Anda di halaman 1dari 12

PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI INDUSTRI

“PENGENCERAN SERI”

Dosen Pengampu :

Fauziah Fiardilla, S.TP., M.Si.

Muhammad Ilham Hendra Saputra


J1A220055/R-003
Shift 3

PRODI TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN


JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ................................................................................................................ 2


BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 3
1. Latar Belakang ................................................................................................ 3
2. Tujuan .............................................................................................................. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................ 4
1. Isolasi mikroba ............................................................................................ 4
2. Pengenceran seri ......................................................................................... 5
3. Teknik pengenceran .................................................................................... 5
BAB III METODE PRAKTIKUM ............................................................................ 6
1. Waktu dan tempat ................................................................................. 6
2. Alat dan bahan ...................................................................................... 6
3. Prosedur praktikum .............................................................................. 6
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................... 8
1. Hasil................................................................................................... 8
2. Pembahasan....................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................11
LAMPIRAN .............................................................................................................. 12
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Mikroorganisme dapat diperoleh dari lingkungan air, tanah, udara, suubstrat
yang berupa bahan pangan, tanaman dan hewan. Jenis mikroorganismenya
dapat berupa bakteri, khamir, kapang dan sebagainya. Populasi dari mikroba
yang ada dilingkungan ini sangatlah beraneka ragam sehinga dalam
mengisolasi diperlukan beberapa tahap penanaman sehingga berhasil diperoleh
koloni yang tunggal.
Mikroba hampir dapat ditemukan pada semua tempat, oleh karena itu,
dalam usaha untuk menumbuhkan mikroba yang diinginkan diperlukan
pengetahuan yang cukup untuk bisa mengisolasi mikroba dari lingkungannya.
Pada umumnya mikroba yang hidup di alam terdapat dalam bentuk populasi
campuran. Sangat jarang mikroba di alam dijumpai sebagai spesies yang
tunggal. Dengan demikian, agar mikroba tersebut dapat diidentifikasikan,
sehingga mudah dipelajari sifat pertumbuhan, morfologis, dan fisiologis
masing-masing mikroba maka langkah pertama yang harus dilakukan yaitu
spesies tersebut dipisahkan dari organisme lain yang umum dijumpai dalam
habitatnya, kemudian ditumbuhkan menjadi biakan murni yaitu suatu biakan
yang terdiri dari sel-sel dari satu spesies.
Terdapat beberapa teknik yang perlu diperhatikan dalam menumbuhkan
mikroba, mulai dari langkah-langkah dalam pengambilan sampel mikroba,
cara-cara memindahkan mikroba secara aseptis, kemudian mikroba diisolasi
dan ditanam dalam media hingga akhirnya mikroba dapat diidentifikasi melalui
morfologinya. Teknik-teknik ini kemudian tidak lepas dari upaya untuk
menghitung jumlah koloni mikroba yang tumbuh pada media sehingga
didapatkan data biakkan yang lebih akurat. Biakan ini kemudian yang nantinya
akan digunakan dalam identifikasi mikroba patogen maupun dimanfaatkan
dalam pembuatan berbagai macam produk bioteknologi. Oleh karena itu,
praktikum ini penting untuk dilakukan karena kesiapan dan pengetahuan dalam
melakukan teknik-teknik tersebut menentukan berhasil atau tidaknya proses
dalam menumbuhkan mikroba.

2. Tujuan
Untuk melatih pengenceran seri dan menghitung konsentrasi suspensi
bakteri dengan metode perhitungan cawan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Isolasi mikroba
Isolasi mikroba yaitu memisahkan satu jenis mikroba dengan mikroba
lainnya dari berbagai macam campuran mikroba dengan tujuan untuk
mendapatkan biakan murni. Isolasi merupakan proses yang dapat dilakukan
untuk mendapatkan berbagai jenis mikroorganisme dari habitat aslinya. Secara
alami, mikroorganisme sangat banyak terdapat pada alam seperti tanah, air,
udara, permukaan kayu, daun, dan masih banyak tempat menjadi rumah bagi
mikroorganisme. Oleh sebab itu, dengan mengambil sebagian kecil habitat
alami mikroorganisme tersebut dapat diperoleh berbagai jenis mikroorganisme
melalui proses isolasi.

Terdapat 3 macam cara untuk mendapatkan biakkan murni, yaitu dengan


cara penuangan, pengoresan, dan penyebaran.

