Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK DAN

MANAJEMEN PEMUPUKAN

Pengajar : Fahrul Rozhy, SP

Nama Kelompok :

Arman Nursyaba ( C1051151047 )

PRODI ILMU TANAH


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga
laporan ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa saya juga mengucapkan
banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Harapan saya semoga laporan ini dapat menambah pengetahuan. Serta
pengalaman bagi para pembaca, Untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi laporan agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman saya. Saya yakin masih
banyak kekurangan dalam laporan ini, Oleh karena itu saya sangat mengharapkan
saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan laporan ini.

Pontianak, 7 Juni 2018

Arman Nursyaba
(C1051151047)

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
PEMBUATAN PUPUK ORGANIK ...................................................................... 1
IDENTIFIKASI GEJALA DEFISIENSI UNSUR HARA PADA TANAMAN .... 8
PENGENALAN JENI-JENIS LEGUMINOSAE DAN MANFAATNYA UNTUK
KESUBURAN TANAH ....................................................................................... 14
PENGENALAN PUPUK AN-ORGANIK ( buatan ) ........................................... 20
PENUTUP ............................................................................................................. 26
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 27
LAMPIRAN .......................................................................................................... 29

ii
PEMBUATAN PUPUK ORGANIK
BAB I.PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pembangunan pertanian secara alami yang ramah lingkungan saat ini banyak
dilakukan untuk menghasilkan bahan makanan yang aman, serta bebas dari bahan-
bahan kimia yang berbahaya dan beracun. Pembangunan pertanian alami ini
semula hanya menerapkan sistem pertanian organik, tetapi ternyata hasilnya hanya
sedikit. Prof Dr. Teruo Higa pada tahun 1980-an memperkenalkan konsep EM atau
Efektive Mikroorganisms pada praktek pertanian alami tersebut. Teknologi EM ini
telah dikembangkan dan digunakan untuk memperbaiki kondisi tanah, menekan
pertumbuhan mikroba yang menyebabkan penyakit, dan memperbaiki efisiensi
penggunaan bahan organik oleh tanaman.
Bokasi adalah hasil fermentasi bahan-bahan organik seperti sekam, serbuk
gergajian, jerami, sampah sisa tanaman, kotoran hewan dan lain-lain. Bahan-bahan
tersebut difermentasi dengan bantuan mikroorganisme sebagai aktivator yang
mempercepat proses fermentasi. Campuran mikroorganisme yang digunakan untuk
mempercepat fermentasi dikenal sebagai effective microorganism 4 (EM-4).
Penggunaan EM-4 tidak hanya mempercepat proses fermentasi tetapi juga menekan
bau yang biasanya muncul pada proses penguraian bahan organik.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara pembuatan pupuk bokashi dan komponen-komponen apa
saja yang dibutuhkan dalam pembuatan pupuk bokashi?
2. Bagaimana perubahan yang terjadi pada pupuk bokashi setiap minggunya
?
3. Bagaimana tingkat kematangan bokashi setelah 7 minggu ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui cara pembuatan pupuk bokashi dan komponen-
komponen apa saja yang dibutuhkan dalam pembuatan pupuk bokashi.
2. Untuk mengetahui perubahan yang terjadi pada pupuk bokashi setiap
minggu nya.
3. Mengetahui tingkat kematangan bokashi setelah 7 minggu

1
BAB II.TINJAUAN PUSTAKA
Pupuk organik yang sekarang sedang banyak digunakan adalah pupuk bokashi.
Bokashi merupakan “bahan organik yang telah difermentasikan”. Pupuk bokashi di buat
dengan memfermentasikan bahan-bahan organik dan EM (Efektif Mikroorganisme).
Biasanya bokashi di temukan dalam bentuk serbuk atau butiran. Bokashi sudah digunakan
para petani dalam perbaikan tanah secara tradisional untuk meningkatkan keragaman
mikroba dalam tanah dan meningkatkan persediaan unsur hara bagi tanaman. Secara
tradisional bokashi dibuat dengan cara menfermentasikan bahan organik seperti dedak
dengan tanah Universitas Sumatera Utara dari hutan atau gunung yang mengandung
berbagai jenis mikroorganisme (Anonimous, 2005).
Bokashi EM yaitu bokashi dengan bahan organik yang difermentasikan dengan
mikrooganisme efektif, bukan dengan tanah dari hutan atau dari gunung. EM yang
digunakan dalam pembuatan bokashi adalah suatu kultur campuran berbagai
mikroorganisme yang bermanfaat terutama (bakteri fotosintetik dan bakteri asam laktat,
ragi, actinary cetes dan jamur peragian) dan dapat digunakan sebagi inokulan untuk
meningkatkan keragaman mikroba tanah. Penggunaan EM dalam pembuatan bokashi
selain dapat memperbaiki kesehatan dan kualitas tanah juga bermanfaat memperbaiki
pertumbuhan serta jumlah dan mutu hasil tanaman (Anonimous, 2005).

2
BAB III.METODE KERJA

A. Waktu dan tempat


Pelaksanaan praktikum Teknologi dan Manajemen Pemupukan di lakukan
di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah Fakultas Pertanian Universitas
Tanjungpura pada tanggal 15 Maret 2018 s/d 31 Mei 2018.

B. Alat dan bahan


a. Alat
- Karung - ATK
- pH meter - Kertas label
- Termometer - Botol pengocok
- Cangkul - Cawan
- Mesin pencacah - Oven

b. Bahan
- Daun kering
- EM4
- Pupuk kandang
- Kapur dolomite
- Air
C. Cara kerja
 Pembuatan pupuk organik
a) Menimbang bahan utama pupuk yaitu dauan kering sebanyak ± 5 kg per
perlakuan
b) Haluskan bahan tersebut dengan mesin pencacah
c) Timbang pupuk kandang ± 1 kg per perlakuan
d) Timbang kapur dolomite ± 50 g per perlakuan
e) Campurkan bahan tersebut menjadi satu dengan daun kering sampai
merata
f) Siram dengan air dengan di percik-percikan sampai lembab dan merata
g) Campurkan EM4 dengan air ± 200 ml per perlakuan
h) Setelah merata masukan pupuk organik ke dalam karung per perlakuan
i) Timbang berat awal pupuk organik
j) Ukur suhu awal dan Ph awal proses fermentasi
k) Lakukan pengadukan 3 hari sekali untuk membantu proses fermentasi
l) Lakukan pengukuran suhu, berat, Ph, dan kadar air seminggu sekali

