Anda di halaman 1dari 20

BUDIDAYA JAMUR TIRAM (PLEUROTUS OSTREATUS)

DENGAN PROSES PENYIRAMAN MENGGUNAKAN


METODE 2x SEHARI DAN 4x SEHARI

Disusun Oleh:
Nama Peneliti : 1. Arib Hilmi
2. M.Hasan Naufal Hadi
Bidang Penelitian:Sains
Jenjang :SMA
Pembimbing :Emilia

DIREKTORAT JENDRAL PENDIDIKAN ISLAM


DIREKTORAT KSKK MADRASAH
KEMENTRIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
Madrasah Aliyah Negeri 1 Kota Bengkulu
Tahun Pelajaran 2021/2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb

Puji dan syukur penulis Ucapan kehadirat Allah swt. yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami sehinga kami bisa menyelesaikan makalah ini. Sholawat
beserta salam semoga senantiasa tercurah limpahan kepada nabi Muhammad saw. yang
menjadi tauladan para umat manusia yang merindukan keindahan surga.
Kami menulis makalah ini bertujuan untuk mempelajari dan mengetahui ilmu tentang
Budidaya JamurTiram Dengan Proses Penyiraman Menggunakan Metode 2x Sehari Dan 4x
Sehari. Dalam penyelesaian makalah ini, kami banyak mengalami kesulitan, terutama
disebabkan kurangnya ilmu pengetahuan. Namun, berkat kerjasama yang solid dan
kesungguhan dalam menyelesaikan makalah ini, akhirnya dapat diselesaikan dengan baik.
Melihat kemampuan kami yang kurang, kami yakin dalam makalah ini masih banyak
terdapat kekurangan, maka dari itu, kami sangat butuh saran dan kritik yang bersifat
membangun yang mampu membawa kami kepada kesempurnaan makalah ini.

Wassalamu'alaikum Wr.Wb
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR...................................................................................................................... ii

DAFTAR ISI.................................................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................. 1

1.2. Tujuan Penelitian...........................................................................................................2

1.3. Rumusan Masalah.........................................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................................3

2.1 Definisi dan Taksonomi Jamur Tiram..............................................................................3

2.2 Morfologi JamurTiram.....................................................................................................4

2.3 Kandungan Gizi dan Manfaat JamurTiram......................................................................5

2.4 Syarat Tumbuh JamurTiram...........................................................................................6

2.5 Budidaya Jamur Tiram....................................................................................................7

2.5.1 Budidaya Jamur Tiram..........................................................................................7

2.5.2 Penyiapan Bahan..................................................................................................7

2.5.3 Persiapan Penanaman..........................................................................................8

2.5.4 Sterilisasi Bahan...................................................................................................8

2.5.5 Sterilisasi Baglog...................................................................................................9

2.5.6 Penanaman dan Pemeliharaan.............................................................................9

2.5.7 Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Jamur Tiram.......................................9

2.5.8 Pengendalian Hama dan Penyakit......................................................................12

2.5.9 Panen dan Pasca Panen.....................................................................................13

BAB III METODE PENELITIAN...................................................................................................14

3.1. Jenis dan Pendekatan Penelitian.................................................................................14

3.2. Subjek dan Objek Penelitian........................................................................................14


3.2.1. Subjek................................................................................................................ 14

3.2.2. Objek.................................................................................................................. 14

3.3. Data dan Sumber Data..........................................................................................14

3.3.1. Data................................................................................................................... 14

3.3.2. Sumber Data......................................................................................................14

3.4. Teknik Pengumpulan Data....................................................................................14

3.4.1 Dokumentasi.......................................................................................................14

3.5. Teknik Pengolahan dan Analisis Data...................................................................15

3.5.1. Pengolahan Data...............................................................................................15

3.5.2. Analisis Data Analisis.........................................................................................15


BAB I
PENDAHULUAN

3.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara agraris, dan sebagian besar masyarakatnya bekerja sebagai
petani yang ditunjang dengan lahan pertanian yang subur dan mempunyai kawasan hutan yang
luas dan terkenal akan hasil produksi kayunya, hasil kayu tersebut dimanfaatkan sebagai
industri. Akan tetapi sebagian besar petani dan masyarakat Indonesia kurang jeli dalam
memanfaatkan hasil limbah industri. Misalnya pemanfaatan limbah dari

