Anda di halaman 1dari 39

C.

Jadwal Kegiatan:

NO KEGIATAN SASARAN WAKTU


PELAKSANAAN

1 Pelatihan cara-cara Siswa dibimbing Juli 2015


pembuatan komposter

Praktik pembuatan kompos


2 dari bahan organik. Siswa dibimbing Agustus 2015

Pembongkaran komposter
yang sudah jadi .

Pembuatan kompos tahap


3 Siswa dibimbing September 2015
berikutnya.

Pengkaderan kesiswa adik


kelasnya oleh kakak kader.

4 Praktik pembuatan kompos Siswa dibimbing Oktober 2015

5 Siswa adik kelas November 2015

6 Siswa yang baru Desember 2015


dikader dengan
bimbingan kader. Januari s.d Juni

2016

D. Pelaksanaan pembuatan kompos ( Praktik)

1. Mengumpulkan sampah organik atau menerima dari sampah

Organik dari bank sampah.


2. Sampah organik dipotong-potong ukuran kecil.

3. Alat komposter bagian bawah di lapisi bantal sekam.

4. Diatas bantal sekam diisi pupuk yang sudah jadi, dengan volume 1/3 bagian
darai volume alat komposter.

5. Masukan sampah organik yang sudah dipotong-potong kecil di atas lapisan


pupuk yang sudah jadi.

6. Tutup dengan lapisan bantal sekam.


7. Tong komposter ditutup.

8. Setiap 1 minggu sekali tutup komposter dibuka,untuk mendapatkan udara.

9.Setelah 1 bulan pupuk organik sudah siap dibongkar ( sudah


Jadi )
10.Pupuk kompos yang baru jadi di letakan pada wadah tampah
agar kena tiupan angin dan dapat mengering.
11.Pupuk kompos yang sudah kering diayak,agar didapat pupuk
Kompos yang halus, sedang yang kasar dapat digunakan untuk
Campuran pembuatan komposter berikutnya.
12.Pupuk kompos siap untuk di gunakan memupuk tanaman Toga
Atau memupuk tanaman lainnya yang ada di sekolah kami.
13.Lebih jelasnya lihat perangkat gambar komposter di bawah ini!

E. Evaluasi

NO KRITERIA KATEGORI KATEGORI

YA TIDAK

1 Pupuk Kompos yang


dihasilkan kering dan
berwarna hitam

Pupuk Kompos yang


dihasilkan basah dan
2.
berbau

Keterangan :
V = bila termasuk kategori Ya
‘- = bila termasuk kategori Tidak
F. Tindaklanjut
YELYEL ADIWIYATA:
SMP N 5 Cilacap Sekolah Adiwiyata
Berkomitmen Menciptakan Budaya Bersih
Dan lingkungan yang ASRI. Siap.

Cilacap, 8 April 2016


Ketua Tim Komposter

Siti Maesaroh,S.Pd.

Cilacap, 8 April 2016


Tim Komposter

Carwito,S.Pd.Bio
Suhadi,S.Pd.MM
Sutriyono,S.P

Mengetahui
Kepala Sekolah

Hj.Rowakhidah,S.Ag.MM.Pd.
NIP.19601103 198811 2 001
TAHAPAN PEMBUATAN KOMPOS PADAT
1. Tahapan pengolahan daun menjadi pupuk kompos
a. Mengumpulkan daun yang ada di sekitar halaman.
b. Membuat bak atau kolam mini untuk tempat daun yang akan dijadikan kompos.
c. Menyiram daun-daun yang sudah di letakkan dalam bak mini setiap hari selama 40 hari sambil
dibolak balik memakai cangkul, agar cepat membusuk.
d. Jika sudah membusuk, menghentikan siraman air.
e. Memindahkan daun yang sudah membusuk ke tempat lain untuk didinginkan.
f. Menghaluskan daun dengan menggunakan alat penghancur daun, dan siap untuk di kemas.
g. Kompos siap untuk di gunakan.

2. Ciri - ciri kompos yang sudah jadi


Ciri – ciri kompos yang sudah jadi yaitu bentuk, bau dan warnanya sudah mirip dengan cairan
seperti teh, hitam kecoklatan, suhunya sekitar 35 0C. Bila sudah memenuhi cirri - ciri tersebut
berarti kompos yang sudah di buat telah jadi dansiap untuk di pakai atau disiramkan ke tanaman
di area SDN TANJUNG PRIOK 05.

Sebelum kompos itu digunakan. Kompos harus disaring agar serbuk atau ampas seperti daun-
daunan tidak ikut kedalamnya.Bila sudah selesai siap untuk dikemas atau digunakan sendiri
sebagai media tanam.

PROSES KOMPOS PADAT DI SDN TANJUNG PRIOK 05


Pengolahan sampah yang ada di sekolah menjadi kompos dapat dilakukan oleh guru, karyawan,
siswa dan dengan berbagai cara. Dalam program ini, team kelompok kerja kompos padat akan
membuat cara sederhana untuk membuat kompos yang bisa dilakukan di sekolah SDN
TANJUNG PRIOK 05

1. Cacah daun menggunakan gunting, pisau, tangan, atau alat pencacah daun.
2. Daun yang telah dicacah dipindahkan ke dalam tempat proses
3. Daun yang sudah berada di dalam tempat proses di siram dengan larutan bioaktifator atau air
cucian
beras yang diberi gula merah.
4. Tutup tempat proses 2 dengan karung untuk mempercepat proses pembusukan selama 2
minggu
5. Tahap akhir setelah daun – daun hancur dan berubah bentuk. Keringkan daun tersebut dan
ayak, lalu masukan dalam kemasan untuk pupuk padat.

RENCANA KERJA PROGRAM KOMPOS PADAT


No Program Komposting Kegiatan
1 Harian Memilah sampah, memisahkan dari
sampah organic dan nonorganik
2 Mingguan Mengaduk sampah yang ada di dalam
komposter
3 Bulanan Pembuatan kompos baru
4 Tahunan Evaluasi hasil program

TAHAPAN PEMBUATAN KOMPOS CAIR

1. Cara pembuatan kompos cair

Pertama, menyiapkan ember atau drum yang berukuran sekitar 50 liter. Kemudian menyiapkan
bahan-bahan komposnya yaitu sampah-sampah dari tumbuhan, daun-daunan, atau sayur-sayuran
yang di cacah kecil-kecil, kemudian masukkan kedalamdrum yang sudah disiapkan. Tumpukan
sampah ini cukup 1,5 meter tingginya. Tujuannya untuk menjaga kestabilan suhu didalam
tumpukan sampah tersebut, bila terlalu tinggi suhu didasar akan sangat panas, sebaliknya jika
terlalu rendah panas didalam tumpukan sampah tersebut akan cepat menghilang, sehingga proses
pemasakan kompos akan memakan waktu yang sangat lama.

Tumpukan sampah tidak boleh terlalu dipadatkan, bagian atasnya usahakan cembung di tengah
dengan tujuan bila turun hujan tidak sampai tergenang air.

2. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membuat kompos cair


Bahan warna hijau, maksudnya bahan yang banyak mengandung nitrogen, hijauan dapat diperoleh
dari daun daunan, rumput dari halaman dan lain sebagainya. Kelembapan dan Udara

3. Ciri - ciri kompos yang sudah jadi


Ciri – ciri kompos yang sudah jadi yaitu bentuk, bau dan warnanya sudah mirip dengancairan
seperti teh, hitam kecoklatan, suhunya sekitar 35 0C. Bila sudah memenuhi cirri -ciri tersebut
berarti kompos yang sudah di buat telah jadi dan siap untuk di pakai atau disiramkan ke tanaman
di area SDN TANJUNG PRIOK 05.
Sebelum kompos itu digunakan. Kompos harus disaring agar serbuk atau ampas seperti daun-
daunan tidak ikut kedalamnya.Bila sudah selesai siap untuk dikemas atau digunakan sendiri
sebagai media tanam.

PROSES KOMPOS CAIR DI SDN TANJUNG PRIOK 05


Pengolahan sampah yang ada di sekolah menjadi kompos dapat dilakukan oleh guru, karyawan,
siswa dan dengan berbagai cara. Dalam program ini, team kelompok kerja kompos akan
membuat cara sederhana untuk membuat kompos yang bisa dilakukan di sekolah SDN
TANJUNG PRIOK 05.

1. Mencari daun – daun kering atau sisa sayuran


2. Gunting daun atau sisa sayuran kecil - kecil
3. Kumpulkan dalam satu wadah / tempat (komposter)
4. Lalu siram dengan air bioaktifator atau air cucian beras yang pertama beri gula merah sedikit
5. Lakukan setiap hari. Dalam waktu 3 -4 minggu kompos cair sudah jadi dan siap digunakan.