3
 Pengukuran kadar serat BOKASHI ( utuh )
a) Masukan sampel kedalam tabung suntikan
b) Padatkan atau penuhkan tabung suntikan ± 10 ml
c) Masukan sampel ke dalam saringan dan cuci dengan air mengalir
d) Cuci sampai air yang keluar dari saringan bersih kemudian masukan
kembali ke dalam tabung suntikan dan tekan secara perlahan sampai tidak
ada rongga
e) Catat volume awal dari sampel yang di masukan kedalam tabung
f) Tekan kembali sampai tidak ada air didalam suntikan
g) Catat volume akhir
Volume awal
h) Masukan data ke rumus Volume akhir × 100
i) Kriteria ( < 33 matang, 33-66 setengah matang, > 66 mentah )

 Pengukuran kadar serat BOKASHI ( gosok )


a) Masukan sampel kadar serat utuh ke dalam saringan dan cuci dengan air
mengalir
b) Gosok perlahan menggunakan jari sampai air cucian bersih
c) Masukan kembali kedalam tabung suntikan dan tekan secara perlahan
sampai tidak ada rongga
d) Catat sebagai volume awal
e) Tekan kembali sampai tidak ada air didalam suntikan
f) Catat volume akhir
Volume awal
g) Masukan data ke rumus Volume akhir × 100
h) Kriteria ( < 15 matang, 15-75 setengah matang, > 75 mentah )

4
BAB IV.HASIL DAN PEMBAHSAN

A. Hasil
Data Hasil
Minggu ke -
Parameter Perlakuan
1 2 3 4 5 6 7
P0 5,58 6,5 6 6,5 6,5 6,5 7
P1 5,95 6,5 5 6,5 6,5 6,5 7
pH P2 6,14 6 5 6 6,5 6,5 7
P3 6,08 6,5 5 6,5 6,5 6,5 7
P4 6,48 5 5 6,5 6,5 6,5 7
P0 27,5 30,4 30,5 32,7 34,4 32,7 31
P1 28,1 31,9 31,3 32,2 34,1 32,2 31
Suhu ⁰C P2 28,2 32,5 30,5 31,5 33,9 31,5 31
P3 27,8 27,2 30,1 32,6 31,2 32,6 31
P4 27,5 32,5 30,5 32,3 30,5 32,3 31
P0 3,26 4,04 3,53 3,96 4 3,26 3,9
Berat P1 3,36 3,4 3,52 3,59 3,46 3,36 4
cawan P2 3,58 3,79 3,9 3,59 3,78 3,58 3,84
(g) P3 3,69 3,49 4 3,61 4,09 3,69 3,96
P4 3,8 3,87 3,91 3,81 3,56 3,8 3,91
P0 7 9,4 9,1 7,8 8,5 7,8 7,4
Berat P1 6,5 8,4 7,8 7,8 9 7,8 7,4
Pupuk
P2 8,9 9,3 8,2 8,5 9,2 8,5 7,6
Organik
(Kg) P3 7,8 9 9,2 8,4 8 8,4 7,2
P4 7,9 8,8 8,1 8 8,4 8 7
P0 21,31 9,7 11,9 7,52 16,58 21,31 15,97
Berat P1 18,74 7,29 17,91 12,89 18,82 18,74 19,53
cawan +
P2 22,46 8,16 19,69 10,6 18,87 22,46 21,51
Sampel
(g) P3 28 8,65 22,26 9,24 20,17 28 21,09
P4 15,87 8,31 19,37 7,83 18,02 15,87 19,43
Berat P0 12,19 6,06 5,75 5,08 3,99 12,19 3,96
cawan + P1 10,49 4,83 8,03 6,45 3,99 10,49 3,59
Sampel P2 11,69 5,17 8,93 5,73 4,07 11,69 3,59
setelah di
oven P3 15,16 4,85 9,43 5,42 4,12 15,16 3,61
(g) P4 8,24 5,39 8,39 5,28 3,8 8,24 3,81
P0 74,82 60,07 106,96 48,03 315,54 74,82 303,28
P1 78,65 50,93 123,04 99,84 371,68 78,65 444,01
Kadar Air
P2 92,13 57,83 120,49 84,99 363,64 92,13 499,16
(%)
P3 84,70 78,35 136,06 70,48 389,56 84,70 484,21
P4 92,60 54,17 130,87 48,30 374,21 92,60 409,97

5
 Kadar serat
Data Hasil
volume awal volume akhir
perlakuan kadar serat utuh/gosok hasil akhir ( % )
(ml) (ml)
KSU 10 7,2 72
P0
KSG 7,2 5,8 80,55
KSU 10 7,4 74
P1
KSG 7,4 5,4 72,97
KSU 10 7,8 78
P2
KSG 7,8 5,2 67
KSU 10 7,6 76
P3
KSG 7,6 5,4 71,05
KSU 10 7,6 76
P4
KSG 7,6 5,2 68,42

