Anda di halaman 1dari 12

PENGARUH EM4 DALAM PEMBUATAN PUPUK KOMPOS

DARI FASES SAPI

DISUSUN OLEH :

NAMA : AMELIA YUNI APRILIA AISYAH S.

NIM : 18051043

PRODI/SEMESTER : PENDIDIKAN BIOLOGI/ VII

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS SAINS, TEKNIK,DAN TERAPAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN MANDALIKA

MATARAM

2020/2021

1
DAFTAR ISI

COVER ........................................................................................................................i

DAFTAR ISI .............................................................................................................ii

BAB I TINJAUAN PUSTAKA................................................................................ 3

BAB II METODOLOGI ........................................................................................... 4

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................................6

BAB IV PENUTUP ..................................................................................................11

A. KESIMPULAN ........................................................................................... 11
B. SARAN ....................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................12

2
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA.

Kotoran ternak merupakan salah satu limbah yang sering dikeluhkan oleh
masyarakat karena keberadaan nya yang menganggu kenyamanan masyarakat disekitar.
Gangguan tersebut berupa bau yang tidak sedap yang ditimbulkan oleh gas.fases
kambing yang dapat digunakan sebagai bahan organic pada pembuatan pupuk organic
karena kandungan unsure hara yang relative tinggi ,akan tetapi fases kambing ini
memiliki C/N rasio tinggi sehingga harus diolah lebih lanjut.

Pengomposan merupakan proses penguraian bahan organic secara biologis yang


dilakukan oleh aktivitas organismeyang memanfaatkan bahan organic sebagai sumber
energi. Proses pengomposan secara alami memakan waktu hingga paling lama yaitu 2-3
bulan sampai dengan 6- 12 bulan (Subandriyo et al.,2012). Pengomposan tersebut yang
lama mengakitbatkan tidak efesien nya hasil pengomposan sehingga hasil pengomposan
tidak dapat segera digunakan.

Maka dari itu agar tercapainya efisenya waktu pengolahan limbah,proses


pengomposan perlu dipercepat dengan menggunakan decomposer. Decomposer
merupakan mikrooganismeyang berfungsi untuk menguraikan bahan organic baik berasal
dari tumbuhan maupun hewan, sehingga bakteri yang digunakan dapat diserap oleh
tumbuhan yang hidup disekitar daerah tersebut (Nurrahma dan Melati,(2013)
Dekomposer yang digunakan yaitu adalah EM4 ( Effective Microoganisme 4).

EM4 ( Effective Microoganisme 4) merupakan kultur mikroba yang terdiri dari


campuran bakteri fibrolotik,pengurai bahan sintetis,senyawa kompleks,dan pencuci
pestisida. Fermentasi dengan ( Effective Microoganisme) hanya memerlukan waktu 4-7
hari untuk merombak limbah organic menjadi pupuk organic. Selain itu mempercepat
proses pengomposan penggunaan decomposer diharapkan juga mampu meningkatkan
kandungan unsure hara pada pupuk organic dengan kualitas terbaik.

3
BAB II

METODOLOGI

1. Tempat dan Waktu Penelitian


Tempat : Peternakan, di Desa Lelede, Kec. Kediri, Kab. Lombok Barat, NTB.
Hari/Tanggal: Sabtu,16/10/2021
2. Bahan dan Alat Penelitian
Alat-alat yang akan digunakan sebagai berikut :Cangkul, Ember, Terpal,
Argo, Sekop, dan Alat tulis menulis. Sedangkan bahan-bahan yang akan
digunakan sebagai berikut : Air, EM 4, Kotoran Sapi, Gula pasir dan Jerami yang
sudah dibakar.
3. Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini dilakukan berdasarkan alur penelitian yang sudah
ditetapkan yaitu dari pembuatan kompos sampai pengemasan akhir.
4. Pembuatan Kompos
Langkah pembuatan kompos :
1) Menyiapkan alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan kompos
2) Kemudian mengisi air dengan bak berukuran sedang sampai setengah tidak terlalu
penuh
3) Mencampur ¼ gula pasir dengan air yang sudah disiapkan tadi, kemudian diaduk
dengan rata sampai gula benar-benar larut dalam air.
4) Kemudian memasukkan air EM4 sebanyak 1/3 botol, kemudian diaduk sampai
benar-benar tercampur dengan air gula pasir tadi, dan ditunggu selama 15 menit
agar EM4 dan air gula pasir menyatu dengan baik.
5) Menyiapkan fases sapi yang sudah tercampur dengan jerami yang sudah dibakar
dan diambil dalam kondisi benar-benar kering kemudian dikumpulkan.

