Anda di halaman 1dari 49

TEKNIK FORMULASI & PRODUKSI BIOFARMING (KP 242)

1. Innaka Ageng Rineksane, SP.MP, PhD


2. Dr. Siti Aisyah, SP. MP
3. Ir. Agung Astuti, M.Si
4. Ir. Mulyono, MP.
5. Genesiska, S.Si.MSc.
6. Taufiq Hidayat, SP.MSc.

2021/2022
KATA PENGANTAR
Assalamu'alaikum Wr Wb.,
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunianya
sehingga Buku Panduan Praktikum Teknik Formulasi & Produksi
Biofarming Fakultas Pertanian UMY tahun 2021/2022 telah dapat
diselesaikan. Buku panduan ini merupakan penyempurnaan dari edisi
sebelumnya, sebagai pedoman bagi mahasiswa Program Studi
Agroteknologi dalam melaksanakan praktikum dan memberikan petunjuk
praktis agar mahasiswa mendapatkan gambaran secara jelas dalam
melakukan formulasi dan produksi pupuk hayati, biopestisida dan rekayasa
tanaman.
Terimakasih disampaikan kepada Innaka Ageng Rineksane, SP.MP,
PhD Dr. Siti Aisyah, SP. MP Ir. Agung Astuti, M.Si Ir. Mulyono, MP.
Genesiska, S.Si.MSc. Taufiq Hidayat, SP.MSc. atas kontribusi dalam
penyempurnaan buku Panduan ini. Terimakasih kepada Sumarsih yang telah
berkontribusi dalam editing serta dan semua pihak yang telah ikut membantu
dalam penyelesaian buku ini.
Kami menyadari masih terdapat kekurangan dalam buku Panduan
Praktikum ini, untuk itu kritik dan saran terhadap penyempurnaan buku ini
sangat diharapkan. Semoga buku Panduan Praktikum ini bermaanfaat bagi
mahasiswa Agroteknologi khususnya dan bagi semua pihak yang
membutuhkan.
Wassalamu'alaikum Wr Wb.

Agustus 2021
Koordinator Praktikum &
Penyusun Buku,
Ir. Agung Astuti, MSi
ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar..................................................................... i
Daftar Isi .............................................................................. iii
Tata Tertib ........................................................................... vii
Pembuatan Ekstrak Pestisida Nabati ................................... 2
Pengamatan Fisik ................................................................... 3
Aplikasi ke OPT..................................................................... 3
Produksi Jamur Untuk Biopestisida ......................................... 6
Produksi dan Aplikasi Bakteri Untuk Biopestisida .................... 15
Produksi Aktivator dan Aplikasi Dekomposisi Bahan Organik .. 18
Produksi Inokulum Mikoriza dan Aplikasinya .......................... 20
Produksi Inokulum Pelarut Phosfat dan Aplikasinya ................. 22
Produksi Inokulum Rhizobium sp. dan Aplikasinya .................. 24
Produksi Inokulum Azolla Dan Aplikasinya ............................. 26
Produksi Inokulum Rhizobacteri Dan Aplikasinya .................... 27
Isolasi DNA Dengan Kit ......................................................... 30
PCR (Polymerase Chain Reaction) .......................................... 32
Elektroforesis ......................................................................... 35
Daftar Pustaka........................................................................ 37

iii
iv
ACARA

A. BIOPESTISIDA KIMIA
1. Produksi dan Aplikasi Biopestisida nabati
2. Produksi dan Aplikasi
Biofungisida/biobakterisida nabati

B. BIOPESTISIDA MIKROBIA
1. Produksi dan Aplikasi Jamur untuk Biopestisida
2. Produksi dan Aplikasi Bakteri untuk Biopestisida

C. BIOTEKNOLOGI PUPUK HAYATI


1. Produksi dan Aplikasi Bioaktivator Dekomposer
2. Produksi dan Aplikasi Mikrobia Pelarut Phosphat
3. Produksi dan Deteksi DNA insert pada
Aplikasi Mikrobia Fiksasi Nitrogen
4. Produksi dan Aplikasi Mikrobia PGPR &
Rhizobacteri

D. REKAYASA TANAMAN
1. Deteksi DNA insert pada tanaman transgenik
2. Amplifikasi DNA insert dari tanaman
transgenik dengan PCR
3. Checking DNA insert dengan
elektroforesis

v
vi
TATA TERTIB

Sebelum Praktikum
1. Praktikan berpakaian sopan mengikuti aturan yang telah
ditetapkan oleh Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
2. Praktikan wajib mempelajari acara praktikum pada hari itu
(lihat acara dan jadual praktikum)
3. Praktikan harus siap di laboratorium 10 menit sebelum
praktikum dimulai. Bagi yang terlamabt lebih dari 10 menit
tidak diijinkan mengikuti praktikum
4. Praktikan memberikan surat ijin secara tertulis dan dapat
dipercaya jika berhalangan hadir
5. Membawa buku catatan, ballpoint, pensil 2B, kain lap/
serbet dan korek api

Selama Praktikum
1. Praktikan harus membawa jas praktikum dan dipakai waktu
akan masuk laboratorium
2. Co- asisten mengadakan test acara yang bersangkutan
selama 10- 15 menit
3. Asisten memberikan asistensi acara yang bersangkutan
selama 15- 30 menit
4. Praktikan wajib mematuhi petunjuk- petunjuk yang
diberikan asisten
5. Bekerja dengan hati- hati dan jika merusakkan alat harus
segera dilaporkan asisten serta menjadi tanggung jawab
praktikan yang bersangkutan
6. Sepuluh menit sebelum praktikum berakhir maka praktikan
harus bersiap- siap untuk membuat laporan
7. Praktikan membuat laporan sementara yang disyahkan oleh
asisten/ co-asisten

vii
Setelah Praktikum
1. Praktikan harus membuat laporan sesuai petunjuk asisten
dan diserahkan pada praktikum acara berikutnya (3- 4 hari
setelah praktikum)
2. Jika tidak membawa laporan atau sebelum selesai 75%
(sampai pembahasan) maka akan diberi tugas khusus
3. Praktikan harus membuat Proposal Proyek Penelitian dan
dipresentasikan pada acara VIII
4. Praktikan harus membuat laporan Proyek Penelitian dan
dipresentasikan

Lain- Lain
1. Praktikan harus mengikuti semua acara
2. Praktikum dianggap gagal apabila tidak mengikuti semua
acara yang ditetapkan: tidak mengikuti pengamatan, tidak
membuat laporan, maupun tidak ikut responsi

viii
A. BIOPESTISIDA KIMIA

1. Pembuatan Ekstrak Pestisida Nabati


2. Pengamatan Fisik Hasil Ekstrak Formulasi
Pestisida Nabati (Bentuk Cair, Tepung dan
Butiran), Pengemasan dan Labelisasi Produk
3. Aplikasi ke OPT
4. Tabulasi Data & Pembuatan Laporan