RENCANA KERJA PROGRAM


KOMPOSING

No Program Komposting Kegiatan


1 Harian Memilah sampah, memisahkan dari
sampah organic dan nonorganik
2 Mingguan Mengaduk sampah yang ada di dalam
komposter
3 Bulanan Pembuatan kompos baru
4 Tahunan Evaluasi hasil program

DOKUMENTASI POKJA KOMPOS PADAT


Pencacahan Daun Dengan Tangan

Pencacahan Daun Dengan Gunting / Carter

Pencacahan daun Dengan Alat Pencacah Daun


Pemberian Air Cucian Beras

Proses Akhir Pengayakan Daun untk Menjadi Kompos Padat

DOKUMENTASI KOMPOS CAIR

Mencari Daun Kering atau Sisa Sayuran


Menggunting Daun

Menempatkan Dalam Komposing


dan Pemberian Bio Aktifator
B. Proses Pengomposan
Tahapan pengolahan daun menjadi pupuk kompos :
1. Mengumpulkan daun yang ada di sekitar halaman.
2. Membuat bak atau kolam mini untuk tempat daun yang akan dijadikan kompos.
3. Menyiram daun-daun yang sudah di letakkan dalam bak mini setiap hari selama 40
hari sambil dibolak balik memakai cangkul, agar cepat membusuk.
4. Jika sudah membusuk, menghentikan siraman air.
5. Memindahkan daun yang sudah membusuk ke tempat lain untuk didinginkan.
6. Menghaluskan daun dengan menggunakan alat penghancur daun, dan siap untuk di
kemas.
7. Kompos siap untuk di gunakan.

Cara pembuatan kompos :


Pertama, menyiapkan sebidang tanah yang berukuran 4 x 2 meter, yang
mana bagian bawah di beri lapisan tanah setebal 20 cm.Kemudian menyiapkan bahan-
bahan komposnya yaitu sampah-sampah dari tumbuhan, daun-daunan, atau sayur-
sayuran yang di cacah pendek-pendek, kemudian masukkan kedalam bak yang sudah
disiapkan. Tumpukan sampah ini cukup 1,5 meter tingginya. Tujuannya untuk menjaga
kestabilan suhu didalam tumpukan sampah tersebut, bila terlalu tinggi suhu didasar
akan sangat panas, sebaliknya jika terlalu rendah panas didalam tumpukan sampah
tersebut akan cepat menghilang, sehingga proses pemasakan kompos akan memakan
waktu yang sangat lama.
Tumpukan sampah tidak boleh terlalu dipadatkan, bagian atasnya usahakan
cembung di tengah dengan tujuan bila turun hujan tidak sampai tergenang air. Tetapi
apabila tidak ada hujan harus dijaga kelembapannya dengan cara
menyiramnya dengan air agar matangnya kompos bisa serempak.
Setelah enam hari, kompos harus dibalikkan. Dengan cara pindahkan kompos
tersebut ke tempat yang sudah disediakan di sebelahnya. Dengan cara demikian maka
tumpukan yang tadinya diatas akan berada di bawah, hal ini akan dilakukan sebanyak
enam kali setiap enam hari sekali.

Ciri – ciri kompos yang sudah jadi


Ciri – ciri kompos yang sudah jadi yaitu bentuk, bau dan warnanya sudah mirip
dengan tanah, hitam kecoklatan, bila diremas terasa rapuh, suhunya sekitar 35 C. Bila
sudah memenuhi cirri - ciri tersebut berarti kompos yang sudah di buat telah jadi dan
tumpukan kompos siap dibongkar.
Sebelum kompos itu digunakan. Kompos harus diangin-anginkan terlebih
dahulu untuk menurunkan kadar airnya hingga tinggal 15% dengan cara hamparkan di
lantai atau karung alas yang lebar kemudian dibolak balik seperti menjemur padi. Bila
sudah selesai siap untuk dikemas atau digunakan sendiri sebagai media tanam.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membuat kompos :


1. Bahan warna hijau, maksudnya bahan yang banyak mengandung nitrogen, hijauan
dapat diperoleh dari daun-daunan, rumput dari halaman dan lain sebagainya.
2. Bahan warna coklat. Maksudnya bahan yang mengandung carbon yang biasanya
berwarna coklat misalnya sekam, jerami, gergajian kayu, daun kering, potongan kertas
dan kardus.
3. Kelembapan
4. Udara

C. Peta Konsep Pembuatan Kompos sederhana


a. Pemilahan sampah organic dan anorganic.
b. Sampah organic dari siswa seperti daun, ranting, rumput di kumpulkakan.
c. Sampah organic di potong potong lalu dimasukkan dalam bak penampungan dan disiram dengan air/
air leri.
d. Kompos di diamkan membusuk tiap 6 hari di bolak balik lagi.
e. Terbentuklah kompos seperti tanah berwarna kecoklatan.
f. Pendistribusian kompos di lingkungan Madrasah atau pengepakan.

D. Rencana Program Kegiatan POKJA Komposting

No Program Komposting Kegiatan

1 Harian Memilah sampah

2 Mingguan Mengaduk sampah yang ada di dalam komposter

3 Bulanan Pembuatan kompos baru

4 Tahunan Tutup saldo

No Uraian program Maksud dan tujuan Realisasi

1 Pembentukan tim pokja Membentuk kader pokja 26/01/2013


kompos

2 Merencanakan program Menyusun program 27/01/2013


pokja kegiatan pokja composting

3 Membuat tempat Menyiapkan lokasi 30/01/2013


composting composting
4 Pengumpulan sampah Mengolah sampah organic 31/01/2013
organic dari siswa dari siswa

5 Proses composting Pembuatan kompos I 25/02/2013

(Membusukkan
sampahorganic menjadi
kompos).

Pembuatan kompos II
(dengan menggunakan
fermentasi EM4)
30/03/2013

6 Pendistribusian hasil Pengepakan (I) 28/03/2013


komposting

Pengepakan (II) 14/04/2013

7 Pendistribusian hasil Pengepresan dan 15/05/2013


komposting pendistribusian kompos di
lingkungan Madrasah

E. Jadwal Piket Kader Pokja Komposting

Nama Kader
No Hari
Putra Putri

Ady Guntur Eka Yuni Diana

M. Rosyid Irfan A. Idha Dwi F.


Sabtu
1 A. Dimas Aditya S Fatihatul Fauziyah
Selasa
A. Chomaidi Alwi Uci Erika V.

2 Ahad Akbar Arry S. Dewi Citra


Fajar Haqiqi. Nur laily Azizah

M. Syamsul H Mia Milania


Rabu
A. Fawaid Zuhri Naili Nabila mujib

M. Khoirul Hidayat Sofiyatul Lailiyah

M. Yunus Romadhona Siti Nur Khofifah


Senin
3 Nifan Mas C. Aida Luthfiana
Kamis
Warda Firdausi A

Salma Aisya S

F. Tugas Piket Kader Pokja Kompos


1. Mengontrol kompos pendam di depan masing-masing kelas.
2. Mengaduk kompos di rumah komposting.
3. Mengontrol ‘lubang barakah’.

Demikian sedikit yang bisa kami bagi tentang sekolah adiwiyata, khususnya pokja (kelompok kerja) kompos di MTsN
Tambakberas. Pada bulan November 2013, MTsN lolos menjadi sekolah adiwiyata Nasional, dan sekarang menuju
ke sekolah adiwiyata mandiri. Mohon doa restunya...
Pembuatan Kompos Organik

