Anda di halaman 1dari 28

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim,
Puji dan syukur kami panjatkan kepada pencipta alam beserta isinya
Allah yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan berjuta karunia dan nikmat-
Nya sehingga penulis dapat menyusun serta menyelesaikan karya ilmiah yang
berjudul “Budidaya Jamur Tiram”.
Selama proses penyusunan karya ilmiah ini penulis mendapatkan banyak
rintangan dan kesulitan. Namun berkat doa, bimbingan, motivasi, serta arahan
dari berbagai pihak, semuanya dapat penulis lewati, sehingga mampu
menyelesaikan karya ilmiah ini. Oleh karena itu, dengan penuh rasa hormat
penulis mengucapkan rasa terima kasih dan penghargaan kepada ibu Maya
oktarina, S.Pd selaku pembimbing dalam penulisan karya tulis ilmiah ini. Serta
rekan-rekan yang telah memberikan motivasi serta semangat selama proses
penyusunan karya ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini jauh dari kesempurnaan,
sehingga kritik dan saran yang konstruktif sangat kami harapkan khususnya dari
Guru mata pelajaran Bahasa Indonesia untuk dijadikan pedoman pada penulisan
berikutnya. Harapan kami semoga penulisan karya tulis ilmiah ini bisa
bermanfaat bagi pembaca umumnya dan khususnya bagi penulis. Amin..

Tebing Abang, November 2023

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................ i
DAFTAR ISI........................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..............................................................................................................
B. Rumusan Masalah.........................................................................................................
C. Tujuan Penelitian..........................................................................................................
D. Mamfaat Penelitian.......................................................................................................
BAB II LANDASAN TEORI
A. Definisi Jamur...............................................................................................................
B. Kandungan Gizi Jamur.................................................................................................
C. Syarat Tumbuhnya Jamur.............................................................................................
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat Dan Waktu Penelitian....................................................................................
B. Subjek Penelitian........................................................................................................
C. Instrumen Penelitian...................................................................................................
D. Prosedur Penelitian.....................................................................................................
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Persiapan Pembudidayaan Jamur................................................................................
B. Proses Pembudidayaan Jamur.....................................................................................
C. Pengendalian Hama Penyakit Jamur Tiram................................................................
D. Pengemasan Dan Transportasi Hasil Panen Jamur Tiram..........................................
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................................................
B. Saran...........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Usaha budidaya jamur tiram seringkali mengalami kegagalan karena
teknik dan cara budidaya yang kurang benar. Meskipun gampang, perlu
diperhatikan faktor-faktor seperti lingkungan, kebersihan, serta konsistensi
selama perawatan. Jika faktor-faktor tersebut tidak bisa dipenuhi dengan baik
maka hasilnya pun kurang optimal bahkan besar kemungkinan berpotensi
mendatangkan kegagalan. oleh karena itu harus ada pengetahuan khusus
terhadap budidaya tersebut.

Jamur tiram putih berwarna putih agak krem dengan diameter tubuh 3-14
cm. Jamur ini memiliki miselium. Tubuh buah jamur inilah yang bernilai
ekonomis tinggi dan menjadi tujuan dari budidaya jamur tiram. Teknik
budidaya jamur tiram mulai dari persiapan hingga pasca panen sangat perlu
diperhatikan agar pelaku usaha benar-benar memahami sehingga lebih
menguasai dalam pemeliharaan maupun pengendalian hama tanaman. Sehingga
tidak kegagalan dalam usaha budidaya jamur ini.

Jamur tiram dapat tumbuh dan berkembang dalam media yang terbuat
dari serbuk kayu yang dikemas dalam kantong plastic. Pertumbuhan jamur
tiram sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu,
kita harus mengetahui mengenai kondisi yang cocok untuk pertumbuhannya
sebelum kita melakukan budidaya jamur tiram.

Pada kehidupan alaminya jamur ini tumbuh di hutan dan biasanya


tumbuh berkembang dibawah pohon berdaun lebar atau dibawah tanaman
berkayu. Hal ini penting untuk jadi patokan dalam melakukan budidaya jamur
tiram dan perlu diingat Jamur Pleurotus ini tidak memerlukan cahaya matahari
yang banyak .
Jamur tiram adalah salah satu jamur yang sangat laku di pasaran saat ini
sebagai salah satu bahan makanan. Namun jamur tersebut sangatlah sulit untuk
ditemukan di alam saat ini dan kemunculannya juga hanya sedikit. Dari sebab
itu di perlukanlah suatu budidaya jamur tiram untuk memenuhi permintaan
pasar. Dan tidak sedikit jamur yang berasal dari indonesia di impor ke luar
negri.
Selain sebagai bahan makanan produksi jamur tiram juga dapat menjadi
sebuah usaha menjanjikan dan dapat mengurangi penganguran yang ada saat ini
karena pengangguran setiap tahun semakin meningkat.

B. Rumusan Masalah
Bertolak dari latar belakang masalah yang diuraikan diatas, maka penulis
merumuskan masalah penelitian sebagai berikut :
1. Apa saja persiapan yang harus dilakukan dalam budidaya jamur tiram?
2. bagaimana proses dalam penanaman jamur tiram?
3. Bagaimana cara pengendalian hama penyakit dalam budidaya jamur tiram?
4. Bagaimana pengemasan dan transportasi hasil panen jamur tiram?

C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan masalah yang penulis teliti, maka tujuan penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui persiapan-persiapan yang harus dilakukan dalam pembudidayaan
jamur tiram.
2. Mengetahui bagaimana proses penanaman jamur tiram.
3. Mengetahui cara bagaimana pengendalian hama penyakit dalam proses
pembudidayaan jamur tiram.
4. Mengetahui bagaimana proses pengemasan dan pengiriman jamur tiram yang
siap dipasarkan.

