Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH BUDIDAYA JAMUR

Oleh :
RENDI ALDIKA GIRI GAHANA
XII MIPA 1
(25)

SMA N 1 BATURADEN
Jalan Raya Baturraden km.7 Rempoah
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR....................................................................
........................................ i
DAFTAR
ISI.....................................................................................
...................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar
Belakang..........................................................................
.................................... 1
B.     Rumusan
Masalah...........................................................................
.............................. 2
C.     Tujuan
Penelitian.........................................................................
................................. 2
D.    Mamfaat
Penelitian.........................................................................
.............................. 2
BAB II LANDASAN TEORI
A.    Definisi
Jamur...............................................................................
................................ 4
B.     Kandungan Gizi
Jamur...............................................................................
.................. 5
C.     Syarat Tumbuhnya
Jamur...............................................................................
.............. 7
BAB III METODE PENELITIAN
A.    Tempat Dan Waktu
Penelitian.........................................................................
........... 11
B.     Subjek
Penelitian.........................................................................
............................... 11
C.     Instrumen
Penelitian.........................................................................
.......................... 11
D.    Prosedur
Penelitian.........................................................................
............................ 11
BAB IV HASIL PENELITIAN
A.    Persiapan Pembudidayaan
Jamur...............................................................................
. 12
B.     Proses Pembudidayaan
Jamur...............................................................................
...... 13
C.     Pengendalian Hama Penyakit Jamur
Tiram................................................................ 14
D.    Pengemasan Dan Transportasi Hasil Panen Jamur
Tiram.......................................... 16
BAB V PENUTUP
A.    Kesimpulan...................................................................
.............................................. 18
B.     Saran............................................................................
............................................... 18
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
 

BAB I
PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang
Usaha budidaya jamur tiram seringkali mengalami
kegagalan karena teknik dan cara budidaya yang
kurang benar. Meskipun gampang, perlu diperhatikan
faktor-faktor seperti lingkungan, kebersihan, serta
konsistensi selama perawatan. Jika faktor-faktor
tersebut tidak bisa dipenuhi dengan baik maka hasilnya
pun kurang optimal bahkan besar kemungkinan
berpotensi mendatangkan kegagalan. oleh karena itu
harus ada pengetahuan khusus terhadap budidaya
tersebut.
Jamur tiram putih berwarna putih agak krem
dengan diameter tubuh 3-14 cm. Jamur ini memiliki
miselium.  Tubuh buah jamur inilah yang bernilai
ekonomis tinggi dan menjadi tujuan dari budidaya
jamur tiram. Teknik budidaya jamur tiram mulai dari
persiapan hingga pasca panen sangat perlu
diperhatikan agar pelaku usaha benar-benar
memahami sehingga lebih menguasai dalam
pemeliharaan maupun pengendalian hama tanaman.
Sehingga tidak kegagalan dalam usaha budidaya jamur
ini.
Jamur tiram dapat tumbuh dan berkembang dalam
media yang terbuat dari serbuk kayu yang dikemas
dalam kantong plastic. Pertumbuhan jamur tiram
sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan sekitarnya.
Oleh karena itu, kita harus mengetahui mengenai
kondisi yang cocok untuk pertumbuhannya sebelum
kita melakukan budidaya jamur tiram.
Pada kehidupan alaminya jamur ini tumbuh di
hutan dan biasanya tumbuh berkembang dibawah
pohon berdaun lebar atau dibawah tanaman berkayu.
Hal ini penting untuk jadi patokan dalam melakukan
budidaya jamur tiram dan perlu diingat Jamur
Pleurotus ini tidak memerlukan cahaya matahari yang
banyak .
Jamur tiram adalah salah satu jamur yang sangat
laku di pasaran saat ini sebagai salah satu bahan
makanan. Namun jamur tersebut sangatlah sulit untuk
ditemukan di alam saat ini dan kemunculannya juga
hanya sedikit. Dari sebab itu di perlukanlah suatu
budidaya jamur tiram untuk memenuhi permintaan
pasar. Dan tidak sedikit jamur yang berasal dari
indonesia di impor ke luar negri.
Selain sebagai bahan makanan produksi jamur
tiram juga dapat menjadi sebuah usaha menjanjikan
dan dapat mengurangi penganguran yang ada saat ini
karena pengangguran setiap tahun semakin meningkat.

B.   Rumusan Masalah
Bertolak dari latar belakang masalah yang
diuraikan diatas, maka penulis merumuskan masalah
penelitian sebagai berikut :
1.      Apa saja persiapan yang harus dilakukan dalam
budidaya jamur tiram?
2.      bagaimana proses dalam penanaman jamur tiram?
3.      Bagaimana cara pengendalian hama penyakit dalam
budidaya jamur tiram?
4.      Bagaimana pengemasan dan transportasi hasil
panen jamur tiram?