1. Cara penuangan
Isolasi bakteri dengan cara penuangan bertujuan untuk menentukan
perkiraan jumlah bakteri hidup dalam satu cairan. Hasil perhitungan jumlah
bakteri pada cara penuangan dinyatakan dalam koloni (Irianto,2012)

2. Cara penggoresan
Isolasi dengan cara penggoresan dengan cara menuangkan terlebih dahulu
medium agar pada cawan petri steril. Jarum ose yang digunakan dipanaskan
dahulu hingga memijar, setelah itu disentuhkan pada koloni bakteri yang akan
siisolasi, kamudian digoreskan pada medium yang tersedia. Menginkubasi
selama 2x24 jam pada suhu ruang, lalu dilakukanlah pengamatan.

3. Cara penyebaran
Isolasi dengan cara penyebaran diawali dengan pengenceran sampel.
Pengenceran sampel dilakukan sama seperti pada cara penuangan. Medium
yang telah dipersiapkan dituangkan ke dalam cawan petri steril tunggu hingga
memadat setelah itu suspense sampel dituangkan di atas permukaan agar.
Penyebaran suspensi sampel dilakukan dengan menyebarkan suspense dengan
batang drugalsky yang telah dipanaskan terlebih dahulu (Waluyo, 2007).
Pengenceran adalah melarutkan atau melepasan mikroba dari substratnya ke
dalam air sehingga lebih mudah penanganannya. Pengenceran bertujuan untuk
memperoleh contoh dengan jumlah mikroba terbaik untuk dapat dihitung yaitu
antara 30-300 sel mikroba per ml. Teknik pencawanan dengan cawan sebar dan
tuang memerlukan pengenceran serial dari suspensi bakteri. Cawan untuk
perhitungan mengandung jumlah koloni antara 30 – 300.
2. Pengenceran seri
Pengenceran seri merupakan serangkaian pengenceran berurutan yang
dilakukan untuk membuat larutan yang kurang padat atau kurang pekat dari
larutan yang sangat padat atau pekat. Pengenceran serial melibatkan
serangkaian langkah pengenceran berurutan untuk mengubah larutan padat
menjadi konsentrasi yang lebih bermanfaat.
Dalam pengenceran serial, sel jumlah atau kepadatan secara bertahap
berkurang seiring bertambahnya nomor seri di setiap langkah. Hal ini
mempermudah penghitungan nomor sel dalam larutan primer dengan
menghitung pengenceran total pada seluruh rangkaian.
Tujuan utama pengenceran serial adalah untuk mengurangi konsentrasi
suatu zat, biasanya sampel kimia atau biologi, dalam serangkaian langkah.
Teknik ini digunakan dalam banyak prosedur laboratorium, termasuk
eksperimen mikrobiologi dan biokimia, untuk mengukur konsentrasi sampel
secara akurat dan untuk menyiapkan larutan dengan konsentrasi yang
diketahui. Selain itu, dapat digunakan untuk mendapatkan pengukuran bakteri
atau lainnya yang tepat mikroorganisme populasi dalam sampel, dan untuk
mengisolasi kultur murni mikroorganisme dari populasi campuran.
Pengenceran merupakan proses yang dilakukan untuk menurunkan atau
memperkecil konsentrasi larutan dengan menambah zat pelarut ke dalam
larutan sehingga volume larutan menjadi berubah (Nurohaianah et al, 2007).

3. Teknik pengenceran
Penentuan besarnya atau banyaknya tingkat pengenceran tergantung
kepada perkiraan jumlah mikroba dalam sampel. Digunakan perbandingan 1:9
untuk sampel dari pengenceran pertama dan selanjutnya, sehingga pengenceran
berikutnya mengandung 1/10 sel mikroba dari pengenceran sebelumnya. Cara
kerjanya adalah sebagai berikut:
Sampel yang mengandung bakteri dimasukkan ke dalam tabung
pengenceran pertama (1/10 atau 10-1 ) secara aseptis (dari preparasi suspensi).
Perbandingan berat sampel dengan volume tabung pertama adalah 1:9. Setelah
sampel masuk, lalu dilarutkan dengan mengocoknya sampai homogen.
Pengocokan dilakukan dengan cara membenturkan tabung ke telapak tangan
sampai homogen atau dengan menggunakan alat vortex. Kemudia diambil 1 ml
dari tabung 10-1 dengan mikropipet kemudian dipindahkan ke tabung 10-2
secara aseptis kemudian dikocok dengan membenturkan tabung ke telapak
tangan sampai homogen. Pemindahan dilanjutkan hingga tabung pengenceran
terakhir dengan cara yang sama, hal yang perlu diingat bahwa tip mikropipet
yang digunakan harus selalu diganti (Intan dan Muhammad. 2021).
BAB III
METODE PRAKTIKUM

1. Waktu dan tempat


Praktikum ini dilaksanakan pada pukul 15.00 sampai dengan selesai tanggal
27 September 2023 bertempat di Laboratorium Pengolahan 2, Gedung Jurusan
Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Jambi.

