Anda di halaman 1dari 22

 P5 merupakan singkatan dari projek

penguatan profil pelajar pancasila.


 P5 Kurikulum Merdeka adalah kegiatan
kokurikuler berbasis projek yang dirancang
untuk menguatkan upaya pencapaian
kompetensi dan karakter untuk membentuk
karakter anak bangsa dengan berdasarkan
nilai-nilai pancasila
Bagaimana profil pelajar yang ingin
dibentuk oleh pembelajaran paradigma
baru?

4
FERMENTASI :
1.SERBUK KAYU
2.KOHE (KOTORAN KOMPOS
HEWAN)
BAHAN :
ALAT :
1.DAUN-DAUNAN,
1.CANGKUL
SAYURAN, dll
2.ARIT
2.KOHE (KOTORAN
3.TERPAL
HEWAN
4.EMBER
3.SERBUK GERGAJI
5.KARUNG
4.KOMPOSER (EM4)
6.GEMBOR
5.MOLASE/GULA
7.GAYUNG
6.TRICODERMA
8.SARUNG TANGAN
7.KAPUR PERTANIAN
9.dll
(DOLOMITE)
• Siapkan larutan fermentor yaitu dengan menambahkan EM4
pada air dengan dosis 20 ml per liter air, tambahkan pula
molase dengan dosis yang sama yaitu 20 ml per liter air. Jika
tidak ada molase bisa juga menggunakan gula merah atau pun
gula putih yang dicairkan. Kemudian aduk hingga tercampur
merata.

• Siramkan larutan fermentor tersebut pada serbuk gergaji


secara perlahan sedikit demi sedikit jangan terlalu basah cukup
hingga lembab merata saja yaitu jika disentuh terasa basah
namun jika digenggam tidak meneteskan air.
 Masukkan serbuk gergaji yang telah dicampur larutan
fermentor ke dalam karung namun jangan terlalu
penuh untuk memudahkan proses pembalikan atau
pengadukan nantinya, kemudian ikat rapat.
 Setelah 3 hari buka tali pengikat aduk serbuk gergaji
tersebut agar proses fermentasi lebih cepat merata.
 Setelah 1 minggu, serbuk gergaji yang difermentasikan
sudah matang yang artinya serbuk gergaji tersebut
sudah siap untuk digunakan sebagai bahan atau
campuran media tanam. Serbuk gergaji yang sudah
matang ditandai dengan warna yang berubah menjadi
coklat pekat, tekstur lebih halus/lunak, tidak berbau
dan suhunya netral/sudah tidak panas.
1. Pemilahan Sampah
Sampah yang dikumpulkan di TPA pada umumnya
bercampur antara bahan-bahan organik maupun
non organik sehingga pemilahan perlu dilakukan
secara teliti untuk mendapatkan bahan organik
yang dapat dikomposkan seperti dauan-daunan,
sisa makanan, sayuran dan buah-buahan
2. Pencacahan
Sampah organik yang telah terkumpul dicacah
dengan ukuran 3-4 cm. Pencacahan dilakukan
untuk mempercepat proses pembusukan karena
pencampuran dengan bahan baku yang lain seperti
kotoran ternak dan EM-4 menjadi rata sehingga
mikroorganisme akan bekerja serana efektif dalam
proses fermentasi.
3. Pencampuran Bahan Baku
 Sampah yang sudah dicacah dideder di
tempat yang telah disediakan kemudian
dicampur dengan kotoran ternak.
 Pencampuran/pengadukan dilakukan secara
merata kemudian dicampurkan pula
campuran EM-4, di atas campuran sampah
dan kotoran ternak.
 Pencampuran dilakukan sekali lagi agar
seluruh bahan bercampur secara merata.
 Komposisi bahan-bahan ini adalah sampah
cacahan (1,3 m3), EM-4 (375 ml), kotoran
ternak kering (1/5 dari sampah cacahan).
4. Penumpukan Bahan Baku
 Setelah dilakukan pencampuran secara merata
kemudian dilakukan penumpukan dengan
ketentuan tinggi 1,5 m, lebar 1,75 m dan panjang
2 m.
 Penumpukan dapat dilakukan dengan model
trapesium, gunungan maupun pesegi panjang.
 Dalam tumpukan inilah terjadi proses
fermentasi sampah organik menjadi kompos.
5. Pemantauan
 Dalam masa penumpukan akan terjadi
peningkatan suhu sebagai akibat proses
fermentasi.
 Hari pertama sampai kelima suhu biasanya
mencapai 65° C atau lebih. Hal ini berguna
untuk membunuh bakteri yang tidak
dibutuhkan dan melunakkan bahan.
 Pada hari keenam dan seterusnya suhu
dijaga antara 40-50° C dengan kelembaban
lebih kurang 50 %.
 Suhu dan kelembaban dapat dipertahankan
dengan perlakuan antara lain penyiraman
dan pembalikan tumpukan.
6. Pematangan
Pengkomposan berjalan dengan baik dengan
suhu rata-rata dalam bahan menurun dan bahan
telah lapuk dan berubah warna menjadi coklat
kehitaman. Tujuan pematangan untuk menjamin
kompos benar-benar aman bagi konsumen.
7. Pengeringan
 Setelah usia tumpukan mencapai usia 21 hari/3
minggu, maka sampah organik sudah menjadi
kompos.
 Selanjutnya dilakukan pembongkaran untuk
dikeringkan/dijemur.
 Pengeringan dapat dilakukan selama lebih
kurang 1 minggu sampai kadar air kira-kira
mencapai 20-25%.
8. Penggilingan dan Pengayakan
Proses selanjutnya adalah dilakukan
penggilingan terhadap kompos yang sudah
kering. Untuk mendapatkan butiran-butiran
kompos yang siap untuk dikemas dilakukan
pengayakan sesuai dengan kebutuhan.
Dari segi ekonomi
 Dapat mengurangi jumlah sampah sehingga akan mengurangi
biaya operasinal pemusnahan sampah.
 Tempat pengumpulan sampah akhir dapat digunakan dalam
waktu yang lebih lama, karena sampah yang dikumpulkan
berkurang. Dengan demikian akan menguragi investasi lahan
TPA.
 Pupuk anorganik dapat memperbaiki kondisi tanah dan
dibutuhkan oleh tanaman. Hal ini berarti kompos memiliki
nilai kompetetif dan ekonomis yang berarti kompos dapat
dijual.
 Penggunaan pupuk anorganik dapat ditekan sehingga dapat
meningkatkan efisiensi penngunaannya.
Dari segi ekologi
 Pengolahan pupuk organik merupakan metode
daur ulang yang alamiah dan mengembalikan
bahan organik ke dalam siklus biologis.
 Mengurangi pencemaran lingkungan, karena
sampah yang dibakar, yang dibuang ke sungai
ataupun yang dikumpulkan di TPA akan berkurang.
Ini berarti mengurangi pencemaran udara maupun
air tanah.
 Pemakaian Pupuk organik pada lahan perkebunan
atau pertanian akan meningkatkan kemampuan
lahan dalam menahan air sehingga terjadi
koservasi air. Pupuk organik mempuyai
kemampuan memperbaiki dan meningkatkan
kondisi kesuburan tanah (konservasi tanah).
Dari segi sosial, manfaat sosial
 Dapat membuka lapangan kerja sehingga dapat
mengurangi pengangguran.
 Dapat dijadikan obyek pembelajaran
lingkungan baik bagi masyarakat maupun dunia
pendidikan
Dari segi kesehatan
 Pengurangan tumpukan sampah akan
menciptakan lingkungan yang bersih dan
sehat.

Anda mungkin juga menyukai