bidang industri penggergajian yang sering menimbulkan masalah, diantaranya dapat


mengganggu kesehatan dan polusi. Salah satu menanggulangi masalah tersebut adalah
dengan memanfaatkan limbah industri, misalnya dari hasil produk kayu bisa digunakan sebagai
substrat atau mediajamur.
Jamur mempunyai ragam jenis, salah satunya adalah jamur tiram putih (Pleurotos
ostreatus). Nama jamur tiram (P. ostreatus) diberikan karena bentuk tudung jamur ini agak
membulat, lonjong, dan melengkung menyerupai cangkang tiram. Permukaan tudung jamur
tiram licin, agak berminyak jika lembab, dan tepinya bergelombang. Jamur tiram (P. ostreatus)
merupakan jamur dari famili Agaricaceae dan dibudidayakan oleh masyarakat karena
merupakan salah satu produk yang dapat dikembangkan dengan teknik yangsederhana.
Jamur merupakan tanaman yang tidak mempunyai klorofil sehingga tidak bisa melakukan
proses fotosintesis untuk menghasilkan makanan sendiri. Jamur digolongkan sebagai tanaman
heterotrofik, karena jamur hidup dengan cara mengambil zat – zat makanan, seperti selulosa,
glukosa, lignin, protein, dan senyawa pati dari organisme lain. Jamur telah dikenal dan populer
sebagai bahan makanan lezat sejak abad XIV Masehi. Jamur dinilai mengandung karbohidarat,
berbagai mineral seperti kalsium, kalium, fosfor, dan besi serta vitamin B, B12 dan C.
Kandungan protein (10,5-30,4%) yang terdapat pada jamur lebih tinggi dibandingkan dengan
bahan makanan lain yang juga berasal dari tanaman, yakni protein jamur dua kali lebih tinggi
daripada asparagus dan kentang, empat kali lebih tinggi daripada wortel dan tomat dan enam
kali lebih tinggi daripada jeruk.
Jamur tiram(P. ostreatus) mempunyai kandungan gizi yang cukup besar sehingga
bermanfaat bagi kesehatan manusia. Jamur tiram enak dimakan dan dipercaya mempunyai
khasiat obat untuk berbagai penyakit, seperti lever, diabetes, anemia, sebagai antiviral dan anti
kanker, menurunkan kadar kolesterol, meningkatkan daya tahan tubuh terhadap serangan polio
dan influenza serta kekurangan gizi. Selain itu, jamur tiram juga dipercaya mampu membantu
penurunan berat badan karena berserat tinggi dan membantu pencernaan (Sunarmi dan

1
Cahyo,2010).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan pakar jamur di Departemen Sains Kementrian
Industri Thailand bebarapa zat yang terkandung dalam jamur tiram atau Oyster
mushroom adalah protein (10,5-30,4%); karbohidrat 50,59 %; serat 1,56 %; lemak 0,17 % dan
abu 1,14 %. Selain kandungan ini, Setiap 100 gram jamur tiram segar ternyata juga
mengandung 45,65 kalori; 8,9 mg kalsium: 1,9 mg besi; 17,0 mg fosfor. 0,15 mg Vitamin B1;
0,75 mg vitamin B2 dan 12,40 mg vitamin C (Suharjo,2007).
Budidaya jamur tiram mampu mendatangkan keuntungan yang sangat menggiurkan baik
dilakukan dalam skala kecil maupun besar. Hal ini tidak lepas dari tingginya permintaan dan nilai
jual dari jamur tiram. Kegiatan budidaya jamur tiram di Indonesia, masih tergolong rendah jika
dibandingkan dengan kebutuhan atau permintaan dari konsumen tiap harinya. Hal ini dapat
dilihat dari kenaikan permintaan jamur tiram yang setiap tahunnya mengalami peningkatan.
Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2008 kebutuhan masyarakat terhadap
jamur tiram untuk kota Yogyakarta membutuhkan 200 - 250 kg per hari, Semarang 350 kg per
hari, Bandung 500 kg per hari, Tasikmalaya 300 kg per hari, Tangerang 3.000 kg per hari.
Kebutuhan tersebut hanya untuk memenuhi permintaan jamur tiram segarsaja.
Padahal untuk memenuhi permintaaan pasar jamur tiram tidak hanya dipasarkan dalam
keadaan segar, tetapi juga dapat diolah lebih lanjut menjadi produk olahan siap saji seperti
keripik atau abon. Terbatasnya produksi jamur tiram di Indonesia dikarenakan oleh beberapa
faktor penghambat, salah satunya adalah penyedian bibit jamur yang berkualitas atau bibit yang
bermutu.

1.2. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui perkembangan hasil pertumbuhan jamur tiram (pleurotus


ostrearus) dengan proses penyiraman 2x sehari dan 4x sehari.

2. Untuk mengetahui pengaruh penyiraman pada pertumbuhan jamur tiram (pleurotus


ostrearus) dengan proses penyiraman 2x sehari dan 4x sehari.

1.3. Rumusan Masalah

1) Apakah terdapat pengaruh penyiraman pada pertumbuhan jamur tiram (pleurotus


ostrearus) dengan proses penyiraman 2x sehari dan 4x sehari?

2) Bagaimanakah perkembangan hasil pertumbuhan jamur tiram (pleurotus ostrearus)


dengan proses penyiraman 2x sehari dan 4x sehari?

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi dan Taksonomi Jamur Tiram

Jamur tiram dalam bahasa Yunani disebut Pleurotus artinya bentuk samping atau
posisi menyamping antara tungkai dengan tudung. sedangkan sebutan tiram, karena bentuk
atau badan buahnya menyerupai kulit tiram (cangkang kerang). Jamur tiram yang merupakan
jenis jamur kayu ini, awalnya tumbuh secara alami pada batang-batang pohon yang telah
mengalami pelapukan, umumnya mudah dijumpai di daerah-daerah hutan. Sedangkan di
Indonesia sendiri budidaya jamur tiram baru mulai dirintis sejak lebih kurang tahun 1988, dan
pada waktu itu petani atau pengusaha jamur tiram masih sedikit (Soenanto,2002).Dari segi
botani, jamur tiram termasuk jenis jamur kayu yang mudah dibudidayakan. Jamur tiram
termasuk familia Agaricaceae atau Tricholomataceae dari klasis Basidiomycetes. Klasifikasi
jamur tiram menurut Alexopolous (1962) adalah sebagai berikut:

Divisio: Amastigomycota
Sub-Divisio: Basidiomycotina

Klasis:Basidiomycetes
Ordo:Agaricales

Familia:Agaricaceae

Genus:Pleurotus

Spesies: Pleurotussp.