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam bidang pertanian, tanah mempunyai arti yang sangat penting dilihat dari kemampuannya
untuk menyediakan unsur hara/makanan bagi tanaman dengan jumlah yang tepat sehingga dapat
menghasilkan produk yang optimum. Kesuburan tanah adalah mutu tanah untuk bercocok tanam, yang
ditentukan oleh interaksi sejumlah sifat fisika, kimia, dan biologi bagian tubuh tanah yang menjadi habitat
akar-akar aktif bagi tanaman. Tanah yang baik bagi pertanian adalah tanah yang subur, menyangkut sifat
tanah untuk menyediakan unsur hara dalam jumlah yang seimbang dan tersedia, memiliki tata air dan
udara yang baik sesuai dengan kepentingan pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Tetapi, untuk
memperoleh produktivitas yang tinggi pada pertanian tidak hanya dibutuhkan kesuburan tanah tetapi
bagaimana seorang petani mampu mengolah lahannya dan mengatur ketersediaan unsur hara yang ada.
Salah satu cara untuk menjaga kesuburan tanah adalah dengan melakukan pemupukan.
Pemupukan adalah pemberian bahan kepada tanah untuk memperbaiki atau meningkatkan kesuburan
tanah, serta mengganti kehilangan unsur hara dari dalam tanah dengan tujuan mendapatkan
produktivitas pertanian yang maksimal.
Di masa sekarang ini banyak petani yang menggunakan pupuk anorganik karena kepraktisannya.
Mereka belum banyak menyadari bahwa pupuk anorganik justru bisa menurunkan kualitas tanah dan
produktivitasnya di masa mendatang jika pemakaiannya berlebihan. Selain itu masalah lain dari pupuk
anorganik adalah harganya yang relatif mahal, serta ketersediaannya yang kadang menyulitkan petani
hingga terjadi kelangkaan. Oleh karena itu perlu dilakukan pengubahan pola penggunaan pupuk
anorganik dengan pupuk organik, salah satunya yaitu dengan menggunakan kompos organik.
Kompos adalah hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari campuran bahan-bahan organik yang
dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi berbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang
hangat, lembab, dan aerobik atau anaerobik. Kompos sendiri dapat dibuat dari bahan-bahan organik
seperti kotoran ternak baik kotoran sapi, kambing, ayam, kuda, kerbau dan sebagainya, sisa-sisa
pertanian seperti hasil pangksan sisa tanaman (tanaman kacang-kacangan/legum) ataupun daun-daun
kering, jerami padi, sampah rumah tangga, sampah pasar, hijau-hijauan, dan limbah industri.
Kompos yang dibuat pada program kerja kelompok kuliah kerja nyata yaitu dari bahan-bahan
campuran antara kotoran kambing, jerami padi, kayu apu, serta daun-daun kering dimana semua bahan
memiliki kandungan unsur hara tinggi bagi tanaman, khususnya unsur makro N, P, dan K. Kompos yang
berasal dari bahan organik tersebut dapat membantu memperbaiki sifat fisika, kimia, maupun biologi
tanah sehingga kesuburan tanah tetap terjaga serta ketersediaan haranya pun terjamin. Apalagi kompos
dapat dibuat sendiri dari bahan-bahan yang mudah ditemukan, sehingga tidak memerlukan biaya banyak
dalam pembuatannya.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan pupuk kompos ini adalah :
1. Menghasilkan pupuk yang berkualitas (mengandung unsur hara yang tersedia bagi tanaman)
sehingga dapat meningkatkan kesuburan tanah
2. Memberdayakan kehidupan masyarakat khusunya peternak sapi dan kambing dengan
memanfaatkan produk sampingan (feses) bila dilakukan dalam skala besar
3. Menghindarkan pencemaran lingkungan dan limbah sampingan berupa feses di peternakan itu
sendiri dan lingkungan sekitar
4. Memperbaiki kondisi fisik, kimia dan biologi tanah
5. Memanfaatkan jerami padi yang kaya unsur K untuk dikembalikan lagi dalam bentuk kompos
sehingga unsurnya tidak hilang karena dibakar
6. Memanfaatkan daun-daun kering yang kaya unsur P
7. Dari bahan-bahan yang ada tersebut, maka dihasilkan pupuk majemuk yang memiliki unsur hara
makro lengkap yaitu N, P dan K tetapi prosentasenya belum diketahui dengan pasti
BAB II
PENETAPAN MASALAH
 Belum adanya pemanfaatkan produk sampingan (feses) kambing, kotoran ayam, daun-daun kering, limbah
rumah tangga dalam skala besar.
BAB III
LUARAN YANG DIHASILKAN
1. Masyarakat mengetahui cara pembuatan pupuk kompos yang bahan dasar nya ada dilingkungan sekitar
des Renah Lebar
2. Masyarakat mengetahui manfaat dari pupuk kompos untuk tanaman yang ada di kebun mereka
BAB IV
METODE PELAKSANAAN
4.1 Waktu dan Tempat pembuatan
a. Waktu Pelaksanaan : 9 April 2016
b. Tempat : Sekretariat KKN kelompok V Desa Renah Lebar
4.2 Cara Pembuatan Pupuk Kompos
4.2.1 Alat dan Bahan
a. Alat
1. Cangkul
2. Karung
3. Plastik
4. Ember
5. Kamera
6. Alat Tulis
b. Bahan
1. Feses sapi
2. Sekam padi
3. EM4
4. Gula pasir
5. Serbuk gergaji
6. Dedak
7. Air secukupnya
8. Pupuk Kompos
4.2.2 Metode Pembuatan Pupuk Kompos
1. Menyiapkan bahan-bahan yang dibutuhkan sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan.
2. Mencampur kotoran sapi/feses, dedak, serbuk gergaji dan sekam sampai homogen.
3. Melarutkan EM4 dan gula menggunakan air secukupnya
4. Membagai dua bagian kemudian disemprotkan campuran EM4, air dan gula pasir tiap ketinggian 30 cm
5. Menumpuk kembali bahan-bahan
6. Menutup dengan plastik hingga rapat (anaerob)
7. Melakukan pembalikan setiap seminggu sekali.
8. Membuka plastic penutup kompos
9. Mengaduk kompos sehingga kompos bagian atas dan bawah bisa tercampur
10. menumpuk kembali bahan-bahan
11. Menutup dengan plastik hingga rapat
12. Membuka plastik penutup kompos
13. Mengaduk kompos sehingga kompos bagian atas dan bawah bisa tercampur
14. Melakukan identifikasi meliputi kenampakan, warna, tekstur, bau, sifat, suhu
15. Produk pupuk kompos organik siap diaplikasikan
Ket :
a. Kotoran sapi diambil dari kandang ayam desa Renah Lebar
b. Kotoran kambing diambil dari kandang sapi desa Renah Lebar
c. Jerami padi diambil di area persawahan sekitar desa Renah Lebar
d. Daun-daun kering diambil dari lingkungan desa Renah Lebar
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kegiatan yang dilakukan dimulai dari kegiatan tahap 1 sampai 11 berupa pengumpulan bahan,
pembersihan bahan, pengeringan bahan, pencacahan bahan, pencampuran bahan/pemrosesan,
pemantauan temperatur, pH dan kelembaban, pembalikan, pematangan hingga dihasilkan produk pupuk
kompos organik yang siap kualitas kompos jadi.
Bahan yang telah dikumpulkan kemudian diproses, daun-daun kering dicacah hingga ukuran ± 2
cm, begitu pula dengan limbah rumah tangga. Semua bahan kemudian dicampurkan menjadi satu,
ditambah larutan EM4 sebagai dekomposer, larutan gula sebagai makanan mikroorganisme untuk
mempercepat pengomposan, dapat ditambahkan abu dapur untuk menambah unsur Ca, K dan Mg serta
untuk menetralkan pH. Lalu diukur suhu awal dan pH awal, suhu awal pengomposan yaitu 30 oC dan pH
6,5. Kompos awal tersebut lalu diletakkan di tepat terlindung dari cahaya matahari langsung dan hujan
agar tidak menganggu proses pengomposan. Selama proses pengomposan dilakukan pengamatan rutin
setiap hari dengan variabel yang diamati berupa suhu, pH, kelembaban, bau dan warna.
Setelah yakin kompos matang, dilakukan pengayakan untuk mendapatkan partikel yang sama,
memisahkan dari partikel kompos yang belum terdekomposisi, dan memisahkan kotoran-kotoran yang
ada. Hasil dari pengayakan didapatkan kompos yang siap diaplikasikan ketanaman baik kelapa sawit,
karet, padi dan tanaman hortikultura lainnya. Menurut (Sutedjo, 2002) kotoran sapi tergolong pupuk
dingin dimana perubahan-perubahan dalam menyediakan unsur hara tersedia bagi tanaman berlangsung
perlahan-lahan, oleh karena itu proses dekomposisinya juga berlangsung relatif lama.
Pupuk kompos organik yang dibuat berasal dari bahan-bahan yang mengandung unsur hara
esensial tinggi bagi tanaman, unsur hara Nitrogen didapat dari kotoran sapi, unsur hara Phosfor didapat
dari daun-daun kering, unsur hara kalium didapat dari kotoran kambing dan jerami padi. Selain itu dari
kesemua bahan juga terdapat kandungan N,P, K, Ca, Mg, S walaupun dalam presentase kecil, serta
mengandung unsur-unsur mikro seperti Zn, Cu, Mo, Co, B, Mn, dan Fe.
Pupuk kompos organik berasal dari campuran kotoran sapi dan kambing serta jerami padi yang
baik untuk memperbaiki sifat fisik tanah berupa memperbaiki struktur dan agregat tanah agar lebih subur
dan gembur, memperbaiki sifat kimia tanah dengan penyediaan unsur hara sebagai zat makanan bagi
tanaman, meningkatkan nilai kapasitas tukar Kation (KTK), dapat membentuk senyawa kompleks dengan
ion logam seperti Al, Fe, dan Mn, sehingga logam tersebut tidak meracuni tanaman, serta memperbaiki
sifat biologi tanah sebagai sumber energy, sumber bahan organik dan makanan bagi mikroba dan
mesofauna tanah. Untuk mengetahui kualitas kompos, juga dilakukan uji pada tanaman tanaman obat
keluarga (TOGA) di desa Renah Lebar. Media tanam TOGA terdiri dari tanah dan campuran pupuk
kompos organik.
Untuk pertumbuhan tanaman memasuki fase vegetatif dan generatif tentu tanaman memerlukan
tambahan unsur hara, tambahan bahan organik tanah yang dapat memperbaiki sifat fisika, kimia, dan
biologi tanah sehingga pertumbuhan tanaman dan produktifitas yang dihasilkan optimal. Oleh karena itu
diperlukan pupuk kompos organik sebagai pupuk organik yang baik untuk tanaman dan tidak merusak
tanah di masa mendatang.
Adapun aturan pemakaian pupuk kompos organik dalam tanaman yaitu campuran tanah dan
kompos sebagai media tanam bisa digunakan untuk tanaman hias /tanaman dalam pot, untuk tanaman
sayuran seperti tomat, cabai, sawi, kucai, bayam, dll. Jika pemakaian kompos dalam lahan yang luas,
misalnya untuk kelapa sawit, karet, jagung atau palawija maka diperlukan 2 ton/ha diberikan saat tanam
dengan dibenamkan di dekat lubang tanam.