2. Alat dan bahan


• Alat
1. Tabung reaksi
2. Cawan reaksi
3. Testub
4. Pipet tetes
5. Bunsen
6. Timbangan
7. Korek api
• Bahan
1. Media PDA
2. Sampel susu tetrapack, air mineral, minuman kotak, minuman kopi.
3. Aquades
4. Kertas kopi

3. Prosedur praktikum
• Mempersiapkan pengenceran serial seperti pada gambar di bawah ini.

• Kocoklah setiap suspensi serial seperti larutan dalam pengenceran sampai


homogen.
• Cairkan 8 tabung PDA hingga suhu 45º C
• Letakkan hasil sampel pengenceran pada petridisk dan pindahkan pada
PDA-nya.
• Campurkan sampel dan PDA sehomogen mungkin, dengan cara gerakan
melingkar (goyangkan secara melingkar).
• Dinginkan campuran tersebut pada permukaan datar.
• Setelah membeku, inkubasikan dengan suhu 30º C dan posisi terbalik
(tutup petridisk dibawah).
• Setelah itu diamkan selama satu minggu, keudian hitung kalori yang
terdapat pada setiap petridisk yang mengandung antaara 30-300 koloni.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil
Tabel 1. Data pengamatan mikroorganisme pada berbagai tingkat pengenceran
No. Sampel Tingkat Pengenceran
−1 −2 10−3 10−4 10−6
10 10 10−5
1. Susu 0,95 x 2,24 x 1,16 x 2,46 x - -
Tetrapack 10−1 10−2 10−3 10−4
2. Air TBUD 1,23 x 1,1 x TBUD - -
Mineral 10 −2 10 −3

3. Minuman TBUD TBUD TBUD TBUD - -


Kotak (teh
kotak)
4. Air Keran TBUD 2,93 x TBUD 1,89 x 2,32 x 1,34 x
10−2 10−4 10−5 10−6
5. Minuman 1,85 x 1,14 x 2,70 x 0,99 x - -
Kopi 10 −1 10 −2 10 −3 10 −4

2. Pembahasan
Analisis kuantitatif pada bahan pangan pada praktikum ini bertujuan untuk
mengetahui mutu bahan pangan dan menghitung proses pengawetan yang akan
ditetapkan pada bahan pangan. Adapun sampel yang digunakan pada
praktikum kali ini adalah susu tetrapack, air mineral, minuman kotak (teh
kotak, air keran, dan minuman kopi. Metode perhitungan yang digunakan
untuk menghitung mikroorganisme adalah metode Agar cawan.
Susu adalah sekresi susu yang praktis bebas dari kolesterum yang diperoleh
dari pemerahan sempurna dari seekor sapi atau lebih. Susu tidak saja dihasilkan
oleh ternak sapi tetapi juga dihasilkan ternak kambing. Susu merupakan bahan
makanan yang bernilai gizi tinggi karena mengandung hampir semua zat-zat
yang diperlukan oleh tubuh. Susu merupakan bahan pangan yang tersusun oleh
lemak, protein, air, karbohidrat, mineral dan vitamin-vitamin dengan nilai gizi
yang tinggi dan seimbang. Didalam susu juga terdapat sejumlah mikroba, baik
mikroba yang patogen maupun mikroba non patogen. Secara alami, susu
mengandung mikroorganisme kurang dari 5 x 10 3 per ml jika diperah dengan
cara yang benar dan berasal dari sapi yang sehat (Setiawati, 2011).
Untuk mencegah kerusakan susu akibat mikroba maka dilakukan berbagai
upaya pengawetan antara lain dengan cara sterilisasi, pasteurisasi, fermentasi
dan lain-lain. Faktor penyebab kerusakan susu dapat meliputi faktor kimia,
fisik, dam mikrobiologi. Faktor utama yang mengakibatkan kerusakan susu
adalah faktor kerusakan mikrobiologi. Hal ini karena susu sangat mudah
tercemar oleh mikroba, baik pada waktu proses pemerahan maupun
pengolahan, sehingga menjadikan masa simpan susu relatif singkat. Bakteri
yang sering terdapat dalam susu sapi murni meliputi Micrococcus,
Pseudomonas, Staphylococcus, Bacillus serta E.coli (Sulistyowati, 2009).
Air mineral adalah air yang mengandung mineral atau bahan-bahan larut
lain yang mengubah rasa atau memberi nilai-nilai terapi. Banyak kandungan
Garam, sulfur, dan gas-gas yang larut di dalam air ini. Air mineral biasanya
masih memiliki buih. Air mineral bersumber dari mata air yang berada di alam.
Masyarakat menganggap air kemasan sudah pasti bersih dan aman, tetapi hal
ini tidak selalu benar, air kemasan juga terkontaminasi secara kimia atau
mikrobiologis, sehingga meningkatkan risiko penyakit.
Karena isolasi mikroorganisme patogen dari air melibatkan analisis yang
kompleks dan mahal serta fakta bahwa keberadaannya di dalam air tidak selalu
konstan, dalam praktiknya digunakan metode tidak langsung untuk menyoroti
potensi keberadaannya, yang melibatkan penentuan beberapa indikator
mikrobiologis. spesies yang keberadaannya di dalam air menandakan adanya
risiko pencemaran tinja dan secara implisit merupakan risiko kontaminasi
mikroorganisme patogen. Secara umum, parameter indikator berikut
digunakan untuk menentukan tingkat kontaminasi mikrobiologis air: jumlah
total mikroorganisme tumbuh pada suhu 22°C; jumlah total mikroorganisme
tumbuh pada suhu 37°C; bakteri total koliform (total coliform), koliform
tinja; adanya Escherichia coli ; streptokokus tinja (enterokokus).
Minuman teh dalam kemasan merupakan produk minuman yang diperoleh
dari teh seduhan, teh ekstrak, teh instan atau campurannya dalam air minum
denganatau tanpa penambahan gula, bahan pangan lain, dan bahan tambahan
pangan yang diizinkan dan dikemas secara kedap.
Adanya pencemaran mikroba pada teh kemasan, oleh bakteri patogen
penyebab penyakit saluran pencemaran makanan ialah adanya bakteri
koliform dan koliform fekal. Minuman teh yang terkontaminasi oleh bakteri
golongan koliform dan koliform fekal dapat menimbulkan berbagai penyakit
bagi manusia, misalnya diare oleh bakteri Escherichia coli, tifus yang
disebabkan oleh Salmonella typhosa, disentri basiler yang disebabkan oleh
bakteri Shigela dysenteriae dan penyakit kolera yang disebabkan oleh bakteri
Vibrio cholerae.
Sebelum dilakukan perhitungan terlebih dahulu dilakukan pengenceran
pada sampel. Tujuan dari pengenceran adalah untuk memperluas bidang hidup
sampel sehingga memudahkan pada saat perhitungan mikroorganisme.
Pengenceran dilakukan dengan mensuspensikan sampel pada air destilat
sampai 10-6. Sampel pengenceran 10-1 sampai 10-6 dituangkan ke dalam cawan
petri dengan menggunakan pipet ukur yang berbeda sebanyak 1 mL.
Penggunaan pipet ukur yang berbeda bertujuan supaya pengenceran tidak
saling tercampur atau terkontaminasi satu sama lain.
Metode hitungan cawan yang digunakan, dilakukan dengan
mengencerkan sampel suspensi bakteri ke dalam nutrisi agar. Pengenceran
dilakukan agar setelah inkubasi, koloni yang terbentuk pada cawan tersebut
dalam jumlah yang dapat dihitung. Dimana jumlah terbaik adalah antara 30
sampai 300 sel mikroba per ml, per gram atau per cm permukaan. Prinsip
pengenceran adalah menurunkan jumlah sehingga semakin banyak jumlah
pengenceran yang dilakukan, semakin sedikit jumlah mikroba, dimana suatu
saat didapat hanya satu mikroba pada satu tabung (Waluyo, 2004).
Larutan yang digunakan untuk pengenceran harus memiliki sifat
osmotik yang sama dengan keadaan lingkungan asal mikroba untuk
menghindari rusaknya sel, selain itu juga dijaga agar tidak terjadi perbanyakan
sel selama pengenceran. Pengenceran yang dilakukan dalam percobaan ini
adalah pengenceran decimal yaitu 10 -1, 10-2, 10-3, 10-4, 10-5, dan 10-6. Hal ini
karena diperkirakan koloni yang dibentuk oleh sampel bakteri berada pada
jumlah yang dapat dihitung pada pengenceran tersebut. Selain itu, untuk
perhitungan jumlah koloni akan lebih mudah dan cepat jika pengenceran
dilakukan secara desimal. Selanjutnya dari tabung reaksi dituang ke dalam
cawan petri (penanaman atau plating) menggunakan pipet ukur ke dalam media
PDA. Plating atau penanaman bakteri adalah proses pemindahan bakteri dari
medium lama ke medium baru (Dwijoseputro, 2005). Pada penanaman bakteri
dibutuhkan kondisi aseptik atau steril, baik pada alat maupun proses, untuk
menghindari kontaminasi, yaitu masuknya mikroba yang tidak diinginkan.
Pada perhitungan mikroba ini dilakukan pengenceran sampel agar jumlah
koloni yang tumbuh pada cawan petri tidak terlalu banyak maupun terlalu
sedikit, yaitu antara 30-300 koloni. Semakin banyak pengenceran, maka
jumlah koloni yang dihasilkan semakin sedikit.
Berdasarkan praktikum yang dilakukan diperoleh hasil pada cawan petri
terlihat pertumbuhan pada mikroba sangat cepat setelah di inkubasi selama 2 x
24 jam. Jumlah koloni yang muncul pada cawan merupakan suatu indeks bagi
jumlah organisme yang dapat hidup yang terkandung dalam sampel. Karena
jumlah mikroorganisme dalam sempel tidak diketahui sebelumnya, maka untuk
memperoleh sekurang-kurangnya satu cawan yang mengandung koloni dalam
jumlah yang memenuhi syarat tersebut harus dilakukan sederetan pengenceran
dan pencawanan.