Menurut Suhardiman (1983) terdapat beberapa jenis jamur tiram yang sering
dibudidayakan petani, antara lain :
a) Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus), warna tubuh buahputih.

b) Jamur tiram coklat (P. abalonus), warna tubuh buahkecoklatan.

c) Jamur tiram kuning (Pleurotus sp.), warna tubuh buah kuning dan sangat
jarangditemukan.

Dari beberapa jenis jamur tiram tersebut, jamur tiram putih dan coklat paling banyak
dibudidayakan, karena mempunyai sifat adaptasi dengan lingkungan yang baik dan tingkat

3
produktivitasnya cukup tinggi. Dikatakan lebih lanjut oleh Cahyana et al. (1999) ketiga
jenis jamur tiram tersebut mempunyai sifat pertumbuhan yang hampir sama, tapi masing-
masing mempunyai kelebihan dan kekurangan, yaitu :
1. Jamur tiram putih tumbuh membentuk rumpun dalam sàtu media. Setiap rumpun
mempunyai percabangan yang cukup banyak. Daya simpannya lebih lama
dibandingkan dengan jamur tiram kuning, meskipun tudungnya lebih tipis dibandingkan
dengan jamur tiram coklat dan jamur tiram kuning
2. Jamur tiram coklat mempunyai rumpun yang sangat sedikit dibandingkan dengan jamur
tiram putih dan jamur tiram kuning, tetapi tudungnya lebih tebal dan dayasimpannya
lebihlama.
3. Jamur tiram kuning mempunyai rumpun paling banyak dibandingkan dengan jamur
tiram coklat maupun jamur tiram putih, tetapi jumlah cabangnya sedikit dan lebih tipis
dibandingkan dengan jamur tiram coklat serta daya simpannya paling pendek.
Secara umum jamur dikelompokan menjadi 4 kategori yaitu pertama jamur
pangan (edible mushroom) yaitu jamur yang berdaging dan enak dimakan ; kedua
jamur obat yaitu jamur yang memiliki khasiat obat dan dipakai untuk pengobatan ;
ketiga jamur beracun ; keempat jamur yang tidak tergolong kategori sebelumnya dan
umumnya beragam jenisnya (Chang dan Miles, 1993 dalam Danusaputra,2001).

2.2 Morfologi JamurTiram

Jamur tiram adalah jamur kayu yang tumbuh menyamping pada batang kayu lapuk.
Kehidupan jamur mengambil makanan yang sudah dibuat oleh organism lain yang telah mati
(saprofit), karena tidak memiliki klorofil.Semua jenis saprofit khususnya yang tumbuh pada
kayu dapat dengan mudah dibudidayakan,meskipun dari beberapa hal jamur sulit dipasarkan
dalam jumlah besar karena sifatnya yang lunak sehingga mudah rusak (Djarijah dan Abbas,
2001).
Menurut Gunawan (2004), ciri-ciri jamur tiram adalah daging tebal, berwarna putih,
kokoh, tetapi lunak pada bagian yang berdekatan dengan tangkai, bau dan rasa tidak
merangsang. Tangkai tidak ada atau jika ada biasanya pendek, kokoh dan tidak dipusat atau
lateral (tetapi kadang-kadang dipusat), panjang 0,5-4,0 cm, gemuk, padat, kuat kering,
umumnya berambut atau berbulu kapas paling sedikit di dasar.
Jamur ini memiliki tubuh buah yang tumbuh mekar membentuk corong dangkal seperti
kulit kerang (tiram). Tubuh buah jamur memiliki tudung (pilues) dan tangkai (stipes atau
stalk). Pileus berbentuk mirip cangkang tiram berukuran 5-15 cm dan permukaan bagian
bawah berlapis-lapis seperti insang berwarna putih dan lunak. Sedangkan pertumbuhan
tangkainya dapat pendek atau panjang (2-6 cm). Tangkai ini menyangga tudung lateral

4
(dibagian tepi) atau eksentris (agak ke tengah) Jamur tiram bersih (Pleurotus florida dan P.
ostreatus) memiliki tudung berwarna putih susu atau putih kekuning-kuningan dengan garis
tengah 3-14 cm (Djarijah dan Abbas, 2001).
Permukaan jamur tiram licin dan agak berminyak ketika lembab sedangkan bagian
tepinya mulus agak bergelombang. Daging jamur cukup tebal, kokoh tapi lunak pada bagian
yang berdekatan dengan tangkai. Jika sudah terlalu tua, daging buah menjadi alot dan keras.
Spora berbentuk batang berukuran 8-11×3-4µm. Miselium berwarna putih dan bisa tumbuh
dengan cepat (Gunawan, 2001).
Jamur tiram memiliki inti plasma dan spora yang berbentuk sel – sel lepasatau
bersambungan membentuk hifa dan miselium. Pada titik – titik pertemuan percabangan
miselium akan terbentuk bintik kecil yang disebut pin head atau calon tubuh jamur yang akan
berkembang menjadi tubuh buah jamur (Parjimo dan Agus,2007).
Permukaanbawahtudungdaritubuhbuahmudaterdapatbilah-bilah
(lamela). Lamela tubuh menurun dan melekat pada tangkai. Pada lamela terdapat sel-sel
pembertuk s p o r a ( b a s i d i u m ) yang berisibasidiospora.