C.   Tujuan Penelitian
Sesuai dengan masalah yang penulis teliti, maka
tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.      Mengetahui persiapan-persiapan yang harus
dilakukan dalam pembudidayaan jamur tiram.
2.      Mengetahui bagaimana proses penanaman jamur
tiram.
3.      Mengetahui cara bagaimana pengendalian hama
penyakit dalam proses pembudidayaan jamur tiram.
4.      Mengetahui bagaimana proses pengemasan dan
pengiriman jamur tiram yang siap dipasarkan.

D.   Mamfaat Penelitian
Penyusun mengharapkan karya tulis ilmiah ini bisa
bermamfaat bagi siapun yang membacanya, baik
secara teoritis maupun praktis. Agar makin banyak
yang bisa membudidayakan tamana jamur dan dapat
menggurangi pengganguran yang ada saat ini yang
semakin hari semakin tidak terkendali.

BAB II
LANDASAN TEORI
Budidaya jamur merupakan salah satu usaha
peningkatan ekonomi dan pangan yang sangat marak
berkembang di masyarakat belakangan ini, bisnis dari
budidaya jamur memang menjanjikan hasil yang
lumayan saat ini, maka dari itu banyak masyarakat
yang turut serta dalam usaha budidaya jamur ini. Selain
mudah dalam proses pengerjaannya, budidaya jamur
tidak membutuhkan modal yang terlalu besar sehingga
sangat tepat diterapkan pada masyarakat yang taraf
ekonominya sedang ataupun rendah.
Jamur memiliki manfaat yang beragam dalam
kehidupan sehari-hari antara lain sebagai bahan
pangan maupun sebagai bahan pembuatan obat yang
dapat berbagai macam penyakit kronis. Sebagai bahan
pangan, jamur tiram dapat dikonsumsi sebagai
campuran sayur sop, jamur krispi maupun keripik
jamur. Banyak restoran berkelas yang mengandalkan
hidangan utamanya adalah berbahan dasar dari jamur,
dan bisa dikonsumsi juga sebagai bahan pengobatan.
Jamur memiliki banyak manfaat bagi kesehatan
manusia, protein nabati yang tidak mengandung
kolesterol dapat digunakan sebagai obat pencegah
timbulnya penyakit darah tinggi dan serangan jantung,
serta dapat mencegah penyakit diabetes dan
mengurangi berat badan atau obesitas. Kandungan
asam folat yang tinggi dapat menyembuhkan penyakit
anemia dan obat anti tumor, juga dapat digunakan
untuk mencegah dan menanggulangi kekurangan gizi
dan pengobatan kekurangan zat besi.
Dengan banyaknya manfaat tersebut, maka tidak
salah jika pada jurusan Tadris Biologi IAIN Walisongo
Semarang mencoba mempraktekkan sebagai bentuk
realisasi mata kuliah bioteknologi. Dengan adanya
praktek lapangan seperti ini, diharapkan mahasiswa
dapat berlatih untuk membudidayakan jamur yang
bermanfaat dalam kehidupan manusia yang nyata dan
nantinya dapat diterapkan di kehidupan sehari-hari.
Salah satu praktikum dari budidaya jamur adalah
budidaya jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) yang
juga memiliki banyak manfaat. Tahap yang diperlukan
untuk budidaya jamur yaitu tahap pencampuran
bahan, tahap pembuatan log, tahap sterilisasi log,
tahap inokulasi bibit jamur ke dalam log, tahap
inkubasi log, dan pengamatan pertumbuhan miselium
serta tahap penanaman log.

A.    Definisi Jamur Tiram   


Jamur tiram merupakan jamur yang
berasal dari Divisi Basidiomycotina  dari jenis pleurotus 
(jamur kayu) yang tempat hidupnya atau habitatnya di
potongan-potongan kayu. Nama Bassidiomycota itu se
ndiri berasal dari Bahasa Latin yaitu Bassidium yang
berarti “alatkecil “ , suatu tahapan diploid
sementara dalam siklus hidup organisme tersebut.
Bentuk bassidiom tersebut bentuknya mirip payung da
n gada sehingga fungi
tersebut juga dikenal dengan nama umum fungi gada
(club fungi). [ Mohammad Amin ].
 Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) adalah jamur
pangan dari kelompok Basidiomycota dan termasuk
kelas Homobasidiomycetes dengan ciri-ciri umum
tubuh buah berwarna putih hingga krem dan
tudungnya berbentuk setengah lingkaran mirip
cangkang tiram dengan bagian tengah agak cekung.
Jamur tiram masih satu kerabat dengan Pleurotus
eryngii dan sering dikenal dengan sebutan King Oyster
Mushroom. [Neil A. Cambell]. 
Basidiomycotina merupakan pengurai penting bagi 
kayu dan bagian tumbuhan lainnya. Divisi basidiomyco
tina ini juga mencakup mutualis yang
membentuk mikorhiza dan parasit tumbuhan. Jamur tir
am bersifat makroskopis hifan. 