BAB VI
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Pupuk kompos merupakan hasil penguraian parsial dari campuran bahan-bahan organik yang dapat
dipercepat secara artifisial oleh populasi berbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang
hangat, lembab, dan aerobik atau anaerobik.
2. Pupuk kompos dapat dibuat dari bahan-bahan organik seperti kotoran ternak baik kotoran sapi, kambing,
ayam, kuda, kerbau dan sebagainya, sisa-sisa pertanian seperti daun-daun kering, hasil pangksasn sisa
tanaman (tanaman kacang-kacangan/legum), jerami padi, sampah rumah tangga, sampah pasar, hijau-
hijauan, dan limbah industri.
3. Pupuk kompos dibuat dari bahan yang mengandung unsur hara esensial baik makro dan mikro yaang
terdiri dari campuran kotoran sapi, kotoran kambing, jerami padi, dan daun-daun kering.
4. Pupuk kompos diproses ± selama 1 minggu.
5. Pupuk kompos yang telah matang ditandai dengan warnanya yang berubah menjadi coklat kehitaman
menyerupai tanah, tidak berbau, teksturnya menyerupai tanah (remah), suhu pupuk mendekati suhu
ruang dari kenaikan suhu yang terjadi sebelumnya dan kelembaban kompos matang sekitar 30%.
6. Keunggulan Pupuk kompos yaitu dapat menyediakan unsur hara bagi tanaman dan dapat memperbaiki
sifat fisik, kimia, serta biologi tanah.
7. Aturan pemakaian pupuk kompos yang sesuai untuk tanaman yaitu campuran tanah dan kompos yang
dapat diaplikasikan untuk tanaman hias/tanaman dalam pot, untuk tanaman sayur seperti tomat, cabai,
sawi, kucai, bayam, dan jika pemakaian dalam wilayah luas untuk tanaman kelapa sawit dan karet maka
diperlukan 2 ton/ha kompos diaplikasikan saat tanam dengan dibenamkan di dekat lubang tanam.

DAFTAR PUSTAKA
Anonymous, 2009. http://pdpasartohaga.wordpress.com/kajian-management-instalasi-pengolahan-sampah-
organik-ipso/jerami-dapat-mensubstitusi-pupuk-KCl/. Diakses pada 01 Mei 2016
Anonymous, 2009. http://agrisci.ugm.ac.id/vol12_2/3.103-116.Gulma%20Siam pa% 20dodik.pdf. Diakses pada 01
Mei 2016
Anonymous, 2009. http://balittanah.litbang.deptan.go.id/dokumentasi/buku/pupuk3/pupukhijau.pdf. Diakses pad
01 Mei 2016
Djuarnani, Nan. 2005. Cara Cepat Membuat Kompos. PT. Agromedia Pustaka. Depok
Lingga, Pinus. 2006. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Depok
PEMBUATAN KOMPOS SKALA SEKOLAH
10/25/2015 08:15:00 AM Berita No comments

Kompos adalah salah satu jenis pupuk organik, terbuat dari sampah organik yang sebelumnya
telah mengalami proses pelapukan.

Bila dibandingkan dengan pupuk anorganik (pupuk kimia), kandungan zat hara kompos lebih
lengkap. Beberapa keunggulan kompos dibandingkan dengan pupuk kimia adalah sebagai
berikut:

Kompos:

1. Mengandung unsur hara makro dan mikro yang lengkap, meski jumlahnya sedikit.

2. Mampu memperbaiki struktur tanah, sehingga tanah kembali gembur.

3. Meningkatkan aktivitas mikroorganisme tanah yang menguntungkan.

4. Meningkatkan daya simpan air.

5. Membuat tanaman cenderung lebih tahan terhadap hama penyakit.

6. Membuat pertumbuhan dan produktivitas tanaman tetap terjaga.

Pupuk Kimia:

1. Hanya mengandung satu atau beberapa zat hara, dalam jumlah banyak.

2. Tidak mampu memperbaiki struktur tanah.

3. Membuat tanaman tidak tahan terhadap serangan penyakit.

4. Mudah menguap dan larut, sehingga penggunaan yang tidak tepat akan menjadi

sia-sia.
Kendati nyaris semua bahan organik dapat dimanfaatkan, namun ada beberapa diantaranya
yang sebaiknya tidak digunakan dalam pengomposan. Karena bahan-bahan tersebut dapat
menimbulkan bau busuk dan mengundang bibit penyakit pes. Berikut ini beberapa bahan yang
harus dihindari:

1. Daging, tulang dan duri ikan.

2. Produk yang terbuat dari susu.

3. Sisa makanan yang berlemak.

4. Kulit keras biji kenari, kulit telur, kulit kacang.

5. Arang, abu arang dan abu rokok.

6. Potongan tumbuhan yang tercemari bahan kimia atau terkena hama.

7. Rumput liar dengan biji yang telah matang. Jika akan memanfaatkannya, biji

rumput harus dimatikan terlebih dahulu dengan pemanasan. Bungkus bahan

tersebut dengan kantung sampah plastik berwarna hitam kemudian jemur

di bawah sinar matahari langsung selama 2-3 hari.

Ada 3 (tiga) cara membuat kompos yang bisa dilakukan dalam skala sekolah.

Cara Pertama adalah Pembuatan Kompos Secara Alami Tanpa Menggunakan Aktivator.

Bahan pembuatan kompos yang diperlukan adalah:

 Sampah Organik Segar, seperti potongan sayuran, buah, daun-daunan. Nasi atau
sayuran basi bisa juga digunakan dengan terlebih dahulu dibersihkan dari kuah, minyak atau
santan.
 Sampah Organik Kering (daun-daunan kering)
 Kompos yang sudah jadi
Perbandingan diantara ketiga bahan di atas adalah 1:1:1. Ketiga bahan diaduk merata dan
diperciki air dengan tingkat kelembaban sekitar 30%. Simpanlah campuran bahan tersebut
dalam suatu wadah tertutup yang memiliki lubang dibawahnya (komposter), lubang berfungsi
sebagai ventilasi udara dan aliran lindi (air sampah).

Tambahkanlah setiap hari dengan sampah yang ada, yang sebelumnya telah melalui
pencampuran dan penambahan air seperti komposisi di atas. Jika kompos akan digunakan
sebagai media tanam, tambahkanlah unsur tanah dalam tiap lapisannya.

Pembuatan kompos dengan cara pertama ini akan memakan waktu kurang lebih selama 2
(dua) bulan. Dalam proses nantinya kemungkinan akan muncul belatung dan bau, namun
demikian bila terus dilanjutkan akan menjadi kompos yang baik, apalagi jika ditambahkan
pula dengan kotoran ayam /burung /kambing /sapi dan bekatul. Kompos yang sudah jadi
dengan sempurna akan berubah bentuk dan berwarna kehitaman.

Cara Kedua adalah Pembuatan Kompos Dengan Menggunakan Aktivator.

Aktivator adalah bahan pemicu yang dapat mempercepat proses pembusukan dan dapat
menghilangkan bau. Aktivator terdiri dari bakteri, jamur dan ragi. Aktivator yang digunakan
dalam cara kedua ini adalah EM (Effective Microorganism) 4.

Bahan yang diperlukan untuk pembuatan kompos sama dengan pembuatan kompos cara
pertama. Persiapkan terlebih dahulu larutan aktivator dengan komposisi: 1 (satu) liter air + 2
(dua) tutup botol EM 4 + 3 (tiga) sendok makan gula pasir/merah. Diamkan selama 1 (satu)
malam. Campuran larutan aktivator dapat bertahan sampai dengan 3 (tiga) bulan.

Bahan baku kompos yang telah diaduk rata (lihat cara pertama di atas) diperciki dengan
larutan aktivator dengan tingkat kelembaban 30% (fungsi air pada cara pertama diganti
dengan larutan aktivator). Proses selanjutnya sama seperti membuat kompos cara pertama.
Dapat pula ditambahkan dengan kotoran binatang. Pembuatan kompos dengan cara kedua ini
memakan waktu kurang lebih 2 (dua) minggu.

Cara Ketiga adalah Pembuatan Kompos Dengan Menggunakan Cacing (lumbricus).

Cacing dapat digunakan untuk mempercepat proses pengomposan. Metode ini dikenal
dengan vermikomposting. Beberapa keuntungan penggunaan cacing dalam proses
pengomposan adalah:
1. Berlangsung secara aerobik, proses pengomposan tidak menimbulkan bau busuk
seperti pengomposan pada umumnya.
2. Waktu pengomposan menjadi lebih cepat
3. Kotoran cacing yang dihasilkan dapat dijadikan pupuk organik karena mengandung
unsur hara makro yang dibutuhkan tanaman dan mudah diserap.
Bahan yang dapat digunakan untuk membuat kompos dengan bantuan cacing adalah bahan
yang berserat tinggi seperti jerami,batang pisang sabut kelapa dan kertas. Setelah dipilih
bahan tersebut diangin-anginkan selama 2-3 minggu selama proses tersebut pembalikan dan
penyiraman bahan kompos dilakukan sebanyak 2 kali agar dicapai temperatur yang homogen
dan tidak panas.

Setelah itu bahan kompos diletakkan dalam kantong plastik. Setelah dimasukkan kedalam
plastik, bahan kompos diberi cacing. Cacing dipelihara selama 6 minggu dengan memberikan
pakan setiap 3 hari sekali. Pakan yang diberikan bisa berupa sayuran yang digiling atau
kotoran ternak.
Pemanenan dilakukan setelah seluruh bahan habis dimakan cacing dan tampak butiran
kotoran cacing pada bahan. Pemanenan dapat dilakukan dengan menumpuk bahan
seperti gundukan. Dengan cara ini cacing akanberpindah ke dasar gundukan untuk
menghindari panas matahari. Setelah dipanen produk yang dihasilkan dikeringkan kemudian
diayak. Pengayakan dilakukan untuk memisahkan bahan yang terlalu besar serta mengambil
cacing dan telur cacing. Cacing dapat dimasukan kedalam media baru atau untuk pakan
ternak/ikan yang dibudidayakan di sekolah.

Sekian dan terima kasih.