Basidiospora biasanya dibentuk pada saat tubuh buah telah dewasa (mengalami
kematangan). Selama tepi tudung masih berlipat-lipat, tubuh buah dikatakan belum dewasa.
Tepi tudung yang merengah penuh maka tubuh buah mencapai fase dewasa dan dapat
dipanen. Tubuh buah yang matang biasanya rapuh dan spora dapat dilepaskan
(Anonim,2005).
Batang atau tangkai jamur tiram tidak tepat berada ditengah tudung, tetapi agak
kepinggir. Tubuh buahnya membentuk rumpun yang memiliki banyak percabangan dan
menyatu dalam satu media.
Jika sudah tua, daging buahnya akan menjadi liat dan keras. Warna jamur yang
disebut dengan oyster mushroom ini bermacam-macam, ada yang putih, abu-abu, cokelat,
dan merah Di Indonesia, jenis yang paling banyak dibudidayakan adalah jamur tiram putih
(Parjimo dan Agus,2007).

2.3 Kandungan Gizi dan Manfaat JamurTiram

Jamur Tiram putih (P. ostreatus) merupakan bahan sayuran yang mulai banyak
diminati di Indonesia. Jamur ini memiliki aroma yang khas karena mengandung muskorin,
dan penting bagi kesehatan karena mampu menyediakan kebutuhan gizi manusia tanpa
harus menaikkan tekanan darahnya (Anonim, 1995).
tiram adalah jenis jamur kayu yang memiliki kandungan nutrisi lebih tinggi
dibandingkan jenis jamur kayu lainnya. Dalam 100 gram jamur tiram kering mengandung
protein (10,5-30,4%), lemak (1,7-2,2%), karbohidrat (56,6%), thiamin (0,20 mg), dan

5
riboflavin (4,7-4,9 mg) niasin (77,2 mg) dan kalsium (314,0 mg). Kandungan nutrisi jamur
tiram lebih tinggi dibanding dengan jamur lainnya. Jamur tiram mengandung 18 macam asam
amino yang dibutuhkan oleh tubuh manusia dan tidak mengandung kolesterol (Djarijah dan
Abbas,2001).
Jamur tiram merupakan sumber protein nabati yang rendah kolesterol sehingga dapat
mencegah penyakit darah tinggi (hipertensi) dan aman bagi mereka yang rentan terhadap
serangan jantung. Hal tersebut dikarenakan keunggulan yang spesifik dari jamur tirambila
dibandingkan tanaman lain

maupun hewan adalah kemampuannya dalam mengubah cellulose/lignin menjadi


polisakarida dan protein yang bebas kolesterol sehingga baik untuk menghindari kadar
kolesterol yang tinggi dalam darah dan itu dapat mengurangi serangan darah tinggi (stroke)
yang dapat muncul sewaktu-waktu. Kandungan asam folatnya (vitamin B-komplek) yang
tinggi dapat menyembuhkan anemia dan sebagai obat anti tumor, mencegah dan
menanggulangi kekurangan gizi dan sebagai obat kekurangan zat besi, serta baik juga
dikonsumsi oleh ibu hamil dan menyusui (Siswono, 2003).
Jamur tiram memiliki sifat menetralkan racun dan zat-zat radioaktif dalam tubuh.
Khasiat jamur tiram untuk kesehatan adalah menghentikan pendarahan dan mempercepat
pengeringan luka pada permukaan tubuh, mencegah penyakit diabetes mellitus,
penyempitan pembuluh darah, menurunkan kolesterol darah, menambah vialitas dan daya
tahan tubuh serta mencegah penyakit tumor atau kanker, kelenjar gondok, influenza,
sekaligus memperlancar buang air besar (Djarijah dan Abbas, 2001).
Khasiat jamur tiram (putih) sebagai obat memang sudah teruji kebenaranya diantaranya
sebagai berikut :
a) Untuk mencegah beberapa macam penyakit, seperti anemia, memperbaiki gangguan
pencernaan, mencegah kanker, tumor, hipertensi, dan menurunkan kadar kolesterol
serta kencingmanis
b) Jamur tiram berkhasiat menjaga vitalitas laki-laki maupun perempuan dan membantu
mengatasi kasus kekurangangizi

2.4 Syarat Tumbuh JamurTiram

Jamur tiram dapat tumbuh dan berkembang pada berbagai macam kayu di
sembarang tempat. Tetapi, jamur tiram tumbuh optimal pada kayu lapuk yang tersebar di
dataran rendah sampai lereng pegunungan atau kawasan yang memiliki ketinggian antara
600 m - 800 m diatas permukaan laut. Kondisi lingkungan optimum untuk pertumbuhan jamur
tiram adalah tempat-tempat yang teduh dan tidak terkena pancaran (penetrasi) sinar
matahari secaralangsung dengan sirkulasi udara lancar dan angin sepoi-sepoi basah