1.      Karakteristik Jamur Tiram


a)         Karakteristik Jamur Tiram Secara Umum :
oHeterotrofsaprofit
o    Multiseluler.
o    Tubuh disusun oleh hifa dan miselium dan tubuh
buah.
o    Hifa bersekat.
o    Spora dihasilkan oleh sel basidium melalui reproduksi
secara seksual.
o    Reproduksi menghasilkan spora dilakukan melalui 2
cara :
1)        Aseksual :dilakukan saat kondisi lingkungan
mendukung.
2)        Seksual   : dilakukan bila kondisi lingkungan kurang
mendukung
Ø  Alat reproduksi seksual Basidiommycota berupa Basidi
um.
Ø  Basidium merupakan badan yangberasal dari sebuah s
el yang membesar,
selanjutnya membentuk empat tonjolan .
Ø  Tonjolan dengan sel induknya dipisahkan oleh sekat hi
ngga akhirnya dihasilkan empat sel yang masing-
masing dengan sebuah Basidiospora.
Ø  Seluruh basidium berkumpul membentuk badan yang
disebut basidiokarp.
Ø  Bentuk basidiokap bervariasi, ada yang seperti papan,
paying, bola, dan ada yang tidak beraturan.
b)         Karakteristik Jamur Tiram Secara Khusus :
o    Tubuh buah jamur tiram memiliki tangkai yang
tumbuh menyamping (bahasa Latin: pleurotus) dan
bentuknya seperti tiram (ostreatus) sehingga jamur
tiram mempunyai nama binomial Pleurotus ostreatus.
o    Bagian tudung dari jamur tersebut berubah warna
dari hitam, abu-abu, coklat, hingga putih, dengan
permukaan yang hampir licin, diameter 5-20 cm yang
bertepi tudung mulus sedikit berlekuk.
o    Selain itu, jamur tiram juga memiliki spora berbentuk
batang berukuran 8-11×3-4μm serta miselia berwarna
putih yang bisa tumbuh dengan cepat.
o    Di alam bebas, jamur tiram bisa dijumpai hampir
sepanjang tahun di hutan pegunungan daerah yang
sejuk.
o    Tubuh buah terlihat saling bertumpuk di permukaan
batang pohon yang sudah melapuk atau pokok batang
pohon yang sudah ditebang karena jamur tiram adalah
salah satu jenis jamur kayu.
o    Untuk itu, saat ingin membudidayakan jamur ini,
substrat yang dibuat harus memperhatikan habitat
alaminya.
o    Media yang umum dipakai untuk membiakkan jamut
tiram adalah serbuk gergaji kayu yang merupakan
limbah dari penggergajian kayu
o    Budi daya jamur tiram dapat pula menggunakan
substrat jerami dengan tahapan tertentu
o    Jamur tiram tidak memerlukan cahaya matahari yang
banyak, di tempat terlindung miselium jamur akan
tumbuh lebih cepat daripada di tempat yang terang
dengan cahaya matahari berlimpah.