1
ACARA I
PEMBUATAN EKSTRAK PESTISIDA NABATI

a. Mimba (Azadirachta indica)


Daun mimba mengandung bahan aktif azadirachtin, salanin,
nimbenen, dan metllantriol. Pestisida organik mimba efektif untuk
mengendalikan ulat, hama pengisap, jamur, bakteri, nematode dan
sebagainya.
b. Srikaya
Srikaya mengandung bahan aktif annonain dan resin. Pestisida
nabati srikaya efektif untuk mengendalikan ulat dan hama
pengisap.
c. Sirsak (Annona muricata)
Daun sirsak mengandung bahan aktif annonain dan resin. Pestisida
nabati daun sirsak efektif untuk mengendalikan hama trip.
d. Gamal (Glerycidea)
Kandungan bahan aktif daun gamal adalah tanin. Ekstrak pestisida
nabati daun gamal efektif untuk mengendalikan ulat dan hama
pengisap. Daun gamal dapat digunakan sebagai insektisida jika
ditambah dengan minyak tanah dan ditergen. Ekstrak daun gamal
tanpa tambahan minyak tanah sangat rendah keefektifannya.
Cara kerja:
1. Blender biasa (tanpa tambahan bahan pelarut, bahan beracun)
100 gram bahan dipotong kecil- kecil + 300 ml air, kemudian
diblender halus. Simpan dalam gelas, biarkan 48 jam. Cara kerja ini
diulang 3x (untuk bahan formulasi cair, tepung dan butiran)
2. Blender + pelarut ethanol
100 gram bahan dipotong kecil- kecil + 5 ml ethanol + 300 ml air,
kemudian diblender sampai halus. Simpan dalam gelas, biarkan 48
jam. Cara kerja ini diulang 3X (untuk bahan formulasi cair, tepung
dan butiran)
Bahan :
1. Daun mimba 3. Daun glerycidea
2. Daun sirsak 4. Daun srikaya

2
ACARA II
PENGAMATAN FISIK

A. Hasil ekstrak diamati sambil disaring lagi ukur volume sisa, pH


dan warna cairan.
B. Dibuat 3 macam formulasi:
1. Formulasi Cair
Dari hasil ekstrak 400 ml langsung dimasukkan ke dalam
botol dan diberi label lengkap.
Isi label:
• Nama bahan • Volume/ berat
• Konsentrasi • Cara aplikasi
• Bahan pelarut • Target OPT
• Waktu dibuat

2. Formulasi Tepung
Hasil ekstrak 100 ml dicampur dengan 50 gram tepung
zeolit, diaduk sampai rata, dikering anginkan atau di hair
dryer, sesudah kering baru dipak/ dibungkus dengan plastik,
kemudian dimasukkan dalam dus dengan diberi label.
3. Formulasi Butiran
Hasil ekstrak 100 ml dicampur dengan 50 gram pasir,
diaduk sampai rata, kering anginkan kemudian dibungkus
dengan plastik, dimasukkan ke dalam dus & diberi label.

ACARA III. APLIKASI KE OPT

Perlakuan pestisida terhadap hama ulat dalam pot untuk


formulasi cair (dengan cara penyemprotan), formulasi
tepung (dengan cara penyiraman) dan formulasi butiran
(dengan cara penaburan) .
Pengamatan dilakukan setiap 2 hari sekali, sampai dengan
hari ke- 14.
Hitung mortalitas, kecepatan kematian dan persentase efikasi
3
4
B. BIOPESTISIDA MIKROBIA

1. Produksi dan Aplikasi Jamur untuk Biopestisida


2. Produksi dan Aplikasi Bakteri untuk Biopestisida

5
ACARA I
PRODUKSI JAMUR UNTUK BIOPESTISIDA

Jamur Beauveria bassiana Metarhizium sp., Trichoderma


sp. adalah agen Hayati yang mempunyai sifat patogenik sehingga
menyebabkan hama yang diserang menjadi sakit bahkan dapat
mengalami kematian. Jamur Beauveria sp. dapat mengendalikan
wereng, walang sangit dll, mempunyai koloni berwarna putih hifa
tumbuh dengan diameter 2- 3 mm. Konidiosfornya bercabang-
cabang dengan membentuk sekat- sekat pendek yang panjangnya
2- 4 mm. Jamur ini mempunyai pysidium dengan bentuk seperti
botol yang tumbuh pada ujung hifa. Metarhizium sp. dapat
mengendalikan kumbang badak, mempunyai hifa bersekat dan
terletak diluar atau didalam tubuh inangnya. Konidiosfornya
berbentuk lonjong, tunggal, membentuk bunga dan muncul pada
ujung hifa. Konidia sebagai alat perkembangbiakan muncul pada
ujung konidiofornya berbentuk bulat telur panjang, silindris,
berantai, terdiri dari satu sel berwarna cerah dan massanya
berwarna hijau olive. Jamur Trichoderma sp. dapat
mengendalikan penyakit tular tanah, salah satunya adalah yang
disebabkan oleh Fusarium sp.
Untuk menumbuhkan dan mengembangkan jamur
diperlukan substrat dengan persyaratan: steril, pH, serta tekanan
osmosa yang sesuai dan mengandung semua unsur hara yang
diperlukan.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam inokulasi
mikrobia, antara lain:
1. Sifat- sifat mikrobia yang akan diinokulasi
2. Tempat hidup atau asal mikrobia tersebut
3. Substrat yang sesuai untuk pertumbuhannya
4. Cara menanam mikrobia tersebut
5. Cara inkubasi mikrobia tersebut
6. Cara memelihara agar mikrobia yang diinokulasi
tetap tumbuh dengan baik

6
A. Pembuatan media inokulum

a. Medium Dedak Beras/ bekatul


Bahan- bahan yang diperlukan:
1. Dedak beras/ bekatul 1 kg
2. Akuades 500 ml
3. Chlorampenicol (0,1%) 200 ml

Cara kerja:
1. Dedak gandum/ beras diletakkan ke dalam baskom dan
diberi air, kemudian diremas- remas hingga basah dan
homogen
2. Dikukus selama 15 menit kemudian diangkat dan diangin-
anginkan
3. Setelah dingin dedak beras/ bekatul diberi Chlorampenicol
200 ml/ kg (0,1%) dan diaduk hingga merata
4. Kemudian dimasukkan dalam plastik 0,5 kg sebanyak
100 g/ kantong plastik, kemudian dilipat
5. Setelah itu dimasukkan dalam Autoklaf untuk disterilkan
selama 15 menit, tekanan 1 atm dan suhu 121oC
6. Medium yang sudah disterilkan dibiarkan didalam
otoklaf dan diinkubasi selama 24 jam
7. Medium disterilkan lagi dalam Autoklaf untuk
disterilkan selama 15 menit, tekanan 1 atm dan suhu
121oC
8. Medium dedak gandum/ beras diangkat dan didinginkan
dalam ruang inokulasi, siap untuk diinokulasi

b. Medium Jagung
Bahan- bahan yang diperlukan:
1. Jagung 1 kg
2. Akuades 500 ml
3. Chlorampenicol (0,1%) 200 ml

7
Cara kerja:
1. Jagung dicuci sampai bersih, kemudian ditiriskan dan
dimasukkan kedalam dandang
2. Dikukus dan disiram air yang mendidih sebanyak 4 kali
atau sampai jagung matang dan diangkat diangin-
anginkan
3. Setelah dingin jagung diberi Chlorampenicol 200 ml/ kg
(0,1%) dan diaduk hingga merata
4. Kemudian dimasukkan dalam plastik 0,5 kg sebanyak 100
g/ kantong plastik, kemudian dilipat
5. Setelah itu dimasukkan dalam Autoklaf untuk disterilkan
selama 15 menit, tekanan 1 atm dan suhu 121oC
6. Medium yang sudah disterilkan dibiarkan didalam otoklaf
dan diinkubasi selama 24 jam
7. Medium disterilkan lagi dalam Autoklaf untuk disterilkan
selama 15 menit, tekanan 1 atm dan suhu 121oC
8. Medium jagung diangkat dan didinginkan dalam ruang
inokulasi, siap untuk diinokulasi

c. Medium Beras
Bahan- bahan yang diperlukan:
1. Beras 1 kg
2. Akuades 500 ml
3. Chlorampenicol (0,1%) 200 ml

Cara kerja:
1. Beras dicuci sampai bersih, tiriskan dan masukkan
kedalam dandang
2. Dikukus dan disiram air mendidih 2 kali atau sampai
beras matang kemudian diangkat dan diangin- anginkan
3. Setelah dingin beras diberi Chlorampenicol 200 ml/ kg
(0,1%) dan diaduk hingga merata
4. Kemudian dimasukkan dalam plastik 0,5 kg sebanyak
100 g/ kantong plastik, kemudian dilipat
5. Setelah itu dimasukkan dalam Autoklaf untuk disterilkan
8
selama 15 menit, tekanan 1 atm dan suhu 121oC
6. Medium yang sudah disterilkan didalam Autoklaf dan
diinkubasi selama 24 jam
7. Medium disterilkan lagi dalam Autoklaf untuk
disterilkan selama 15 menit, tekanan 1 atm dan suhu
121oC
8. Medium beras diangkat dan didinginkan dalam ruang
inokulasi, siap untuk diinokulasi

B. Inokulasi Jamur ke medium dedak beras, bekatul, beras,


jagung
Bahan- bahan yang diperlukan:
1. Jamur Beauveria bassiana, Metarhizium sp., Trichoderma
sp.
2. Medium dedak beras
3. Medium bekatul
4. Medium jagung
5. Medium beras
6. Desinfektan
Alat- alat yang digunakan:
1. Jarum ose
2. Lampu Bunsen
3. Isolasi
4. Stepler
5. Gunting
6. Korek api

Cara kerja:
1. Menyalakan lampu Bunsen
2. Jarum ose dicelupkan dalam desinfektan dan dipanaskan
diatas lampu Bunsen
3. Jamur diambil dengan menggunakan jarum ose dengan
didekatkan pada lampu Bunsen
4. Jamur yang sudah diambil lalu diinokulasikan pada
medium dedak gandum dan jagung yang sudah ada
9
5. Medium diratakan dan plastik dilipat dibentuk segitiga,
kemudian distepler dan diisolasi
6. Kemudian bibit jamur yang sudah diinokulasi, diinkubasi
selama 21 hari sampai terbentuk spora jamur
7. Jamur yang diinkubasi dipelihara dengan
disemprot menggunakan alkohol 70% setiap 2 hari sekali
8. Amati:
a. Berat miselia
Berat miselia diperoleh dari hasil penimbangan berat awal
media inokulum dikurangi berat akhir inokulum setelah
inkubasi
b. Kadar air inokulum
Penghitungan kadar air dilakukan dengan cara
penimbangan setelah pengeringan oven pada suhu 40 oC
selama 1 jam dengan 3 kali pengovenan, dengan rumus:
c-a
x 100%
b-a
Keterangan: a = berat mangkok kosong
b = berat mangkok dan inokulum
basah c = berat mangkok dan
inokulum setelah
pengeringan
c. Jumlah Spora
Penghitungan jumlah spora dengan Haemacytometer
dengan rumus:
txd
S= x 106
n x 0,25
S = Jumlah spora per gram
t = Banyaknya spora yang dihitung perkotak
perhitungan
d = Tingkat pengenceran
n = Banyaknya kotak kecil yang diamati

10
d. Viabilitas spora
Dihitung dengan metode plate count pada PDA +
chlorampenicol 0,1% dengan seri pengenceran 10 5, 106,
107 dan ditentukan jumlah spora viable per gram bahan x
faktor pengenceran.

C. Teknik Aplikasi Inokulum Jamur Untuk Bioassay


Bioassay adalah suspensi jamur yang diaplikasikan pada hama
untuk mengetahui toksisitasnya.
Macam- macam teknik aplikasi:
1. Kontak tubuh (Metarhizium sp. dengan kumbang badak)
Mekanisme penetrasi dimulai dengan pertumbuhan spora
pada kutikula, selanjutnya hifa jamur mengeluarkan
enzim kitinase, lipase dan protease yang mampu
mempengaruhi komponen penyusun kutikula
serangga. Dalam perkembangannya menyebabkan
terjadinya kenaikan pH darah, penggumpalan darah dan
tertahannya peredaran darah. Disamping itu
jamur ini juga menyebabkan kerusakan
jaringan, seperti: saluran pencernaan, otot tubuh,
system urat syaraf dan system pernafasan. Kerusakan
tersebut akhirnya menyebabkan kematian pada serangga.
2. Penyemprotan (Beauveria sp. Dengan wereng)
Mekanisme Beauveria sp. Masuk kedalam tubuh serangga
tidak melalui saluran makanan tetapi langsung masuk
kedalam tubuh serangga melalui kulit atau integument,
setelah konidium jamur masuk ke dalam tubuh serangga,
jamur akan berkecambah melalui pembentukan hifa dalam
jaringan epikutikula, epidermis, hemokoel serta jaringan
lainnya. Pada akhirnya semua jaringan dipenuhi oleh
miselium dan penampakan luar tubuh serangga diselimuti
oleh hifa yang berwarna putih kekuningan selanjutnya
serangga mati.
Syarat teknik aplikasi: Jamur pada substrat viable dan diberi
Surfaktan
11
1. Bioassay Jamur Beauveria bassiana dengan Wereng sp.
secara Penyemprotan
Alat- alat yang diperlukan:
1. Gelas ukur
2. Timbangan
3. Cawan timbang
4. Sprayer
5. Beaker gelas
Bahan- bahan yang diperlukan:
a. Inokulum Beauveria bassiana
b. Akuades
c. Deterjen
d. Wereng

Cara kerja:
1. Buat larutan inokulum Beaveria bassiana dengan
konsentrasi 50 g/ l, dengan cara menimbang inokulum
Beauveria bassiana sebanyak 50 g kemudian
tambahkan akuades sebanyak 1 liter
2. Remas- remas inokulum tersebut hingga jamur
terpisah dari carrier, lalu diamkan selama 15-30 menit
hingga mengendap.
3. Tuang larutan cair ke dalam botol sprayer tambah
deterjen 1% sebg surfaktan, atur noszel hingga
semprotan berkabut, kemudian aplikasikan ke
tanaman padi yang ada werengnya.
4. Amati:
a. Uji Toksisitas:
- Persentase Mortalitas (%)
Mortalitas dilakukan dengan cara menghitung hama
wereng yang mati setelah diaplikasikan
jamur
Beuvaria bassiana. dari berbagai media perbanyakan,
dilakukan setiap hari selama satu minggu.
- Kecepatan kematian (ekor/hari)
12
Pengamatan dilakukan untuk mengetahui kecepatan
mortaliatas serangga wereng. setelah diaplikasikan
dengan jamur Beauveria bassiana. Dengan
menggunakan rumus:

T1N1 + T2N2 + T3N3 + …. TnNn


V=
N
Keterangan:
V = Kecepatan mortalitas;
T = Waktu pengamatan
N = Jumlah serangga yang mati
n = Jumlah serangga yang diujikan
- LD 50 dihitung dengan melakukan analisis probit

b. Persentase Efikasi (%)


Pengamatan dilakukan dengan membandingkan
jumlah populasi hama sebelum dan sesudah
diaplikasikan dengan jamur Beauveria bassiana. yaitu
dengan cara menghitung hama yang mati. Cara
membedakan hama yang hidup dan yang mati dengan
melihat aktivitas kehidupannya, misalnya: jika masih aktif
maka dia masih hidup, sedangkan jika tidak bergerak
maka hama mati dengan ditandai tubuh hama wereng
berubah warna menjadi putih dan beku karena terselimuti
hifa jamur Beauveria bassiana. Data hasil percobaan
dianalisis dengan menggunakan uji efikasi dengan rumus
Henderson Hilton.
Ta Cb
Efikasi = 1 - x x 100%
Ca Tb
Keterangan:
Tb : Jumlah wereng hidup dalam toples perlakuan sebelum
diaplikasikan
Ta :Jumlah wereng hidup di toples perlakuan sesudah aplikasi
hari ke- 4
13
Cb :Jumlah wereng yang hidup dalam toples kontrol sebelum
aplikasi
Ca :Jumlah wereng hidup di toples kontrol sesudah aplikasi pd
hari ke- 4

2. Bioassay Jamur Metharrizium sp. dengan larva instar III


Kumbang Badak secara Penyemprotan

Metode yang sama dengan bioassay diatas, namun yang


disiapkan adalah inokulum Metharrizium sp untuk menyemprot
larva kumbang badak yang diletakkan di botol jam secara terpisah
karena bersifat kanibal.
Pengamatan dilakukan terhadap larva kumbang badak
yang diselimuti jamur berwarna hijau dan tubuhnya kaku karena
terjadi mumifiaksi. Dari data yang diperoleh maka dihitung
mortalitas, kecepatan kematian dan efikasinya. Sedang untuk
kualitas inokulunnya maka diamati julah spora, viabilitas dan
kadar airnya.

3. Uji Antagonisme antara Jamur Trichoderma sp. dan


Fusarium sp.
Jamur Trichoderma sp. dan Fusarium sp. diinokulasikan
secara titik berseberangan pada medium PDA, lalu diinkubasi
selama 2-4 hari, kemudian diukur diameter koloni masing-masing
jamur, kemudian ditentukan daya hambatnya dengan rumus :
DK −DP
Rumus Daya Hambat = x 100 %
DK
Keterangan =
DK: Diameter kontrol jamur Trichoderma sp.
DP: Diameter koloni jamur Fusarium sp.

14
ACARA II
PRODUKSI DAN APLIKASI BAKTERI UNTUK BIOPESTISIDA

Bacillus thuringiensis merupakan salah satu bakteri


patogen pada serangga yang dapat mengendalikan berbagai
hama ulat pada tanaman. Ciri-ciri Morfologi B. thuringiesis
antara lain: mempunyai sel vegetatif berbentuk batang dengan
ukuran panjang 3 – 5 mm dan lebar 1,0 – 1,2 mm, berflagella,
membentuk spora berbentuk oval, letaknya subterminal,
berwarna hijau kebiruan dan berukuran 1,0 – 1,3 m, spora relatif
tahan terhadap pengaruh fisik dan kimia, gram positif, aerob
tetapi umumnya anaerob fakultatif, dapat tumbuh pada media
buatan.
Ciri khas B. thuringiesis adalah kemampuannya
membentuk kristal toksik (tubuh paraspora) pada waktu sel
mengalami sporulasi. Kristal tersebut merupakan komplek
protein yang mengandung toksin (  - endotoksin ) yang
terbentuk di dalam sel 2-3 jam setelah akhir fase eksponesial dan
baru keluar dari sel pada waktu sel mengalami autolisis setelah
sporulasi sempurna. (Bulla, Kramer dan Davidson, 1977).
Untuk menumbuhkan dan mengembangkan bakteri menjadi
suatu produk biopestisida, diperlukan carrier baik dalam bentuk
cair atau padat. Carrier tersebut berisi zat yang berfungsi sebagai
substrat dengan persyaratan: steril, pH, serta tekanan osmosa yang
sesuai dan mengandung semua unsur hara yang diperlukan,
ditambah dengan zat perekat dan perata.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam inokulasi
mikrobia, antara lain:
1. Sifat- sifat mikrobia yang akan diinokulasi
2. Substrat yang sesuai untuk pertumbuhannya
3. Cara memelihara agar mikrobia yang diinokulasi
tetap tumbuh dengan baik
4. Cara pengemasan dan penyimpanan
Tujuan praktikum ini adalah mengetahui cara pembuatan produk
biopestisida untuk bakteri.
15
a. Medium POC untuk Bakteri
Bahan- bahan yang diperlukan:
▪ 1 lt POC
▪ 100 g gula jawa
▪ 50 g Urea
▪ Ekstrak rempah secukupnya
▪ Ekstrak buah secukupnya
▪ 100 ml starter bakteri
Cara kerja:
1. Campurkan POC, gula jawa, Urea, ekstrak rempah dan
ekstrak buah
2. Masukkan media ke dalam botol
3. Inokulasi dengan bakteri
4. Fermentasikan
5. Siap diaplikasi sesuai kebutuhan

b. Aplikasi bakteri Bacillus turingiensis pada Plutella sp


Bahan- bahan yang diperlukan:
a. Produk bakteri Bacillus thuringiensis
b. Plutella sp
c. Medium NA
Alat- alat yang gunakan:
1. Jarum ose
2. Lampu Bunsen dan Korek api
Cara kerja:
a. Tempatkan Plutella sp pada Petridis yang diberi daun
sawi
b. Semprotkan produk Bacillus turingiensis
c. Inkubasi pada suhu ruang
Amati:
a. Mortalitas
b. Kecepatan kematian
c. Efikasi
d. Viabilitas Bacillus turingiensis dari produk, pada
medium NA
16
C. BIOTEKNOLOGI PUPUK HAYATI

1. Produksi dan Aplikasi Bioaktivator Dekomposer


2. Produksi dan Aplikasi Mikrobia Pelarut Phosphat
3. Produksi dan Aplikasi Mikrobia Fiksasi Nitrogen
4. Produksi dan Aplikasi Mikrobia PGPR
& Rhizobacteri

17
ACARA I
PRODUKSI AKTIVATOR DAN APLIKASI DEKOMPOSISI
BAHAN ORGANIK

PRAKTIKUM 1
PEMBUATAN AKTIVATOR

Cara kerja pemurnian dan perbanyakan:


1. Pindahkan masing- masing jenis mikrobia hasil isolasi
dari tanah rayap, EM4, Kotoran Gajah, POC ke dalam
Medium agar miring (jamur ke medium PDA sedang
bakteri ke medium NA) dan medium cair pada tabung
reaksi (jamur ke PDC dan bakteri ke NC)
2. Inkubasikan pada temperatur kamar yang sesuai selama
24- 48 jam.
3. Uji kembali kemurniannya dengan pengamatan
mikroskopik.
4. Jika dari tiap tabung hanya terdapat satu macam Jamur /
bakteri maka isolasi tersebut telah berhasil.
5. Koloni Jamur/ bakteri yang telah murni selanjutnya
diperbanyak pada PDC/ NC di elenmeyer, gojog kultur
selama 48 jam (10-8 CFU/ ml).
6. Inokulum cair jamur/ bakteri siap di inokulasikan pada
bahan organik

PRAKTIKUM 2
DEKOMPOSISI BAHAN ORGANIK

Dekomposisi bahan organik :


1. Campurkan suspensi mikrobia dengan larutan gula
2. Ratakan aktivator pada campuran jerami, kapur tohor dan
dedak
3. Tutup dengan plastik dan inkubasi selama 14 hari
4. Pertahankan suhu dengan pengadukan dan penyiraman
18
dengan gembor
5. Variabel Pengamatan :
a. Perubahan Fisika yaitu perubahan suhu selama
dekomposisi dengan termometer, perubahan warna
kompos menggunakan Munchell Colour Chart,
perubahan keremahan kompos
b. Perubahan Mikrobiologi yaitu jumlah total
mikroorganisme jamur dan bakteri selama
dekomposisi dengan metode total plate count -
surface platting pada medium Petato Dekstrose agar
dan Nutrien agar
c. Perubahan Kimia yaitu kandungan bahan organik
dengan metode Walkey dan Black, kandungan N total
kompos dengan metode Kjeldhal, Nilai C/ N kompos,
asam total dengan metode titrasi KOH, perubahan pH
dengan pH meter

PRAKTIKUM 3
APLIKASI BAHAN ORGANIK PADA TANAMAN

Cara kerja :
1. Siapkan media tanam dalam polibag @ 5 Kg
2. Masukkan kompos jerami sesuai aturan dan biarkan
1 minggu
3. Tanam benih/ bibit di lubang tanam
4. Pemeliharaan selama 4 minggu dengan pemberian air
dan pengendalian hama/ penyakit
5. Pengamatan meliputi :
a. Panjang akar
b. Pola percabangan akar
c. Berat segar akar
d. Berat segar tanaman
e. Tinggi tanaman
f. Luas daun

19
ACARA II
PRODUKSI INOKULUM MIKORIZA DAN APLIKASINYA

PRAKTIKUM 1
PERBANYAKAN MIKORIZA

Cara Kerja:
1. Ambil tanah rhisozfer tanaman pandan- pandanan/ nanas-
nanasan/ jagung yang mengandung spora mikoriza,
sebanyak 4-8 kg dan dimasukkan dalam polybag
2. Tanam 2- 3 butir benih jagung
3. Pemeliharaan 2 bulan dg penyiraman, lalu 1 bulan tanpa
siram
4. Potonglah pangkal batang dan cacah akarnya lalu kering
anginkan bersama media tanam, sudah menjadi crude
inokulum MVA
5. Cek % infeksi MVA dengan rumus :
A
= X 100 %
B
A = jumlah akar yang terinfeksi
B = jumlah total akar yang diamati
6. Cek jumlah spora MVA dengan metode isolasi spora
MVA metode penyaringan basah bertingkat, lalu tuang di
cawan petri dan diamati dengan mikroskop disekting dan
hitung jumlah spora/100 g tanah
7. Apabila jumlah spora ± 60 spora/ 100 gram tanah dan
persentase infeksi MVA 80- 10% maka inokulum cukup
40 gram/ tanaman. Jika spora < 60 spora/100 gram maka
jumlah inokulum ditingatkan.

20
PRAKTIKUM 2
APLIKASI INOKULUM MIKORIZA PADA TANAMAN
JAGUNG

Cara kerja :
1. Siapkan media tanam dalam polibag @ 5 Kg
2. Masukkan inokulum mikoriza sesuai aturan
3. Tanam benih/bibit di lubang tanam
4. Pemeliharaan selama 4 minggu dengan pemberian
pupuk, air dan pengendalian hama/penyakit
5. Pengamatan meliputi :
a. Persentase infeksi MVA
b. Panjang akar
c. Pola percabangan akar
d. Berat segar akar
e. Berat segar tanaman
f. Tinggi tanaman
g. Luas daun

21
ACARA III
PRODUKSI INOKULUM PELARUT PHOSFAT DAN
APLIKASINYA

PRAKTIKUM 1
PERBANYAKAN JAMUR ATAU BAKTERI PELARUT
PHOSFAT

Cara kerja pemurnian dan perbanyakan:


1. Pindahkan masing-masing jenis mikrobia hasil isolasi dari
bonggol pisang, tanah kuburan, tepung tulang, Guano ke
dalam Medium Pikovskaya’s agar miring dan medium
Pikovskaya’s cair tabung reaksi
2. Inkubasikan pada temperatur kamar yang sesuai selama 24-
48 jam.
3. Uji kembali kemurniannya dengan pengamatan mikroskopik..
4. Jika dari tiap tabung hanya terdapat satu macam
Jamur / bakteri maka isolasi tersebut telah berhasil.
5. Koloni Jamur / bakteri yang telah murni selanjutnya
diperbanyak pada Pikovskaya’s cair di elenmeyer,
gojog kultur 48 jam (10-8 CFU/ ml).
6. Inokulum cair jamur / bakteri siap di inokulasikan
pada tanaman

22
PRAKTIKUM 2
APLIKASI INOKULUM PELARUT PHOSFAT PADA
TANAMAN

Cara kerja :
1. Siapkan media tanam dalam polibag @ 5 Kg
2. Tanam benih/bibit di lubang tanam
3. Masukkan inokulum Pelarut Phosfat 10-15 ml/tanaman
4. Pemeliharaan selama 4 minggu dengan pemberian
zeolit, pupuk, air dan pengendalian hama/penyakit
5. Pengamatan meliputi :
a. Panjang akar
b. Berat segar akar
c. Pola percabangan akar
c. Berat segar tanaman
d. Tinggi tanaman
e. Luas daun

23
ACARA IV
PRODUKSI INOKULUM Rhizobium sp. DAN APLIKASINYA

PRAKTIKUM 1
ISOLASI DAN PEMBUATAN INOKULUM Rhizobium sp.

Cara kerja :
1. Pilih nodul akar yang masih segar.
2. Sterilkan nodul akar tersebut dengan larutan sublimat atau
alkohol 70 % dalam cawan petri steril selama 2- 6 menit.
Selanjutnya di cuci dengan air steril 3- 5 kali. Nodul ditumbuk
hingga keluar cairan berwarna merah (suspensi bakteroid).
3. Ambil 1 ose suspensi nodul akar, kemudian buatlah goresan
pada permukaan YMA di petridish. Pada bekas goresan
tersebut akan tertinggal sedikit suspensi Rhizobium sp., lalu
goreskan lagi ke medium agar dengan ose yang telah dibakar
sebelumnya.
4. Balikkan cawan petri yang telah diberi etiket, kemudian
inkubasikan pada temperatur kamar.
5. Pada akhir goresan biasanya tumbuh koloni yang terpisah-
pisah dan dapat diisolasi. Tiap koloni yang terpisah
kemungkinan berasal dari satubakteri Rhizobium sp.
6. Pilih dari masing- masing tipe koloni berwarna merah jambu,
satu koloni saja yang merupakan satu jenis Rhizobium sp.
Identifikasi bentuk koloni, struktur dalam, bentuk tepi dan
elevasinya.
7. Ambil secara aseptik dengan ose satu koloni yang dikehendaki
dan suspensikan dalam air steril.
8. Periksa morfologi selnya dibawah mikroskop dengan
pengecatan gram. Gambar bentuk selnya.

24
PRAKTIKUM 2 |
PEMURNIAN DAN PERBANYAKAN Rhizobium sp.
Cara kerja pemurnian dan perbanyakan:
1. Pindahkan masing- masing jenis hasil isolasi ke dalam
Medium YMA miring dan medium YMC pada tabung reaksi
2. Inkubasikan pada temperatur kamar yang sesuai selama 24-
48 jam.
3. Uji kembali kemurniannya dengan pengecatan gram.
4. Jika dari tiap tabung hanya terdapat satu macam Rhizobium sp.
maka isolasi tersebut telah berhasil.
5. Koloni bakteri yang telah murni selanjutnya diperbanyak pada
YMC di elenmeyer, gojog kultur selama 48 jam (10 -8 CFU/
ml).
6. Inokulum cair Rhizobium sp siap di inokulasikan pada tanaman
sebanyak 10-15 ml/ tanaman.

PRAKTIKUM 3
APLIKASI INOKULUM Rhizobium sp. PADA TANAMAN
KEDELAI

Cara kerja :
1. Siapkan media tanam dalam polibag @ 5 Kg
2. Tanam benih/ bibit di lubang tanam
3. Masukkan inokulum Rhizobium sp. 10-15 ml/tanaman
4. Pemeliharaan selama 4 minggu dengan pemberian pupuk,
air dan pengendalian hama/penyakit
5. Pengamatan meliputi :
a. Sebaran nodul e. Panjang akar
b. Jumlah nodul f. Berat segar akar
c. Persentase nodul g. Berat segar tanaman
efektif h. Tinggi tanaman
d. Berat nodul i. Luas daun

25
ACARA V
PRODUKSI INOKULUM AZOLLA DAN APLIKASINYA

PRAKTIKUM 1
PERBANYAKAN AZOLLA DAN PENGKOMPOSAN
INOKULUM AZOLLA

Cara kerja :
1. Taruhlah tanah sawah dalam bak plastik setebal 35 cm, lalu
tuang air dipermukaan setebal 35 cm
2. Letakkan Azolla di permukaan air
3. Perawatan selama 4 minggu dengan menyemprotan larutan
SP-36
4. Panenlah Azolla lalu komposkan
5. Kompazolla siap digunakan sebagai pupuk hayati dengan
mencampur pada lubang tanam 5 gram/ tanaman

PRAKTIKUM 2
APLIKASI INOKULUM AZOLLA PADA TANAMAN SELADA

Cara kerja :
1. Siapkan media tanam dalam polibag @ 5 Kg
2. Masukkan inokulum Kompazolla 5 gram /tanaman
3. Tanam benih/bibit selada di lubang tanam
4. Pemeliharaan selama 4 minggu dengan pemberian pupuk,
air dan pengendalian hama/penyakit
5. Pengamatan meliputi :
a. Panjang akar
b. Berat segar akar
c. Pola percabangan akar
d. Berat segar tanaman
e. berat kering tanaman
f. Tinggi tanaman
g. Luas daun

26
ACARA VI
PRODUKSI INOKULUM Rhizobacteri DAN APLIKASINYA

PRAKTIKUM 1
PERBANYAKAN Rhizobacteri

Cara kerja pemurnian dan perbanyakan:


1. Pindahkan masing- masing jenis hasil isolasi ke dalam
Medium Luria Bertani agar miring dan medium Luria
Bertani cair pada tabung reaksi
2. Inkubasikan pada temperatur kamar yang sesuai selama 24-
48 jam.
3. Uji kembali kemurniannya dengan pengamatan mikroskopik.
4. Jika dari tiap tabung hanya terdapat satu macam bakteri
maka isolasi tersebut telah berhasil.
5. Koloni bakteri yang telah murni selanjutnya diperbanyak
pada Luria Bertani cair di elenmeyer, gojog kultur selama
48 jam (10-8 CFU/ ml).
6. Inokulum cair bakteri siap di inokulasikan pada tanaman

PRAKTIKUM 2
APLIKASI INOKULUM PELARUT PHOSFAT PADA
TANAMAN
Cara kerja :
1. Siapkan media tanam dalam polibag @ 5 Kg
2. Tanam benih/bibit di lubang tanam padi
3. Masukkan inokulum Rhizobacteri 10-15 ml/tanaman
4. Pemeliharaan selama 4 minggu dengan pemberian pupuk,
air dan pengendalian hama/penyakit
5. Pengamatan meliputi :
a. Panjang akar d. Jumlah anakan
b. Berat segar akar e. Berat segar tanaman
c. Pola percabangan f. Tinggi tanaman
akar g. Luas daun

27
28
C. REKAYASA TANAMAN

1. ISOLASI DNA TANAMAN


2. PCR (Polymerase Chain Reaction)
3. ELEKTROFORESIS

29
ACARA I
ISOLASI DNA DENGAN KIT

Asam deoksiribonukleat, lebih dikenal dengan singkatan


DNA (deoxyribonucleic acid), adalah sejenis biomolekul yang
menyimpan dan menyandi instruksi-instruksi genetika setiap
organisme yang berperan penting dalam pertumbuhan,
perkembangan, dan fungsi organisme. Pada umumnya, molekul
DNA terdiri dari dua unting biopolimer yang berpilin membentuk
heliks ganda dikenal sebagai polinukleotida dan terdiri dari
satuan-satuan molekul nukleotida. Tiap-tiap nukleotida terdiri
atas salah satu jenis basa nitrogen (guanina (G), adenina (A),
timina (T), atau sitosina (C)), gula monosakarida (deoksiribosa),
dan gugus fosfat. Urutan-urutan empat nukleobasa tersebut yang
menyimpan kode informasi biologis. Melalui proses transkripsi,
unting DNA digunakan sebagai template untuk menyusun RNA
yang kemudian ditranslasikan untuk menentukan urutan asam
amino protein yang dibangun, urutan asam amino tersebut
selanjutnya membentuk protein.
Dalam sel, DNA tersusun dalam kromosom. Semasa
pembelahan sel, kromosom-kromosom ini diduplikasi dalam
proses yang disebut replikasi DNA. Organisme eukariotik
(hewan, tumbuhan, fungi, dan protista) menyimpan kebanyakan
DNA-nya dalam inti sel dan sebagian kecil sisanya dalam organel
seperti mitokondria ataupun kloroplas. Sebaliknya organisme
prokariotik (bakteri dan arkaea) menyimpan DNA-nya hanya
dalam sitoplasma.

Tujuan:
1. Mahasiswa mampu memahami teknik isolasi DNA dari
tanaman
2. Mahasiswa mampu melakukan isolasi DNA dari tanaman

Bahan:
1. Daun seedling padi/ kalus padi hasil transformasi
30
2. Larutan/ buffer elusi
3. Isopropanol/ alkohol 70%
4. Es Batu
5. Akuades steril/ larutan TE

Alat:
1. Mortar & pestle 1 4. Spidol label (marker)
pasang yang telah 5. Sterofoam
dibungkus aluminum 6. Spatula/Sendok logam
foil dan disimpan 7. Water Bath
dalam Freezer 8. Tempat Es
2. Eppendorf 9. Pembuangan tips
3. Mikropipet

Cara Kerja:
1. Ukur daun seedling padi kira-kira 4 cm/kalus padi hasil
transformasi dan digerus menggunakan mortal & pestle
(jangan terlalu lembut)
2. Tambah buffer elusi 800µL, kemudian masukkan dalam
eppendorf dan diinkubasi dalam waterbath (suhu 65°C) selama
30 menit dan setiap 10 menit dibolak-balik
3. Ambil dan angkat eppendorf dari waterbath dan didiamkan di
suhu ruang selama 2 menit
4. Sentrifus 11.000 rpm selama 10 menit, maka cairan akan
terpisah menjadi 2 lapis
5. Ambil supernatan (cairan bagian atas) dengan mikropipet
secara hati-hati dan tambahkan 500µL alkohol 70%
6. Sentifus supernatant 11.000 rpm selama 5 menit
7. Buang cairan atasnya kemudaian dikeringanginkan di dalam
LAF
8. Setelah agak kering, tambahkan 50µL akuades steril atau
50µL larutan TE
9. Inkubasi dalam suhu 37°C selama 5 menit
10. Larutan DNA disimpan pada suhu 4°C

31
ACARA II
PCR (Polymerase Chain Reaction)

PCR (Polymerase Chain Reaction) merupakan suatu


teknik atau metode perbanyakan (replikasi) DNA secara
enzimatik. Replikasi DNA dengan menggunakan teknik PCR ini,
DNA dapat dihasilkan dalam jumlah besar dengan waktu relatif
singkat sehingga memudahkan berbagai teknik lain yang
menggunakan DNA seperti transformasi genetik, cloning, dll.
Penerapan teknik PCR banyak dilakukan di bidang biokimia dan
biologi molekular Karena hanya memerlukan waktu yang singkat
dan hanya memerlukan jumlah sampel yang kecil.
PCR secara prinsip merupakan proses yang diulang-ulang
antara 20–30 kali siklus dan amsing-masing siklus terdiri atas 3
tahapan, yaitu:
1. Tahap denaturasi, berlangsung pada suhu 94–96 °C dimana
ikatan hidrogen DNA terputus (denaturasi) dan DNA menjadi
single strain. Pemisahan ini menyebabkan DNA tidak stabil
dan siap menjadi templat ("patokan") bagi primer.
2. Tahap penempelan/annealing, berlangsung pada suhu 45–
60°C. Pada tahap ini primer menempel pada bagian DNA
template yang komplementer urutan basanya. Penempelan ini
bersifat spesifik. Suhu yang tidak tepat menyebabkan tidak
terjadinya penempelan atau primer menempel di sembarang
tempat.
3. Tahap pemanjangan/elongasi, umumnya berlangsung pada
suhu 72-76°C. Suhu untuk proses ini tergantung dari jenis
DNA polimerase yang digunakan. Pada tahap ini terjadi
pencetakan urutan DNA yang komplementer dengan DNA
templatenya.
Siklus tersebut terjadi berulang-ulang sehingga tercetak DNA
dalam jumlah yang sangat banyak yang panjangnya dibatasi oleh
primer yang digunakan.