D. Manfaat Penelitian

Penyusun mengharapkan karya tulis ilmiah ini bisa bermamfaat bagi


siapun yang membacanya, baik secara teoritis maupun praktis. Agar makin
banyak yang bisa membudidayakan tamana jamur dan dapat menggurangi
pengganguran yang ada saat ini yang semakin hari semakin tidak terkendali.
BAB II
LANDASAN TEORI
Budidaya jamur merupakan salah satu usaha peningkatan ekonomi dan
pangan yang sangat marak berkembang di masyarakat belakangan ini, bisnis
dari budidaya jamur memang menjanjikan hasil yang lumayan saat ini, maka
dari itu banyak masyarakat yang turut serta dalam usaha budidaya jamur ini.
Selain mudah dalam proses pengerjaannya, budidaya jamur tidak membutuhkan
modal yang terlalu besar sehingga sangat tepat diterapkan pada masyarakat
yang taraf ekonominya sedang ataupun rendah.
Jamur memiliki manfaat yang beragam dalam kehidupan sehari-hari
antara lain sebagai bahan pangan maupun sebagai bahan pembuatan obat yang
dapat berbagai macam penyakit kronis. Sebagai bahan pangan, jamur tiram
dapat dikonsumsi sebagai campuran sayur sop, jamur krispi maupun keripik
jamur. Banyak restoran berkelas yang mengandalkan hidangan utamanya adalah
berbahan dasar dari jamur, dan bisa dikonsumsi juga sebagai bahan pengobatan.
Jamur memiliki banyak manfaat bagi kesehatan manusia, protein nabati
yang tidak mengandung kolesterol dapat digunakan sebagai obat pencegah
timbulnya penyakit darah tinggi dan serangan jantung, serta dapat mencegah
penyakit diabetes dan mengurangi berat badan atau obesitas. Kandungan asam
folat yang tinggi dapat menyembuhkan penyakit anemia dan obat anti tumor,
juga dapat digunakan untuk mencegah dan menanggulangi kekurangan gizi dan
pengobatan kekurangan zat besi.
Salah satu praktikum dari budidaya jamur adalah budidaya jamur tiram
putih (Pleurotus ostreatus) yang juga memiliki banyak manfaat. Tahap yang
diperlukan untuk budidaya jamur yaitu tahap pencampuran bahan, tahap
pembuatan log, tahap sterilisasi log, tahap inokulasi bibit jamur ke dalam log,
tahap inkubasi log, dan pengamatan pertumbuhan miselium serta tahap
penanaman log.
A. Definisi Jamur Tiram
Jamur tiram merupakan jamur yang berasal dari Divisi Basidiomycotina
dari jenis pleurotus (jamur kayu) yang tempat hidupnya atau habitatnya di
potongan-potongan kayu. Nama Bassidiomycota itu sendiri berasal dari Bahasa
Latin yaitu Bassidium yang berarti “alatkecil “ , suatu tahapan diploid
sementara dalam siklus hidup organisme tersebut. Bentuk bassidiom tersebut
bentuknya mirip payung dan gada sehingga fungi tersebut juga dikenal dengan
nama umum fungi gada (club fungi). [ Mohammad Amin ].

Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) adalah jamur pangan dari kelompok


Basidiomycota dan termasuk kelas Homobasidiomycetes dengan ciri-ciri umum
tubuh buah berwarna putih hingga krem dan tudungnya berbentuk setengah
lingkaran mirip cangkang tiram dengan bagian tengah agak cekung. Jamur tiram
masih satu kerabat dengan Pleurotus eryngii dan sering dikenal dengan sebutan
King Oyster Mushroom. [Neil A. Cambell].

Basidiomycotina merupakan pengurai penting bagi kayu dan bagian


tumbuhan lainnya. Divisi basidiomycotina ini juga mencakup mutualis yang
membentuk mikorhiza dan parasit tumbuhan. Jamur tiram bersifat makroskopis
hifan.

1. Karakteristik Jamur Tiram


a) Karakteristik Jamur Tiram Secara Umum :
 Heterotrofsaprofit
 Multiseluler.
 Tubuh disusun oleh hifa dan miselium dan tubuh buah.
 Hifa bersekat.
 Spora dihasilkan oleh sel basidium melalui reproduksi secara seksual.
 Reproduksi menghasilkan spora dilakukan melalui 2 cara :
1) Aseksual :dilakukan saat kondisi lingkungan mendukung.
2) Seksual : dilakukan bila kondisi lingkungan kurang mendukung
 Alat reproduksi seksual Basidiommycota berupa Basidium.
 Basidium merupakan badan yangberasal dari sebuah sel yang
membesar, selanjutnya membentuk empat tonjolan .
 Tonjolan dengan sel induknya dipisahkan oleh sekat hingga
akhirnya dihasilkan empat sel yang masing- masing dengan
sebuah Basidiospora.
 Seluruh basidium berkumpul membentuk badan yang disebut
basidiokarp.
 Bentuk basidiokap bervariasi, ada yang seperti papan, paying,
bola, dan ada yang tidak beraturan.
b) Karakteristik Jamur Tiram Secara Khusus :
 Tubuh buah jamur tiram memiliki tangkai yang tumbuh
menyamping (bahasa Latin: pleurotus) dan bentuknya seperti
tiram (ostreatus) sehingga jamur tiram mempunyai nama
binomial Pleurotus ostreatus.
 Bagian tudung dari jamur tersebut berubah warna dari hitam,
abu-abu, coklat, hingga putih, dengan permukaan yang hampir
licin, diameter 5-20 cm yang bertepi tudung mulus sedikit
berlekuk.
 Selain itu, jamur tiram juga memiliki spora berbentuk batang
berukuran 8-11×3-4μm serta miselia berwarna putih yang bisa
tumbuh dengan cepat.
 Di alam bebas, jamur tiram bisa dijumpai hampir sepanjang
tahun di hutan pegunungan daerah yang sejuk.
 Tubuh buah terlihat saling bertumpuk di permukaan batang
pohon yang sudah melapuk atau pokok batang pohon yang sudah
ditebang karena jamur tiram adalah salah satu jenis jamur kayu.
 Untuk itu, saat ingin membudidayakan jamur ini, substrat yang
dibuat harus memperhatikan habitat alaminya.
 Media yang umum dipakai untuk membiakkan jamut tiram
adalah serbuk gergaji kayu yang merupakan limbah dari
penggergajian kayu
 Budi daya jamur tiram dapat pula menggunakan substrat jerami
dengan tahapan tertentu
 Jamur tiram tidak memerlukan cahaya matahari yang banyak, di
tempat terlindung miselium jamur akan tumbuh lebih cepat
daripada di tempat yang terang dengan cahaya matahari
berlimpah.