B. Pembahasan
Pada pembuatan pupuk organik ini ada 5 perlakuan yaitu P0, P1, P2, P3 dan P4
dimana P0 sebagai kontrol. Adapun parameter yaitu berat bokashi, suhu, pH, kadar
air dan proses dekomposisi. Pada parameter pertama yaitu berat bokashi pada
minggu pertama sampai minggu ketujuh megalami perubahan, pada P0 berat
awalnya 7 kg pada minggu ketujuh menjadi 7,4 kg, pada P1 berat awalnya 6,5 kg
pada minggu ketujuh menjadi 7,4 kg, pada P2 berat awalny 8,9 kg pada minggu
ketujuh menjadi 7,6 kg, pada P3 berat awalnya 7,8 kg pada minggu ketujuh menjadi
7,2, pada P4 berat awalnya 7,9 kg pada minggu ke tujuh menjadi 7 kg, terjadi
kenaikan berat pada P0 dan P1 tetapi pada P2, P3, dan P4 mengalami penurunan
berat ini di karena cuaca beberapa hari hujan pada beberapa minggu dan posisi
karung yang tidak terlindungi menyebabkan karung terkena air hujan dan terserap
oleh pupuk bokashi menyebabkan berat pada beberapa perlakuan menjadi nambah.
Pada parameter kedua yaitu suhu terjadi perubahan yang pada akhirnya
tetap dimana suhu awal P0 = 27,5 0C, P1 = 28,1 0C, P2 = 28,2 0C, P3 = 27,8 0C,
dan P4 = 27,5 0C yang pada minggu ketujuh suhu semua perlakuan menjadi 31 0C.
Ini menandakan bahwa mikroorganisme sedang melakukan dekomposisi dalam
membuat bokashi.
Pada parameter ketiga yaitu pH juga terjadi perubahan yang pada awalny
agak masam menjadi netral. pH awal P0 = 5,58, P1 = 5,95, P2 = 6,14, P3 = 6,08,
dan P4 = 6,48 yang pada minggu ketujuh pH semua perlakuan menjadi netral yaitu
7. Ini menandakan bahwa bokashi sudah mengalami dekomposisi lanjut.
Pada parameter terakhir yaitu kadar air dari data hasil di dapatkan rata-rata
kadar air minggu ketujuh di semua perlakuan yaitu di atas 60 % sedangkan kadar
air optimum yaitu 40 % - 60 % jika di bawah 40 % aktivitas mikroorganisme
mengalami penurunan, jika di atas 60 % hara akan tercuci, volume udara berkurang

6
dan aktivitas mikroorganisme berkurang yang menyebabkan pupuk bokashi
menjadi lembab dan poroses dekomposisi terhambat.
 Kadar serat
Pada hasil data yang di dapatkan bahwa pada kadar serat utuh pada data di
semua perlakuan masih di ketegorikan mentah karena kadar seratnya masih >66 %
sedangkan pada kadar serat gosok hanya P0 yang masih mentah dan pada P1, P2,
P3, dan P4 di kategorikan setengah matang karena P0 > 75 % dan P1, P2, P3, dan
P4 diantara 15 % - 75 %.

7
IDENTIFIKASI GEJALA DEFISIENSI UNSUR HARA
PADA TANAMAN
BAB V.PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Secara umum unsur hara berfungsi sebagai bahan makanan bagi tanaman.
Setiap unsur hara berfungsi berbeda-beda dalam proses pertumbuhan dan
perkembangan suatu tanaman. Kekurangan salah satu atau beberapa unsur hara
akan mengakibatkan pertumbuhan tanaman tidak sebagaimana mestinya yaitu ada
kelainan atau penyimpangan-penyimpangan dan banyak pula tanaman yang mati
muda yang sebelumnya tampak layu dan mengering. Keadaan yang demikian akan
merugikan petani dan tentu saja sangat tidak diharapkan oleh petani. Gejala
kekurangan ini cepat atau lambat akan terlihat pada tanaman, tergantung pada jenis
dan sifat tanaman. Ada tanaman yang cepat sekali memperlihatkan tanda-tanda
kekurangan atau sebaliknya ada yang lambat. Pada umumnya pertama-tama akan
terlihat pada bagian tanaman yang melakukan kegiatan fisiologis terbesar yaitu
pada bagian yang ada di atas tanah terutama pada daun-daunnya.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi ketersediaan hara di dalam tanah yang
dapat diambil tanaman yaitu adalah total pasokan hara, kelembaban tanah dan
aerasi, suhu tanah, dan sifat fisik maupun kimia tanah. Hal ini semua merupakan
faktor pada unsur hara semuanya. Jika dalam kondisi lingkungan tanah, unsur hara
terjadi berlebihan dalam hal tertentu akan mengurangi kerja mikroorganisme
mengolah unsur hara dalam proses pertumbuhan tanaman. Dan sebaliknya jika
unsur hara dalam tanah sesuai maka kinerja mikroorganisme untuk mengolah unsur
hara akan baik dan tanah menjadi subur(QingQiu,2008).
B. Rumusan Masalah
Bagaimana mengetahui defisiensi unsur hara pada tanaman ?

C. Tujuan
Untuk mengetahui defisiensi unsur hara pada tanaman.

8
BAB VI.TINJAUAN PUSTAKA
Rendahnya ketersediaan unsur hara di dalam tanah akan mengakibatkan
rendahnya tingkat kesuburan tanah. hal ini akan menjadi salah satu faktor pembatas
dari hasil produksi tanaman jagung. Dengan dilakukan penambahan unsur hara
sangat diperlukan, karena zat-zat yang terdapat dalam tanah yang sebelumnya tidak
tersedia dan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan tanaman maka dengan
dilakukan pemupukan bagi tanaman sehingga kebutuhan akan terpenuhi
(Tania,2012).
Dalam hal ini pemupukan terdapat unsur hara yang dibutuhkan bagi tanaman.
Dengan pemberian pupuk bagi tanaman sangat dibutuhkan terutama pada
daerah atau tanah yang berpH masam ,dengan sebagian besar unsur hara di dalam
tanah tidak tersedia bagi tanaman (Novriani,2010). Pemupukan bertujuan untuk
mengganti unsur hara yang hilang dan dilakukan menambah persediaan unsur hara
yang dibutuhkan bagi tanaman jagung dengan tujuan untuk meningkatkan produksi
dan mutu tanaman. Ketersediaan dari unsur hara yang lengkap dan berimbang yang
dapat diserap bagi tanaman merupakan faktor yang sangat menentukan dalam
pertumbuhan dan produksi tanaman (Dewanto,2013).
Unsur hara merupakan unsur yang sangat dibutuhkan bagi tanaman baik untuk
pertumbuhan dan perkembangan tanaman.Unsur hara memiliki fungsi yang
berbeda pada setiap tubuh tanaman yaitu termasuk ionik, peran nzimatik, struktural
dan peaturan (Christin, 2009).Unsur hara dibagi menjadi 2 jenis yaitu unsur hara
essensial dan non essensial yang semua tergantung penyerapan dari tanaman
terhadap kebutuhannya.
Berdasarkan tingkat kebutuhan unsur hara dibedakan menjadi 2 golongan yaitu
unsur hara makro dan unsur hara mikro. Unsur hara makro adalah unsur hara yang
diserap tanaman dalam jumlah yang relatif banyak bagi tanaman,sebaliknya pada
unsur hara mikro yang hanya diserap tanaman dalam jumlah sedikit (Redaksi
PS,2005). Ada 6 unsur hara makro yang dapat diserap tanaman yaitu nitorgen (N),
fosfor (P), kalium (K), kalsium (Ca), magnesium (Mg), dan sulfur (S) (Budiana,
2005). ) Sedangkan mikro elemen terdiri dari Boron (B),Clor (Cl),kalium (Ca), besi
(Fe), mangan (Mn),molibden (Mo), dan zink (Zn). Unsur hara yang diperoleh
tanaman dari dalam tanah atau larutan hara yaitu unsur N, S, K, B, Mg, Ca, Zn, Mo,
Be, Mn, Na, Si.
Menurut Rosmarkam,(2002) menggusulkan bahwa perbedaan antara unsur
hara makro dan mikro adalah 0,02%,kadar unsur hara lebih dari 0,02% dan bila
kurang maka disebut dengan unsur hara mikro. Tetapi di lapang, banyak ditemukan
bagi tanaman tertentu dan hidup pada tanah tertentu yang memiliki angka tersebut
tidak tepat.

9
BAB VII.METODE KERJA
A. Alat dan Bahan
a. Alat :
- Kamera
- ATK
- Modul
b. Bahan :
- Sampel daun

B. Cara kerja
a) Mencari tanaman yang mengalami desiensi unsur hara pada tanaman
b) Mengambil daun yang terbuka sempurna dan mengalami defisiensi untuk
diamati
c) Mengamati dan mengindikasikan sampel daun yang terkena defisiensi
d) Cocokan hasil pengamatan dengan modul praktikum
e) Dokemtasikan hasil pengamatan dan indentifikasi serta sampel daun
tersebut

10
BAB VIII.HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
MONOKOTIL

No Nama Tanaman Gejala Gambar


1. Jambu Biji ( -Daun menjadi berwarna
Psidium guajava ) keunguan
-warna ungu dari ujung daun
ke bagian tepi
( Kekurangan Fosfor (P) )

2. Jeruk Sambal ( - klorosis diantara tulang daun


Citrus ablycarpa ) - tulang daun lama kelamaan
akan menjadi kuning dan
terdapat bercak kecoklatan
( Kekurangan Magnesium
(Mg) )
3. Sirsak ( Annona - klorosis diantara tulang daun
muricata ) - tulang daun lama kelamaan
akan menjadi kuning dan
terdapat bercak kecoklatan
( Kekurangan Magnesium
(Mg) )
4. Mangga ( - Pada ujung dan tepi-tepi daun
Mangifera indica klorosis
) - warna menjalar diantara
ujung tulang-tulang daun
- jaringan-jaringan daun pada
beberapa tempat mati
( Kekurangan Magnesium
(Mg) )
5. Cabe rawit ( - Daun terlalu hijau dan terlalu
Capsicum rimbun
frutescens ) - Produksi bunga menurun
( Kelebihan Nitrogen (N) )

11
DIKOTIL

No Nama Tanaman Gejala Gambar


1. Rumput teki ( -Daun menjadi berwarna
Cyperus rotundus keunguan
) -warna ungu dari ujung daun
ke bagian tepi
( Kekurangan Fosfor (P) )

2. Padi ( Oryza - Daun mengkerut, ujung dan


sativa ) tepi daun menguning
- warna seperti ini juga terjadi
pada tulang daun, pada
akhirnya daun tampak bercak
kotor kemudian mati
( Kekurangan Kalium (K) )
3. Ubi kayu ( - Pada ujung dan tepi-tepi daun
Manihot esculenta klorosis
) - warna menjalar diantara
ujung tulang-tulang daun
- jaringan-jaringan daun pada
beberapa tempat mati
( Kekurangan Magnesium
(Mg) )
4. Kunyit ( Curcuma - Daun mengkerut, ujung dan
longa ) tepi daun menguning
- warna seperti ini juga terjadi
pada tulang daun, pada
akhirnya daun tampak bercak
kotor kemudian mati
( Kekurangan Kalium (K) )
5. Lengkuas ( - klorosis diantara tulang daun
Alpinia galanga ) - tulang daun lama kelamaan
akan menjadi kuning dan
terdapat bercak kecoklatan
( Kekurangan Magnesium
(Mg) )

B. Pembahasan
Kekurangan salah satu atau beberapa unsur hara akan mengakibatkan
pertumbuhan tanaman tidak sebagaimana mestinya yaitu ada kelainan atau

12
penyimpangan-penyimpangan dan banyak pula tanaman yang mati muda yang
sebelumnya tampak layu dan mengering. Keadaan yang demikian akan
merugikan petani dan tentu saja sangat tidak diharapkan oleh petani.
Sebagaimana hasil yang di dapatkan rata-rata kekurangan pupuk dasar yaitu
n,p,k yang sangat di butuhkan tanaman untuk tubuh dan berkembang demi
menghasilkan produksi yang tinggi.
Oleh sebab itu maka tanaman harus diberikan nutrisi unsur hara yang cukup
dan sesuai dengan kebutuhan dari fase tanaman saat itu juga. Dalam
proses pemupukan adalah salah satu kegiatan yang berhubungan dengan
pertumbuhan dan produksi tanaman. Ketersediaan pupuk dengan sumber
hara makro seperti N, P, dan K yang cepat direspons oleh tanaman saat ini
semakin sulit diperoleh oleh kalangan masyarakat salah satunya petani,
sehingga diperlukan suatu informasi mengenai ketersediaan unsur hara di
dalam tanah agar petani mengetahui unsur hara yang kahat di tanah tersebut

13
PENGENALAN JENI-JENIS LEGUMINOSAE DAN
MANFAATNYA UNTUK KESUBURAN TANAH
BAB IX.PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Tanaman legum merupakan tanaman yang berperan dalam kesuburan tanah.
Legum dikenal sebagai tanaman yang dapat menambat N2 diudara untuk
pertumbuhannya dan sebagian disekresikan kelingkungan tanah. Hal ini
diakibatkan karena tanaman legum melakukan asosiasi dengan bakteri penambat
nitrogen. Sebagian besar bakteri yang bersimbiosis dengan tanaman legum adalah
bakteri pembintil akar (Legume Nodulating Bacteria) atau dikenal sebagai rhizobia.
Simbiosis rhizobia dengan tanaman legum adalah proses kompleks yang
melibatkan tanaman dan gen bakteri yang mengarah ke pembentukan dan
perkembangan nodul pada akar legum (Nadeem et al.,2015).
Selain kemampuannya dalam membentuk bintil akar pada legum tertentu,
rhizobia dapat diidentifikasi berdasarkan karakter fenotipiknya. Rhizobia bersifat
Gram negatif dan tidak membentuk spora, berukuran 0,5–1,0 x 1,2–3,0 µm, bersifat
motil, aerob dan memiliki flagela peritrikus. Koloni yang terbentuk berwarna putih,
circular, convex, semi-translucent atau opaque, raised dan mucilaginous dengan
diameter 2-4 mm selama 5-6 hari pada suhu 28ºC jika ditumbuhkan pada medium
Yeast Mannitol Agar (YMA). Klasifikasi rhizobia telah mengalami beberapa kali
perkembangan. Secara umum, bakteri pembintil akar terbagi menjadi dua bagian
besar yaitu a- Proteobacteria dan ß-Proteobacteria. (Berrada & Fikri-Benbrahim,
2014).
Salah satu jenis legum yang dapat bersimbiosis dengan rhizobia adalah kacang
tanah. Tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea) merupakan tanaman leguminosa
semak yang termasuk ke dalam suku polong-polongan atau Fabaceae. Anggota
suku ini juga dikenal karena kemampuannya menambat nitrogen langsung dari
udara dan bersimbiosis dengan bakteri tertentu pada akarnya, sehingga banyak
digunakan untuk pengembalian kesuburan suatu lahan (Adisarwanto, 2007).
Arachis hypogaea mampu membentuk asosiasi simbiotik dengan Rhizobium,
Bradyrhizobium, Sinorhizobium, Mesorhizobium, Allorhizobium, Azorhizobium
(Liu et al., 2012). Oleh karena itu perlu adanya pengujian lebih lanjut untuk
mengetahui karakterisasi bakteri pembintil akar pada rhizosfer Arachis hypogaea.

B. Rumusan masalah
Apa saja jenis leguminosa dari merambat, menjalar, melilit, perdu/semak, dan
pohonan ?

C. Tujuan
Mengetahui jenis leguminosa dari merambat, menjalar, melilit, perdu/semak,
dan pohonan

14
BAB X.TINJAUAN PUSTAKA
Leguminosa merupakan salah satu suku tumbuhan dikotil yang mempunyai
kemampuannya mengikat (fiksasi)nitrogen langsung dari udara (tidak melalui
cairan tanah) karena bersimbiosis dengan bakteri tertentu pada akar atau batangnya
(Tillman dkk, 1998).
Leguminosa memiliki bintil-bintil akar yang berfungsi dalam pensuplai
nitrogen, dimana di dalam bintil-bintil akar inilah bakteri bertempat tinggal dan
berkembang biak serta melakukan kegiatan fiksasi nitrogen bebas dari udara. Itulah
sebabnya leguminosa merupakan sumber protein dan mineral yang berkadar tinggi
bagi ternak, disamping memperbaiki kesuburan tanah (Susetyo, 1983).
Menurut Tilman dkk. (1998)hijauan pakan jenis leguminosa memiliki sifat
yang berbeda dengan rumput-rumputan, jenis legum umumnya kaya akan protein,
kalsium dan phosfor. Legum berdasarkan fungsinya terbagi menjadi 3 macam yaitu
: 1) Sebagai bahan pangan dan hijauan pakan ternak (Papilionaceae), contohnya :
Kacang Tanah (Arachis hipogeae), Kacang kedele (Glycine soya), Kacang panjang
(Vigna sinensis), 2) Sebagai hijauan pakan ternak (Mimosaceae), contohnya :
Kacang gude (Cayanus cayan), Kalopo (Calopogonium muconoides), Sentrosema
(Centrosoma pubescens), 3) Multi fungsi (pakan, pagar, pelindung, penahan erosi),
contohnya : Gliricidea maculata, Albazia falcate. Reksohadiprodjo (1985)juga
menjelaskan apabila dilihat dari bentuknya, tanaman leguminosa dibagi menjadi
tiga : 1)Pohon adalah tanaman leguminosa yang berkayu dan mempunyai tinggi
lebih dari 1,5 meter, contoh : Leucaena leucocephala, Sesbania glandiflora,
Glyricidia sepium, Bauhinia sp., 2)Perdu adalah tanaman leguminosa yang berkayu
dan mempunyai tinggi kurang dari 1,5 meter, contoh : Desmanthus vergatus,
Desmodium gyroides, Flemingia congesta, Indigofera arrecta, 3)Semak adalah
tanaman leguminosa yang tidak berkayu, sifat tumbuhnya memanjat dan merambat,
contoh : Centrosema pubescens, Pueraria phaseoloides, C alopogonium
mucunoides. Rasidin (2005) menjelaskan tanaman leguminosa merupakan sumber
pakan bagi ternak ruminansia, dan juga dapat memperbaiki pengolahan sumber
daya lahan pertanian seperti pelindung permukaan tanah dari erosi, memperbaiki
kesuburan tanah memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah dan menekan
pertumbuhan gulma.

15
BAB XI.METODE KERJA

A. Alat dan Bahan


a. Alat :
- Kamera
- ATK
- Carter
b. Bahan :
- Tanaman leguminosa

B. Cara kerja
a) Mencari tanaman leguminosa
b) Mengamati tanaman dari daun, batang,bunga dan polong
c) Menganalisa bentuk dan ciri spesifik perbedaan pada masing-masing jenis
legum dari bentuk, jumlah, permukaan, ukuran, dll.
d) Menganalisa spesifikasi nama dan jenis legum yang di dapat untuk
dikelompokan kedalam sifat klasifikasi legum
e) Menjelaskan anatomi dan cara hidup legum
f) Mengumpulkan laporan sementara

16
BAB XII.HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Merambat, Menjalar, Melilit
No Nama Daun Batang Bunga polong Gambar
Tanaman
1. Putri Malu majemuk menyirip berbentuk bulat seperti bola dan berbentuk polong
bulat, licin dan tidak bermahkota atau pipih memiliki sekat
ganda dua yang seperti batang kelopak bunganya yang seperti garis dan
sempurna jumlah kangkung besar seperti bunga – ukuranya yang
daun pada setiap sirip beruas dan bunga yang lain tabung sangat kecil.
beronga mahkotanya juga
tanaman putri malu
memiliki berukuran sangat kecil
sekitar 5 – 26 pasang. banyak cabang seperti selaput putih
Pada helaiyan daun pada setiap untuk warna bunga
berbentuk ruasnya putih dan lebih kuning.
memanjang dengan
ujung yang runcing,
bagian tepi yang rata
dan pangkal nampak
memundar bagian
atas dan bawa daun
putri malu jika diraba
akan terasa licin.
2. Kacang- setiap tangakai hanya memiliki buku berbentuk bulat diatas memiliki banyak
– buku bulu memanjang
Kacangan ada tiga helai daun, kesuluruhan sedangkan dibawa berbentuk polong
bentuk daun hampir batang berbulu sedikit agak mengecil, pipih memiliki sekat
mirip segi tiga sidikit halus warna bunga putih seperti garis dan
merambat ( ukuranya yang
kasar, dan bawah keunguan dan bunga
menjalar ) dan sangat kecil.
daun berbulu. tidak memiliki sedikit kecil.
kayu.

3. Kecipir termasuk daun berwarna hijau warna bunga hijau warna hijau ketika
majemuk, memiliki hingga keunguan gelap, masih muda dan
tiga anak daun yang tidak memiliki bunga tersebut berwarna hitam
berselang seling kayu, batang memiliki dua kelamin ketika tua atau
Penumpu daun berbentuk kemudian memiliki kering, polong
berbentuk bundar kelopak demam berbentuk garis atau
beruas
telur lanset, bentuk tabung, warna mahkota lonjong memanjang
daun runcing pada panjang biru pucat kemerah – memiliki bentuk
ujungya tulang daun batang pada merahan maupun segi empat beringit
menyirip dengan kecipir sekitar kerim. Benderanya dengan sudut
tangkai. berbentuk lonjong bersayap, warna
4m
panjang dan bunga polong kuning, dan
termasuk tipe bunga coklat kehitaman.
kupu – kupu.

17
Perdu

No Nama Daun Batang Bunga polong Gambar


Tanaman
1. Kacang Memiliki daun tiga tegak cabang berwarna polong berbentuk
helai dan memiliki menyamping kuning silindris, panjang dan
Hijau letak berseling, pada batang tersusun dalam biasanya berbulu
tangkai daun cukup utama berbentuk tandan dan pendek. Pada waktu
panjang tanaman ini bulat dan muncul pada muda polong berwarna
memiliki daun berbulu batang dan hijau namun jika sudah
berwarna hijau dan memiliki warna melakukan tua coklat atau
kekuningan jika batang hijau dan penyerbukan kehitaman.
sudah layu atau mau bila sudah tua sendiri.
gugur. batang berubah
menjadi
kecoklatan.

2. Kedelai Memiliki 3 buah Berambut atau Bunga kupu- Memiliki warna hijau
daun, berbentuk oval berbulu yang kupu, tumbuh jika masih mudah, dan
menyirip, ujung daun struktur bulunya di ketiak daun, warna coklat, kehitaman
tajam/ tumpul beragam, 3 – 15 bunga jika sudah tua. Jumlah
berbentuk bulat pada setiap biji setiap polong 1 – 5
berwarna hijau, tangkai buah, dengan
dan panjang permukaan bulu yang
antara 30 – 100 rapat , dan ada juga yang
cm berbulu jarang.
3. Kacang Majemuk dengan Memiliki batang Berbentuk Berwarna putih
Tanah bersirip genap, terdiri yang kerdil dan seperti kupu- kecoklatan dengan
dari 4 anakan, bentuk berbuku-buku, kupu berwarna cangkang yang keras
bulat, oval dan agak tumbuh sekitar kekuningan
lancip 30 – 50 cm

Pohonan

No Nama Daun Batang Bunga polong Gambar


Tanaman
1. Putri Malu majemuk menyirip berbentuk bulat berbentuk bulat polong pipih seperti
ganda dua atau seperti bola dan garis dan ukurannya
Berduri sempurna untuk seluruh batang tidak bermahkota yang sangat kecil
helaiyan anak daunya tanaman putri atau kelopak dan memiliki biji
berbentuk memnjang malu memiliki bunganya yang kecil,bulat dan
dengan ujungya yang besar seperti bentuknya yang
rambut dan duri
runcing bagian tepi bunga – bunga pipih
yang rata dan pangkal yang menempel yang lain.
tampak memundar dengan rambut
dan warna daun sikat yang arah
berwarna hijau.
nya miring
kearah bawah

18
2. Merak majemuk, menyirip, berwarna putih majemuk merah bentuk pipih panjang
genap serta ganda atau kuning dan lebar buah yang
Kuning dua, berbentuk bulat dan padat tinggi panjang memiliki sudah tua akan
telur sungsang, mencapai 2 – 4m mahkota dan bisa berwarna hitam.
berujung bulat, serta memiliki mengalami
pangkal menyempit, metamorfosis
banyak cabang.
tepi rata dan menjadi tabung
permukaan atas mahkota.
berwarna hijau
permukaan bawah
hijau kebiruan.

3. Merak majemuk, menyirip, berwarna putih majemuk merah bentuk pipih panjang
atau kuning
Merah genap serta ganda dan padat tinggi panjang memiliki dan lebar buah yang
dua, berbentuk bulat mencapai 2 – 4m mahkota dan bisa sudah tua akan
telur sungsang, serta memiliki mengalami berwarna hitam.
metamorfosis
berujung bulat, banyak cabang.
menjadi tabung
pangkal menyempit, mahkota.
tepi rata dan
permukaan atas
berwarna hijau
permukaan bawah
hijau kebiruan.

B. Pembahasan
tanaman leguminosa dibagi menjadi tiga :
1) Pohon adalah tanaman leguminosa yang berkayu dan mempunyai tinggi
lebih dari 1,5 meter, contoh : Leucaena leucocephala, Sesbania glandiflora,
Glyricidia sepium, Bauhinia sp.,
2) Perdu adalah tanaman leguminosa yang berkayu dan mempunyai tinggi
kurang dari 1,5 meter, contoh : Desmanthus vergatus, Desmodium gyroides,
Flemingia congesta, Indigofera arrecta,
3) Semak adalah tanaman leguminosa yang tidak berkayu, sifat tumbuhnya
memanjat dan merambat, contoh : Centrosema pubescens, Pueraria
phaseoloides, C alopogonium mucunoides.

19
PENGENALAN PUPUK AN-ORGANIK ( buatan )
BAB XIII.PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penggunaan pupuk anorganik telah menjadi tradisi pada sistem pertanian yang
ada pada saat ini. Hal ini mulai dilakukan sejak revolusi hijau mulai digemakan ke
seluruh dunia pada awal dekade 1960-an. Pada mulanya, penggunaan pupuk
anorganik memberikan dampak positif bagi petani dengan meningkatnya hasil
produksi tanaman. Namun penggunaan pupuk ini dalam jangka panjang dapat
mengakibatkan tanah mengeras, kurang mampu menyimpan air, dan menurunkan
pH tanah yang pada akhirnya akan menurunkan hasil produksi tanaman (Parman,
2007). Untuk meningkatkan kembali produksi tanaman, petani mulai menambah
dosis pupuk sehingga biaya produksi semakin meningkat dan keuntungan petani
semakin merosot.
Simanungkalit (2006) melaporkan bahwa kelangkaan pupuk anorganik yang
sering terjadi pada setiap musim tanam menyebabkan banyak petani harus mencari
ke daerah lain dan berani membeli mahal demi kelanjutan produksi tanamannya.
Oleh karena itu perlu diterapkan sebuah cara untuk mengurangi penggunaan pupuk
anorganik. Beberapa cara yang telah dikembangkan untuk mengurangi penggunaan
pupuk anorganik adalah dengan menggunakan pupuk organik dan pupuk hayati.
Menurut Simanungkalit (2006), pupuk organik adalah nama kolektif untuk semua
jenis bahan organik yang berasal dari hewan dan tanaman yang dapat
terdekomposisi menjadi hara tersedia bagi tanaman. Sedangkan pupuk hayati
adalah nama kolektif untuk semua kelompok fungsional mikroba tanah yang dapat
menyediakan hara tersedia bagi tanaman di dalam tanah. Mikroba tanah yang
tergolong dalam kategori ini adalah rhizobium, fungi mikoriza arbuskular, mikroba
pelarut fosfat, dan lain-lain.

B. Rumusan Masalah
Apa saja macam - macam pupuk An-Organik ?

C. Tujuan
Mengetahui macam – macam pupuk An-Organik

20
BAB XIV.TINJAUAN PUSTAKA

Pupuk anorganik adalah pupuk yang terbuat dengan proses fisika, kimia, atau

biologis. Pada umumnya pupuk anorganik dibuat oleh pabrik. Bahan bahan dalam

pembuatan pupuk anorgank berbeda beda, tergantung kandungan yang diinginkan.

Misalnya unsur hara fosfor terbuat dari batu fosfor, unsure hara nitrogen terbuat

dari urea. Pupuk anorganik sebagian besar bersifat hidroskopis. Hidroskopis adalah

kemampuan menyerap air diudara, sehingga semakin tinggi higroskopis semakin

cepat pupuk mencair (Musnamar, 2003).

Pupuk anorganik adalah pupuk yang dibuat oleh pabrik-pabrik pupuk dengan

meramu bahan-bahan kimia anorganik berkadar hara tinggi. Misalnya urea

berkadar N 45-46% (setiap 100 kg urea terdapat 45-46 kg hara nitrogen) (Lingga,

2000).

Pupuk anorganik atau pupuk buatan dapat dibedakan menjadi pupuk tunggal

dan pupuk majemuk. Pupuk tunggal adalah pupuk yang hanya mengandung satu

unsur hara misalnya pupuk N, pupuk P, pupuk K dan sebagainya. Pupuk majemuk

adalah pupuk yang mengandung lebih dari satu unsur hara misalnya N + P, P + K,

N + K, N + P + K dan sebagainya (Hardjowigeno, 2004).

21
BAB XV.METODE KERJA

A. Alat dan Bahan


a. Alat :

- Wadah

- Cawan Aluminium

- Modul

- ATK

b. Bahan :
- Pupuk
- Aquadest

B. Cara Kerja
a) Ambil beberapa gram contoh sampel yang akan di identifikasi sifat –
sifatnya
b) Letakan pada wadah agar tidak berserakan
c) Beri kode pada sampel yang akan diamati
d) Amati tiap – tiap bentuk fisik dari pupuk yang dijadikan sebagai objek
pengamatan
e) Analisa dari warna, bentuk, ukuran, struktur, tingkat higroskopisitas,
tingkat kelarutan, dan lainnya
f) Analisa jenis pupuk sesuai dengan deskripsi jenis pupuk berdasarkan
teori yang ada.