6) Kemudian setelah 15 menit tuangkan air yang sudah dicampur gula dan EM4 tadi
kedalam adonan fases sapi, dengan membuat lubang ditengah-tengah adonan agar
air tidak meluap ke samping, jika takaran EM 4 pada pembuatan kompos
sebanyak 1 Ton maka EM 4 diperlukan sebanyak 1 liter ,10% pupuk

4
kandang ,10% dedak, 1 liter Molase, ( 1/2kg gula pasir, atau ½ gula merah, dan
kadar air secukupnya (30%). kemudian lubang yang berisi air campuran tadi
ditutup dengan fases sapi
7) Kemudian dicampur dengan air dan didiamkan.
Gambar 1.1 Proses Pencapuran pupuk kompos

8) Setelah itu ditutup rapat menggunakan terpal besar usahakan agar benar-benar
tertutup dengan rapat, dan didiamkan selama 7 hari.
9) Setelah 7 hari bisa dibuka kemudian diaduk dan bisa dikemas menggunakan
plastik.
Gambar 1.2 Proses Pengemasan pupuk kompos

5
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN.

Pada penelitian yang dilakukan dapat di hasilkan bahwa Pengaruh


konsentrasi EM4 dan lama pengomposan terhadap kandungan COrganik.
menunjukkan apabila waktu pengomposan semakin lama, maka proses
pengomposan diduga dapat menyebabkan kandungan C-Organikdalam pupuk
organik menurun karenaaktivitas mikroorganisme yang semakin berkurang dan
kandungan C-Organik yang terkandung di dalam pupuk organikbanyak yang
menguap.
Sehingga penambahan konsentrasi EM4 yang tepat sangat diperlukan
dalam proses pengomposan. Menurut Ekawandani dan Kusuma, (2018), besarnya
C/N rasio di awal pengomposan sangat berpengaruh terhadap lamanya proses
pengomposan. Kandungan C-Organik selama proses pengomposan sangat
dibutuhkan mikroorganisme sebagai sumber nutrisi dan kandungan nitrogen
dibutuhkan dalam pembentukan mikroorganisme. Dalam proses pengomposan
akan terjadi penguapan CO2, sehingga akan berdampak padaturunnya kandungan
C-Organik dan naiknya kandungan nitrogen.
1. Sifat Fisik Kompos
Pengomposan merupakan suatu proses dimana bahan organik mengalami
penguraian secara biologis oleh mikroba – mikroba tertentu yang merubah
limbah organik menjadi kompos melalui aktivitas biologis dalam kondisi yang
terkontrol. Proses dekomposisi bahan organik dapat terjadi secara alami di
lingkungan terbuka akan tetapi membutuhkan waktu yang lama sekitar 5 minggu
sampai 2 bulan karena bahan organik umumnya mengandung senyawa selulosa
yang sulit terdekomposisi (Diah, 2006).
Selama proses dekomposisi, pupuk kompos mengalami perubahan
terhadap bentuk fisiknya (warna, bau dan tekstur). Perubahan tersebut terjadi
karena pengaruh dari penambahan bahan yang dicampur kedalam kompos serta
aktivitas mikroorganisme yang terkandung didalam bahan organik dan starter
yang digunakan dalam pembuatan kompos.