6
(Djarijah dan Abbas,2001).
Jamur tiram dapat tumbuh di dataran rendah sampai ketinggian sekitar 600 meter dari
permukaan laut diatas lokasi yang memiliki kadar air sekitar 60% dan derajat keasaman atau
pH 6-7.
Jika tempat tumbuhnya terlalu kering atau kadar airnya kurang dari 60%, miselium jamur ini
tidak bisa menyerap sari makanan dengan baik sehingga tumbuh kurus. Sebaliknya, jika
kadar air di lokasi tumbuhnya terlalu tinggi, jamur ini akan terserang penyakit busuk akar
(Parjimo dan Agus, 2007).
Secara alami jamur tiram banyak ditemukan tumbuh di batang-batang kayu lunak yang
telah lapuk seperti pohon karet, damar, kapuk atau sengon yang tergeletak di lokasi yang
sangat lembab dan terlindung dari cahaya matahari. Pada fase pembentukan miselium,
jamur tiram membutuhkan suhu 22 - 28º C dan kelembaban 60% - 80%. Pada fase
pembentukan tubuh buah memerlukan suhu 16 - 22º C dan kelembaban 80% - 90% dengan
kadar oksigen 10% (Parjimo dan Agus, 2007).
Cahaya matahari langsung harus dihindari, tetapi cahaya tidak langsung dibutuhkan
untuk penginisiasian (memicu) pembentukan primordial/ tubuh buah jamur yang kecil dan
untuk menstimulasi pemecahan spora jamur tiram (Gunawan,2001).

2.5 Budidaya JamurTiram

2.5.1 Budidaya Jamur Tiram

Jamur tiram (Pleurotus spp.), sebagaimana jenis-jenis jamur konsumsi yang lain, relatif
mudah dibudidayakan di Indonesia yang beriklim tropis. Ada beberapa jenis jamur tiram,
namun hanya jamur tiram putih (P.ostreatus) yang paling lazim dijumpai di pasaran.
Meskipun masih jarang, jamur tiram merah jambu (P.flabellatus) dan jamur tiram hitam
(P.cystidiosus) juga sudah mulai dibudidayakan oleh petanijamur.

2.5.2 PenyiapanBahan

Media yang digunakan untuk bididaya jsmur tiram antara lain substrat kayu, serbuk
gergaji, ampas tebu, atau sekam. Saat ini, para pembididaya banyak menggunakan baglog
sebagai tempat pertumnuhan jamur tiram. Baglog merupakan tempat untuk pembiakan tubuh
buah jamur yang didalamnya sudah terdapat media dan nutrisi yang mendukung
pertumbuhan jamur. Baglog dapat diperoleh dengan cara membeli yang sudah siap pakai
atau bila ingin menekan modal usaha, dapat membuat baglog. Bahan pembuatan baglog
terdiri dari serbuk kayu, kantong plastik, cincin paralon atau bambu berdiameter 3 cm, dedak
halus, tepung jagung, air, dan kapur(CaCO3).

7
2.5.3 PersiapanPenanaman

Sebelum melakukan penanaman, hal-hal yang menunjang budidaya harus sudah


tersedia, diantaranya rumah kumbung, baglog/media, rak untuk baglog, dan tentunya bibit
jamur tiram. Untuk mengoptimalkan hasil pada budidaya jamur tiram didataran rendah dapat
dilakukan modifikasi terhadap bahan media dan takaranya, yakni dengan menambahkan
atau mengurangi takaran tiap - tiap bahan dari standar umumnya.
Sebagai media jamur tiram, serbuk gergaji kayu berfungsi sebagai penyedia nutrisi
bagi jamur. Kayu yang digunakan sebaiknya kayu keras karena serbuk kayu jenis tersebut
potensial dalam meningkatkan hasil panen jamur tiram. Hal ini dikarenakan kayu keras
banyakl mengandung selulosa yang dibutuhkan oleh jamur. Jenis kayu keras yang bisa
digunakan sebagai media tanam untuk jamur tiram antara lain sengon, kayu apung, dan
kayumahoni.
Sebelum digunakan sebagai media biasanya serbuk kayu harus dikompos terlebih
dahulu agar bisa terurai menjadi senyawa yang lebih sederhana sehingga mudah dicerna
oleh jamur. Proses pengomposan serbuk kayu dilakukan dengan cara menutupnya
menggunakan plastik atau terpal selama 1-2 hari. Pengomposan berlangsung dengan baik
apabila terjadi kenaikan suhu sekitar 50 derajat celcius.

Media berupa dedak/bekatul dan tepung jagung berfungsi sebagai substrat dan
penghasil kalori untuk pertumbuhan jamur. Sebelum membeli dedak dan tepung jagung,
sebaiknya pastikan dahulu bahan – bahan tersebut masih baru. Jika memakai bahan yang
sudah lama dikhawatirkan sudah terjadi fermentasi yang dapat menimbulkan tumbuhnya
jenis jamur yang tidak dikehendaki. Kapur (CaCO3) berfungsi sebagai sumber mineral dan
pengatur pH. Kandungan Ca dalam kapur dapat menetralisir asam yang dikeluarkan
miselium yang juga bisa menyebabkan pH lingkungan menjadi rendah.
Wadah yang digunakan untuk meletakkan campuran media adalah kantong plastik
bening tahanm panas (PE 0,002) berukuran 20 cm x 30 cm, ada dua hal yang harus
dilakukan sebelum melakukan penanaman, yakni proses sterilisasi bahan dan sterilisasi
baglog.

