patogen perlu
dilakukan(Pracaya,1999).

III. METODOLOGI PERCOBAAN

A. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu, jarum ose, pinset, bunsen, tisu,
cawan petri, dan mikroskop. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu, contoh
tanaman sakit(apel),aquades, alkohol 70%, PDA, dan klorok.

B. Cara Kerja

Isolasi Patogen

1. Bagian tanaman yang sakit dipotong kecil-kecil


2. Cuci dengan aquades, klorok, dan aquades masing-masing 1-2 menit
3. Keringkan bagian tanaman tersebut padda tisu
4. Transfer ke media PDAL.

Identifikasi Patogen

1. Tusuk dengan jarum bagian tanaman yang sakit


2. Basahi kaca preparat dengan air
3. Letakkan bagian tanaman teersebut (pada jarum) ke kaca preparat, kemudian
tutup dengan lensa objektif
4. Letakkan pada mikroskop, kemudian amati bentuk patogennya.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

B. Pembahasan

Penyakit antraknosa merupakan salah satu penyakit pasca panen yang penting yang
dapat menurunkan mutu buah. Patogen yang menyebabkan penyakit tersebut adalah
Colletotrichum gloeosporiedes. Selanjutnya Sepiah melaporkan bahwa patogen yang
penting penyebab antraknosa adalah C. capsici yang merupakan penyakit penting di
Malaysia. Patogen penyebab antraknosa di Indonesia adalah C. gloeosporioides.
Gejala serangannyadapat muncul pada saat pengiriman atau ketika dipasarkan.
Gejala serangan pascapanen umumnya timbul ketika buah sedang dalam transportasi,
pemasaran atau penyimpanan. Pada saat buah masih berada di pohon, patogen dalam
kondisi laten dan akan berkembang setelah buah menjadi matang.
Busuk apel disebabkan oleh Gleosporium sp, kelas deuteromycetes dengan tipe
gejala nekrosis yaitu gejala yang ditandai dengan degenerasi protoplas dan akhirnya
oleh kematian sel, jaringan atau tubuh tumbuhan secara keseluruhan. Tipe parasitnya
fakultatif dengan mekanisme nekrotropik. Gejala awal yang terlihat adalah timbulnya
bercak dan pada bagian tengah bercak terdapat spora jamur berwarna kuning sampai
kuning kecoklatan . Pada serangan parah, bercak semakin tersebar, terjadi busuk

kering dan terdapat miselium jamur berwarna kuning kecoklatan pada bagian
bercak. Pada buah di bawah kulit terdapat bagian yang warnanya berubah menjadi
coklat muda. Bagian ini melebar dan pusatnya mengendap, sehingga mirip dengan
kerucut. Di bawah kutikula terjadi titik-titik hitam yang terdiri dari aservulus jamur
yang kemudian menembus katikula. Pada cuaca yang lembab, aservulus
menghasilkan banyak konidium yang menyerupai massa yang lengket berwarna
merah jambu.

Isolasi pertama kali dilakukan pada jaringan yang tebal. Untuk mengetahui jamur
yang nantinya ada atau tidak, menggunakan bahan dari buah apel yang sebagian
busuk atau terinfeksi dan sebagian lainnya masih baik. Hasilnya diperoleh bahwa
buah apel menjadi hitam dan terselubungi oleh jamur yang berwarna putih yang
hampir menutupi seluruh petridish. Isolasi jaringan tebal menggunakan buah apel
terinfeksi. Setelah dilakukan pengamatan diketahui disekeliling potongan buah apel
terdapat hifa yang berwarna hitam. Selain itu terdapat bercak biru yang menandakan
kontaminasi pada isolasi jamur tersebut.

Dari hasil pengamatan isolasi pada hari ke-5 terjadi kontaminasi pada hasil isolasi.
Hal ini diakibatkan karena ketika proses isolasi tidak dilakukan di ruang aseptis atau
di LAFC. Sehingga memungkinkan kontaminasi akibat adanya virus ataupun bakteri.
Meskipun telah menggunakan lampu bunsen yakni sterilisasi dengan pembakaran,
namun cara ini belum efektif dalam melakukan isolasi.