B. Kandungan Gizi Jamur Tiram :


Berdasarkan penelitian Sunan Pongsamart, biochemistry, Faculty of
Pharmaceutical Universitas Chulangkorn, jamur tiram mengandung : protein,
air, kalori, karbohidrat, dan sisanya berupa serat zat besi, kalsium, vitamin B1,
vitamin B2, dan vitamin C.
Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) merupakan bahan makanan bernutrisi
dengan kandungan protein tinggi, kaya vitamin dan mineral, rendah karbohidrat,
lemak dan kalori. Jamur ini memiliki kandungan nutrisi seperti vitamin, fosfor,
besi, kalsium, karbohidrat, dan protein. Untuk kandungan proteinnya, lumayan
cukup tinggi, yaitu sekitar 10,5-30,4%.Komposisi dan kandungan nutrisi setiap
100 gram jamur tiram adalah 367 kalori, 10,5-30,4 persen protein, 56,6 persen
karbohidrat, 1,7-2,2 persen lemak, 0.20 mg thiamin, 4.7-4.9 mg riboflavin, 77,2
mg niacin, dan 314.0 mg kalsium. Kalori yang dikandung jamur ini adalah 100
kj/100 gram dengan 72 persen lemak tak jenuh. Serat jamur sangat baik untuk
pencernaan. Kandungan seratnya mencapai 7,4- 24,6 %.
Kandungan gizi jamur tiram menurut Direktorat Jenderal Hortikultura
Departemen Pertanian. Protein rata-rata 3.5 – 4 % dari berat basah. Berarti dua
kali lipat lebih tinggi dibandingkan asparagus dan kubis. Jika dihitung berat
kering. Kandungan proteinnya 10,5-30,4%.Sedangkan beras hanya 7.3%,
gandum 13.2%, kedelai 39.1%, dan susu sapi 25.2%. Jamur tiram juga
mengandung 9 macam asam amino yaitu lisin, metionin, triptofan, threonin,
valin, leusin, isoleusin, histidin, dan fenilalanin.
Hasil studi di Massachusett University menyimpulkan bahwa riboflavin,
asam Nicotinat,Pantothenat, dan biotin (Vitamin B) masih terpelihara dengan
baik meskipun jamur telah dimasak.
Hasil penelitian dari Beta Glucan Health Center menyebutkan bahwa
jamur tiram(Pleurotus ostreatus) mengandung senyawa Pleuran (di Jepang,
jamur tiram disebut Hiratakesebagai jamur obat), mengandung protein (19-
30 persen), karbohidrat (50-60 persen), asamamino, vit B1 (thiamin), B2
(riboflavin), B3 (Niacin), B5 (asam panthotenat), B7 (biotin), Vit Cdan mineral
Calsium, Besi, Mg, Fosfor, K, P, S, Zn. Dapat juga sebagai
antitumor,menurunkan kolesterol, dan antioksidan.
72% Lemak dalam jamur tiram adalah asam lemak tidak jenuh sehingga
aman dikonsumsi baik yang menderita kelebihan kolesterol (hiperkolesterol)
maupun gangguan metabolisme lipid lainnya. 28% asam lemak jenuh serta
adanya semacam polisakarida kitin di dalam jamur tiram diduga menimbulkan
rasa enak. Jamur tiram juga mengandung vitamin penting, terutama vitamin B,
C dan D. vitamin B1 (tiamin), vitamin B2 (riboflavin), niasin dan provitamin
D2 (ergosterol), dalam jamur tiram cukup tinggi. Mineral utama tertinggi adalah
Kalium, Fosfor, Natrium, Kalsium, dan Magnesium. Mineral utama tertinggi
adalah : Zn, Fe, Mn, Mo, Co, Pb Konsentrasi K, P, Na, Ca dan Me mencapai
56-70% dari total abu dengan kadar K mencapai 45%. Mineral mikroelemen
yang bersifat logam dalam jarum tiram kandungannya rendah, sehingga jamur
ini aman dikonsumsi setiap hari.
C. Syarat Tumbuh JamurTiram
a. IKLIM
1) Temperature
Serat (miselium) jamur tiram putih tumbuh dengan baik pada kisaran
suhu antara 23-28 °C, artinya kisaran temperature normal untuk
pertumbuhannya. Waluapun begitu, dengan temperature di bawah 23 °C,
miselium jamur masih dapat tumbuh meskipun memerlukan waktu yang lebih
lambat.
Sedangkan untuk pertumbuhan tubuh buahnya yang bentuk seperti
cangkang tiram, memerlukan kisaran suhu antara 13-15 °C selama 2 samapai 3
hari.
Bila nilai temperature rendah tersebut tidak didapatkan, maka ada dua
kemungkinan yang terjadi, yaitu pertumbuhan tumbuh buah jamur tidak akan
terbentuk, yang berarti pemeliharaan tidak berhasil, atau walaupun terbentuk
maka waktu yang diperlukan akan lama.
Tetapi walaupun demikian fase kedua jamur tiram putih tersebut masih
dapat tumbuh pada rentang suhu 12-37,8 °C.