2.5.4 SterilisasiBahan

Sebelum dicampurkan dengan media lain, serbuk kayu dan dedak disterilkan terlebih
dahulu menggunakan oven selama 6 – 8 jam pada suhu 100 0 C. Melalui pengovenan, selain
mengurangi mikroorganisme penyebab kontaminasi juga mengurangi kadar air pada serbuk
gergaji kayu. Dengan demikian, media menjadi lebih kering. Kedua bahan tersebut kemydian
dicampur dan diberi air sekitar 50 – 60% hingga adonan menjadi kalis dan bisa dikepa. Air

8
berfungsi dalam penyerapan nutrisi oleh miselium.
Dalam memasukkan media kedalam plastik, media harus benar – benar padat agar
jamur yang dihasilkan bisa banyak. Jadi, pastikan bahwa bahan – bahan telah cukup padat
dalam plastik dengan cara menekan – nekan adona hingga benar – benar pada, kemudian
bagian atsa kantong dipasang cincin paralon atau potongan bambu. Selanjutnya ditutup
dengan sumbatan kapas dan diikat dengan karet tahan panas.

2.5.5 Sterilisasi Baglog

Sterilisasi baglog dilakukan yakni dengan cara memasukkan baglog kedalam autoclave
atau pemanas/steamer dengan suhu 1210 C selam 15 menit. Untuk mengganti penggunaan
autoclave atau steamer, dapat menggunakan drum dengan kapasitas besar dan dipanasi
menggunakan kompor minyak atau dapat juga menggunakn oven. Setelah proses sterilisasi
selesai, baglog kemudian didinginkan. Setelah proses pendinginan, baru kemudian dilakukan
proses penanaman.

2.5.6 Penanaman danPemeliharaan

Salah satu penentuan keberhasilan budidaya jamur tiram adalah kebersihan dalam
melakukan proses budidayanya, baik kebersihan tempat, alat, maupun pekerjanya. Hal ini
karena kebersihan adalah hal yang mutlak harus dipenuhi. Untuk itu, tempat untuk
penanaman sebaiknya dibersihkan terlebih dahulu dengan sapu dan lantainya dibersihkan
menggunakan desinfektan. Alat yang digunakan untuk menanam juga harus disterilkan
menggunakan alkohol dan dipanaskan diatas api lilin. Selain itu, selam melakukan
penanaman para pekerja juga idealnya menggunakan masker. Hal ini bertujuan untuk
merperkecil terjadinya kontaminasi.
Dalam pemeliharaan jamur tiram, hal terpenting yang harus diperhatikan adalah
menjaga suhu dan kelembapan ruangan agar tetap pada angka yang dibutuhkan. Jika cuaca
kering, panas, atau berangin, tentu akan mempengaruhi suhu dan kelembaban dalam
kumbung sehingga air cepat menguap. Sebaiknya frekwensi penyiraman ditingkatkan, jika
suhu terlalu tinggi dan kelembaban kurang, bisa membuat tubuh buah sulit tumbuh atau
bahkan tidak tumbuh. Oleh karena itu, atur juga sirkulasi udara didalam kumbung agar jamur
tidak cepat layu ataumati.

2.5.7 Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan JamurTiram

a) FaktorTumbuh

Jamur tiam seperti halnya tanaman lain yang dibudidayakan, memerlukan kondisi
lingkungan yang sesuai agar dapat tumbuh optimal. Kondisi lingkungan tersebut antara

9
lain suhu, derajat kemasaman, kelembaban ruangan, cahaya serta konsentrasi karbon
dioksida dan oksigen.

a) Suhu

Pada umumnya jamur akan tumbuh pada kisaran temperatur antara 22 - 28º C
untuk daerah Bandung, misal siang hari dalam ruangan, kisaran temperatur tersebut
dapat dicapai, demikian juga untuk dataran rendah (misal: Jakarta), dengan temperatur
di atas 28°C pada siang hari masih dapat tumbuh walaupun agak terhambat dan hasil
terbatas (Suriawiria, 2000). Dikatakan lebih lanjut oleh Cahyana et al. (1999), suhu
pertumbuhan jamur tiram pada saat inkubasi lebih tinggi dibandingkan suhu pada saat
pertumbuhan (pembentukan tubuh buah). Suhu inkubasi jamur tiram berkisar antara
22-28°C, sedang suhu untuk pertumbuhan berkisar antara 16-22°C.
b) Kelembaban Udara(RH)
Seperti halnya suhu, RH pertumbuhan jamur tiram pada saat inkubasi dan
pembentukan tubuh buah juga berbeda. Pada saat inkubasi kelembaban yang
dibutuhkan 60-80 %, sedang untuk pembentukan tubuh buah 80-90 %. Lebih jauh
Cahyana et al. (1999) menambahkan bahwa pengaturan suhu dan RH dalam ruangan
dapat dilakukan dengan menyemprotkan air bersih kedalam ruangan. Namun, apabila
suhu terlalu tinggi sedang RH terlalu rendah, maka primordia (bakal jamur) akan
kering danmati.