B. Kandungan Gizi Jamur Tiram :


Berdasarkan penelitian Sunan Pongsamart,
biochemistry, Faculty of Pharmaceutical Universitas
Chulangkorn, jamur tiram mengandung : protein, air,
kalori, karbohidrat, dan sisanya berupa serat zat besi,
kalsium, vitamin B1, vitamin B2, dan vitamin C.
Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) merupakan
bahan makanan bernutrisi dengan kandungan protein
tinggi, kaya vitamin dan mineral, rendah karbohidrat,
lemak dan kalori. Jamur ini memiliki kandungan nutrisi
seperti vitamin, fosfor, besi, kalsium, karbohidrat, dan
protein. Untuk kandungan proteinnya, lumayan cukup
tinggi, yaitu sekitar 10,5-30,4%.Komposisi dan
kandungan nutrisi setiap 100 gram jamur tiram adalah
367 kalori, 10,5-30,4 persen protein, 56,6 persen
karbohidrat, 1,7-2,2 persen lemak, 0.20 mg thiamin,
4.7-4.9 mg riboflavin, 77,2 mg niacin, dan 314.0 mg
kalsium. Kalori yang dikandung jamur ini adalah 100
kj/100 gram dengan 72 persen lemak tak jenuh. Serat
jamur sangat baik untuk pencernaan. Kandungan
seratnya mencapai 7,4- 24,6 %.
Kandungan gizi jamur tiram menurut Direktorat
Jenderal Hortikultura Departemen Pertanian. Protein
rata-rata 3.5 – 4 % dari berat basah. Berarti dua kali
lipat lebih tinggi dibandingkan asparagus dan kubis.
Jika dihitung berat kering. Kandungan proteinnya 10,5-
30,4%.Sedangkan beras hanya 7.3%, gandum 13.2%,
kedelai 39.1%, dan susu sapi 25.2%. Jamur tiram juga
mengandung 9 macam asam amino yaitu lisin,
metionin, triptofan, threonin, valin, leusin, isoleusin,
histidin, dan fenilalanin.
Hasil studi di Massachusett University
menyimpulkan bahwa riboflavin, asam
Nicotinat,Pantothenat, dan biotin (Vitamin B)
masih terpelihara dengan baik meskipun jamur telah
dimasak.
Hasil penelitian dari Beta Glucan Health Center
menyebutkan bahwa jamur tiram(Pleurotus ostreatus)
mengandung senyawa Pleuran (di Jepang, jamur
tiram disebut Hiratakesebagai jamur obat),
mengandung protein (19-30 persen), karbohidrat (50-
60 persen), asamamino, vit B1 (thiamin), B2
(riboflavin), B3 (Niacin), B5 (asam panthotenat), B7
(biotin), Vit Cdan mineral Calsium, Besi, Mg, Fosfor, K,
P, S, Zn. Dapat juga sebagai antitumor,menurunkan
kolesterol, dan antioksidan.
72% Lemak dalam jamur tiram adalah asam lemak
tidak jenuh sehingga aman dikonsumsi baik yang
menderita kelebihan kolesterol (hiperkolesterol)
maupun gangguan metabolisme lipid lainnya. 28%
asam lemak jenuh serta adanya semacam polisakarida
kitin di dalam jamur tiram diduga menimbulkan rasa
enak. Jamur tiram juga mengandung vitamin penting,
terutama vitamin B, C dan D. vitamin B1 (tiamin),
vitamin B2 (riboflavin), niasin dan provitamin D2
(ergosterol), dalam jamur tiram cukup tinggi. Mineral
utama tertinggi adalah Kalium, Fosfor, Natrium,
Kalsium, dan Magnesium. Mineral utama tertinggi
adalah : Zn, Fe, Mn, Mo, Co, Pb Konsentrasi K, P, Na, Ca
dan Me mencapai 56-70% dari total abu dengan kadar
K mencapai 45%. Mineral mikroelemen yang bersifat
logam dalam jarum tiram kandungannya rendah,
sehingga jamur ini aman dikonsumsi setiap hari.
C.    Syarat Tumbuh JamurTiram
a.      IKLIM
1)      Temperature
Serat (miselium) jamur tiram putih tumbuh
dengan baik pada kisaran suhu antara 23-28 °C, artinya
kisaran temperature normal untuk pertumbuhannya. 
Waluapun begitu, dengan temperature di bawah 23 °C,
miselium jamur masih dapat tumbuh meskipun
memerlukan waktu yang lebih lambat.
Sedangkan untuk pertumbuhan tubuh buahnya
yang bentuk seperti cangkang tiram, memerlukan
kisaran suhu antara 13-15 °C selama 2 samapai 3 hari.
Bila nilai temperature rendah tersebut tidak
didapatkan, maka ada dua kemungkinan yang terjadi,
yaitu pertumbuhan tumbuh buah jamur tidak akan
terbentuk, yang berarti pemeliharaan tidak berhasil,
atau walaupun terbentuk maka waktu yang diperlukan
akan lama.
Tetapi walaupun demikian fase kedua jamur tiram
putih tersebut masih dapat tumbuh pada rentang suhu
12-37,8 °C.

2)      Kelembapan
Kandungan air di dalam subtract sangat
berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
perkembangan miselium jamur.
Terlalu sedikit air akan mengakibatkan
pertumbuhan dan perkembangan akan terganggu,
bahkan terhenti sama sekali. Namun, apabila terlalu
banyak air, miselium akan membusuk dan mati.
Kandungan air didalam subtract tanaman akan didapat
dengan baik bila dilakukan penyiraman.
Jamur tumbuh baik dalam keadaan yang lembab,
tetapi tidak menghendaki genangan air. Miselium
jamur tiram tumbuh optimal pada subtract yang
memiliki kandungan air sekitar 60%. Sedangkan untuk
merangsang pertumbuhan tunas dan tubuh buah,
memerlukan kelembapan udara sekitar 70-85%.

3)      Cahaya
Miselium jamur tiram putih tumbuh optimal pada
keadaan gelap. Sebaliknya, tubuh buah jamur tidak
dapat tumbuh pada tempat gelap. Cahaya diperlukan
untuk merangsang pertumbuhan tubuh buah. Tangkai
jamur akan tumbuh kecil dan tudung tumbuh
abnormal bila saat pertumbuhan primordial tidak
memperoleh penyiraman.
Akan tetapi, cahaya matahari yang menembus
secara langsung dapat merusak dan menyebabkan
kelayuan, serta ukuran tudung yang relative kecil.
Pertumbuhan jamur hanya akan memerlukan cahaya
yang bersifat menyebar. Oleh karena itu, diperlukan
peneduh pohon di dekat bangunan tempat
pemeliharaan jamur.

