Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM

BIOTEKNOLOGI PERTANIAN

APLIKASI MUTAGEN DAN INOKULASI EKSPLAN

Dosen Pengampu Praktikum:

Asnawati, S.Hut., M.Si

KORNELIUS GILANG

C1011211006

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

PONTIANAK

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyusun dan menyelesaikan laporan ini
Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas terstruktur pada mata kuliah Bioteknologi
Pertanian. Bilamana ada beberapa kesalahan yang terdapat dalam laporan praktikum
ini, izinkan penulis menghaturkan permohonan maaf. Sebab, laporan ini tiada
sempurna dan masih memiliki banyak kelemahan. Penulis juga berharap pembaca
laporan ini dapat memberikan kritik dan sarannya kepada penulis.

Semoga laporan ini bermanfaat bagi pembaca untuk menambah wawasan, ilmu
pengetahuan, dan menjadi acuan untuk menulis laporan lainnya.

Pomtianak, Mei 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................................... ii

I. PENDAHULUAN ................................................................................................... 1

A. Latar Belakang .................................................................................................. 1

B. Tujuan ............................................................................................................... 2

III. METODE PRAKTIKUM ................................................................................... 3

A. Waktu dan Tempat ............................................................................................ 3

B. Alat dan Bahan.................................................................................................. 3

C. Cara Kerja ........................................................................................................ 3

D. Variabel Pengamatan........................................................................................ 4

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................ 6

V. PENUTUP .............................................................................................................. 9

A. Kesimpulan........................................................................................................ 9

B. Saran ................................................................................................................. 9

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 10

LAMPIRAN .............................................................................................................. 12

ii
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keanekaragaman di Indonesia bervariasi mulai dari tumbuhan berkayu


hingga epifit termasuk jenis-jenis anggrek. Salah satunya adalah anggrek hitam
(Coelogyne pandurata) anggrek khas Kalimantan yang tersebar di hutan
Kalimantan Barat (Irawati, 2002). Anggrek hitam memiliki ciri khas berupa tanda
hitam pada bagian bibir bunganya yang terdapat pada bagian belakang sampai
bagian dalam bunga (Purnama et al., 2014).
Pengambilan langsung dari alam secara terus-menerus dapat
menyebabkan punahnya spesies ini di habitat aslinya. Kelemahan dari metode
perbanyakan secara konvensional yaitu terbatasnya bibit atau tanaman yang
dihasilkan dan untuk memperoleh anakan baru dibutuhkan waktu yang lama.
Perbanyakan anggrek dengan biji tidak dapat dilakukan secara konvensional
karena biji anggrek tidak memiliki endosperm, sehingga untuk perkecambahan
hanya dapat dilakukan dengan menumbuhkannya secara in vitro (Saputri, 2015).
Perakitan varietas unggul baru pada tanaman hias dapat dilakuan
menggunakan beberapa teknik, antara lain poliploidisasi, haploidisasi, induksi
mutasi dan variasi somaklonal. Kultur in vitro mempunyai peran penting untuk
mendukung program tersebut terutama pada tahap seleksi dan perbanyakan
tanaman hasil pemuliaan (Manzoor, et al., 2019). Teknik mutasi dan poliploidi,
paling banyak diaplikasikan pada tanaman yang diperbanyak secara vegetatif
(Manzoor et al., 2019).
Induksi mutasi secara in vitro merupakan salah satu cara yang paling
sering digunakan sebagai usaha dalam memperoleh tanaman yang unggul serta
sebagai metode alternatif untuk menambah keragaman genetik dan perbaikan
kualitas dari tanaman khususnya anggrek hitam. Induksi mutasi dapat dilakukan
dengan perlakuan fisik menggunakan sinar gamma atau secara kimia dengan
menggunakan mutagen kimia atau menggunakan kombinasi antara perlakuan fisik
dengan kimia. Salah satu mutagen kimia yang sering digunakan untuk
menginduksi mutasi pada tanaman adalah ethyl methansulphonate (EMS).

1
Mutagen kimia ini bekerja dengan sangat efisien dan potensial pada tanaman
(Natarajan, 2005).
Induksi mutasi pada tanaman dengan EMS dapat menyebabkan mutasi
pada DNA tanaman yang dapat memberikan pengaruh perubahan morfologi pada
tanaman tersebut. Senyawa EMS merupakan senyawa alkil yang berpotensi
sebagai mutagen untuk tanaman tingkat tinggi. Dari beberapa mutagen kimia yang
telah di pergunakan tersebut EMS ini sering menghasilkan mutan yang
bermanfaat. Menurut Flick (1983) dalam Soertini Soedjono (2003), menyatakan
bahwa aplikasi mutasi induksi dengan mutagen kimia EMS secara in vitro
menghasilkan keragaman fenotipik yang lebih luas, yaitu paling sedikit terdapat
25 karakter yang berbeda,
Peluang keberhasilan pemuliaan melalui mutasi pada tanaman hias cukup
tinggi, dikarenakan adanya perubahan pada fenotipenya sehingga mudah
diidentifikasi, selain itu tanaman hias bersifat heterosigot, serta frekuensi
dihasilkannya mutan sangat tinggi sehingga varietas baru yang dihasilkan cukup
banyak (Maluszynski et al., 1995). Keberhasilan induksi mutasi setiap jenis
tanaman akan berbeda tergantung pada jenis mutagen, konsentrasi mutagen, lama
perlakuan mutagen, umur dan organ yang diperlukan. (Girija et al., 2013).
Keberhasilan mutasi dengan mutagen kimia pada tiap tanaman tergantung pada
konsentrasi dan lama perendaman yang digunakan.

B. Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui salah satu cara induksi
mutasi (aplikasi mutagen) secara kimia dan mengetahui cara menginokulasi
eksplan ke dalam media induksi.

2
III. METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Praktikum dilaksanakan pada tanggal 8-22 Mei 2023 di Laboratorium


Bioteknologi Tanaman, Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura Potianak.

B. Alat dan Bahan

Alat : Bahan :
- Laminar air flow - Eksplan steril
- Petridish - Media induksi steril
- Bunsen - Alcohol 70% dan 96%
- Pinset - Tissue
- Gunting - Spiritus
- Scalpel - EMS

C. Cara Kerja

1. Pembuatan Larutan Mutagen (EMS)


a. Pipet mikro terlebih dahulu ke angka 25, selanjutnya mengambil EMS
dengan pipet tersebut.
b. Memasukkan EMS 0,025% ke dalam botol dan langsung diberi label.
c. Siapkan pelarut (aquadest) sebanyak 100 ml kemudian campurkan ke
dalam botol yang sudah berisi EMS tadi.
d. Larutan EMS yang telah dibuat dan tercampur rata, dibagikan ke botol
lain secukupnya ( kira-kira dapat merendam eksplan)
2. Aplikasi Mutagen
a. Rendam eksplan dalam larutan EMS selama 3 jam sambil digojlok
dengan shaker.
b. Setelah waktu perendaman tercapai, maka eksplan tunas in vitro anggrek
hitam segera dikeluarkan dan dicuci pada larutan alcohol 70%.
c. Selanjutnya dibilas dengan aquades steril 3 kali, lalu ditiriskan

3
3. Inokulasi Eksplan pada Media Induksi
a. Nyalakan laminar, kemudian nyalakan UV ± 60 menit.
b. Matikan UV, buka tutup depannya dan bersihkan dinding dan mejanya
dengan alcohol 70% kemudian nyalakan lampu dan blowernya biarkan
sekitar 5 menit.
c. Gunakan masker dan sarung tangan atau semprot tangan dengan
alcohol 70% setiap kali akan dimasukkan dalam laminar
d. Siapkan alcohol 96% dalam botol (1/2 botol).
e. Masukkan peralatan tanam, Bunsen, media, alcohol 96%, dll yang akan
digunakan. Sebelumnya semua peralatan tersebut disemprot dengan
alcohol 70%.
f. Nyalakan Bunsen dan buka peralatan tanam dari bungkusnya dan
rendam dalam alcohol 96%
g. Buka tutup botol media dan bakar mulutnya
h. Dengan menggunakan pinset ambil eksplan yang sudah disterilisasi dan
tanam/letakkan diatas media dan bakar kembali mulut botol. (setiap
akan digunakan bakar dulu alat tanam)
i. Tutup kembali mulut botol dengan rapat. (Melakukan semua perkejaan
tersebut harus selalu dekat Bunsen).
j. Beri label (tanggal inokulasi, konsentrasi EMS, nama praktikan, dan
nama/kode tanaman, jumlah daun, jumlah akar).
k. Setelah semua selesai tempatkan botol-botol tersebut di rak kultur
secara rapi (inkubasi) dan amati perkembangannya.
l. Keluarkan semua peralatan yang telah digunakan, dan bersihkan
kembali laminar dengan alcohol 70% (seperti no. 5).
m. Matikan power laminar dan tutup kembali.

D. Variabel Pengamatan

1. Kontaminasi
Pengamatan kontaminasi dilakukan dengan melihat ada tidaknya
jamur pada media (inkubasi ekspplan) yang digunakan dalam kultur in vitro
pada praktikum ini. Pengamatan dilakukan 1-2 minggu setelah eksplan di
inokulasi pada media dengan interval pengamatan 1 minggu.

4
2. Pertumbuhan
Pengamatan pertumbuhan dilakukan dengan menghitung
pertambahan jumlah akar dan daun yang menandakan adanya pertumbuhan.
Pengamatan ini dilakukan pada 2 MST. Untuk pengamatan pertumbuhan
dapat dilakukan jika media inokulasi eksplan tidak mengalami kontaminasi
oleh mikroorganisme.

5
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil pengamatan, eksplan anggrek hitam yang diinokulasi ke


dalam botol media kultur in vitro setelah diinkubasi selama 1 minggu mengalami
kontaminasi oleh jamur. Hal ini ditandai dengan tertutupnya bagian media
inokulasi yang semula bening menjadi berwarna putih yang merupakan hifa dari
jamur kontaminan.

Gambar Sampel Keterangan

CP 1 Terkontaminasi jamur

CP 2 Terkontaminasi jamur

Adanya jamur ini mengakibatkan kegagalan pertumbuhan bahkan hingga


kematian eksplan anggrek hitam. Kontaminasi dapat terjadi pada media ataupun
pada eksplan yang digunakan. Kontaminasi bisa terjadi kemungkinan disebabkan
karena kurang sempurnanya sterilisasi pada saat proses penanaman eksplan dalam
laminator.
Menurut Gunawan (1987) kontaminasi merupakan faktor pembatas dalam
keberhasilan kultur jaringan yang dapat berasal dari (1) bahan tanaman baik
eksternal maupun internal, (2) organisme kecil yang masuk ke dalam media, (3)
botol kultur dan peralatan yang kurang steril, (4) lingkungan kerja dan ruang
kultur, dan (5) kecerobohan dalam pelaksanaan.
Kontaminasi pada media dan eksplan terjadi karena adanya jamur ataupun
bakteri yang tidak mati pada saat sterilisasi media maupun yang masuk dalam

6
media pada saat proses penanaman, atau saat pemeliharaan. Pada media atau
eksplan yang terkontaminasi oleh jamur maka akan terdapat jamur yang berwarna
putih yang akan terus tumbuh menutupi botol kultur. Ketika jamur tumbuh pada
media atau eksplan maka embrio pertumbuhannya akan terhambat bahkan dapat
menyebabkan kematian pada eksplan.
Selain itu, adanya kontaminasi juga dapat disebabkan oleh kurang telitinya
praktikan dalam menginokulasi eksplan. Kultur jaringan memerlukan kecermatan
yang tinggi dan keadaan yang aseptik baik tempat kerja, alat-alat dan bahan-bahan
serta tangan orang yang mengerjakannya, sebab dapat terjadi kontaminasi dengan
mikroorganisme antara lain bakteri dan jamur yang akan nampak berupa koloni-
koloni di permukaan medium. Pandiangan (2003), mengatakan kontaminasi dapat
terjadi dari eksplan baik eksternal maupun internal, mikroorganisme yang masuk
kedalam media, botol kultur atau alat-alat tanam yang kurang steril, ruang kerja
dan kultur yang kotor (mengandung spora di udara ruangan laboratorium) dan
kecerobohan dalam pelaksanaan.
Adanya kontaminasi ini menyebabkan kematian pada eksplan yang
diinokulasi. Dengan demikian pengamatan terkait pertumbuhan eksplan tidak
dilanjutkan. Hal ini dikarenakan eksplan yang sudah terkontaminasi pasti akan
mengalami kegagalan pertumbuhan. Menurut Gunawan (1987) mikrooganisme
kontaminan akan menyerang eksplan melalui luka-luka akibat pemotongan dan
penanganan waktu sterilisasi sehingga mengakibatkan kematian jaringan eksplan.
Eksplan yang terkontaminasi akan menunjukkan gejala berwarna putih, biru atau
krem yang disebabkan jamur dan bakteri.
Etil metil sulfonate (EMS) adalah salah satu mutagen kimia yang banyak
dipergunakan untuk pemuliaan tanaman padi. EMS memicu terjadinya mutasi
berupa perubahan pasangan basa DNA dari C/G menjadi A/T (Ramchader et al.,
2014; Viana et al., 2019). Mutasi missense atau nonsense yang dipicu oleh EMS
dapat mengubah struktur dan fungsi protein sehingga mengakibatkan perubahan
pada satu atau beberapa sifat tanaman. Secara umum, konsentrasi EMS yang
dipergunakan untuk memutasi tanaman padi berkisar antara 0.1% to 2 (Veni and
Niveditha, 2014; Mohapatra et al., 2014; Wattoo et al., 2013).

7
Jika dapat diamati sampai 12 MST, kemungkinan eksplan yang
diinokulasi akan membentuk tunas lebih banyak. Hal ini dikarenakan konsentrasi
EMS yang rendah dapat meningkatkan kemampuan eksplan untuk membentuk
tunas yang baru. Penelitian terkait hal ini pada tanaman anggrek oleh Yunitasari
et al (2012) menyatakan bahwa konsentrasi mutagen EMS dapat berpengaruh
terhadap persentase eksplan membentuk tunas. Konsentrasi EMS 0,025% dan
0,05% memperlihatkan jumlah tunas paling baik dengan masing-masing 5,33 dan
3,67 tunas. Pada konsentrasi tersebut EMS dapat memacu pertumbuhan tunas. Hal
ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Priyono & Agung (2002)
semakin rendah konsentrasi EMS yang digunakan maka EMS dapat berfungsi
sebagai auksin. Menurut Shah et al. (2008) dalam Yunitasari et al. (2012),
penggunaan mutagen dengan konsentrasi rendah dapat menstimulasi dan
meningkatkan diferensiasi sel.
Semakin tinggi dosis EMS maka semakin kecil kemungkinan eksplan
untuk tumbuh. Hal ini sejalan dengan penelitian Priyono dan Susilo (2002)
menyatakan bahwa semakin tinggi konsentrasi EMS menyebabkan semakin
banyak EMS yang terserap ke dalam tanaman termasuk bertambahnya toksisitas
EMS. Hal tersebut dapat mengakibatkan menurunnya tinggi tanaman, ukuran
daun, jumlah daun dan berat tanaman. Kondisi serupa dalam penelitian Rajib and
Jagadpati (2011) yang menyatakan bahwa gangguan pembentukan enzim yang
terlibat dalam proses perkecambahan, merupakan salah satu dampak fisiologis
yang diakibatkan oleh EMS. Dosis EMS yang tinggi dapat menurunkan persentase
tumbuh pada saat perkecambahan.
Induksi menggunakan beberapa konsentrasi EMS merupakan salah satu
cara untuk dapat menghasilkan variabilitas genetik tanaman (Jabeen & Mirza
2004). Induksi mutasi menggunakan EMS yang menyebabkan terjadinya mutasi
pada DNA suatu tanaman memberi pengaruh morfologi pada tanaman tersebut.
Pada tanaman hias, hal ini sangat menguntungkan karena yang diharapkan ialah
menghasilkan suatu bentuk morfologi tanaman yang berbeda dari tetuanya,
sehingga diharapkan dari hasil induksi diperoleh tanaman yang beranekaragam.
Berdasarkan penelitian menunjukkan bahwa EMS terbukti dapat menghasilkan
mutan antara lain daun variegata pada Arabidopsis (Sakamoto et al. 2002).

8
V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan diatas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut.


1. Keberhasilan dalam kultur in vitro sangat bergantung pada seberapa besar
praktikan dapat bekerja dalam kondisi steril. Hal ini dikarenakan media dan
eksplan dalam kultur in vitro sangat mudah mengalami kontaminasi.
2. EMS merupakan salah satu mutagen secara kimiawi. Semakin tinggi
konsentrasi EMS, semakin rendah pertumbuhan eksplan. Hal ini dikarenakan
EMS dalam dosis tinggi dapat menjadi penyebab toksisitas pada eksplan.

B. Saran

Praktikum telah dilaksanakan dengan baik. Namun, kondisi atau pengaruh


EMS belum teramati oleh praktikan dikarenakan oleh kendala waktu dan kurang
steril dalam bekerja. Saya menyarankan agar praktikum dilaksanakan lebih awal,
sehingga mahasiswa memiliki banyak waktu untuk melakukan pengamatan terkait
agen mutasi. Dan saya juga menyarankan agar mahasiswa dapat bekerja dalam
kondisi yang lebih steril lagi sehingga aspek yang diamati dapat teramati hingga
selesai.

9
DAFTAR PUSTAKA

Irawati, 2002, ‘Pelestarian Jenis Anggrek di Indonesia’, Makalah seminar Indonesia


26 Oktober 2002, Yogyakarta.

Jabeen, N & Mirza, B 2004, ‘Ethyl methane sulfonate induces morphological


mutations in Capsicum annuum. Int. J. Agri. Biol., vol. 6, no. 2, pp. 340-45.

Manzoor, A., Ahmad, T., Bashir, M.A., Hafiz, I.A. and Silvestri, C., 2019. Studies on
Colchicine induced chromosome ornamental plants. Plants (Basel), 8(7), pp.
1–16.

Natarajan, A.T. 2005. Chemical mutagenesis: from plants to human. Curr. Sci. 89:312-
317.

Natarajan, A.T., 2005. Chemical mutagenesis: From plants to human. Current


Science, 89(2), pp. 312–317.

Pandiangana, D., Kandou, F., & Oratmangun, K. (2017). Deskripsi Jenis-Jenis


Kontaminan Dari Kultur Kalus Catharanthus roseus (L.) G. Don. JURNAL
MIPA UNSRAT ONLINE, 6(1), 47-52

Priyono & A.W. Susilo. 2002. Respons Regenerasi In vitro Eksplant Sisik Mikro Kerk
Lily (Lilium longiflorum) terhadap Ethyl Methane Sulfonate (EMS). J. Ilmu
Dasar 3 (2): 74-79.

Purnama, A.NA, Astarini, IA & Astiti, NA, 2014, ‘Aklimatisasi Anggrek Hitam
(Coelogyne pandurata), hasil perbanyakan in vitro pada media berbeda’,
Jurnal simbiosis, vol. 2, no.2, hal. 203-214

Sakamoto, W, Tamura, T, Hanba-tomita, Y, Sodmergen & Murata, M 2002, ‘The Var


1 locus of arabidopsis encode a chloroplastic FtsH and its responsible for leaf
variegation in mutant alleles’, Gene to Cell., vol. 7, pp. 769-80.

Soertini Soedjono. 2003. Aplikasi Mutasi Induksi dan Variasi Somaklonal dalam
Pemuliaan Tanaman. Jurnal Litbang Pertanian 22(2) – Balai Penelitian
Tanaman Hias (BALITHI).Cianjur.

10
Veni, B. K. and Niveditha, M. S. (2014). Effect of Mutagens on Quantitative and
Qualitative Characters in M3 Generation of Rice Variety ‘Akshaya’ (BPT
2231). Jounal of Rice Research, 7(1): 16-24.

Viana, V. E., Pegoraro, C., Busanello, C., and de Oliveira, A. C. (2019). Mutagenesis
in rice: The basis for breeding a new super rice. Frontier in Plant Science, 10:
1-28.

Yunitasari, Istifadah, N., Qosim, W., & Djatnika, I. (2012). Pengaruh Mutagen Etil
Metan Sulfonat terhadap Kapasitas Regenerasi Yunas Hibrida Phalaenopsis
In Vitro. J. Hort., 22(4), 360-365

11
LAMPIRAN

Gambar Keterangan
Proses penginokulasian eksplan yang
sudah di rendam EMS pada media tanam
kultur in vitro

Kontaminasi pada eksplan yang


diinokulasi dalam media tanam secara in
vitro

Anggrek hitam (CP 1) mengalami


kontaminasi oleh jamur ditandai dengan
adnya hifa-hifa berwarna putih disekitar
eksplan CP 1.

12
Gambar Keterangan

Anggrek hitam (CP 2) mengalami


kontaminasi oleh jamur ditandai dengan
adnya hifa-hifa berwarna putih disekitar
eksplan CP 2.

13

Anda mungkin juga menyukai