2) Kelembapan
Kandungan air di dalam subtract sangat berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan perkembangan miselium jamur.
Terlalu sedikit air akan mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan
akan terganggu, bahkan terhenti sama sekali. Namun, apabila terlalu banyak air,
miselium akan membusuk dan mati. Kandungan air didalam subtract tanaman
akan didapat dengan baik bila dilakukan penyiraman.
Jamur tumbuh baik dalam keadaan yang lembab, tetapi tidak
menghendaki genangan air. Miselium jamur tiram tumbuh optimal pada subtract
yang memiliki kandungan air sekitar 60%. Sedangkan untuk merangsang
pertumbuhan tunas dan tubuh buah, memerlukan kelembapan udara sekitar 70-
85%.

3) Cahaya
Miselium jamur tiram putih tumbuh optimal pada keadaan gelap.
Sebaliknya, tubuh buah jamur tidak dapat tumbuh pada tempat gelap. Cahaya
diperlukan untuk merangsang pertumbuhan tubuh buah. Tangkai jamur akan
tumbuh kecil dan tudung tumbuh abnormal bila saat pertumbuhan primordial
tidak memperoleh penyiraman.
Akan tetapi, cahaya matahari yang menembus secara langsung dapat
merusak dan menyebabkan kelayuan, serta ukuran tudung yang relative kecil.
Pertumbuhan jamur hanya akan memerlukan cahaya yang bersifat menyebar.
Oleh karena itu, diperlukan peneduh pohon di dekat bangunan tempat
pemeliharaan jamur.

4) Udara
Jamur tiram putih adalah tanaman saprofit fakultatif aerobic yang
membutuhkan oksigen sebangai senyawa untuk pertumbuhannya. Sirkulasi
udara yang lancer akan menjamin pasokan oksigen. Terbatasnya pasokan
oksigen udara disekitar tempat tumbuh jamur dapat mengganggu pertumbuhan
tubuh buah.
Jamur tiram juga yang tumbuh pada tempat yang kekurangan oksigen
memiliki tubuh buah kecil dan abnormal. Tubuh buah jamur yang tumbuh pada
tempat yang kekurangan oksisgen akan mudah layu dan mati. Jamur tiram juga
memerlukan sirkulasi udara segar untuk pertumbuhannya. Oleh karena itu,
harus diberi ventilasi agar pertukaran udara dapat berjalan secara baik.
Pertumbuhan miselium jamur memerlukan kandungan karbon dioksida
yang agak tinggi, yaitu 15%-20%. Tetapi, jamur tiram yang tumbuh pada
tempat yang mengandung karbo dioksida yang terlalu tinggi memiliki tubuh
buah yang abnormal. Biasanya, tudung jamur tiram tumbuuh relative kecil
dibandingkan tangkainya.

5) Derajat Keasaman (pH)


Miselium jamur tiram putih tumbuh optimal pada pH media yang sedikit
asam, yaitu antara 5,0-6,5. Nilai pH medium diperlukan untuk produksi
metabolism dari jamur tiram putih, seperti produksi asam organic.
Kondisi asam dapat menyebabkan pertumbuhan miselium jamur tiram
terganggu, tumbuh kontaminasi oleh jamur lain, bahkan menimbulkan kematian
jamur tiram putih. Kondisi pH yang terlalu tinggi (basa), dapat menyebabkan
system metabolism dari jamur tiram putih tidak efektif. Bahkan, menyebabkan
kematian. Tubuh buah jamur tiram tumbuh optimal pada pH lingkungdn yang
mendekati normal (pH 6,8-7,0).

b. MEDIA TANAM
Secara tradisional, di Jepang, bibit ditanam di dalam lubang atau garisan
di kayu kering. Pengeringan dilakukan dengan tenaga sinar matahari atau listrik.
Dalam budidaya modrn, media tumbuh yang digunakan berupa kayu tiruan
(log) yang dibuat dalam bentuk silinder.
1) Nutrisi
Pertumbuhan yang optimal dapat dicapai bila lingkungannya sesuai serta
tersedia nutrisiyang cukup. Protoplas sel memerlukan nitrogen, fosfor, dan
nutrisi lai. Karbon selain diperlukan untuk pembentukan protoplasma, juga
diperlukan sebagai sumber energy. Sehingga karbon lebih banyak dibutuhkan
disbanding dengan nitrogen.
Nitrogen dibutuhkan untuk pembentukan asam nukleat. Sedangkan
protein dan kitin diperlukan untuk pembentukan dinding sel jamur.
2) Kehadiran Mikroorganisme lain
Media tempat tumbuh merupakan sumber energy utama bagi jamur tiram.
Kehadiran mikroorganisme lain dapat menyebabkan persaingan dalam
mendapatkan nutrisi, sehingga jamur yang diharapkan tidak dapat tumbuh
dengan optimal.
Bahkan, sebagian dari competitor tersebut dapat mengeluarkan senyawa
yang bersifat toksin terhadap organism disekitarnya.
Sterilisasi media merupakan cara yang efektif untuk membebaskan media
tanam dari kehadiran jasad asing di dalam media tanam yang tidak diharapkan.