32
Salah satu cara untuk mengetahui keberhasilan isolasi
DNA dan PCR adalah dengan menggunakan teknik
Elektroforesis. Elektroforesis adalah teknik pemisahan molekul
bermuatan berdasarkan perbedaan tingkat migrasinya dalam
sebuah medan listrik.
Medan listrik dialirkan pada suatu medium yang
mengandung sampel yang akan dipisahkan. Teknik ini dapat
digunakan dengan memanfaatkan muatan listrik yang ada pada
DNA yang bermuatan negatif. Jika molekul yang bermuatan
negatif dilewatkan melalui suatu medium, kemudian dialiri arus
listrik dari kutub negatif ke kutub positif, maka DNA tersebut
akan bergerak ke kutub positif. Pembacaan data elektroforesis
dilakukan dengan penyinaran sinar ultraviolet. Perendaman gel
agarose yang berisi DNA hasil elektroforesis dalam ethidium
bromide memungkinkan dapat terbacanya seberapa jauh
pergerakan DNA selama elektroforesis sehingga dapat diketahui
ukuran DNA hasil PCR tersebut.

Tujuan:
1. Mahasiswa mampu memahami dan melakukan amplifikasi
DNA menggunakan teknik PCR
2. Mahasiswa mampu memahami dan melakukan
teknik elektroforesis

Bahan:
1. PCR Mix
2. DNA Template
3. Primer
4. Kertas Parafilm

Alat:
1. Mikropipet (0.2-2)µl/10µl
2. Eppendorf kecil 1
3. Sarung Tangan
33
4. Alat PCR
Cara Kerja:
1. Buatlah Reaksi PCR yang terdiri atas:
- DNA template 2 µL
- PCR Mix 22 µL
- Primer 2 µL
- Distilled water ---
Volume total 25 µL
2. Masukkan tiap komponen satu persatu ke dalam tabung
ependorf kecil, untuk mencampurkan ketuk-ketuk dengan
jari
3. Masukkan Eppendorf PCR dalam mesin Thermocycler (Alat
PCR), dan set program PCR nya sebagai berikut:

Lid : 104°C
Pre Denaturasi : 94°C 5’
Denaturasi : 94°C 30”
Annealing : 35°C 1’ 9X CYCLES
Extension : 72°C 2’
Final : 72°C 5’
Post : 4°C
4. Setelah selesai, ambil eppendorf dan simpan di refrigerator
(4°C)

34
ACARA III
ELEKTROFORESIS

Bahan:
1. Agarose 1-1,5 g +100ml TAE 1X
2. Hasil amplifikasi DNA dari PCR
3. Ethydium Bromida
2. Larutan TAE 1X
3. Larutan TAE 0.5X
4. Es Batu
5. Kertas Parafilm

Alat:
1. Elektroforesis
2. UV Transiluminator
3. Timbangan Analitik
4. Erlenmeyer
5. Mangkuk timbang
6. Spatula
7. Microwave oven
8. Gelas ukur
9. Sarung tangan karet
10. Sarung tangan kain (Cempal)
11. Mikropipet + tips 0.2µl-2µl dan 10µl
12. Tempat pembuangan bahan berbahaya/jirigen
13. Tempat bahan + es batu
14. Spatula /sodet

35
Cara Kerja:
1. Larutkan Agarose 0.5g dalam 500 mL TAE 1X dan
dipanaskan hingga mendidih lalu tuang dalam wadah
elektroforesis dan pasang sisir dengan lubang sumur 17 buah.
(dicetak menjadi 2 wadah,1 besar 1 kecil).
2. Campurkan DNA sampel dan loading dye di atas kertas
parafilm:
Komponen Sampel
Loading dye 2µl
DNA Template 8µl
Volume total 10µl
Tiap komponen di teteskan di kertas parafilm kemudian
dicampur
3. Setelah campuran menjadi homogen, pipet semuanya dengan
mikropipet dan masukkan dalam sumuran yang ada di gel
agarose yang sudah dibuat sebelumnya.
4. Setelah tiap kelompok memasukkan dalam sumuran masing-
masing, gel agarose lalu diletakkan dalam alat elektroforesis
yang telah diisi larutan TAE 0,5 X.
5. Atur alat elektroforesis pada posisi 100 volt, kemudian tekan
tombol “on” dan jalankan selama kurang lebih 25 menit. Arus
akan mengalir dari kutub negatif ke kutub positif dan DNA
akan bergerak menuju kutub positif.
6. Setelah selesai, rendam gel agarose dalam 100ml Aquades dan
10 µl Ethidium Bromida selama 5-10 menit. Cuci dengan
Aquades steril dan amati diatas UV Transiluminator. Hasilnya
difoto untuk membuat laporan.

36
PUSTAKA

Campbell, I & J. H. Duffus. 1988. Yeast, a practical approach, IRL


Press Limited, Oxford, England

Hartmann et al., 1991. Rhizobacteria

Jutono, J. Soedarsono, S. Hartadi, S. Kabirun, S. Darmosuwito &


Susanto, 1980. Pedoman Praktikum Mikrobiologi Umum untuk
Perguruan Tinggi. Departemen Mikrobiologi, Fakultas
Pertanian UGM, Yogyakarta.

Le Rudulier et. al., 1984. Rhizobacteria

Jodder, J. 1970. The Yeasts, A. Taxonomix study, North- Holland


Publishing company, Amsterdam, Netherland.

Lukiwati dan Simanungkalit., 2001. Dry matter Yield P Uptake of


Maize with Combination of Phospohorus Fertilizer from
Different Sources and Glomus fasiculatum Inoculation. Konas
Mikrobiologi, Yogyakarta

Kabirun, 1990. Endomikoriza. PAU- Biotek UGM

Pelczar Jr., M. J & E. S. C. Chan. 1977. Laboratory Exercises in


microbiology. Mc- Graw Hill Book Comp. Net Work.

Rao and Subba, 1994. Soil Microbiology, McGraw- Hill. New York.

Suhardi, 1990. Mikoriza VA. PAU- Biotek UGM.

Sutedjo, M. M., Kartasapoetra dan Sastroatmodjo (1996) Mikrobiologi


Tanah., Rineka Cipta, Jakarta

37
Wididana, G. N., 1995. Penerapan Teknologi Effective Microorganisms
4 (EM4) dalam Bidang Pertanian di Indonesia. Makalah
disampaikan pada Seminar Nasional IV Himagro. Universitas
Padjajaran, Bandung. P: 1- 6.

Yuwono et al., 1996, 1997 dan 1999. Rhizobacteri Osmotoleran.


Pertanian UGM

38

Anda mungkin juga menyukai