Jenis penyakit yang banyak menyerang tanaman apel adalah :


Penyakit embun tepung (Powdery Mildew)

Penyebab: Padosphaera leucotich Salm. Dengan stadia imperfeknya adalah oidium


Sp.
Gejala:
1. pada daun atas tampak putih, tunas tidak normal, kerdil dan tidak berbuah
2. pada buah berwarna coklat, berkutil coklat.
Pengendalian:
memotong tunas atau bagian yang sakit dan dibakar
dengan menyemprotka fungisida Nimrod 250 EC 2,5-5 cc/10 liter air (500liter/Ha)
atau Afugan 300 EC 0,5-1 cc/liter air (pencegahan) dan 1-1,5 cc/liter air setelah
perompesan sampai tunas berumur 4-5 minggu dengan interval 5-7 hari.
Penyakit bercak daun (Marssonina coronaria J.J. Davis)
Gejala: pada daun umur 4-6 minggu setelah perompesan terlihat bercak putih tidak
teratur, berwarna coklat, permukaan atas timbul titik hitam, dimulai dari daun tua,
daun muda hingga seluruh bagian gugur.
Pengendalian:

jarak tanam tidak terlalu rapat, bagian yang terserang dibuang dan dibakar

disemprot fungisida Agrisan 60 WP 2 gram/liter air, dosis 1000-2000 gram/ha


sejak 10 hari setelah rompes dengan interval 1 minggu sebanyak 10 aplikasi
atau Delseme MX 200 2 gram/liter air, Henlate 0,5 gram/liter air sejak umur 4
hari setelah rompes dengan interval 7 hari hingga 4 minggu.

Jamur upas (Cortisium salmonicolor Berk et Br)


Pengendalian: mengurangi kelembapan kebun, menghilangkan bagian tanaman yang
sakit.
Penyakit kanker (Botryosphaeria Sp.)

Gejala: menyerang batang/cabang (busuk, warna coklat kehitaman, terkadang


mengeluarkan cairan), dan buah (becak kecil warna cokelat muda, busuk,
mengelembung, berair dan warna buah pucat.
Pengendalian:

tidak memanen buah terlalu masak

mengurangi kelembapan kebun

membuang bagian yang sakit

pengerokkan batang yang sakit lalu diolesi fungisida Difolatan 4 F 100 cc/10
liter air atau Copper sandoz

disemprot Benomyl 0,5 gram/liter air, Antracol 70 WP 2 gram/liter air.

Busuk buah (Gloeosporium Sp.)


Gejala: bercak kecil cokelat dan bintik-bintik hitam berubah menjadi orange.
Pengendalian: tidak memetik buah terlalu masak dan pencelupan dengan Benomyl
0,5 gram/liter air untuk mencegah penyakit pada penyimpanan.
Busuk akar (Armilliaria Melea)
Gejala: menyerang tanaman apel pada daerah dingin basah, ditandai dengan layu
daun, gugur, dan kulit akar membusuk.
Pengendalian: dengan eradifikasi, yaitu membongkar/mencabut tanaman yang
terserang beserta akar-akarnya, bekas lubang tidak ditanami minimal 1 tahun.

V. KESIMPULAN

Dari praktikum yangtelah dilakukan didapatkan beberapa kesimpulan yaitu:


1. Busuk apel disebabkan oleh Gleosporium sp, kelas deuteromycetes dengan tipe
gejala nekrosis yaitu gejala yang ditandai dengan degenerasi protoplas
2. Untuk mengetahui jamur yang nantinya ada atau tidak, menggunakan bahan dari
buah apel yang sebagian busuk atau terinfeksi dan sebagian lainnya masih baik
3. Terjadinya kontaminasi pada hasil isolasi diakibatkan karena ketika proses
isolasi tidak dilakukan di ruang aseptis atau di LAFC
4. Gejala serangan pascapanen umumnya timbul ketika buah sedang dalam
transportasi, pemasaran atau penyimpanan
5. Diperlukan teknik isolasi patogen yang benar atau sesuai dengan prosedur untuk
meminimalisir terjadinya kontaminasi.

DAFTAR PUSTAKA

Hadioetomo, R. S. 1990. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek Teknik dan Prosedur


Dasar Laboratorium. Gramedia. Jakarta.

Mulyani. 1991. Dasar-dasar Mikrobiologi Tanah. Gramedia Pustaka Utama.


Jakarta.

http://www.slideshare.net/kjpp_sudiono/minggu-iii-iv

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai