Anda di halaman 1dari 20

MODUL PRAKTIKUM

TEKNOLOGI PUPUK
DAN PEMUPUKAN
PARANITA ASNUR AGROTEKNOLOGI
2018
RATIH KURNIASIH UNIVERSITAS GUNADARMA
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .......................................................................................................... 1


PANDUAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PUPUK DAN PEMUPUKAN .......... 2
BOKASHI .............................................................................................................. 3
1. BOKASHI PADAT – SERESAH DAUN/JERAMI .................................... 5
2. BOKASHI PADAT – PUPUK KANDANG ............................................... 6
3. BOKASHI PADAT – PUPUK KANDANG DAN TANAH ....................... 7
4. BOKASHI CAIR – PUPUK KANDANG DAN JERAMI .......................... 8
5. BOKASHI CAIR – PUPUK KANDANG ................................................... 9
PUPUK KOMPOS ............................................................................................... 10
PUPUK KOMPOS DARI SERESAH DEDAUNAN ....................................... 11
PUPUK ORGANIK CAIR ................................................................................... 12
PUPUK ORGANIK CAIR DARI LIMBAH RUMAH TANGGA .................. 13
MOL (MIKROORGANISME LOKAL) .............................................................. 14
1. MOL DARI BUAH DAN SAYUR ........................................................... 15
2. MOL DARI NASI ...................................................................................... 16
3. MOL DARI BONGGOL PISANG ............................................................ 18
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 19

Teknologi Pupuk dan Pemupukan | 1


PANDUAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PUPUK DAN
PEMUPUKAN

Mata kuliah Teknologi Pupuk dan Pemupukan adalah matakuliah


wajib bagi mahasiswa Agroteknologi Universitas Gunadarma Semester 4.
Mata kuliah ini mengenalkan pengertian pupuk, jenis-jenis pupuk, bagaimana
cara pembuatan pupuk dan aplikasinya terhadap tanaman. Pada mata kuliah
ini tidak cukup hanya menyampaikan teori mengenai pengertian pupuk dan
teknik pemupukan oleh karena itu diperlukan praktikum penunjang yang
wajib diikuti oleh semua mahasiswa yang mengambil mata kuliah ini.
Kegiatan praktikum diharapkan bisa mengasah kemampuan mahasiswa dan
langsung mengaplikasikan teori yang didapat selama kuliah berlangsung.

Kontrak Praktikum MK. Teknologi Pupuk dan Pemupukan


Tata tertib praktikum
Umum
1. Praktikan yang diperkenankan mengambil praktikum Teknologi
Pupuk dan Pemupukan adalah mahasiswa yang mengambil mata
kuliah tersebut
2. Praktikan sudah lulus matakuliah dan praktikum kesuburan tanah
3. Toleransi keterlambatan 15 menit, jika lebih tidak diperkenankan
mengikuti praktikum
4. Praktikan yang tidak mengikuti praktikum sebanyak satu (1) kali atau
lebih dinyatakan tidak lulus praktikum Teknologi Pupuk dan
Pemupukan
5. Praktikan boleh mengajukan izin, dengan alasan mengikuti kegiatan
seminar, kegiatan perlombaan mahasiswa atau sakit yang dinyatakan
dengan surat sakit.
6. Sebelum kegiatan praktikum dimulai, praktikan harus sudah
memahami materi praktikum yangbersangkutan
7. Sebelum kegiatan praktikum dimulai, praktikan sudah harus
menyerahkan laporan (jurnal mingguan) praktikum minggu
sebelumnya.
8. Setelah praktikum dilaksanakan, praktikan harus membersihkan dan
menyimpan semua alat dan bahan yang digunakan pada tempatnya.
9. Kerusakan alat selama praktikum berlangsung menjadi tanggug jawab
praktikan.

Teknologi Pupuk dan Pemupukan | 2


BOKASHI

Bokashi adalah pupuk kompos yang dihasilkan dari proses fermentasi


atau peragian bahan organik dengan teknologi EM4 ( Effective
Microorganisms 4). Kata bokashi diambil dari bahasa Jepang yang berarti
bahan organik yang terfermentasi. Oleh orang Indonesia kata bokashi
dipanjangkan menjadi “bahan organik kaya akan sumber kehidupan”.
Keunggulan penggunaan teknologi EM4 adalah pupuk organik
(kompos) dapat dihasilkan dalam waktu yang relatif singkat dibandingkan
dengan cara konvensional. EM4 sendiri mengandung Azotobacter sp.,
Lactobacillus sp., ragi, bakteri fotosintetik dan jamur pengurai selulosa.
Bahan untuk pembuatan bokashi dapat diperoleh dengan mudah di sekitar
lahan pertanian, seperti jerami, rumput, tanaman kacangan, sekam, pupuk
kandang atau serbuk gergajian. Namun bahan yang paling baik digunakan
sebagai bahan pembuatan bokashi adalah dedak karena mengandung zat gizi
yang sangat baik untuk mikroorganisme.
Awalnya bokashi dibuat hanya untuk mempercepat proses fermentasi
(pelapukan) bahan organik mentah serta menyempurnakan pupuk organik
yang dihasilkan dengan menambahkan “Starter“ berupa inokulan mikroba
pengurai pengurai bahan organik mentah. Starter lalu berkembang tidak
hanya mengandung mikroba lain seperti mikroba penambat nitrogen dan
mikroba pelarut fosfat. Dengan demikian bokashi yang dihasilkan memiliki
manfaat yang lebih besar lagi bagi tanaman.
Proses pembuatan bokashi sangat dipengaruhi oleh rasio kadar
karbon terhadap kadar nitrogen (C/N) yang dikandung bahan baku yang
digunakan. Setiap bahan organik mentah memiliki nilai C/N yang berbeda-
beda. Kinerja mikroba pengurai (pembusuk) sangat dipengaruhi oleh nilai
C/N bahan baku tersebut. Unsur karbon (C) dimanfaatkan sebagai sumber
energi mikroba tanah dalam proses metabolisme dan perbanyakan sel.
Sementara itu, unsur nitrogen (N) digunakan untuk sintesis protein dan
pembentukan protoplasma.
Jika kandungan karbon atau nilai C/N suatu bahan organik terlalu
tinggi, maka proses fermentasi atau penguraian akan berjalan lambat.
Sebaiknya, jika kandungan karbon atau nilai C/N suatu bahan organik terlalu
rendah, maka dalam proses fermentasi akan terbentuk amonia (NHᵌ) dalam
jumlah besar. Amonia tersebut dapat meracuni mikroba pengurai. Nilai C/N
yang optimal dalam proses pembuatan bokashi adalah 25/1 hingga 30/1.
Berikut disajikan tabel nilai C/N beberapa bahan baku yang biasa digunakan
untuk membuat bokashi.

Teknologi Pupuk dan Pemupukan | 3


Tabel 1 Nilai C/N Beberapa Bahan Baku Bokashi
No Nama Bahan Baku Nilai C/N
1. Jerami Padi 40/1 hingga 70/1
2. Sekam Padi 60/1 hingga 70/1
3. Jerami Jagung 100/1
4. Bonggol Jagung 60/1
5. Serbuk Kayu 500/1
6. Sampah Sayuran dan sampah organik dapur 12/1 hingga 20/1
7. Serasah dedaunan 20/1 hingga 50/1
8. Kotoran ayam 10/1
9. Kotoran sapi atau kambing 20/1
10. Kotoran kuda 25/1
Sumber: Yuwono, D (2009)

Pemahaman tentang nilai C/N bahan baku bokashi sangatlah penting.


Banyak kasus pembuatan bokashi yang mengalami kegagalan karena tidak
mempertimbangkan nilai C/N bahan baku yang digunakan. Bahan baku yang
digunakan untuk bokashi bisa hanya satu macam jika nilai C/N yang
dikandungnya sekitar 30/1, seperti kotoran kuda. Namum, jika nilai C/N
bahan baku bokashi terlalu rendah seperti kotoran ayam, maka bahan
tersebut harus dicampur dengan bahan baku lain yang memiliki nilai C/N
tinggi, sehingga nilai C/N campuran bahan baku tersebut mendekati 30/1.
Pembuatan bokashi tidak memerlukan tempat khusus. Dalam gudang
atau gubuk juga dapat dilakukan. Perlu diperhatikan, proses tersebut tidak
terkena matahari maupun hujan secara langsung. Oleh karenanya, tempat
pembuatan diusahakan beratap. Bila pengomposan dilakukan di atas tanah,
sebaiknya diberi alas, misalnya plastik, terpal atau dedaunan.

Teknologi Pupuk dan Pemupukan | 4


BOKASHI PADAT – SERESAH DAUN/JERAMI

Alat dan bahan:


1. Seresah daun 10 kg, bisa dari sisa sayuran atau jerami atau seresah
daun.
2. Dedak 0,5 kg
3. Sekam 10 kg
4. EM4 10 ml
5. Larutan gula pasir atau molase atau gula jawa 10 ml
6. Air secukupnya
7. Tong plastik bertutup

Tahap Pembuatan:
1. Potong seresah daun menjadi potongan yang kecil.
2. Campur potongan seresah, sekam dan dedak hingga rata lalu
masukkan ke dalam tong.
3. Buat larutan dari EM4, molase/gula dan air dengan perbandingan 1
ml : 1 ml : 1 liter air.
4. Siramkan larutan EM4 dan gula secara merata ke no.2 hingga
kandungan air mencapai 30-40%, tandanya adonan yang terbentuk
jika dikepal dengan tangan, maka tidak ada air yang keluar dari
adonan. Begitu pula bila kepalan dilepaskan maka adonan kembali
mengembang (kandungan air sekitar 30%).
5. Tutup tong komposter dengan rapat selama 4-7 hari.
6. Agar suhu adonan tidak terlalu panas, aduk adonan untuk
mempertahankan suhu 40-50°C. Untuk mengontrolnya, setiap 5 jam
sekali (minimal sekali sehari) suhunya diukur. Apabila suhunya tinggi,
bahan tersebut dibalik didiamkan sebentar agar suhunya turun, lalu
ditutup kembali. Demikian seterusnya
7. Setelah 7 hari tong dapat dibuka. Pembuatan bokashi dikatakan
berhasil jika bahan bokashi terfermentasi dengan baik. Ciri-cirinya
adalah bokashi akan ditumbuhi oleh jamur yang berwarna putih dan
aromanya sedap. Sedangkan jika dihasilkan bokashi yang berbau
busuk, maka pembuatan bokashi gagal.
8. Bokashi yang sudah jadi sebaiknya langsung digunakan. Jika bokashi
ingin disimpan terlebih dahulu, maka bokashi harus dikeringkan
terlebih dahulu dengan cara menganginanginkan di atas lantai hingga
kering. Setelah kering bokashi dapat dikemas di dalam kantung
plastik.

Teknologi Pupuk dan Pemupukan | 5


BOKASHI PADAT – PUPUK KANDANG

Alat dan Bahan:


1. Pupuk kandang sebanyak 15 kg.
2. Sekam sebanyak 10 kg dan dedak sebanyak 0,5 kg.
3. Molases atau gula sebanyak dua sendok makan (10 ml).
4. EM4 sebanyak dua sendok makan (10 ml) dan air secukupnya.

Tahap Pembuatan :
Cara pembuatan bokashi pupuk kandang mirip dengan pembuatan
bokashi jerami, hanya jerami digantikan dengan pupuk kandang.

Teknologi Pupuk dan Pemupukan | 6


BOKASHI PADAT – PUPUK KANDANG DAN TANAH

Alat dan Bahan:


1. Pupuk kandang sebanyak 5 kg dan tanah sebanyak 10 kg.
2. Arang sekam\arang serbuk gergaji sebanyak 5 kg dan dedak halus
sebanyak 5 kg.
3. Molases/gula sebanyak dua sendok makan (10 ml).
4. EM4 sebanyak dua sendok makan (10 ml) dan air secukupnya.

Tahap Pembuatan :
Cara pembuatan bokashi pupuk kandang tanah mirip dengan
pembuatan bokashi pupuk kandang-arang, hanya perlu ditambahkan tanah.

Teknologi Pupuk dan Pemupukan | 7


BOKASHI CAIR – PUPUK KANDANG DAN JERAMI

Alat dan bahan:


Kapasitas pembuatan untuk bokashi cair untuk 50 liter:
1. Pupuk kandang 10 kg
2. Hijauan daun secukupnya
3. Em4 250 ml
4. Gula pasir 250 gr atau molase atau gula jawa
5. Air bersih 50 liter
6. Tong komposter volume 60 liter

Tahap Pembuatan:
1. Pupuk kandang dan hijauan daun diaduk hingga rata.
2. EM4 dan gula dilarutkan dengan air secukupnya.
3. Campurkan campuran no 1 dan no 2, masukkan ke dalam drum
plastik dan tambahkan air kira-kira 50 liter.
4. Drum ditutup rapat dan setiap hari dibuka dan diaduk sebentar lalu
ditutup kembali.
5. Setelah 7 hari fermentasi, saring campuran tadi.
6. Bokashi cair siap digunakan.

Teknologi Pupuk dan Pemupukan | 8


BOKASHI CAIR – PUPUK KANDANG

Alat dan bahan untuk bokashi cair untuk 50 liter:


1. Pupuk kandang 10 kg
2. Em4 150 ml
3. Gula pasir 65 gr atau gula jawa
4. Air bersih 50 liter
5. Tong komposter volume 60 liter

Tahap Pembuatan:
1. Isi tong komposter dengan air setengahnya atau kurang lebih 25 liter.
2. Buat larutan molase sebanyak 1 liter, yaitu mencampur gula
pasir/merah 65 gr dengan air 1 liter ke dalam ember.
3. Masukkan larutan molase tadi ke dalam tong, lalu tambahkan larutan
EM4.
4. Aduk perlahan hingga rata.
5. Masukkan pupuk kandang dan aduk perlahan.
6. Tambahkan air sebanyak 25 liter, aduk rata lalu tutup tong
komposter.
7. Lakukan pengadukan secara berkala setiap pagi selama 4 hari.
Pengadukan dilakukan 5 putaran saja. Setelah diaduk, biarkan larutan
tenang lalu tong ditutup kembali.
8. Setelah 4 hari bokashi cair siap digunakan.

Teknologi Pupuk dan Pemupukan | 9


PUPUK KOMPOS

Sampah-sampah organik termasuk daun-daun yang sudah tua


ternyata memiliki nilai lebih dan bisa berguna, salah satu pemanfaatan daun
yang sudah tua adalah untuk pembuatan kompos. Kompos merupakan
perombakan bahan organik segar dari tanaman atau dedaunan yang sengaja
dibuat atau dari timbunan sampah organik di tempat sampah yang sudah
berwarna hitam dan sudah tidak dapat dilihat lagi serat aslinya dan tidak lagi
panas karena proses fermentasinya telah usai.
Kompos yang dihasilkan dari dekomposisi seresah daun merupakan
salah satu pupuk organik yang mampu mendukung suatu pertumbuhan
tanaman dalam sistem pertanian organik. Kompos dapat tersusun oleh
berbagai bahan organik salah satunya adalah seresah. Tiap seresah penyusun
kompos mempunyai pengaruh yang berbeda dalam menyusun sifat kompos.

Manfaat pupuk kompos yang berasal dari daun


1. Mengurangi penumpukan daun-daun yang sudah tua
2. Memanfaatkan sampah berupa daun menjadi sesuatu yang lebih
berguna yaitu kompos
3. Bersifat sangat menyuburkan dan tidak merusak unsur hara yang ada
dalam tanah. Pupuk kompos memiliki sifat konstruktif dan bukan
destruktif dalam jangka panjang.
4. Mengurangi penumpukan sampah berupa daun dengan
memanfaatkannya kembali.
5. Mengurangi biaya pembelian pupuk non organik yang semakin hari
semakin melambung tinggi, yang itu artinya mengurangi pengeluaran.
6. Sebagai salah satu bentuk pelestarian lingkungan dengan
memanfaatkan sampah menjadi sesuatu yang berguna. Memanfaatkan
sesuatu yang seharusnya dibuang yang itu artinya meminimalisir
polusi tanah yang berasal dari sampah yang sudah tidak terpakai.

Teknologi Pupuk dan Pemupukan | 10


PUPUK KOMPOS DARI SERESAH DEDAUNAN

Alat dan Bahan:


1. Sampah dedaunan atau rumput
2. EM4
3. Gula pasir atau molase atau gula jawa
4. Air
5. Tong plastik bertutup

Tahap Pembuatan:
1. Potong sampah menjadi ukuran yang kecil-kecil.
2. Larutkan 4 tutup EM4 dan gula pasir/molase/gula jawa ke dalam 2
ember air.
3. Letakkan potongan sampah dedaunan di dalam tong.
4. Siram dengan larutan EM4 secara merata.
5. Tutup tong dengan rapat agar terhindar dari sinar matahari langsung.
6. Seminggu sekali aduk tumpukan, bolak balik agar fermentasi merata.
7. Tambahkan sampah yang kita peroleh setiap hari agar menjadi lebih
banyak.
8. Setiap menambahkan sampah, semprot dengan larutan EM4 dan
diaduk.
9. Mengontrol dan mencatat kondisi suhu dan kelembaban pupuk.
10. Jika adonan dirasa kering pertanda bakteri tidak bekerja. Maka
tambahkan air secukupnya.
11. Jika cacahan sampah daun sudah terurai/teras lembut, pupuk siap
dipakai.

Teknologi Pupuk dan Pemupukan | 11


PUPUK ORGANIK CAIR

Pupuk organik ramah terhadap lingkungan, mengandung bahan


penting yang dibutuhkan untuk menciptakan kesuburan tanah baik fisik,
kimia dan biologi. Pupuk organik pun dapat berfungsi sebagai pemantap
agregat tanah disamping sebagai sumber hara penting bagi tanah dan
tanaman. Penggunaan pupuk organik dalam jangka panjang dapat
meningkatkan produktivitas lahan dan dapat mencegah degradasi lahan
sehingga penggunaannya dapat membantu upaya konservasi tanah yang
lebih baik.
Pupuk organik terdapat dalam bentuk padat dan cair. Kelebihan
pupuk organik cair adalah unsur hara yang terdapat didalamnya lebih mudah
diserap tanaman. Pemberian pupuk organik cair harus memperhatikan
konsentrasi atau dosis yang diaplikasikan terhadap tanaman. Berdasarkan
beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik
cair melalui daun memberikan pertumbuhan dan hasil tanaman yang lebih
baik daripada pemberian melalui tanah. Semakin tinggi dosis pupuk yang
diberikan maka kandungan unsur hara yang diterima oleh tanaman akan
semakin tinggi, begitu pula dengan semakin seringnya frekuensi aplikasi
pupuk daun yang dilakukan pada tanaman, maka kandungan unsur hara juga
semakin tinggi. Namun, pemberian dengan dosis yang berlebihan justru akan
mengakibatkan timbulnya gejala kelayuan pada tanaman Oleh karena itu,
pemilihan dosis yang tepat perlu diketahui oleh para peneliti maupun petani
dan hal ini dapat diperoleh melalui pengujian-pengujian di lapangan.

Manfaat Pupuk Organik Cair


1. Dapat mendorong dan meningkatkan pembentukan klorofil daun dan
pembentukan bintil akar pada tanaman leguminosae sehingga
meningkatkan kemampuan fotosintesis tanaman dan penyerapan
nitrogen dari udara.
2. Dapat meningkatkan vigor tanaman sehingga tanaman menjadi kokoh
dan kuat, meningkatkan daya tahan tanaman terhadap kekeringan,
cekaman cuaca dan serangan patogen penyebab penyakit.
3. Merangsang pertumbuhan cabang produksi.
4. Meningkatkan pembentukan bunga dan bakal buah.
5. Mengurangi gugurnya daun, bunga dan bakal buah.

Teknologi Pupuk dan Pemupukan | 12


PUPUK ORGANIK CAIR DARI LIMBAH RUMAH TANGGA

Alat dan Bahan:


1. Sampah organik dari limbah rumah tangga (sisa nasi, sayur, buah,
lauk)
2. EM4 10 ml yang dilarutkan dengan 1 liter air
3. Air
4. Molase atau gula pasir atau gula jawa 10 ml (2 sendok makan)
5. Kantong plastik
6. Tong komposter volume 60 liter

Tahap Pembuatan:
1. Siapkan sampah organik dari limbah rumah tangga.
2. Cincang semua sampah hijau seperti sisa sayuran, sisa buah, sisa
tulang dan sebagainya.
3. Siapkan tong komposter lengkap dengan tutupnya.
4. Siapkan kantong plastik dan beri beberapa lubang sebesar 1 cm di tiap
sisi. Lubang ini untuk memperlancar sirkulasi dalam tong.
5. Siapkan tetes tebu atau gula yang sudah dilarutkan.
6. Siapkan EM4 dan air.
7. Campurkan cincangan sampah hijau, EM4 dan air gula ke dalam tong
plastik.
8. Setelah itu campuran dimasukkan ke dalam kantong plastik yang
sudah dilubangi.
9. Kemudian masukkan kantong plastik ini ke dalam tong dan
tambahkan dengan air.
10. Ikat kantong plastik berisi sampah hijau dan tutup rapat tong
komposter selama kurang lebih 3 minggu (cek tong setiap minggu).
11. Setelah 3 minggu, buka tutup tong dan cek hasilnya. Jika sampah
dalam tong itu tidak berbau busuk dan kelihatan menyusut berarti
pembuatan pupuk organik cair berhasil.
12. Ada 2 pupuk yang didapatkan, yaitu sampah dari dalam kantong
plastik menjadi pupuk padat, sedangkan air dalam tong menjadi
pupuk organik cair.

Teknologi Pupuk dan Pemupukan | 13


MOL (MIKROORGANISME LOKAL)

Mikroorganisme Lokal (MOL) adalah cairan hasil fermentasi dari


substrat atau media tertentu yang berada di sekitar kita (misalnya nasi,
buah-buahan, telur, susu, keong, dan lain-lain). MOL juga dapat diartikan
mikroorganisme yang berasal dari substrat atau bahan tertentu dan
diperbanyak dengan bahan alami yang mengandung karbohidrat (gula),
protein, mineral dan vitamin.
Sesuai dengan tujuan aplikasinya, MOL dibedakan menjadi 2 yaitu : 1)
MOL yang diaplikasikan sebagai pemacu tumbuh tanaman dan 2) MOL yang
digunakan sebagai dekomposer (agen perombak bahan organik/sisa
panenan). Manfaat dari metabolit yang terkandung di dalam MOL sebagai
hasil fermentasi terhadap bahan baku tersebut merupakan sumber makanan
bagi mikroorganisme dalam tanah sehingga dapat meningkatkan kesuburan
biologi tanah.

Teknologi Pupuk dan Pemupukan | 14


1. MOL DARI BUAH DAN SAYUR

Alat dan Bahan:


1. Pepaya dan kulitnya 0,5 kg
2. Pisang dan kulitnya 0,5 kg
3. Nanas dan kulitnya 0,5 kg
4. Kacang panjang segar 0,25 kg
5. Kangkung dan bayam 0,25 kg
6. Gula pasir 1 kg
7. Ragi tape 5 butir

Tahap Pembuatan:
1. Campur pepaya, pisang, nanas, kacang panjang dan sayuran dan
lumatkan bahan-bahan tersebut dengan blender.
2. Masukkan bahan-bahan yang telah lumat ke dalam ember yang ada
penutupnya.
3. Lalu tambahkan 1 liter air, gula pasir dan ragi tape. Aduk perlahan
hingga merata.
4. Tutup ember dengan rapat dan diamkan selama 7 hari.
5. Setelah 7 hari akan terbentuk cairan berwarna coklat gelap.
6. Saring cairan tersebut. Air hasil saringan merupakan larutan efektif
mikroorganisme (EM) yang bisa dijadikan dekomposer pupuk.
7. Simpan cairan dalam wadah atau botol. Larutan EM bisa dipakai
hingga 6 bulan, sedangkan ampasnya bisa digunakan sebagai kompos.

Teknologi Pupuk dan Pemupukan | 15


2. MOL DARI NASI

Alat dan Bahan:


1. Nasi (baru atau basi)
2. Gula pasir atau gula jawa
3. Air
4. Botol plastik

Tahap Pembuatan:

Tahap I
1. Nasi bekas atau nasi basi kita buat bulat sebesar bola pimpong,
sebanyak 3-4 bulatan.
2. Setelah itu, nasi basi yang telah dibentuk bulat sebesar bola pimpong
kita simpan di dalam wadah (kaleng/botol plastik) kemudian ditutup
rapat.
3. Letakkan botol berisi nasi basi ditempat yang tidak langsung terkena
sinar matahari.
4. Setelah 1 minggu, nasi basi akan ditumbuhi jamur (cendawan) yang
berwarna merah hingga kekuning-kuningan.

Tahap II
1. Siapkan botol kapasitas 2 liter air.
2. Masukan nasi basi yang telah ditumbuhi jamur kedalam botol.
3. Buat larutan air bercampur gula pasir atau gula merah. Perbandingan
antara air dan gula pasir atau gula merah adalah; 1,5 ltr air : 5 sendok
gula pasir atau gula merah.
4. Masukkan larutan air gula pasir atau gula merah kedalam botol yang
berisi nasi basi yang telah ditumbuhi jamur.
5. Botol yang berisi campuran nasi basi dan gula pasir atau gula merah
lalu ditutup
6. Setelah 4 hari, botol dibuka sambil dikocok, agar nasi basi dan gula
bercampur merata. Perlu diperhatikan dalam mengocok larutan, agar
sesekali botol dibuka agar kandungan gas-gas yang ada dalam botol
dapat keluar. Tekanan gas yang ada di dalam botol cukup tinggi,
hingga cukup mengejutkan bila tutup botol dibuka selesai cairan
pupuk dikocok.
7. Tutup kembali botol, dan simpan kembali.

Teknologi Pupuk dan Pemupukan | 16


8. MOL sudah dikatakan siap pakai, apabila tercium bau masam manis
seperti tapai yang keluar dari dalam botol hasil fermentasi nasi basi
dan gula pasir.
9. Saring cairan MOL dengan kain kasa, kemudian masukan ke dalam
botol, dan MOL siap untuk dipakai.
10. Ampas sisa MOL bisa dimanfaatkan kembali yaitu dengan
menambahkan cairan gula seperti yang telah tertera di atas.

Teknologi Pupuk dan Pemupukan | 17


3. MOL DARI BONGGOL PISANG

Alat dan Bahan:


1. Bonggol pisang 1 kg
2. Gula merah 2 ons
3. Air beras 2 liter

Tahap Pembuatan :
1. Bonggol pisang dipotong kecil-kecil lalu dihaluskan.
2. Iris-iris gula merah lalu masukkan ke dalam air beras dan aduk
sampai larut.
3. Campurkan campuran air beras dan gula merah ke dalam wadah
berisi bonggol pisang.
4. Tutup wadah dengan rapat, buka setiap 2 hari sekali atau jika wadah
menggembung.
5. MOL sudah bisa dipanen dalam jangka waktu sekitar 15 hari

Catatan:
Cara Memperbanyak MOL
Daripada membuat MOL berulang-ulang, lebih baik memperbanyaknya alias
menternakkannya. Caranya, bagi dua MOL ke dalam 2 wadah. Misalnya jika
kita punya 1 botol MOL, bagi dua ke botol kedua, separuh-separuh. Lalu
tambahkan air sampai hampir penuh. Masukkan gula pasir/gula merah
sesuai takaran di atas. Beberapa hari kemudian akan terlihat cairan MOL di
dalam botol menjadi lebih pekat, itu tandanya MOL sudah beranak-pinak.
Lakukan cara yang sama untuk membuat MOL di botol-botol berikutnya.

Teknologi Pupuk dan Pemupukan | 18


DAFTAR PUSTAKA

Djuarni, N., Kristian., Setiawan., B. Susilo. 2006. Cara Cepat Membuat Kompos.
Jakarta : Agromedia. Hal 36-38.

Irawan, U. S. 2012. Teknik Pembuatan Pupuk Bokashi. Embassy of Denmark


DANIDA. Jakarta.

Mulyono. 2014. Membuat MOL dan Kompos dari Sampah Rumah Tangga.
Penerbit PT. Agro Media Pustaka. Jakarta.

Novizan, 2002. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. Agromedia Pustaka,


Jakarta.

Parnata, S. S. 2004. Pupuk Organik Cair. Jakarta : PT Agromedia Pustaka. Hal


15.

Rosmarkam, A. dan N. W. Yuwono. 2007. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanius.


Yogyakarta.

Rinsema, W.T. 1986. Pupuk dan Cara Pemupukan. Bharata Karya Aksara,
Jakarta.

Salma, S. dan J., Purnomo. 2015. Pembuatan MOL dari Bahan Baku Lokal
Sebagai Dekomposer dan Pemacu Tumbuh Tanaman. Balai
Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Kementerian Pertanian.
Bogor.

Supardi, A. 2001. Aplikasi pupuk Cair hasil Fermentasi Kotoran Padat


Kambing Terhadap Pertumbuhan Tanaman Sawi (Brassica Juncea l).
Skripsi FKIP UMS: Surakarta.

Suparman, M. 1994. EM4 Mikroorganisma Yang Efektif. KTNA. Sukabumi

Suwahyono, U. 2011. Petunjuk Praktis Penggunaan Pupuk Organik Secara


Efektif dan Efisien. Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta

Teknologi Pupuk dan Pemupukan | 19

Anda mungkin juga menyukai