4)      Udara
Jamur tiram putih adalah tanaman saprofit
fakultatif aerobic yang membutuhkan oksigen sebangai
senyawa untuk pertumbuhannya. Sirkulasi udara yang
lancer akan menjamin pasokan oksigen. Terbatasnya
pasokan oksigen udara disekitar tempat tumbuh jamur
dapat mengganggu pertumbuhan tubuh buah.
Jamur tiram juga yang tumbuh pada tempat yang
kekurangan oksigen memiliki tubuh buah kecil dan
abnormal. Tubuh buah jamur yang tumbuh pada
tempat yang kekurangan oksisgen akan mudah layu 
dan mati. Jamur tiram juga memerlukan sirkulasi udara
segar untuk pertumbuhannya. Oleh karena itu, harus
diberi ventilasi agar pertukaran udara dapat berjalan
secara baik.
Pertumbuhan miselium jamur memerlukan
kandungan karbon dioksida yang agak tinggi, yaitu
15%-20%. Tetapi, jamur tiram yang tumbuh pada
tempat yang mengandung karbo dioksida yang terlalu
tinggi memiliki tubuh buah yang abnormal. Biasanya,
tudung jamur tiram tumbuuh relative kecil
dibandingkan tangkainya.

5)      Derajat Keasaman (pH)


Miselium jamur tiram putih tumbuh optimal pada
pH media yang sedikit asam, yaitu antara 5,0-6,5. Nilai
pH medium diperlukan untuk produksi metabolism dari
jamur tiram putih, seperti produksi asam organic.
Kondisi asam dapat menyebabkan pertumbuhan
miselium jamur tiram terganggu, tumbuh kontaminasi
oleh jamur lain, bahkan menimbulkan kematian jamur
tiram putih. Kondisi pH yang terlalu tinggi (basa), dapat
menyebabkan system metabolism dari jamur tiram
putih tidak efektif. Bahkan, menyebabkan kematian.
Tubuh buah jamur tiram tumbuh optimal pada pH
lingkungdn yang mendekati normal (pH 6,8-7,0).

b.      MEDIA TANAM
Secara tradisional, di Jepang, bibit ditanam di
dalam lubang atau garisan di kayu kering. Pengeringan
dilakukan dengan tenaga sinar matahari atau listrik.
Dalam budidaya modrn, media tumbuh yang
digunakan berupa kayu tiruan (log) yang dibuat dalam
bentuk silinder.
1)        Nutrisi
Pertumbuhan yang optimal dapat dicapai bila
lingkungannya sesuai serta tersedia nutrisiyang cukup.
Protoplas sel memerlukan  nitrogen, fosfor, dan nutrisi
lai. Karbon selain diperlukan untuk pembentukan
protoplasma, juga diperlukan sebagai sumber energy.
Sehingga karbon lebih banyak dibutuhkan  disbanding
dengan nitrogen.
Nitrogen dibutuhkan untuk pembentukan asam
nukleat. Sedangkan protein dan kitin diperlukan untuk
pembentukan dinding sel jamur.
2)        Kehadiran Mikroorganisme lain
Media tempat tumbuh merupakan sumber energy
utama bagi jamur tiram. Kehadiran mikroorganisme
lain dapat menyebabkan persaingan dalam
mendapatkan nutrisi,  sehingga jamur yang diharapkan
tidak dapat tumbuh dengan optimal.
Bahkan, sebagian dari competitor tersebut dapat
mengeluarkan senyawa yang bersifat toksin terhadap
organism disekitarnya.
Sterilisasi media merupakan cara yang efektif
untuk membebaskan media tanam dari kehadiran
jasad asing di dalam media tanam yang tidak
diharapkan.

c.       KETINGGIAN TEMPAT
Kondisi di atas lebih mudah dicapai didaerah
dataran tinggi sekitar 700-800 m dpl. Kemungkinan
budidaya jamur didataran rendah tidak mustahil,
asalkan iklim ruang penyimpanan dapat diatur dan
disesuaikan dengan kebutuhan jamur.

d.      PEMBIBITAN
Bibit yang dapat digunakan adalah F3. Bibit ini
dapat dibuat atau diperoleh dari petani jamur yang s
udah bisa membuat bibit bibit jamur. Untuk membuat
bibit sendiri, diperlukan alat dan bahan yang steril
karena proses ini sangat rentan terhadap kontaminasi.
Sterilisasi pembuatan bibit biasa menggunakan laminar
flow atau transfer box.
BAB III
METODE PENELITIAN

A.   Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di Pabrik
Pembudidayaan Jamur Tiram kampung Gawir, Desa
Kamulyan Kec Manonjaya.
Waktu penelitian pada hari Kamis 15 Mei 2014.
B.   Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi subjek
penelitian adalah petani pembudidayaan jamur tiram

C.   Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian dalam penelitian ini sebagai
berikut :
1.      Melalui wawancara dengan pemilik pabrik
pembudidayaan jamur tiram
2.      Melakukan observasi melalui internet dan melihat
kelapangan.