c) Cahaya
Pertumbuhan dan perkembangan jamur tiram sangat peka terhadap cahaya, misal
cahaya matahari secara langsung. Intensitas cahaya yang diperlukan pada saat
pertumbuhan sekitar 10 %. Cahaya merupakan faktor yang sangat penting untuk
pertumbuhan miselium, proses pembentukan dan pertumbuhan tubuhbuah jamur.
Cahaya yang sangat kuat dapat menghambat pertumbuhan bahkan dapat
menghentikan pertumbuhan. Efek cahaya juga dapat merusak vitamin yang dibentuk
oleh jamur. Pada fase pertumbuhan generatif, cahaya diperlukan untuk merangsang
pembentukan calon tubuh buah, pembentukan tudung dan perkembangannya.
Kekurangan cahaya akan menyebabkan pertumbuhan tangkai lebih panjang daripada
ukuran normalnya dan pertumbuhan tudung kurang berkembang sehingga ukurannya
lebih kecil dari normalnya.
d) CO2 danO2

Miselium dari beberapa jenis Pleurotos tumbuh lebih cepat dengan peningkatan
konsentrasi karbon dioksida sampai 22 % (Zadrazil, 1975 dalam Danusaputra, 2001).
Namun pembentukan tubuh buah akan terhambat pada konsentrasi karbondioksida
yang tinggi. Oksigen dibutuhkan untuk proses pembentukan dan pertumbuhan tubuh
buah jamur. Jika kekurangan 02 atau terlalu banyak kadar karbondioksida di udara
maka tangkai tubuh buah jamur akan tumbuh memanjang dan tudungnya menjadi

10
kurang berkembang.
2. Faktor Nutrisi

Selain faktor tumbuh, faktor nutrisi juga diperlukan untuk pertumbuhan jamur tiram
putih. Menurut Griffin (1994) beberapa nutrisi tersebut, antara lain:
a) SumberKarbon

Sumber karbon diperlukan untuk kebutuhan energi dan struktural sel jamur.
Sumber karbon yang umum digunakan oleh jamur adalah karbohidrat (polisakarida,
disakarida, monosakarida), asam organik, asam-asam amino, alkohol tertentu,
komponen- komponen polisiklik dan produk natural seperti lignin. Dari semuanya yang
terpenting adalah karbohidrat (Moore dan Landecker, 1996). Kelompok gula
monosakarida merupakan kelompok gula yang paling sering digunakan dengan jumlah
sekitar 2 %. Sedangkan disakarida dan polisakarida merupakan kelompok gula yang
lebih kompleks dan paling banyak terdapat didalam SumberNitrogen. Nitrogen sangat
diperlukan oleh jamur untuk sintesis protein, purin, pirimidin, dan khitin (polisakarida
penyusun utama kebanyakan dinding sel). Nitrogen sangat berperan untuk sintesa
asam amino yang selanjutnya akan dipakai untuk membangun cairan protoplasma
(cairan inti). Selain itu, juga berperan sebagai komponen asam nukleat dan beberapa
vitamin B, B2, dan lainnya). Sumber nitrogen dapat ditambahkan dalam bentuk
amonium, nitrat, dan komponen-komponen nitrogen organik seperti pepton, urea, asam
amino, protein ataupeptida.

b) Vitamin

Vitamin adalah komponen organik yang berfungsi sebagai koenzim atau


konstituen dari koenzim yang mengkatalis reaksi spesifik dan tidak digunakan sebagai
sumber energi. Kebutuhan vitamin dipengaruhi oleh pH dan temperatur yang
berkaitan dengan aktifitas enzim. Jamur membutuhkan dan mensintesis vitamin B
yang larut air dan vitamin H (biotin). Vitamin yang disintesis oleh jamur antara lain
tiamin (B), biotin (H), piridoksin (B6), asam nikotinat, asam pantotenat, riboflavin (B2),
inositol, dan asam paraaminobenzoat.

c) Mineral

Kebutuhan mineral jamur pada umumnya sama dengan tumbuhan. Mineral makro
antara lain sulfur, fosfor, kalium, magnesium, sedang mineral mikro meliputi seng,
besi, mangan, tembaga, dan molybdenum (Griffin,1994).

11
2.5.8 Pengendalian Hama danPenyakit

Selain pemeliharaan baglog, dalam budidaya jamur juga perlu dilakukan perawatan
mencegah atau mengendalikan hama dan penyakit yang mungkin bisa menyerang jamur
tiram. Berikut hama yang umum menyerang jamur tuiram beserta cara pengendalianya.

a) Ulat

Ulat merupakan hama yang paling banyak ditemukan dalambudidaya jamur tiram. Ada
tiga faktor penyebab kemunculan hama ini, yaitu sebagaiberikut:
1) Faktor kelembapan. Hama ulat muncul ketika kelembapan udara berlebihan. Oleh
karena itu, ulat hama sering dijumpai ketika musim hujan. Pencegahan menjadi solusi
terbaik untuk mengatasi hama ini adalah dengan mengatur sirkulasi udara. Caranya
dengan membuka lubang sirkulasi dan untuk sementara proses penyiraman
kumbungdihentikan.
2) Kotoran dari sisa pangkal/bonggol yang tidak terpanen. Pangkal jamur yang tertinggal
di gaglog saat pemanena menimbulkan binatang kecil seperti kepik. Kepik inilah yang
menjadi pencetus munculnya ulat. Sebaiknya, ketika melakukan pemanenan baglog
telah dipastikan kebersihanya sehingga tidak ada pangkal atau batang dan jamur yang
tidakterpanen.
3) Lingkungan yang tidak bersih. Ulat bisa saja muncul karena rumah kumbung ataupun
sekitar kumbung tidakbersih.

b) Semut, laba-laba, dan kleket (sejenismolusca)