 Cetak

 Email

KATEGORI: SAINS DAN EDUKASI

DITULIS OLEH STP ADMINISTRATOR

DILIHAT: 11774

Pengolahan Sampah Organik "Pengomposan"

Sampah (refuse) adalah sebagian dari sesuatu yang tidak


dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang harus dibuang, yang umumnya berasal dari kegiatan yang dilakukan oleh
manusia (termasuk kegiatan industri), tetapi bukan biologis (karena human waste tidak termasuk didalamnya) dan
umumnya bersifat padat (Azwar, 1990). Sumber sampah bisa bermacam-macam, diantaranya adalah: dari rumah
tangga, pasar, warung, kantor, bangunan umum, industri, dan jalan.

Perkembangan dan pertumbuhan penduduk yang pesat di daerah perkotaan mengakibatkan daerah pemukiman
semakin luas dan padat. Peningkatan aktivitas manusia, lebih lanjut menyebabkan bertambahnya sampah. Faktor
yang mempengaruhi jumlah sampah selain aktivitas

penduduk antara lain adalah: jumlah atau kepadatan penduduk, sistem pengelolaan sampah, keadaan geografi,
musim dan waktu, kebiasaan penduduk, teknologi serta tingkat sosial ekonomi (Depkes RI., 1987).

Pengolahan sampah garbage (organik) secara biologis dan berlangsung dalam suasana aerobic dan anaerobic.
Dekomposisi sampah dengan bantuan bakteri, diperoleh kompos atau humus. Dekomposisi anaerobic berjalan
sangat lambat dan menimbulkan bau, tetapi dekomposisi aerobic berjalan relatif cepat dari
dekomposisi anaerobic dan kurang menimbulkan bau.
Berdasarkan komposisi kimianya, maka sampah dibagi menjadi sampah organik dan sampah anorganik. Penelitian
mengenai sampah padat di Indonesia menunjukkan bahwa 80% merupakan sampah organik, dan diperkirakan 78%
dari sampah tersebut dapat digunakan kembali. Menurut Murtadho dan Said (1987), sampah organik di bedakan
menjadi sampah organik yang mudah membusuk (misal: sisa makanan, sampah sayuran dan kulit buah) dan
sampah organic yang tidak mudah membusuk (misal : plastik dan kertas). Kegiatan atau aktivitas pembuangan
sampah merupakan kegiatan yang tanpa akhir. Oleh karena itu diperlukan system pengelolaan sampah yang baik.
Sementara itu, penanganan sampah perkotaan mengalami kesulitan dalam hal pengumpulan sampah dan upaya
mendapatkan tempat atau lahan yang benar-benar aman (Soeryani et al, 1997). Maka pengelolaan sampah dapat
dilakukan secara preventive, yaitu memanfaatkan sampah salah satunya seperti usaha pengomposan (Damanhuri,
1988).

Pengertian Kompos
Kompos merupakan hasil perombakan bahan organik oleh mikrobia dengan hasil akhir berupa kompos yang
memiliki nisbah C/N yang rendah. Bahan yang ideal untuk dikomposkan memiliki nisbah C/N sekitar 30, sedangkan
kompos yang dihasilkan memiliki nisbah C/N < 20. Bahan organik yang memiliki nisbah C/N jauh lebih tinggi di atas
30 akan terombak dalam waktu yang lama, sebaliknya jika nisbah tersebut terlalu rendah akan terjadi kehilangan N
karena menguap selama proses perombakan berlangsung. Kompos yang dihasilkan dengan fermentasi
menggunakan teknologi mikrobia efektif dikenal dengan nama bokashi. Dengan cara ini proses pembuatan kompos
dapat berlangsung lebih singkat dibandingkan cara konvensional.

Pengomposan pada dasarnya merupakan upaya


mengaktifkan kegiatan mikrobia agar mampu mempercepat proses dekomposisi bahan organik. Yang dimaksud
mikrobia disini bakteri, fungi dan jasad renik lainnya. Bahan organik disini merupakan bahan untuk baku kompos
ialah jerami, sampah kota, limbah pertanian, kotoran hewan/ ternak dan sebagainya. Cara pembuatan kompos
bermacam-macam tergantung: keadaan tempat pembuatan, budaya orang, mutu yang diinginkan, jumlah kompos
yang dibutuhkan, macam bahan yang tersedia dan selera si pembuat.

Perlu diperhatikan dalam proses pengomposan ialah kelembaban timbunan bahan kompos. Kegiatan dan kehidupan
mikrobia sangat dipengaruhi oleh kelembaban yang cukup, tidak terlalu kering maupun basah atau tergenang.

Aerasi timbunan

Aerasi berhubungan erat dengan kelengasan. Apabila terlalu anaerob mikrobia yang hidup hanya mikrobia anaerob
saja, mikrobia aerob mati atau terhambat pertumbuhannya. Sedangkan bila terlalu aerob udara bebas masuk ke
dalam timbunan bahan yang dikomposkan umumnya menyebabkan hilangnya nitrogen relatif banyak karena
menguap berupa NH3. Temperatur harus dijaga tidak terlampau tinggi (maksimum 60 derajat Celcius). Selama
pengomposan selalu timbul panas sehingga bahan organik yang dikomposkan temparaturnya naik; bahkan sering
temperatur mencapai 60 derajat Celcius. Pada temperatur tersebut mikrobia mati atau sedikit sekali yang hidup.
Untuk menurunkan temperatur umumnya dilakukan pembalikan timbunan bakal kompos. Proses pengomposan
kebanyakan menghasilkan asam-asam organik, sehingga menyebabkan pH turun. Pembalikan timbunan mempunyai
dampak netralisasi kemasaman.

Netralisasi kemasaman sering dilakukan dengan menambah bahan pengapuran misalnya kapur, dolomit atau abu.
Pemberian abu tidak hanya menetralisasi tetapi juga menambah hara Ca, K dan Mg dalam kompos yang dibuat.
Kadang-kadang untuk mempercepat dan meningkatkan kualitas kompos, timbunan diberi pupuk yang mengandung
hara terutama P. Perkembangan mikrobia yang cepat memerlukan hara lain termasuk P. Sebetulnya P disediakan
untuk mikrobia sehingga perkembangannya dan kegiatannya menjadi lebih cepat. Pemberian hara ini juga
meningkatkan kualitas kompos yang dihasilkan karena kadar P dalam kompos lebih tinggi dari biasa, karena residu P
sukar tercuci dan tidak menguap.

Manfaat Kompos
Pada dasarnya kompos dapat
meningkatkan kesuburan kimia dan fiisik tanah yang selanjutnya akan meningkatkan produksi tanaman. Pada
tanaman hortikultura (buah-buahan, tanaman hias, dan sayuran) atau tanaman yang sifatnya perishable ini hampir
tidak mungkin ditanam tanpa kompos. Demikian juga di bidang perkebunan, penggunaan kompos terbukti dapat
meningkatkan produksi tanaman. Di bidang kehutanan, tanaman akan tumbuh lebih baik dengan kompos.
Sementara itu, pada perikanan, umur pemeliharaan ikan berkurang dan pada tambak, umur pemeliharaan 7 bulan
menjadi 5?6 bulan.

Kompos membuat rasa buah-buahan dan sayuran lebih enak, lebih harum dan lebih masif. Hal inilah yang
mendorong perkembangan tanaman organik, selain lebih sehat dan aman karena tidak menggunakan pestisida dan
pupuk kimia rasanya lebih baik, lebih getas, dan harum. Penggunaan kompos sebagai pupuk organik saja akan
menghasilkan produktivitas yang terbatas. Penggunaan pupuk buatan saja (urea, SP, MOP, NPK) juga akan
memberikan produktivitas yang terbatas. Namun, jika keduanya digunakan saling melengkapi, akan terjadi sinergi
positif. Produktivitas jauh lebih tinggi dari pada penggunaan jenis pupuk tersebut secara masing-masing. Selain itu,
air lindi yang dianggap mencemarkan sumur di lingkungan TPA dapat dijadikan pupuk cair atau diolah terlebih dahulu
sebelum dialirkan ke saluran umum. Keuntungan lainnya dengan dihilangkannya TPA (tempat pembuangan akhir)
dan diganti dengan TPK (tempat pengolahan kompos) alias pabrik kompos, lahan untuk sampah ini tidak berpindah-
pindah, cukup satu tempat untuk kegiatan yang berkesinambungan.

Bagaimana Kompos Terjadi? Sampah organik secara alami akan mengalami peruraian oleh berbagai jenis mikroba,
binatang yang hidup di tanah, enzim dan jamur. Proses peruraian ini memerlukan kondisi tertentu, yaitu suhu, udara
dan kelembaban. Makin cocok kondisinya, makin cepat pembentukan kompos, dalam 4-6 minggu sudah jadi. Apabila
sampah organik ditimbun saja, baru berbulan-bulan kemudian menjadi kompos. Dalam proses pengomposan akan
timbul panas karena aktivitas mikroba. Ini pertanda mikroba mengunyah bahan organik dan merubahnya menjadi
kompos. Suhu optimal untk pengomposan dan harus dipertahankan adalah 45°C - 65°C. Jika terlalu panas harus
dibolak-balik, setidak-tidaknya setiap 7 hari.