D.   Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian adalah sebagai berikut :
1.      Pergi ketempat penelitian.
2.      Wawancara dengan pemilik pembudidayaan jamur
tiram.
3.      Melihat proses pembuatan jamur tiram.
4.      Melihat tanaman jamur tiram.
5.      Melihat pemanenan jamur tiram.
BAB IV
HASIL PENELITIAN

A.    Persiapan yang dilakukan dalam pembudidayaan


jamur tiram
Sebelum melakukan penanaman, hal-hal yang
menunjang budidaya jamur tiram harus sudah tersedia,
diantaranya rumah kumbung baglog, rak baglog, bibit
jamur tiram, dan peralatan budidaya. Bibit tanaman
jamur tiram dapat dibeli di petani jamur tiram .
Peralatan budidaya jamur tiram cukup sederhana,
harga terjangkau, bahkan kita bisa memanfaat
peralatan dapur.
Untuk mengoptimalkan hasil dalam usaha
budidaya jamur tiram di dataran rendah dapat
dilakukan dengan modifikasi terhadap bahan media
dan takarannya, yakni dengan menambah atau
mengurangi takaran tiap-tiap bahan dari standar
umumnya. Dalam usaha skala kecil, eksperimen dalam
menentukan takaran bahan media merupakan hal yang
sangat penting guna memperoleh takaran yang pas.
Hal ini mengingat jamur yang dibudidayakan di
lingkungan tumbuh berbeda tentu membutuhkan
nutrisi dan media yang berbeda pula tergantung pada
kondisi lingkungan setempat. Hingga saat ini belum ada
standar komposisi media untuk budidaya jamur tiram
di dataran rendah, sehingga petani memodifikasi
media dan lingkungan berdasarkan pengalaman dan
kondisi masing-masing.
Sebagai media tumbuh jamur tiram, serbuk gergaji
berfungsi sebagai penyedia nutrisi bagi jamur. Kayu
yang digunakan sebaiknya kayu keras karena serbuk
gergaji kayu jenis tersebut sangat berpotensi dalam
meningkatkan hasil panen jamur tiram.  Hal ini karena
kayu keras banyak mengandung selulosa yang
dibutuhkan oleh jamur. Jenis-jenis kayu keras yang bisa
digunakan sebagai media tanam jamur tiram antara
lain sengon, kayu kampung, dan kayu mahoni. Untuk
mendapatkan serbuk kayu pembudidaya harus
memperolehnya ditempat penggergajian kayu.
Sebelum digunakan sebagai media biasanya sebuk
kayu harus dikompos terlebih dahulu agar bisa terurai
menjadi senyawa yang lebih sederhana sehingga
mudah dicerna oleh jamur. Proses pengomposan
serbuk kayu dilakukan dengan cara menutupnya
menggunakan plastik atau terpal selama 1-2 hari.
Pengomposan berlangsung dengan baik jika terjadi
kenaikan suhu sekitar 50 derajat C.
Wadah yang digunakan untuk meletakkan
campuran media adalah kantong plastik bening tahan
panas berukuran 20 cm x 30 cm. Adapun komposisi
media sema adalah serbuk gergaji 100 kg; tepung
jagung 10 kg; dedak halus atau bekatul 10 kg; kompos
0,5 kg; kapur 0,5 kg; dan air 50-60%. Ada dua hal yang
harus diperhatikan sebelum melakukan penanaman
bibit jamur, yaitu sterilisasi bahan dan sterilisasi
baglog.

B.   Proses dalam pembudidayaan jamur tiram


Adapun proses pembuatan jamur tiram adalah sebagai
berikut
1.         Serbuk gergaji dipilih dan dibersihkan. Bagian yang
besar dan tajam dibuang karena dapat merusak plastik
substrat.
2.         Bahan yang sudah ada dicampur sesuai komposisi
takaran dalam jolang / baskom plastik. Aduk sampai
merata, jangan sampai ada gumpalan-gumpalan.
Adapun bahan yang dicampurkan untuk menghasilkan
100 log adalah sebagai berikut :
·           Serbuk gergaji 10,5 kg
·           Tepung jagung 0,6 kg
·           Dedak halus 21 kg
·           TSP 1 kg
·           Kapur 3 buah Beri air secukupnya.
3.         Campuran bahan dimasukan ke dalam plastik
transparan dengan ukuran 20 x 35 cm dan tebal 0,5.
Media harus dipadatkan agar terbentuk log yang baik.
Media yang bagus adalah kepadatannya merata.
Jangan lupa, ujung plastik bagian bawah ditusuk jari
telunjuk supaya masak. Hal ini dilakukan agar bahan
yang dimasukkan dan dipadatkan bisa duduk posisinya
(tidak miring). Pengisian dilakukan tidak terlalu penuh,
tapi disisakan 15 cm untuk memudahkan dalam
mengikat.
4.         Tiap log ditimbang beratnya, yaitu sebanyak 1,2 kg.
5.         Sisa ujung plastik ke dalam cincin dilipat keluar,
lalu diikat mulut plastik tersebut dengan karet tahan
panas.
6.         Tutup mulut log tersebut dengan kapaskemudian
tutup lagi dengan kertas, lalu diikat lagi dengan karet.
7.         Dilakukan pengukusan terhadap log media selama
12 jam.
8.         Lamanya pengukusan dihitung setelah air di dalam
drum mendidih.
9.         Setelah selesai pengukusan, media di angkat dari
drum. Lalu, biarkan selama 8 jam atau sampai dingin
pada ruangan yang tertutup. Untuk selanjutnya,
dilakukan penanaman bibit.
10.     Setelah media dingin, baru dilakukan penanaman
bibit, caranya:
·           Penanaman bibit dilakuan di ruangan tertutup
·           Semprot isi ruangan dengan alkohol 95%
·           Gunakan sarung sarung tangan dan semprot
dengan alkohol 95%
·           Untuk memudahkan penanaman bibit, media yang
akan diinokulasi disimpan di depan dekat tangan kiri.
Bibit yang akan ditanamkan disimpan di depan dekat
tangan kanan. Antara media yang akan ditanami dan
bibit, disimpan lampu spirtus.
·           Buka karet, kertas penutup, serta kapas penutup
media.
·           Masukkan 3 sendok makan bibit untuk satu log
media.
·           Setiap gerakan sendok yang dipakai, dipanaskan
dengan api dari lampu spirtus.
·           Media yang sudah ditanami bibit tersebut ditutup
kembali dengan kapas.
·           Penanaman bibit dikerjakan dengan cepat, tetapi
harus teliti.
11.     Media yang sudah ditanami bibit disimpan di atas
rak.
12.     Biarkan sampai seluruh media diisi miselium jamur.
13.     Miselium tumbuh memenuhi log media. Setelah
seluruh log media ditumbuhi miselium, tutup kapas
dan cincin pada bagian atas log tersebut dibuka.
14.     Kelembapan lingkungan dipertahankan dengan
menyemprot menggunakan sprayer.
15.     Tubuh buah yang sudah cukup mekar dapat
dipanen.

