Disusun Oleh :
KELOMPOK 2
Abdul Salam Butolo 811416028
Megi Yuliani Rahman 811416020
Sri Yulinda Datau 811416034
Suhaya Tengkengan 811416004
Febri Sintia Palilati 811416
Penyusun
A. Latar Belakang
Kompos merupakan pupuk organik yang berasal dari sisa tanaman dan
kotoran hewan yang telah mengalami proses dekomposisi atau pelapukan.
Proses pembuatan kompos (komposting) dapat dilakukan dengan cara aerobik
maupun anaerobik. Kompos yang baik digunakan di lahan adalah yang sudah
matang dan dicirikan oleh warna yang sudah berbeda dengan warna bahan
pembentuknya, tidak berbau, kadar air rendah dan sesuai suhu tanah.
Bahan pembuatan pupuk kompos pada umumnya menggunakan kotoran
sapi. Hal ini dikarenakan bahan tersebut mudah didapatkan dan
pengolahannya tidak sulit. Kotoran sapi juga mempunyai kandungan N, P dan
K yang tinggi sebagai pupuk kompos, sehingga dapat mensuplai unsur hara
yang dibutuhkan tanah dan memperbaiki struktur tanah menjadi lebih baik
(Iwan dalam Kurnia. 2015)
Menurut pendapat Rahayu et a1l., (2007), kotoran yang baru dihasilkan
sapi tidak dapat langsung diberikan sebagai pupuk tanaman, tetapi harus
mengalami proses pengomposan terlebih dahulu. Beberapa alasan mengapa
bahan organik seperti kotoran sapi perlu dikomposkan sebelum dimanfaatkan
sebagai pupuk tanaman antara lain adalah: 1) bila tanah mengandung cukup
udara dan air, penguraian bahan organik berlangsung cepat sehingga dapat
mengganggu pertumbuhan tanaman, 2) penguraian bahan segar hanya sedikit
sekali memasok humus dan unsur hara ke dalam tanah, 3) struktur bahan
organik segar sangat kasar dan daya ikatnya terhadap air kecil, sehingga bila
langsung dibenamkan akan mengakibatkan tanah menjadi sangat remah, 4)
kotoran sapi tidak selalu tersedia pada saat keperluan, sehingga pembuatan
kompos merupakan cara penyimpanan bahan organik sebelum digunakan
sebagai pupuk.
Tanah yang secara terus-menerus ditanami pasti akan berkurang
kesuburannya akibat kandungan unsur haranya semakin menipis. Kandungan
unsur hara pada lapisan tanah tersebut dapat ditingkatkan kembati dengan
pemupukan, disamping tergantung pada proses-proses yang terjadi dalam
pembentukan tanah. Untuk meningkatkan kandungan unsur hara itu pupuk
dibutuhkan. Seberapa pupuk yang diperlukan tentu tergantung kondisi tanah.
Menurut Balai Penelitian/Balai Teknologi Pertanian, faktor yang menentukan
berapa banyak unsur hara yang diperlukan untuk koreksi ialah kondisi
kesuburan tanah itu sendiri, kemasaman (pH), kelembaban tanah, tinggi
rendalrnya kadar bahan organik dalam tanah, kemampuan penyerapan
terhadap pupuk (zat-zat mineral) dari tanaman, faktor iklim, dan nilai ekonomi
tanaman yang dibudidayakan.
B. Tujuan
1. Dapat mengetahui proses pembuatan kompos dari kotoran sapi.
2. Dapat mengolah kotoran sapi menjadi sesuatu yang bermanfaat dan
bernilai ekonomis.
3. Dapat mengembangkan materi-materi dasar yang telah dipelajari dari
perkuliahan untuk menambah wawasan.
C. Manfaat Kompos
Agar kotoran sapi tidak terbuang dengan sia – sia, maka kotoran ini dimanfaatkan
sebagai kompos organik yang baik untuk pembenahan tanah dan dapat meningkatkan
produksi tanaman. Ada beberapa keuntungan yang di peroleh dari upaya
memanfaatkan kotoran hewan untuk dijadikan kompos,
1. Kandang menjadi lebih bersih dan sehat
2. Kotoran yang dikumpulkan mengurangi pencemaran lingkungan
3. Mengurangi populasi lalat di sekitar kandang
4. Pembuatan pupuk organik tidak terlepas dari proses pengomposan yang
diakibatkan oleh mikroba yang berperan sebagai pengurai atau dekomposisi
berbagai limbah organik yang dijadikan bahan pembuat kompos
5. Secara langsung kompos digunakan untuk lahan pertanian atau dapat dijual.
Adapun manfaat kompos organik untuk lahan pertanian yaitu :
D. Metode Kerja
1. Lokasi : Jln. Gelatik, Kelurahan Heledulaa Utara Kecamatan Kota Timur
2. Waktu Praktikum
Hari/Tanggal : 03 Oktober 2018
3. Alat
Nama Gambar
Sekop
Ember
Karung
4. Bahan
Nama Gambar
EM4
Kotoran Sapi
Abu Sekam
Sekam
Dedak
Gula Merah
5. Cara Kerja
Kegiatan Gambar
Tempat Kompos
Memasukkan fermentasi
Sapi(50%), Sekam(15%),
(5%).
lagi gumpulan-gumpalan
dari kotoran.
basah (Lembab) .
E. Pembahasan
Tabel 1.1 PembuatanKompos
Pada pencampuran kotoran sapi dengan sekam, abu sekam dan dedak
di dapatkan kompos yang dihasilkan berwarna kecoklatan dan masih berbau
serta campurannya belum sepenuhnya homogen. Setelah dicampurkan
dengan larutan decomposer yang terdiri dari cairan EM4 2 cc, air 1 liter dan
gula 6 Sdm, kotoran sapi baunya sedikit berubah. Aroma khas kotoran sapi
sedikit hilang dengan campuran larutan decomposer. Setelah dicampurkan
sampai homogen, kotoran sapi tersebut kemudian dipindahkan ketempat yang
sudah disediakan yaitu berupa papan yang di buat dalam bentuk segiempat
dengan ukuran lebar 1 meter dan dialas dengan menggunakan pitate. Kompos
tersebut di aduk di dalam kotak yang berukuran 1 meter tersebut. Setelah
campuran menjadi homogen, kemudian kotak yang berisi kotoran sapi
tersebut di pindahkan ketempat yang tidak terkenama tahari langsung dan
ditutup menggunakan karung.
F. Penutup
Kotoran sapi yang tersusun dari feses dan urin adalah sumber pupuk
organik yang cukup berpotensi. Namun dalam penggunaannya tidak dapat
langsung diberikan pada tanaman, tetapi harus mengalami proses
pengomposan terlebih dahulu. Dimana pengomposan adalah suatu proses
biologis dengan memanfaatkan mikroorganisme untuk mengubah material
organik seperti kotoran ternak, sampah, daun, kertas, dan sisa makanan
menjadi material seperti tanah yang disebut kompos. Bahan yang terbentuk
mempunyai berat volume yang lebih rendah dari pada bahan dasarnya, stabil,
dekomposisi lambat dan sumber pupuk organik. Dalam proses pengomposan
ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan, antara lain bahan baku, ukuran
partikel, aerasi, porositas, kelembaban, suhu dan pH. Selain itu, teknologi
pengomposan juga perlu dilakukan agar proses pengomposan dapat berjalan
lebih cepat, lebih baik dan menghasilkan produk kompos yang berkualitas
baik.
DAFTAR PUSTAKA