Pengelolaan Sampah Dengan Membuatnya Menjadi Kompos


Salah satu dari pola hidup hijau yang dapat kita laksanakan adalah mengelola sampah organik rumah tangga,
dengan membuatnya menjadi kompos. Kompos adalah pupuk yang dibuat dari sampah organik. Pembuatannya tidak
terlalu rumit, tidak memerlukan tempat luas dan tidak memerlukan banyak peralatan dan biaya. Hanya memerlukan
persiapan pendahuluan, sesudah itu kalau sudah rutin, tidak merepotkan bahkan selain mengurangi masalah
pembuangan sampah, kompos yang dihasilkan dapat dimanfaatkan sendiri, tidak perlu membeli.

1. Pilahkan sampah organik (sampah dapur dan halaman) dan sampah non organik, komposisi terbesar dari sampah
rumah tangga sekitar 70% sebenarnya adalah sampah organik dan ini bisa ditahan di rumah, dan diolah menjadi
kompos. Jenis sampah organik yang bisa diolah menjadi kompos itu adalah sampah sayur baru sisa sayur basi, tapi
ini harus dicuci dulu, peras, lalu buang airnya sisa nasi sisa ikan, ayam, kulit telur sampah buah (anggur, kulit jeruk,
apel, dll). Dalam keadaan terpotong-potong, tidak termasuk kulit buah yang keras seperti kulit salak.
2. Sampah organik yang tidak bisa diolah : protein seperti daging, ikan, udang, juga lemak, santan, susu (karena
mengundang lalat sehingga tumbuh belatung) biji-biji yang utuh atau keras seperti biji salak, asam, lengkeng, alpukat
dan sejenisnya. Buah utuh yang tidak dimakan karena busuk dan berair seperti pepaya, melon, jeruk, anggur.

Kompos berguna untuk memperbaiki struktur tanah, zat makanan yang diperlukan tumbuhan akan tersedia. Mikroba
yang ada dalam kompos akan membantu penyerapan zat makanan yang dibutuhkan tanaman. Tanah akan menjadi
lebih gembur. Tanaman yang dipupuk dengan kompos akan tumbuh lebih baik. Pengomposan merupakan salah satu
alternatif pengolahan limbah padat organik (organik solid waste) yang dapat diterapkan di Indonesia, mengingat
bahan baku terutama sampah perkotaan (municipal waste) tersedia berlimpah, dan teknologi tepat guna untuk
proses pengomposan pun telah cukup dikuasai.

Dari sisi kepentingan lingkungan, pengomposan dapat mengurangi volume sampah perkotaan yang dibuang ke
Tempat Pembuangan Akhir (TPA), karena sebagian di antaranya khususnya sampah padat organik dimanfaatkan
ulang dan diolah menjadi kompos. Dari sisi ekonomi, pengomposan sampah padat organik mengandung arti, bahwa
barang yang semula tidak memiliki nilai ekonomis dan bahkan memerlukan biaya yang cukup mahal untuk
menanganinya serta akhir-akhir ini sering menimbulkan masalah sosial, ternyata dapat diubah menjadi produk yang
bermanfaat dan bernilai ekonomis cukup menjanjikan.
Spesifikasi Kompos

 Kandungan Hara

Kompos yang baik mengandung unsur hara makro Nitrogen > 1,5 % , P2O5 (Phosphat) > 1 % dan K20 (Kalium ) >
1,5 %, disamping unsur mikro lainnya. C/N ratio antara 15-20, diatas atau dibawah itu kurang baik. Untuk
kepentingan bisnis, pupuk kompos yang dihasilkan harus mempunyai kualitas yang ajek dan supply yang
berkesinambungan.

Pupuk kompos untuk tanaman organik, jika unsur haranya kurang dapat ditambah dengan bahan organik lainnya.
Nitrogen dapat ditambahkan urine ternak, mikroba pengikat Nitrogen, pupuk organik yang berasal dari hewani seperti
ikan, darah, dll. Phosphat dapat ditambahkan dari pupuk guano atau rock phosphat, dapat juga dicampurkan dengan
mikroba pelepas phosphat. Kalium dapat ditambahkan dari arang/abu batok kelapa/kelapa sawit, abu
bekas incenerator, dan lain-lain.

Pupuk kompos yang tidak diperuntukkan bagi tanaman organik, selain dari campuran di atas dapat pula diberikan
campuran dengan pupuk buatan. Jadi, pupuk seperti ini hanya dipergunakan untuk tanaman non-organik. Karena
bahan baku sampah tidak tetap, diperlukan campuran dengan bahan lain agar kualitasnya terjaga. Quality
control harus diterapkan di sini, sehingga orang yang membeli benar-benar puas.

 Jenis kompos

Produksi kompos dapat dibedakan ke dalam tiga kelompok:

1. Kompos murni. Pupuk ini ditujukan untuk lahan tanaman organik, namun juga dapat digunakan untuk lahan
pertanian nonorganik.

2. Kompos plus mikroba (pengikat N dan pelepas P). Pupuk yang telah diperkaya ini juga diperuntukkan untuk lahan
pertanian organik, namun juga dapat digunakan untuk lahan pertanian nonorganik (biasa).

3. Kompos plus pupuk buatan. Pupuk ini hanya dapat digunakan untuk lahan pertanian non-organik.
Kompos apabila dilihat dari proses pembuatannya dapat dibagi menjadi 2 macam, yaitu: Kompos yang diproses
secara alami, dan Kompos yang diproses dengan campur tangan manusia. Yang dimaksud dengan pembuatan
kompos secara alami adalah pembuatan kompos yang dalam proses pembuatannya berjalan dengan sendirinya,
dengan sedikit atau tanpa campur tangan manusia. Manusia hanya membantu mengumpulkan bahan, menyusun
bahan, untuk selanjutnya proses composting/ pengomposan berjalan dengan sendirinya. Kompos yang dibuat secara
alami memerlukan waktu pembuatan yang lama, yaitu mencapai waktu 3-4 bulan bahkan ada yang mencapai 6 bulan
dan lebih. Yang dimaksud dengan pembuatan kompos dengan campur tangan manusia adalah pembuatan kompos
yang sejak dari penyiapan bahan (pengadaan bahan dan pemilihan bahan), perlakuan terhadap bahan,
pencampuran bahan, pengaturan temperatur, pengaturan kelembaban dan pengaturan konsentrasi oksigen, semua
dilakukan dibawah pengawasan manusia.

Proses pembuatan kompos yang dibuat dengan campur tangan manusia biasanya dibantu dengan penambahan bio-
aktivator pengurai bahan baku kompos. Aktivator pembuatan kompos terdapat bermacam?macam merk dan produk,
tetapi yang paling penting dalam menentukan aktivator ini adalah bukan merk aktivatornya, akan tetapi apa yang
terkandung didalam aktivator tersebut, berapa lama aktivator tersebut telah diuji cobakan, apakah ada pengaruh dari
unsur aktivator tersebut terhadap manusia, terhadap ternak, terhadap tumbuh-tumbuhan maupun pengaruh terhadap
organisme yang ada di dalam tanah atau dengan kata lain pengaruh terhadap lingkungan hidup disamping itu juga
harus dilihat hasil kompos seperti apa yang diperoleh.
Tujuan dari pembuatan kompos yang diatur secara cermat seperti sudah disinggung diatas adalah untuk
mendapatkan hasil akhir kompos jadi yang memiliki standar kualitas tertentu. Diantaranya adalah memiliki nilai C/N
ratio antara 10-12. Kelebihan dari cara pembuatan kompos dengan campur tangan manusia dan menggunakan
bahan aktivator adalah proses pembuatan kompos dapat dipercepat menjadi 2-4 minggu.

Metode Pembuatan Kompos


Terdapat beberapa metoda pembuatan kompos yang umum dilakukan, yaitu:

1. Wind Row system

2. Aerated Static Pile

3. In Vessel

Ketiga sistem ini telah banyak dioperasionalkan secara luas. Dari ketiga sistem ini mana yang dapat menghasilkan
kompos yang terbaik tidaklah penting, karena masing-masing sistim mempunyai kelebihan dan kekurangannya
masing-masing.

 Sistem Wind Row

Wind Row System adalah proses pembuatan kompos yang paling sederhana dan paling murah. Bahan baku
kompos ditumpuk memanjang, tinggi tumpukan 0.6 sampai 1 meter, lebar 2-5 meter. Sementara itu panjangnya
dapat mencapai 40-50 meter. Sistim ini memanfaatkan sirkulasi udara secara alami. Optimalisasi lebar, tinggi dan
panjang nya tumpukan sangat dipengaruhi oleh keadaan bahan baku, kelembaban, ruang pori, dan sirkulasi udara
untuk mencapai bagian tengah tumpukan bahan baku. Idealnya adalah pada tumpukan bahan baku ini harus dapat
melepaskan panas, untuk mengimbangi pengeluaran panas yang ditimbulkan sebagai hasil proses dekomposisi
bahan organik oleh mikroba. Windrow sistim ini merupakan sistim proses komposting yang baik yang telah berhasil
dilakukan di banyak tempat untuk memproses pupuk kandang, sampah kebun, lumpur selokan, sampah kota dll.
Untuk mengatur temperatur, kelembaban dan oksigen, pada windrow sistim ini, maka dilakukan proses pembalikan
secara periodik Inilah secara prinsip yang membedakannya dari sistim pembuatan kompos yang lain. Kelemahan
dari sistim Windrow ini adalah memerlukan areal lahan yang cukup luas.