C.   Pengendalian hama penyakit dalam budidaya jamur


tiram
Selain pemeliharaan baglog, dalam budidaya
jamur tiram juga perlu dilakukan perawatan untuk
mencegah atau mengendalikan hama dan penyakit
yang mungkin bisa menyerang jamur tiram. Hama dan
penyakit yang menyerang jamur tiram tentu
dipengaruhi oleh keadaan lingkungan maupun jamur
itu sendiri. Sehingga antara tempat budidaya yang satu
dan yang lain, serangan hama penyakit kemungkinan
dapat berbeda-beda.
A.   HAMA PENYAKIT JAMUR TIRAM
a.       Ulat
Ulat merupakan hama yang paling banyak ditemui
dalam budidaya jamur tiram. Ada tiga faktor penyebab
kemunculan hama ini yaitu faktor kelembaban, kotoran
dari sisa pangkal/bonggol atau tangkai jamur dan
jamur yang tidak terpanen, serta lingkungan yang tida
bersih.
Hama ulat muncul ketika kelembaban udara
berlebihan. Oleh sebab itu, hama ulat sering dijumpai
ketika musim hujan. Pencegahan menjadi solusi terbaik
untuk mengatasi hama ini adalah dengan mengatur
sirkulasi udara. Caranya dengan membuka lubang
sirkulasi dan untuk sementara proses penyiraman
keumbung dihentikan.
Pangkal jamur yang tertinggal di baglog saat
pemanenan dapat menimbulkan binatang kecil seperti
kepik. Kepik inilah yang menjadi penyebab munculnya
hama ulat. Sementara jamur yang tidak terpanen
kemungkinan terjadi karena jamur tidak muncul keluar
sehingga luput saat pemanenan dan menjadi busuk.
Hal ini menyebabkan munculnya ulat. Sebaiknya, ketika
melakukan pemanenan baglog telah dipastikan
kebersihannya sehingga tidak ada pangkal atau batang
dan jamur yang tidak terpanen.
Ulat bisa saja muncul karena rumah kumbung
ataupun sekitar kumbung tidak berseih. Misalnya
adanya kandang ternak atau tanaman di sekitar rumah
kumbung.
Untuk mencegah dan mengatasi serangan hama
ulat, lakukan pembersihan rumah kumbung dan sekitar
rumah kumbung dengan melakukan penyemprotan
formalin.
b.       Semut, Laba-laba, dan Kleket
Secara mekanis hama semut dan laba-laba dapat
diatasi dengan membongkar sarangnya dan
menyiramnya dengan minyak tanah. Sedangkan secara
kemis hama tersebut dapat dikendalikan dengan
penyemprotan insektisida. Cara ini merupakan cara
terakhir dan usahakan untuk menghindari penggunaan
insektisida jika serangan tidak parah karena produk
jamur merupakan produk organik. Keuntungan jika
pemberantasan hama serangga dilakukan dengan cara
mekanis antara lain, dapat memangkas biaya selama
perawatan dan juga ramah lingkungan. Sementara itu
hama kleket kerap dijumpai pada mulut baglog. Untuk
mengendalikannya juga dilakukan dengan cara
mekanis, yaitu mengambilnya dengan tangan.