c. KETINGGIAN TEMPAT
Kondisi di atas lebih mudah dicapai didaerah dataran tinggi sekitar 700-
800 m dpl. Kemungkinan budidaya jamur didataran rendah tidak mustahil,
asalkan iklim ruang penyimpanan dapat diatur dan disesuaikan dengan
kebutuhan jamur.

d. PEMBIBITAN
Bibit yang dapat digunakan adalah F3. Bibit ini dapat dibuat atau
diperoleh dari petani jamur yang s udah bisa membuat bibit bibit jamur. Untuk
membuat bibit sendiri, diperlukan alat dan bahan yang steril karena proses ini
sangat rentan terhadap kontaminasi. Sterilisasi pembuatan bibit biasa
menggunakan laminar flow atau transfer box.

 Panen dan pascapanen

a. Panen

Pemanenan dilakukan setelah pertumbuhan jamur mencapai tingkat yang


optimal, yaitu cukup besar, tetapi belum mekar penuh. Pemanenan dilakukan 4-
5 hari setelah tumbuh calon jamur. Pada saat itu, ukuran jamur sudah cukup
besar. Pemanenan dilakukan pada pagi hari karena suhu lingkungan tidak
terlalu tinggi dan kondisi pertumbuhan jamur sangat baik sehingga bobot panen
relatif lebih banyak.

Pemanenan dilakukan dengan cara mencabut seluruh rumpun jamur yang ada
dari substrat tanam. Bagian batang/akar jamur tiram yang menembus substrat
harus diangkat bersamaan dengan jamur yang dipanen. Bekas batang atau akar
jamur tiram yang mungkin tertinggal dalam media harus dibersihkan karena
cepat atau lambat ujung batang tersebut akan membusuk. Akibatnya, bagian
substrat di sekitar batang yang membusuk juga akan membusuk. Pembusukan
ini akan menyebar ke bagian lain, sehingga media tidak akan ditumbuhi jamur
baru.

b. Pascapanen

Jamur yang sudah dipanen dibersihkan dari kotoran yang menempel di bagian
akarnya saja, dengan cara tersebut, disamping kebersihanya lebih terjaga, daya
simpan jamur pun akan lebih tahan lama.

Kondisi ruang penyimpanan untuk jamur yang dianjurkan adalah pada suhu 0- -
150C, jamur dapat tetap segar selama 10-12 hari (Maulana, 2011). Pasca panen
jamur tiram meliputi, pengumpulan, pembersihan, sortasi, pengemasan dan
penyimpanan.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di SMA N 1 Rantau Bayur, Pembudidayaan
Jamur Tiram Ds Pengumbuk, Desa tebing abang Kec Banyuasin.
Waktu penelitian pada November 2023.

B. Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah peserta didik
pembudidayaan jamur tiram

C. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Melalui wawancara dengan pembudidayaan jamur tiram
2. Melakukan observasi melalui internet dan melihat kelapangan.

D. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian adalah sebagai berikut :
1. Pergi ketempat penelitian.
2. Wawancara dengan pemilik pembudidayaan jamur tiram.
3. Melihat proses pembuatan jamur tiram.
4. Melihat tanaman jamur tiram.
5. Melihat pemanenan jamur tiram.
BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. Persiapan yang dilakukan dalam pembudidayaan jamur tiram


Sebelum melakukan penanaman, hal-hal yang menunjang budidaya jamur
tiram harus sudah tersedia, diantaranya rumah kumbung baglog, rak baglog,
bibit jamur tiram, dan peralatan budidaya. Bibit tanaman jamur tiram dapat
dibeli di petani jamur tiram . Peralatan budidaya jamur tiram cukup sederhana,
harga terjangkau, bahkan kita bisa memanfaat peralatan dapur.
Untuk mengoptimalkan hasil dalam usaha budidaya jamur tiram di
dataran rendah dapat dilakukan dengan modifikasi terhadap bahan media dan
takarannya, yakni dengan menambah atau mengurangi takaran tiap-tiap bahan
dari standar umumnya. Dalam usaha skala kecil, eksperimen dalam menentukan
takaran bahan media merupakan hal yang sangat penting guna memperoleh
takaran yang pas. Hal ini mengingat jamur yang dibudidayakan di lingkungan
tumbuh berbeda tentu membutuhkan nutrisi dan media yang berbeda pula
tergantung pada kondisi lingkungan setempat. Hingga saat ini belum ada
standar komposisi media untuk budidaya jamur tiram di dataran rendah,
sehingga petani memodifikasi media dan lingkungan berdasarkan pengalaman
dan kondisi masing-masing.