Hama semut dan laba – laba dapat diatasi dengan membongkar sarangnya dan
menyiramnya dengan minyak tanah (cara mekanis). Insektisida dapat menjadi alternatif
terakhir untuk memberantas hama serangga. Kalau bisa tidak menggunakan insektisida
karena jamur merupakan produk organik.
Berikut ini jenis penyakit yang umum menyerang jamur tiram beserta cara
pengendalianya.
a. Tumbuhnya Cendawan atau Jamur Lain

Jamur lain yang kerap mengganggu pertumbuhan jamur tiram antara lain Mucor sp.,
Rhiozopus sp., penicillium sp., dan Aspergillus sp. Pada substrat/baglog, serangan jamur-
jamur tersebut bersifat patogen. Apabila baglog sudah terkontaminasi sebaiknya cepat di
keluarkan dari kumbung.

12
2.5.9 Panen dan PascaPanen

Panen jamur tiram dilakukan secara manual dengan menggunakan tangan.


Pemanenan dilakukan dengan cara mencabut seluruh rumpun jamur yang ada. Jamur tiram
dipanen saat pertumbuhan tubuh buah telah maksimal. Waktu panen paling tepat adalah
umur 4-5 hari terhitung sejak pembentukan calon badan buah dan panjangnya telah
maksimal dan bentuknya telah mencapai 50-75 gram. Pemanenan dilakukan pada pagi hari
sebelum pukul 10.00 WIB atau sore hari sebelum pukul 17.00 WIB. Jika dipanen pada
siang hari.

13
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilakukan di Pagar Dewa dan Desa Sari Mulyo Kec.Sukaraja Kab.Seluma.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2022 s/d selesai.

3.2. Alat dan Bahan

1. Baglog

Baglog adalah media tanam untuk meletakkan bibit jamur tiram. Karena jamur tiram
merupakan jamur kayu, sehingga bahan utama dari baglog adalah bekatul, grajen (serbuk
gergaji) dan kapur. Semua bahan ini harus diaduk rata dan ditambahkan air sekitar 60% dari
berat media tersebut

2. Botol reagen

Botol reagen adalah alat yang terbuat dari plastik, digunakan sebagai tempat menyimpan
larutan atau zat cair, menyemprot dan menambahkan akuades dalam jumlah sedikit,
membilas dan menetralisir peralatan-peralatan yang akan digunakan.

3. Air merupakan satu-satunya zat yang secara alami terdapat di permukaan bumi dalam
ketiga wujudnya tersebut. Air adalah substansi kimia dengan rumus H2O, satu atom oksigen.
Air bersifat tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau pada kondisi standar.

3.3. Metode penelitian


Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field reseach), yaitu penelitian yang dilakukan
ditempat atau lokasi penelitian. Adapun sifat penelitian ini menggunakan pendekatan
kuantitatif, penelitian deskriptif adalah metode yang paling sering digunakan, penelitian ini
menggunakan pengalaman, apakah pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain. Dalam
penulisan makalah ini penulis menggunakan menggunakan metode deskriptif kuantitatif,
karena data yang diperoleh dari hasil pengamatan langsung.

3.4. Subjek dan Objek Penelitian

a. Subjek
Subjek penelitian adalah sumber utama data penelitian yag memiliki data mengenai variabel

14
bebas.
b. Objek
Objek penelitian adalah pokok persoalan yang hendak diteliti untuk mendapatkan data
secara lebih terarah.

3.5. Data dan Sumber Data

1. Data
Data adalah bahan mentah yang perlu diolah sehingga menghasilkan informasi atau
keterangan, baik kualitatif maupun kuantitatif yang menunjukan fakta.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Data primer, yaitu data yang diperoleh dari sumber utama.
b. Data Sekunder yaitu penunjang dari data-data yang telah dikumpulkan.

2. Sumber Data
Adapun yang menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah:
a. Responden, yaitu pihak-pihak yang terlibat langsung dalam penelitian ini
b. Informan, yaitu pihak-pihak yang dianggap dapat memberikan keterangan dan tambahan
informasi yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti.

3.6. Teknik Pengumpulan Data


Untuk mempermudah dalam pengumpulan data dan untuk pengumpulan fakta kebenaran
yang terjadi pada subyek atau obyek penelitian, maka peneliti menggunakan satu metode
yaitu dokumentasi. Dokumentasi yaitu mencari data, mengumpulkan, mempelajari,
mengklarifikasi, dan menggunakan data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan
atau berkas-berkas penting dan sebagainya yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.

3.7. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

a). Pengolahan Data


Untuk mengolah data yang diperoleh dari survey dan studi literature diolah menggunakan
teknik-teknik sebagai berikut:
1. Editing
Editing yaitu dengan cara menyeleksi data yang telah diperoleh, apabila terdapat

15
kekurangan dapat diperbaiki dan disempurnakan sehingga data yang valid.
2. Interpretasi
Interpretasi merupakan upaya untuk memeperoleh arti dan makna yang mendalam dan
luas terhadap hasil penelitian.
3. Tabel Penelitian

b). Analisis Data


Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kuantitatif berdasarkan angka dan
perhitungan dengan metode statistik menggunakan program SPSS (Subagyo, 1997). dengan
penelaahan dan pengkajian secara mendalam terhadap hasil penelitian dan mengacu pada
landasan teoritis yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.

16

Anda mungkin juga menyukai