6
a. Perubahan warna
Perubahan warna pada campuran fases sapi dengan jerami yang sudah dibakar,
menjadi lebih hitam setelah dicampur dengan 1/3 EM4 dan juga campuran ¼ gula
pasir dan air ini kalau di lihat akan mirip dengan warna tanah seperti biasa dan
jika , jika takaran EM 4 pada pembuatan kompos sebanyak 1 Ton maka EM 4
diperlukan sebanyak 1 liter ,10% pupuk kandang ,10% dedak, 1 liter Molase,
( 1/2kg gula pasir, atau ½ gula merah, dan kadar air secukupnya (30%).
b. Perubahan bau
Perubahan bau dari fases sapi ini setelah diolah menjadi pupuk kompos dan
setelah benar-benar jadi, yang tadinya bau dari kotoran sapi bisa tercium sangat
menyengat, dan setelah penyimpanan selama 2 minggu dan pupuk kompos jadi
terjadilah perubahan bau dari campuran fases sapi dan jerami yang sudah dibakar
tadi, yang tadinya menyengat menjadi tidak berbau atau lebih ke bau tanah.
c. Perubahan tekstur
Perubahan tekstur dari campuran fase sapi dan juga jerami yang sudah dibakar
dan didiamkan selama 2 minggu setelah dicampur dengan bahan seperti ¼ gula
pasir, air dan juga 1/3 EM4 memiliki tekstur remah dan agak kasar.

7
PROSES PENCAMPURAM EM4 PADA PEMBUATAN PUPUK
Gambar 1.3 Fases sapi yang telah di keringkan

Gambar 1.4 Gula merah yang telah di cairkan

Gambar 1.5 proses pencampuran EM4

Gambar 1.6 pembuatan lubang untuk pencampuran EM4

8
Gambar 1.7 fases yang sudah diberikan EM4 ditutup kembali

Gambar 1.8 fases sapi yang sudah diberikan EM4 kemudia ditutup
Ditutup menggunakan terpal selama 7 hari.

Gambar 1.9 fases sapi yang sudah diamkan selama 7 hari diaduk kembali agar
pencampuran lebih merata.

Gambar 1.10 fases sapi yang sudah diaduk siap di kemas.

9
Gambar 1.11 foto bersama dengan Bpk Koordinator BP3TR

10
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN.

A. KESIMPULAN
Didapatkan kesimpulan dari hasil penelitian diatas bahwa kandungan pada EM 4
dalam pupuk organic bahwa terjadi perbandingan kandungan dan mikroba
didalam penambahan disetiap EM 4. Kandungan utama pupuk organic adalah
bahan organic memiliki unsure hara,N,P,K hanya saja susunan unsure hara (zara)
yang dikandung oleh pupuk organic tidak tetap ,tergantung dari bahan dan cara
pengomposan atau cara pembuatannya.
B. SARAN
Saran saya selama berlangsungnya KKN-T agar memungkinkan masyarakat desa
lelede juga ikut andil dalam berkegiatan pengolahan pupuk ini, prasana yang
lengkap dan mendukung membuat semua kegiatan berjalan dengan cepat dan
mudah sehingga jika masyarakat juga ikut andil dalam kegiatan ini akan sangat
bermanfaat bagi kehidupan desa lelede.

11
DAFTAR PUSTAKA

Ekawandani,N dan A, A Kusuma. (2018). Pengomposan Sampah Organik ( Kubis dan Kulit
Pisang ) dengan menggunakan EM4. JurnalTEDC. 12 (1) 38 – 43
Nurrahma, A. H. I dan M. Melati. 2013. Pengaruh Pupuk Dekomposer terhadap Pertumbuhan
dan Produksi Padi Organik. Buletin Agrohorti.
1 (1) : 149-155.
https://doi.org/10.29244/agrob.1.149-155
Subandriyo, D. D, Anggoro dan Hadiyanto (2012). Optimasi Pengomposan Sampah organic
Rumah Tangga Menggunakan Kombinasi Aktivator EM 4
Diah ,2006 , Pupuk Organik dan Pupuk Hayati,Balai Tanah. Bogor
Mulyadi, A., 2008 Karakteristik Kompos dari Bahan Tanaman Kaliandra, Jerami Padi,dan
Sampah Sayuran,IPB Bogor

12

Anda mungkin juga menyukai