Sebagai media tumbuh jamur tiram, serbuk gergaji berfungsi sebagai


penyedia nutrisi bagi jamur. Kayu yang digunakan sebaiknya kayu keras karena
serbuk gergaji kayu jenis tersebut sangat berpotensi dalam meningkatkan hasil
panen jamur tiram. Hal ini karena kayu keras banyak mengandung selulosa
yang dibutuhkan oleh jamur. Jenis-jenis kayu keras yang bisa digunakan
sebagai media tanam jamur tiram antara lain sengon, kayu kampung, dan kayu
mahoni. Untuk mendapatkan serbuk kayu pembudidaya harus memperolehnya
ditempat penggergajian kayu. Sebelum digunakan sebagai media biasanya
sebuk kayu harus dikompos terlebih dahulu agar bisa terurai menjadi senyawa
yang lebih sederhana sehingga mudah dicerna oleh jamur. Proses pengomposan
serbuk kayu dilakukan dengan cara menutupnya menggunakan plastik atau
terpal selama 1-2 hari. Pengomposan berlangsung dengan baik jika terjadi
kenaikan suhu sekitar 50 derajat C.
Wadah yang digunakan untuk meletakkan campuran media adalah
kantong plastik bening tahan panas berukuran 20 cm x 30 cm. Adapun
komposisi media sema adalah serbuk gergaji 100 kg; tepung jagung 10 kg;
dedak halus atau bekatul 10 kg; kompos 0,5 kg; kapur 0,5 kg; dan air 50-60%.
Ada dua hal yang harus diperhatikan sebelum melakukan penanaman bibit
jamur, yaitu sterilisasi bahan dan sterilisasi baglog.

B. Proses dalam pembudidayaan jamur tiram


Adapun proses pembuatan jamur tiram adalah sebagai berikut
1. Serbuk gergaji dipilih dan dibersihkan. Bagian yang besar dan tajam dibuang
karena dapat merusak plastik substrat.
2. Bahan yang sudah ada dicampur sesuai komposisi takaran dalam jolang /
baskom plastik. Aduk sampai merata, jangan sampai ada gumpalan-gumpalan.
Adapun bahan yang dicampurkan untuk menghasilkan 100 log adalah sebagai
berikut :
 Serbuk gergaji 10,5 kg
 Tepung jagung 0,6 kg
 Dedak halus 21 kg
 TSP 1 kg
 Kapur 3 buah Beri air secukupnya.
3. Campuran bahan dimasukan ke dalam plastik transparan dengan ukuran 20 x
35 cm dan tebal 0,5. Media harus dipadatkan agar terbentuk log yang baik.
Media yang bagus adalah kepadatannya merata. Jangan lupa, ujung plastik
bagian bawah ditusuk jari telunjuk supaya masak. Hal ini dilakukan agar bahan
yang dimasukkan dan dipadatkan bisa duduk posisinya (tidak miring). Pengisian
dilakukan tidak terlalu penuh, tapi disisakan 15 cm untuk memudahkan dalam
mengikat.
4. Tiap log ditimbang beratnya, yaitu sebanyak 1,2 kg.
5. Sisa ujung plastik ke dalam cincin dilipat keluar, lalu diikat mulut plastik
tersebut dengan karet tahan panas.
6. Tutup mulut log tersebut dengan kapaskemudian tutup lagi dengan kertas, lalu
diikat lagi dengan karet.
7. Dilakukan pengukusan terhadap log media selama 12 jam.
8. Lamanya pengukusan dihitung setelah air di dalam drum mendidih.
9. Setelah selesai pengukusan, media di angkat dari drum. Lalu, biarkan selama 8
jam atau sampai dingin pada ruangan yang tertutup. Untuk selanjutnya,
dilakukan penanaman bibit.
10. Setelah media dingin, baru dilakukan penanaman bibit, caranya:
 Penanaman bibit dilakuan di ruangan tertutup
 Semprot isi ruangan dengan alkohol 95%
 Gunakan sarung sarung tangan dan semprot dengan alkohol
95%
 Untuk memudahkan penanaman bibit, media yang akan
diinokulasi disimpan di depan dekat tangan kiri. Bibit yang akan
ditanamkan disimpan di depan dekat tangan kanan. Antara media
yang akan ditanami dan bibit, disimpan lampu spirtus.
 Buka karet, kertas penutup, serta kapas penutup media.
 Masukkan 3 sendok makan bibit untuk satu log media.
 Setiap gerakan sendok yang dipakai, dipanaskan dengan api
dari lampu spirtus.
 Media yang sudah ditanami bibit tersebut ditutup kembali
dengan kapas.
 Penanaman bibit dikerjakan dengan cepat, tetapi harus teliti.
11. Media yang sudah ditanami bibit disimpan di atas rak.
12. Biarkan sampai seluruh media diisi miselium jamur.
13. Miselium tumbuh memenuhi log media. Setelah seluruh log media ditumbuhi
miselium, tutup kapas dan cincin pada bagian atas log tersebut dibuka.
14. Kelembapan lingkungan dipertahankan dengan menyemprot menggunakan
sprayer.
15. Tubuh buah yang sudah cukup mekar dapat dipanen.

C. Pengendalian hama penyakit dalam budidaya jamur tiram


Selain pemeliharaan baglog, dalam budidaya jamur tiram juga perlu
dilakukan perawatan untuk mencegah atau mengendalikan hama dan penyakit
yang mungkin bisa menyerang jamur tiram. Hama dan penyakit yang
menyerang jamur tiram tentu dipengaruhi oleh keadaan lingkungan maupun
jamur itu sendiri. Sehingga antara tempat budidaya yang satu dan yang lain,
serangan hama penyakit kemungkinan dapat berbeda-beda.