c.        TUMBUHNYA CENDAWAN ATAU JAMUR LAIN


Jamur lain yang kerap mengganggu jamur tiram
adalah Mucor sp., Rhizopus sp., Penicillium sp., dan
Aspergillus sp. pada substrat atau baglog. Serangan
jamur-jamur tersebut bersifat patogen yang ditandai
dengan timbulnya miselium berwarna hitam, kuning,
hijau, dan timbulnya lendir pada substrat. Miselium-
miselium tersebut mengakibatkan pertumbuhan jamur
tiram terhambat atau bahkan tidak tumbuh sama
sekali. Penyakit ini dapat disebabkan karena lingkungan
dan peralatan saat pembuatan media penanaman
kurang bersih atau karena lingkungan kumbung yang
terlalu lembab. Untuk mengatasi penyakit ini,
lingkungan dan peralatan ketika pembuatan media dan
penanaman perlu dijaga kebersihannya. Kelembaban di
dalam kumbung juga diatur agar tidak berlebihan.
Penyakit ini dapat menyerang baglog yang sudah
dibuka ataupun masih tertutup. Jika baglog sudah
terserang maka harus segera dilakukan pemusnahan
dengan cara dikeluarkan dari kumbung kemudian
dibakar. Tangkai Memanjang.
Penyakit ini merupakan penyakit fisiologis yang
ditandai dengan tangkai jamur memanjang dengan
tubuh jamur kecil tidak dapat berkembang maksimal.
Penyakit tangkai memanjang disebabkan karena
kelebihan CO2 akibat ventilasi udara yang kurang
sempurna. Agar tidak terserang penyakit ini harus
dilakukan pengaturan ventilasi dalam kumbung
seoptimal mungkin.

D.   Pengemasan dan Transportasi Hasil Panen Jamur


Tiram
Pengemasan jamur tiram segar biasanya
menggunakan plastik kedap udara. Semakin sedikit
udara yang ada di dalam plastik, jamur tiram semakin
tahan lama untuk disimpan. Namun, idealnya
penyimpanan dengan plastik kedap udara hanya dapat
mempertahankan kesegaran jamur tiram selama 2-4
hari. Oleh karena itu, agar jamur tiram segar yang
dijual tetap dalam kondisi baik, proses
pengangkutan/transportasi tidak boleh terlalu lama
dari proses pengemasannya. Seandainya jarak
pengangkutan cukup jauh, sebaiknya alat transportasi
dilengkapi dengan ruangan berpendingin. Namun
untuk saat ini pemasaran jamur tiram hanya di sekitar
kota tasikmalaya dan pemanenan jamur tiram hanya
dilakukan 3 hari sekali dan banyak masyarakat yang
ada di sekitar tempat pembudidayaan yang langsung
membelinya ke tempat tersebut. Jadi ada kalanya
jamur tiram sudah habis di beli oleh masyarakat
sekitar. Dan jika ada jamur tiram yang tidak laku petani
menggolahnya menjadi makanan misalnya jamur krispy
maupun pepes jamur tiram.

BAB V
PENUTUP
A.   KESIMPULAN
Ternyata pembudidayaan jamur itu tidaklah
mudah ada beberapa tahapan yang harus dilalui dan
butuh kesabaran, ketelatenan dan keuletan dalam
menjaga jamur tersebut supaya tidak terkena hama
penyakit yang dapat menumbulkan gagal panen.
Keberhasilan pembudidayaan jamur itu sendiri terletak
pada kebersihan yang dilakukan pembudidaya
terhadap tanaman jamur. Mulai dari persiapan
penanaman jamur, sterilisasi bahan, sterilisasi bagbog
hingga penanaman bibit jamur tersebut ke bablog tidak
cukup sampai di sisni saja petani juga harus tetap
menjaga suhu yang ada di ruangan pembudidayaan
tetap stabil untuk memperoleh hasil yang maksimal
atau jamur yang berukuran besar yang sangatlah laku
di pasaran.
Pemanenan jamur tiram dilakukan 30 hari setelah
pembibitan dimulai. Atau setelah 2-3 minggu hingga
buah berbentuk. Setelah pemanenan jamur tiram
haruslah di sortir terlebih dahalu untuk membagi hasil
yang besar dan kecil bisasnya hasil yang besar oleh
petani langsung di jual ke pasaran namun untuk hasil
yang kecil petani pengolah kembali jamur tersebut
menjadi makanan misal jamur krispy yang di jual di
sekitar pembudidayaan tersebut. Pengemasan jamur
tiram yang akan di jual kepasaran dengan
menggunakan plastik kedap udara supaya jamur dapat
bertahan lama atau jika jamur tidak laku bisa di simpan
di lemari pendingan agar jamur tetap segar.
B.   SARAN
-            Hendaknya kita sebagai generasi muda dan pelajar
mau mengetahi proses dalam pembudidayaan jamur
tiram.
-            Pembudidayaan tanaman jamur harus
ditingkatkan guna mengwujudkan kebutuhan pasar
dan menggurangi pengangguran yang ada saat ini.
-            Kegiatan pembudidayaan harus di perkenalkan
kepada generasi muda atau pelajar, hal ini dapat
dilakukan dengan adanya campur tangan dari orang
tua, pihak sekolah maupun masyarakat yang ada di
sekitar lingkungan mereka.

Anda mungkin juga menyukai