 Sistem Aerated Static Pile

Sistim pembuatan kompos lainnya yang lebih maju adalah Aerated Static Pile. Secara prinsip proses komposting ini
hampir sama, dengan windrow sistim, tetapi dalam sistim ini dipasang pipa yang dilubangi untuk mengalirkan udara.
Udara ditekan memakai blower. Karena ada sirkulasi udara, maka tumpukan bahan baku yang sedang diproses
dapat lebih tinggi dari 1 meter. Proses itu sendiri diatur dengan pengaliran oksigen. Apabila temperatur terlalu tinggi,
aliran oksigen dihentikan, sementara apabila temperatur turun aliran oksigen ditambah. Karena tidak ada proses
pembalikan, maka bahan baku kompos harus dibuat sedemikian rupa homogen sejak awal. Dalam pencampuran
harus terdapat rongga udara yang cukup. Bahan-bahan baku yang terlalu besar dan panjang harus dipotong-potong
mencapai ukuran 4-10 cm.
 Sistem In Vessel

Sistem yang ketiga adalah sistim In Vessel Composting. Dalam sistim ini dapat mempergunakan kontainer berupa
apa saja, dapat silo atau parit memanjang. Karena sistim ini dibatasi oleh struktur kontainer, sistim ini baik digunakan
untuk mengurangi pengaruh bau yang tidak sedap seperti bau sampah kota. Sistim in vessel juga mempergunakan
pengaturan udara sama seperti sistim Aerated Static Pile. Sistim ini memiliki pintu pemasukan bahan kompos dan
pintu pengeluaran kompos jadi yang berbeda.
Standarisasi Pembuatan Kompos
Dengan mengetahui bahwa kualitas kompos sangat dipengaruhi oleh proses pengolahan, sedangkan proses
pengolahan kompos sendiri sangat dipengaruhi oleh kelembaban dan perbandingan C dan N bahan baku, maka
untuk menentukan standarisasi kompos adalah dengan membuat standarisasi proses pembuatan kompos serta
standarisasi bahan baku kompos, sehingga diperoleh kompos yang memiliki standar tertentu. Setelah standar
campuran bahan baku kompos dapat dipenuhi yaitu kelembaban ideal 50-60 persen dan mempunyai perbandingan
C / N bahan baku 30 : 1, masih terdapat hal lain yang harus sangat diperhatikan selama proses pembuatan kompos
itu berlangsung, yaitu harus dilakukan pengawasan terhadap temperature, kelembaban, odor atau aroma, dan pH.

Pengamatan Temperatur
Temperatur adalah salah satu indikator kunci di dalam pembuatan kompos.

1. Apakah panasnya naik?

2. Sampai temperatur berapa panas yang dapat dicapai?

3. Dalam berapa lama panas tersebut dapat dicapai?


4. Berapa lama panas tersebut dapat berlangsung?

5. Apa arti dari keadaan-keadaan tersebut?

6. Campuran bahan-bahan seperti apa yang dapat mempengaruhi profil temperatur?

Panas ditimbulkan sebagai suatu hasil sampingan proses yang dilakukan oleh mikroba untuk mengurai bahan
organik. Temperatur ini dapat digunakan untuk mengukur seberapa baik sistim pengomposan ini bekerja, disamping
itu juga dapat diketahui sejauh mana dekomposisi telah berjalan. Sebagai ilustrasi, jika kompos naik sampai
temperatur 40°C - 50°C, maka dapat disimpulkan bahwa campuran bahan baku kompos cukup mengandung bahan
Nitrogen dan Carbon dan cukup mengandung air (kelembabannya cukup) untuk menunjang pertumbuhan
microorganisme. Pengamatan temperatur harus dilakukan dengan menggunakan alat uji temperatur yang dapat
mencapai jauh ke dalam tumpukan kompos. Tunggu sampai beberapa saat sampai temperatur stabil.

Kemudian lakukan lagi di tempat yang berbeda. Lakukanlah pengamatan tersebut di beberapa lokasi, termasuk pada
berbagai kedalaman dari tumpukan kompos. Kompos dapat memiliki kantong-kantong yang lebih panas dan ada
kantong-kantong yang dingin. Semuanya sangat bergantung kepada kandungan uap air (kelembaban) dan
komposisi kimia bahan baku kompos. Maka akan diperoleh peta gradient temperatur. Dengan menggambarkan grafik
temperatur dan lokasi-lokasinya sejalan dengan bertambahnya waktu, maka dapat dijelaskan:

1. Sudah berapa jauh proses dekomposisi berjalan

2. Seberapa baik komposisi campuran bahan baku tersebut

3. Seberapa rata campuran tersebut dan dibagian mana campuran tidak rata

4. Dibagian mana sirkulasi udara berjalan normal dan dibagian mana kurang normal

Dari informasi diatas, maka dapat diambil keputusan langkah-langkah apa yang harus dilakukan untuk mencapai
hasil akhir dan memperoleh kompos dengan kualitas yang diinginkan. Pada proses komposting yang baik, maka
temperatur 40°C - 50°C dapat dicapai dalam 2 - 3 hari. Kemudian dalam beberapa hari berikutnya temperatur akan
meningkat sampai bahan baku yang didekomposisi oleh mikroorganisme habis. Dari situ barulah temperatur akan
turun.

Dari beberapa kali proses pembuatan kompos dengan sistim Windrow, dengan memakai campuran bahan baku
kompos terdiri dari kotoran sapi, kotoran ayam, kotoran kambing, dedak dan jerami, perubahan temperatur mencapai
40°C – 50 °C dapat dicapai dalam waktu 3 (tiga) hari. Oleh karena itu pembalikan kompos dilakukan pada hari ke 4
(empat). Setelah pembalikan pertama temperatur akan turun, lalu naik lagi sampai mencapai 55°C – 60°C pada hari
ke-6. Oleh karena itu dilakukan lagi pembalikan ke dua pada hari ke 6 (enam) atau 3 hari setelah pembalikan
pertama, setelah pembalikkan temperatur akan turun dan naik lagi sampai 55°C – 60°C pada hari ke 9 (sembilan).
Pada hari ke 9 (sembilan) ini atau 3 hari setalah pembalikkan ke dua dilakukan lagi pembalikan ke 3 (tiga). Apabila
komposisi campuran bahan baku tepat, temperatur akan stabil sampai hari ke 12 (dua belas) dan seterusnya, untuk
kemudian turun dan stabil pada temperatur tertentu. Pada hari ke 14 tumpukan kompos dapat mulai dibuka untuk
didinginkan dan kemudian selanjutnya dilakukan penyaringan dan pengepakan.

Pengamatan Kelembaban
Pembuatan kompos akan berlangsung dengan baik pada satu keadaan campuran bahan baku kompos yang memiliki
kadar uap air antara 40 – 60 persen dari beratnya. Pada keadaan level uap air yang lebih rendah, aktivitas
mikroorganisme akan terhambat atau berhenti sama sekali. Pada keadaan level kelembaban yang lebih tinggi, maka
prosesnya kemungkinan akan anerobik, yang akan menyebabkan timbulnya bau busuk. Ketika bahan baku kompos
dipilih untuk kemudian dicampur, kadar uap air dapat diukur atau diperkirakan. Setelah proses pembuatan kompos
berlangsung, pengukuran kelembaban tidak perlu diulangi, tetapi dapat langsung diamati tingkat kecukupan
kandungan uap air tersebut. Apabila proses pembuatan kompos sedang berjalan, lalu kemudian muncul bau busuk,
sudah dapat dipastikan kompos mengandung kadar air berlebihan. Kelebihan uap air ini telah mengisi ruang pori,
sehingga menghalangi diffusi oksigen melalui bahan?bahan kompos tersebut. Inilah yang membuat keadaan menjadi
anaerobik.

Pencampuran bahan baku dengan potongan 4 – 10 cm, seperti bahan jerami, potongan kayu, kertas karton, serbuk
gergaji dll dapat mengurangi permasalahan ini. Apabila melakukan pembuatan kompos dengan memakai sistim
aerated static pile ataupun sistim in Vessel, berhati?hatilah dalam menambahkan udara (oksigen), jangan sampai
menyebabkan kompos menjadi kering . Indikasinya adalah perhatikan temperatur, jika temperatur menurun lebih
cepat dari biasanya, maka ada kemungkinan kompos terlalu kering.

Pengamatan Odor/ Aroma


Jika proses pembuatan kompos berjalan dengan normal, maka tidak boleh menghasilkan bau yang menyengat (bau
busuk). Walaupun demikian dalam pembuatan kompos tidak akan terbebas sama sekali dari adanya bau. Dengan
memanfaatkan indra penciuman, dapat dijadikan sebagai alat untuk mendeteksi permasalahan yang terjadi selama
proses pembuatan kompos. Sebagai gambaran, jika tercium bau amonia, patut diduga campuran bahan kompos
kelebihan bahan yang mengandung unsur Nitrogen (ratio C/N terlalu rendah). Untuk mengatasinya tambahkanlah
bahan?bahan yang mengandung C/N tinggi, misalnya berupa:

1. Potongan jerami

2. Potongan kayu

3. Serbuk gergaji

4. Potongan kertas koran atau karton

Jika tercium bau busuk, mungkin campuran kompos terlalu banyak mengandung air. Apabila ini terjadi, lakukanlah
pembalikan (pada sistim windrow), tambahkan oksigen pada sistim Aerated Static Pile atau In Vessel.