A. HAMA PENYAKIT JAMUR TIRAM


a. Ulat
Ulat merupakan hama yang paling banyak ditemui dalam budidaya jamur
tiram. Ada tiga faktor penyebab kemunculan hama ini yaitu faktor kelembaban,
kotoran dari sisa pangkal/bonggol atau tangkai jamur dan jamur yang tidak
terpanen, serta lingkungan yang tida bersih.
Hama ulat muncul ketika kelembaban udara berlebihan. Oleh sebab itu,
hama ulat sering dijumpai ketika musim hujan. Pencegahan menjadi solusi
terbaik untuk mengatasi hama ini adalah dengan mengatur sirkulasi udara.
Caranya dengan membuka lubang sirkulasi dan untuk sementara proses
penyiraman keumbung dihentikan.
Pangkal jamur yang tertinggal di baglog saat pemanenan dapat
menimbulkan binatang kecil seperti kepik. Kepik inilah yang menjadi penyebab
munculnya hama ulat. Sementara jamur yang tidak terpanen kemungkinan
terjadi karena jamur tidak muncul keluar sehingga luput saat pemanenan dan
menjadi busuk. Hal ini menyebabkan munculnya ulat. Sebaiknya, ketika
melakukan pemanenan baglog telah dipastikan kebersihannya sehingga tidak
ada pangkal atau batang dan jamur yang tidak terpanen.
Ulat bisa saja muncul karena rumah kumbung ataupun sekitar kumbung
tidak berseih. Misalnya adanya kandang ternak atau tanaman di sekitar rumah
kumbung.
Untuk mencegah dan mengatasi serangan hama ulat, lakukan
pembersihan rumah kumbung dan sekitar rumah kumbung dengan melakukan
penyemprotan formalin.

b. Semut, Laba-laba, dan Kleket


Secara mekanis hama semut dan laba-laba dapat diatasi dengan
membongkar sarangnya dan menyiramnya dengan minyak tanah. Sedangkan
secara kemis hama tersebut dapat dikendalikan dengan penyemprotan
insektisida. Cara ini merupakan cara terakhir dan usahakan untuk menghindari
penggunaan insektisida jika serangan tidak parah karena produk jamur
merupakan produk organik. Keuntungan jika pemberantasan hama serangga
dilakukan dengan cara mekanis antara lain, dapat memangkas biaya selama
perawatan dan juga ramah lingkungan. Sementara itu hama kleket kerap
dijumpai pada mulut baglog. Untuk mengendalikannya juga dilakukan dengan
cara mekanis, yaitu mengambilnya dengan tangan.
c. TUMBUHNYA CENDAWAN ATAU JAMUR LAIN
Jamur lain yang kerap mengganggu jamur tiram adalah Mucor sp.,
Rhizopus sp., Penicillium sp., dan Aspergillus sp. pada substrat atau baglog.
Serangan jamur-jamur tersebut bersifat patogen yang ditandai dengan timbulnya
miselium berwarna hitam, kuning, hijau, dan timbulnya lendir pada substrat.
Miselium-miselium tersebut mengakibatkan pertumbuhan jamur tiram
terhambat atau bahkan tidak tumbuh sama sekali. Penyakit ini dapat disebabkan
karena lingkungan dan peralatan saat pembuatan media penanaman kurang
bersih atau karena lingkungan kumbung yang terlalu lembab. Untuk mengatasi
penyakit ini, lingkungan dan peralatan ketika pembuatan media dan penanaman
perlu dijaga kebersihannya. Kelembaban di dalam kumbung juga diatur agar
tidak berlebihan. Penyakit ini dapat menyerang baglog yang sudah dibuka
ataupun masih tertutup. Jika baglog sudah terserang maka harus segera
dilakukan pemusnahan dengan cara dikeluarkan dari kumbung kemudian
dibakar. Tangkai Memanjang.
Penyakit ini merupakan penyakit fisiologis yang ditandai dengan tangkai
jamur memanjang dengan tubuh jamur kecil tidak dapat berkembang maksimal.
Penyakit tangkai memanjang disebabkan karena kelebihan CO2 akibat ventilasi
udara yang kurang sempurna. Agar tidak terserang penyakit ini harus dilakukan
pengaturan ventilasi dalam kumbung seoptimal mungkin.

D. Pengemasan dan Transportasi Hasil Panen Jamur Tiram


Pengemasan jamur tiram segar biasanya menggunakan plastik kedap
udara. Semakin sedikit udara yang ada di dalam plastik, jamur tiram semakin
tahan lama untuk disimpan. Namun, idealnya penyimpanan dengan plastik
kedap udara hanya dapat mempertahankan kesegaran jamur tiram selama 2-4
hari. Oleh karena itu, agar jamur tiram segar yang dijual tetap dalam kondisi
baik, proses pengangkutan/transportasi tidak boleh terlalu lama dari proses
pengemasannya. Seandainya jarak pengangkutan cukup jauh, sebaiknya alat
transportasi dilengkapi dengan ruangan berpendingin. Namun untuk saat ini
pemasaran jamur tiram hanya di sekitar kota tasikmalaya dan pemanenan jamur
tiram hanya dilakukan 3 hari sekali dan banyak masyarakat yang ada di sekitar
tempat pembudidayaan yang langsung membelinya ke tempat tersebut. Jadi ada
kalanya jamur tiram sudah habis di beli oleh masyarakat sekitar. Dan jika ada
jamur tiram yang tidak laku petani menggolahnya menjadi makanan misalnya
jamur krispy maupun pepes jamur tiram.

 manfaat Jamur Tiram


Masih dalam buku 'Untung Besar dari Bisnis Jamur Tiram' berikut
merupakan beberapa manfaat yang dimiliki oleh jamur tiram:

1. Digunakan sebagai antikolesterol, antioksidan dan antitumor. Hal


tersebut disebabkan karena jamur tiram memiliki kandungan lemak,
mineral serta beberapa vitamin dan serat yang penting bagi ketahanan
tubuh manusia.

2. Setiap 100 gram jamur tiram segar terdapat 8,9 mg kalsium, 1,9 mg
besi, 17 mg fosfor, 0,15 mg vitamin B-1 (taimin), 0,75 mg vitamin B-2
(riboflavin dan 12,40 mg vitamin C.