22
BAB XVI.HASIL DAN PEMBAHSAN

A. Hasil
Tingkat Tingkat Jenis
No Warna Bentuk Ukuran Struktur Unsur Dokumentasi
Higroskopisitas Kelarutan Kandungan

Butiran Fine 1-2 Agak


1 Putih Tinggi Cepat N Tunggal
kristal mm keras

Abu- Butiran Very fine Agak


2 Tinggi Cepat N Tunggal
abu tua kristal 1 mm lembut

Butir Coarse 5- Sangat Sangat N, P, Majemuk 3


3 Coklat Sangat rendah
membulat 10 mm keras lambat K unsur

Tepung Very fine Sangat N, P, Majemuk 3


4 Biru Lembut Sangat tinggi
kasar 1 mm cepat K unsur

Merah Butir Agak


5 Medium Tinggi Agak cepat
muda membulat keras

Abu- Butir Agak


6 Medium Tinggi Agak cepat P Tunggal
abu membulat keras

23
Coklat Butir
7 Medium Keras Tinggi Agak cepat
muda membulat

Tepung Very fine Agak N, P, Majemuk 3


8 Hijau Tinggi Agak cepat
kasar 1 mm lembut K unsur

Merah Tepung Very fine Agak N, P, Majemuk 3


9 Tinggi Agak cepat
muda kasar 1 mm lembut K unsur

Abu- Butir Sangat


10 Medium Keras Sangat rendah P Tunggal
abu tua membulat lambat

Butir Very fine


11 Merah Keras Sedang Sedang K Tunggal
kristal 1 mm

Coklat Butir Agak Sangat N, P, Majemuk 3


12 Coarse Sangat rendah
tua membulat keras lambat K unsur

Coklat Butir N, P, Majemuk 3


13 Medium Keras Tinggi Agak cepat
muda membulat K unsur

24
Butir Agak Sangat
14 Hitam Medium Sangat rendah N Tunggal
membulat keras lambat

Abu- Butiran Fine 1 - 2 Agak Sangat


15 Sangat tinggi N Tunggal
abu kristal mm keras cepat

Kuning
Agak Sangat N, P, Majemuk 3
16 kemera Butiran Medium Sangat rendah
keras lambat K unsur
han

Tepung Very fine Sangat


17 Putih Lembut Sangat rendah
halus 1 mm lambat

Sangat N, P, Majemuk 3
18 Coklat Cair Halus Lembut Sangat tinggi
cepat K unsur

B. Pembahasan
Pupuk anorganik atau pupuk buatan dapat dibedakan menjadi pupuk tunggal
dan pupuk majemuk. Pupuk tunggal adalah pupuk yang hanya mengandung satu
unsur hara misalnya pupuk N, pupuk P, pupuk K dan sebagainya. Pupuk majemuk
adalah pupuk yang mengandung lebih dari satu unsur hara misalnya N + P, P + K,
N + K, N + P + K dan sebagainya (Hardjowigeno, 2004).

25
PENUTUP
BAB XVII.KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dan juga uraian pembahasan di atas dapat di tarik kesimpulan
bahwa :
1. Komponen untuk membuat pupuk organik sangat mudah di dapat yaitu daun
kering, EM-4, dolomite, pukan, dan juga air.
2. Pupuk organik yang di buat selama 7 minggu masih belum matang
dikarenakan kondisi cuaca yang tidak tetap dan juga kesalahan dalam
menyimpan pupuk organik.
3. Defisiensi unsur hara dapat di ketahui dengan melihat visual tanaman dari
warna, wujud, dan juga perubahan yang menyimpang dari pertumbuhan
tanaman tersebut
4. Ada 3 jenis tanaman leguminosa yaitu merambat, menjalar, melilit
(contohny: putri malu, kacang-kacangan dan kecipir), perdu/semak
(contohnya: kacang hijau, kacang kedelai, dan kacang tanah), dan pohonan
(contohnya: putri malu berduri, merak kuning, dan merak merah).
5. Kata dapat mengidentifikasi kandungan yang ada dalam pupuk an-organik
dengan cara melihat warnanya, bentukny, ukuran, strukturnya, tingkat
higrokopisitas, dan referensi yang ada seperti artikel, dll.

26
DAFTAR PUSTAKA
Christin, H., dkk. 2009. Influence Of Iron, Potassium, Magnesium, and Nitrogen
Deficiencies On The Growth And Development Of Sorghum (Sorghum
Bicolor L.) And Sunflower (Helianthus Annuus L.)Seedlings.Journal Of
Biotech Research (1): 64-71.
Dewanto, F. G., dkk. 2013. Pengaruh Pemupukan Anorganik dan Organik
Terhadap Produksi Tanaman Jagung Sebagai Sumber Pakan.Zootek 32 (5):
1-8.
Gaur, A.C. 1981. A Manual of Rural Compositing. In Improving Soil Fertility
Throught Organic Recycling. Food and Agriculture Organization of The
United Nations.
Howard, R.L., E. Abotsi, E.L.J. Van Rensburg and S. Howard. 2005.
Lignocellulose biotechnology: Vol. 8 No. 2: 197-210, 201-208 issues of
bioconversion and enzyme production. African Journal of Biotechnology2:
602-619.
H, Taufik. Tadjoedin dan Hadi, Ir, Iswanto 2002. Kiat mengatasi permasalahan
praktis: mengebunkan mengkudu secara intensif. AgroMedia Pustaka,
Jakarta.
Jumin, Hasan Basri. 2005. Dasar-dasar agronomi. PT RajaGrafindo Persada,
Jakarta.
Khumaida, N., dan T. Handayani. 2010. Induksi dan Proliferasi Kalus Embriogenik
pada Beberapa Genotipe Kedelai. Fakultas Pertanian IPB. Bogor. J. Agron.
Indonesia 38 (I) : 19-24 (2010).
Musnamar, E. I. 2003. Pupuk Organik Padat: Pembuatan dan Aplikasinya. Jakarta:
Penebar Swadaya.
Nagavallemma KP, Wani SP, Stephane Lacroix, Padmaja VV, Vineela C, Babu
Rao M and Sahrawat KL. 2006. Vermicomposting: Recycling wastes into
valuable organic fertilizer. Journal International Crops Research Institute for
the Semi-Arid Tropics. Vol. 2(1). Agustus.
Novizan, Ir 2005. Petunjuk pemupukan yang efektif. AgroMedia Pustaka, Jakarta.
Nurdin, dkk. 2008. Pertumbuhan dan Hasil Jagung yang Dipupuk N, P, dan K Pada
Tanah Vertisol Isimu Utara Kabupaten Gorontalo. Tanah Trop 14(1): 49-56.

27
Novriani.2010. Alternatif Pengelolaan Unsur Hara P (Fosfor) Pada Budidaya
Jagung. Agronobis 2(3): 42-49.
Pudyastuti, S., Noor A. H., Sumadi. 2011. Efektivitas ZPT 2,4 D pada medium dan
lama pencahayaan untuk menginduksi kalus dari kotiledon kedelai. Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang.
Semarang. ISSN 2085-191X.
QingQiu, dkk. 2008.Effects Of Nitrogen On Plant-Microorganism
Interaction.Journal Of Biosciences (2): 34-42.
Sutanto, Rachman. 2002. Pertanian organik: Menuju Pertanian Alternatif dan
Berkelanjutan. Jakarta.

28
LAMPIRAN

29

Anda mungkin juga menyukai