Pengamatan Ph
Pengamatan pH kompos berfungsi sebagai indikator proses dekomposisi kompos. Mikroba kompos akan bekerja
pada keadaan pH netral sampai sedikit masam, dengan kisaran pH antara 5.5 sampai 8. Selama tahap awal proses
dekomposisi, akan terbentuk asam-asam organik. Kondisi asam ini akan mendorong pertumbuhan jamur dan akan
mendekomposisi lignin dan selulosa pada bahan kompos. Selama proses pembuatan kompos berlangsung, asam-
asam organik tersebut akan menjadi netral dan kompos menjadi matang biasanya mencapai pH antara 6 – 8. Jika
kondisi anaerobik berkembang selama proses pembuatan kompos, asam-asam organik akan menumpuk.

Pemberian udara atau pembalikan kompos akan mengurangi kemasaman ini. Penambahan kapur dalam proses
pembuatan kompos tidak dianjurkan. Pemberian kapur (Kalsium Karbonat, CaCo3) akan menyebabkan terjadinya
kehilangan nitrogen yang berubah menjadi gas Amoniak. Kehilangan ini tidak saja menyebabkan terjadinya bau,
tetapi juga menimbulkan kerugian karena menyebabkan terjadinya kehilangan unsur hara yang penting, yaitu
nitrogen. Nitrogen sudah barang tentu lebih baik disimpan dalam kompos untuk kemudian nanti digunakan oleh
tanaman untuk pertumbuhannya.

Ciri-Ciri Kompos Jadi


Setelah semua proses pembuatan kompos dilakukan, mulai dari pemilihan bahan, pengadaan bahan, perlakuan
bahan, penyusunan bahan, pencampuran bahan, pengamatan proses, pembalikan kompos sampai dengan jadi
kompos. Selanjutnya adalah pengetesan sederhana terhadap kompos.

1. Apakah kompos yang dibuat tersebut sudah jadi dengan baik?


2. Apa saja ciri-cirinya?

Ciri-ciri kompos sudah jadi dan baik adalah:

 Warna kompos biasanya coklat kehitaman

 Kompos yang baik tidak mengeluarkan aroma yang menyengat, tetapi mengeluarkan aroma lemah seperti
bau tanah atau bau humus hutan Apabila dipegang dan dikepal, kompos akan menggumpal. Apabila ditekan dengan
lunak, gumpalan kompos akan hancur dengan mudah.

Penyimpanan Kompos
Kompos apabila sudah jadi, sebaiknya disimpan sampai 1 atau 2 bulan untuk mengurangi unsur beracun, walaupun
penyimpanan ini akan menyebabkan terjadinya sedikit kehilangan unsur yang diperlukan seperti Nitrogen. Tetapi
secara umum kompos yang disimpan dahulu lebih baik. Penyimpanan kompos harus dilakukan dengan hati?hati,
terutama yang harus dijaga adalah:

1. Jaga kelembabannya jangan sampai < 20 persen dari bobotnya

2. Jaga jangan sampai kena sinar matahari lansung (ditutup)

3. Jaga jangan sampai kena air / hujan secara langsung (ditutup)


Apabila akan dikemas, pilih bahan kemasan yang kedap udara dan tidak mudah rusak. Bahan kemasan tidak tembus
cahaya matahari lebih baik. Kompos merupakan bahan yang apabila berubah, tidak dapat kembali ke keadaan
semula (Ireversible). Apabila kompos mengering, unsur hara yang terkandung didalamnya akan ikut hilang bersama
dengan air dan apabila kompos ditambahkan air kembali maka unsur hara yang hilang tadi tidak dapat kembali lagi.
Demikian juga dengan pengaruh air hujan. Apabila kompos kehujanan, unsur hara akan larut dan terbawa air hujan.
Kemasan kompos sebaiknya bahan yang kedap adalah untuk menghindarkan kehilangan kandungan air. Kemasan
yang baik membuat Kompos mampu bertahan sampai lebih dari 3 tahun.

Keunggulan dan Kekurangan Kompos


Pupuk organik mempunyai sangat banyak kelebihan namun juga memiliki kekurangan bila dibandingkan dengan
pupuk buatan atau kimi (anorganik).

Kekurangan

Kandungan unsur hara jumlahnya kecil, sehingga jumlah pupuk yang diberikan harus relatif banyak bila
dibandingkan dengan pupuk anorganik. Karena jumlahnya banyak, menyebabkan memerlukan tambahan biaya
operasional untuk pengangkutan dan implementasinya. Dalam jangka pendek, apalagi untuk tanah?tanah yang
sudah miskin unsur hara, pemberian pupuk organik yang membutuhkan jumlah besar sehingga menjadi beban biaya
bagi petani. Sementara itu reaksi atau respon tanaman terhadap pemberian pupuk organik tidak se?spektakuler
pemberian pupuk buatan.

Keunggulan
Pupuk organik mengandung unsur hara yang lengkap, baik unsur hara makro maupun unsur hara mikro. Kondisi ini
tidak dimiliki oleh pupuk buatan (anorganik). Pupuk organik mengandung asam-asam organik, antara lain asam
humic, asam fulfic, hormon dan enzymyang tidak terdapat dalam pupuk buatan yang sangat berguna baik bagi
tanaman maupun lingkungan dan mikroorganisme. Pupuk organik mengandung makro dan mikro-organisme tanah
yang mempunyai pengaruh yang sangat baik terhadap perbaikan sifat fisik tanah dan terutama sifat biologis tanah.
1. Memperbaiki dan menjaga struktur tanah

2. Menjadi penyangga pH tanah

3. Menjadi penyangga unsur hara anorganik yang diberikan

4. Membantu menjaga kelembaban tanah

5. Aman dipakai dalam jumlah besar dan berlebih sekalipun

6. Tidak merusak lingkungan


5 Cara Pembuatan Pupuk Kompos dari Sampah Bekas yang
Mudah
SENIN, 18 SEPTEMBER 2017

Pembuatan pupuk kompos dari sampah bekas – Setiap rumah tangga pasti
menghasilkan limbah baik itu limbah organik maupun limbah anorganik. Berbagai
macam bentuk limbah pun dihasilkan mulai dari yang cair maupun yang padat. Jika
limbah tersebut tidak diolah dengan baik bisa mencemari lingkungan sehingga
diperlukan pengolahan limbah yang baik dan benar. Salah satu pengolahan limbah
yang sering dilakukan oleh masyarakat adalah pembuatan pupuk kompos. Sampah
yang tadinya tidak berguna bisa diubah menjadi pupuk kompos yang lebih berguna.
Simak cara pembuatan pupuk kompos dari sampah bekas berikut ini:
1. Mengumpulkan Sampah
Cara pembuatan pupuk kompos dari sampah bekas yang pertama adalah
mengumpulkan sampah. Sampah yang Anda kumpulkan harus dipisah antara yang
organik maupun yang non organik. Sampah yang bisa digunakan dan di daur ulang
menjadi pupuk kompos adalah sampah yang organik. Anda bisa mendapatkannya dari
sisa sayur segar yang tidak dimasak. Ketika Anda memasak sayur tentu ada bagian
sayur yang tidak Anda masak misalnya saja adalah pada batang akar sayuran dan
daun sayuran yang sudah tua.

2. Proses Pencacahan
Setelah Anda mengumpulkan semua sampah organik tersebut langkah selanjutnya
adalah melakukan pencacahan yang bertujuan agar sampah organik tersebut menjadi
lebih lembut. Buatlah sampah sayur organik menjadi berukuran 1 sampai dengan 2 cm.
3. Proses Pendiaman
Agar bisa menjadi pupuk kompos, Anda harus mendiamkan sampah organik yang
sudah di cincang tersebut. Fungsi mendiamkan sampah organik tersebut agar terjadi
pembusukan. Mempercepat proses pembusukan Anda bisa menggunakan larutan EM4
atau bisa juga menunggu sampah tersebut membusuk sendiri namun prosesnya
lumayan lama.

4. Tutup Rapat
Mendiamkan sampah organik tersebut harus di tempat yang tertutup rapat dan kedap
udara. Udara bisa membuat proses pembusukan tidak berjalan dengan sempurna.
Akan lebih efektif jika Anda mendiamkan sampah organik tersebut di ember yang
memiliki tutup rapat. Ketika Anda ingin menambahkan sampah harus ditambahkan
larutan EM4 agar pembusukan bisa lebih sempurna dan merata.

5. Tunggu Sampai 2 Minggu


Diamkan pupuk tersebut selama 2 minggu lamanya agar pembusukan sempurna.
Selama 2 minggu tersebut Anda harus mengaduk pupuk di dalam ember selama 3 hari
sekali. Jangan terlalu sering mengaduk dan jangan terlalu jarang. Waktu maksimal
untuk pengadukan adalah 3 hari sekali. Selama 2 minggu tersebut akan dua jenis
pupuk kompos yang dihasilkan yaitu padat dan cair.
Cara Penggunaan
Agar berfungsi maksimal, Anda harus tahu bagaimana cara menggunakan pupuk
tersebut untuk penanaman tumbuhan. Khusus pupuk yang padat harus dikeringkan
terlebih dahulu dengan cara di angin-anginkan dan yang cair bisa langsung
diaplikasikan di media tanam dengan catatan harus dicampurkan dengan air kapur sirih
supaya tidak berbau, perbandingannya adalah 1:5 begitu pula dengan yang pupuk
padat.

Kini Anda bisa membuat pupuk sendiri yang mana pupuk tersebut bisa menunjang
produktivitas dalam sektor pertanian. Semoga cara pembuatan pupuk kompos dari
sampah bekas yang dijelaskan diatas bermanfaat.

Anda mungkin juga menyukai