3. Memiliki kandungan asam folat (folic acid) yang bagus untuk


mencegah serangan kanker dan mengobati penyakit anemia.

4. Akibat dari kandungan asam folatnya jamur tiram baik dikonsumsi


oleh wanita hamil. Hal ini disebabkan karena asam folat dapat
mengurangi risiko cacat kelahiran dan cacat otak pada anak.

5. Jamur tiram juga memiliki sembilan asam amino esensial yang tidak
dapat disintesis tubuh seperti fenilalanin, histidin, isoleusin, lisin, leusin,
metionin, triptofan, treonin dan valin.

6. Kandungan asam lemak yang terdapat dalam jamur tiram sendiri


merupakan asam lemak tidak jenuh yang menyebabkan jamur ini aman
untuk dikonsumsi.

Strategi Pemasaran Jamur Tiram


 Perencanaan strategi pemasaran menjadi salah satu kunci utama
kesuksesan sebuah usaha. Begitu pula dalam menjalankan peluang bisnis
budidaya jamur tiram. Sebagus apapun kualitas hasil panen yang
didapatkan, bila tanpa dukungan strategi pemasaran jamur yang tepat
maka bisa dipastikan tidak banyak orang yang mengetahui keberadaan
produk. Sehingga pemasaran produk jamur tersebut kurang berjalan
lancar, dan akhirnya mengalami kerugian hingga harus tumbang di
tengah jalan. Karena itu sebelum menjalankan bisnis budidaya jamur
tiram, sebaiknya perhatikan kondisi pasar di sekitar kita sebelum
menentukan strategi pemasaran yang akan digunakan.
 Tawarkan jamur segar dalam berbagai ukuran. Untuk membidik pangsa
pasar yang lebih luas, kita bisa menawarkan kemasan jamur segar dalam
berbagai ukuran. Misalnya saja mengemas dalam ukuran 200 gram, 250
gram, atau 500 gram untuk membidik konsumen rumah tangga, serta
mengemas dalam ukuran 3 kg atau 5 kg untuk membidik para pelaku
bisnis kuliner maupun industri lainnya yang membutuhkan jamur tiram
segar. Dengan merencanakan strategi pemasaran jamur tiram segar
secara matang, diharapkan penjualan produk jamur bisa semakin meluas
hingga menjangkau pasar nasional maupun pasar internasional. Peluang
pasar jamur yang masih terbuka lebar, bisa kita manfaatkan sebagai
alternatif tepat untuk mendapatkan untung besar setiap bulannya.
 Tentukan target pasar yang ingin di bidik. Hal ini penting sebelum kita
memasarkan jamur ke masyarakat luas. Kita bisa membidik para
pengepul maupun tengkulak untuk memasarkan jamur tiram segar dalam
jumlah yang cukup banyak, membidik konsumen rumah tangga dengan
memasarkannya melalui pasar tradisional maupun supermarket, atau bisa
juga membidik konsumen industri seperti restoran, rumah makan
ataupun hotel-hotel yang membutuhkan persediaan jamur tiram segar.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Ternyata pembudidayaan jamur itu tidaklah mudah ada beberapa tahapan
yang harus dilalui dan butuh kesabaran, ketelatenan dan keuletan dalam
menjaga jamur tersebut supaya tidak terkena hama penyakit yang dapat
menumbulkan gagal panen. Keberhasilan pembudidayaan jamur itu sendiri
terletak pada kebersihan yang dilakukan pembudidaya terhadap tanaman jamur.
Mulai dari persiapan penanaman jamur, sterilisasi bahan, sterilisasi bagbog
hingga penanaman bibit jamur tersebut ke bablog tidak cukup sampai di sisni
saja petani juga harus tetap menjaga suhu yang ada di ruangan pembudidayaan
tetap stabil untuk memperoleh hasil yang maksimal atau jamur yang berukuran
besar yang sangatlah laku di pasaran.
Pemanenan jamur tiram dilakukan 30 hari setelah pembibitan dimulai.
Atau setelah 2-3 minggu hingga buah berbentuk. Setelah pemanenan jamur
tiram haruslah di sortir terlebih dahalu untuk membagi hasil yang besar dan
kecil bisasnya hasil yang besar oleh petani langsung di jual ke pasaran namun
untuk hasil yang kecil petani pengolah kembali jamur tersebut menjadi makanan
misal jamur krispy yang di jual di sekitar pembudidayaan tersebut. Pengemasan
jamur tiram yang akan di jual kepasaran dengan menggunakan plastik kedap
udara supaya jamur dapat bertahan lama atau jika jamur tidak laku bisa di
simpan di lemari pendingan agar jamur tetap segar.
B. SARAN
- Hendaknya kita sebagai generasi muda dan pelajar mau mengetahi proses
dalam pembudidayaan jamur tiram.
- Pembudidayaan tanaman jamur harus ditingkatkan guna mengwujudkan
kebutuhan pasar dan menggurangi pengangguran yang ada saat ini.
- Kegiatan pembudidayaan harus di perkenalkan kepada generasi muda atau
pelajar, hal ini dapat dilakukan dengan adanya campur tangan dari orang tua,
pihak sekolah maupun masyarakat yang ada di sekitar lingkungan mereka.
DAFTAR PUSTAKA

http://penjagagunung.wordpress.com/2013/05/30/teknik-dan-cara-budidaya-
jamur-tiram/
http://bestbudidayatanaman.blogspot.com/2013/01/Panduan-Budidaya-Jamur-
Tiram-dan-Penjelasan-Tata-caranya.html
http://newknowledgehere.blogspot.com
http://tavidibm.blogspot.com

Anda mungkin juga menyukai