Hasil perhitungan jumlah koloni bakteri yang diperoleh dapat


dipengaruhi ketika jumlah sampel yang dipipet jumlahnya sedikit serta ketika
pemipetan yang terambil hanya larutannya saja (bukan bakterinya), karena
suspensi tidak teraduk secara merata menyebabkan jumlah mikroba yang
diencerkan kurang sehingga begitu disebar atau dituang menghasilkan jumlah
koloni kurang dari 30 koloni sehingga dinyatakan tidak tumbuh dan bernilai
nol.
DAFTAR PUSTAKA

Legowo, S. Mulyani, A M dan Mahananni, A.A. 2008. Viabilitas Bakteri Asam


Laktat, Keasaman dan Waktu Pelelehan Es Krim Probiotik Menggunakan
Starter Lactobacillus casei dan Bifidobacerium bifidum. J Indo Trop Anim
Agric, vol. 33, no. 2, hal. 120-125.
Legowo,ahmad.2010. Parameter Keasaman Susu Pasteurisasi dengan Penambahan
Ekstrak Daun Aileru (Wrightia Caligria). Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian Yogyakarta : Yogyakarta.

Zubaidah, Elok et al. 2006. Mikrobiologi Umum. Universitas Brawijaya, Malang.

Zubaidah , elok .dkk.2011. Studi Keamanan Susu Pasteurisasi yang Beredar di


Kotamadya Malang (Kajian dari Mutu Mikrobiologis dan Nilai gizi).
Teknologi Hasil Pertanian.Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas
Brawijaya.
Suwito,widodo.2009.Bakteri yang Sering Mencemari Susu: Deteksi, Patogenesis,
Epidemiologi, dan Cara Pengendaliannya. Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian Yogyakarta : Yogyakarta.
Irianto, A., Rachmawati, F.N. 2012. Pengaruh suplementasi Bacillus sp. melalui
perifiton terhadap jumlah mikroba intestinal dan gambaran darah ikan
gurami. Skripsi fakultas biologi. Universitas Jendral Soedirman.
Purwokwrto.

Intan N.A. dan Muhammad F.R. 2021. Modul praktikum mikrobiologi pangan.
Fakultas teknologi pangan dan Kesehatan. Universitas Sahid.
Evitha L. dan Ayu Yahya K. 2014. Laporan praktikum susu. Fakultas Ilmu
Kesehatan. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
LAMPIRAN

Sampel 1 Sampel 2

Sampel 3 Sampel 4

Anda mungkin juga menyukai