Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM

MIKROBIOLOGI

ACARA 3
TEKNIK INOKULASI

Disusun Oleh:
Tiara Dwi Krisjayanti
1810401011
Kelompok 4 A

Asisten:
Alvi Maghfiroh

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TIDAR
2019

i
DAFTAR ISI

Halaman Sampul ........................................................................................ i


Daftar Isi ..................................................................................................... ii
Bab 1 Pendahuluan ..................................................................................... 1
1.1. Latar belakang ......................................................................... 1
1.2. Tujuan....................................................................................... 1
Bab 2 Tinjauan Pustaka ............................................................................... 2
Bab 3 Metode Praktikum ........................................................................... 6
3.1 Waktu dan Tempat Praktikum................................................... 6
3.2 Alat dan Bahan ......................................................................... 6
3.3 Langkah Kerja ........................................................................... 6
Bab 4 Hasil dan Pembahasan ...................................................................... 7
4.1 Tabel Pengamatan Mikrobia ..................................................... 7
Bab 5 Kesimpulan ........................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 10
Lampiran-lampiran

ii
1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Inokulasi, melakukan pemindahan mikrobia dari media satu ke media lain.
Setelah acara sebelumnya melakukan isolasi mikrobia ke dalam cawan petri
yang berisi nutrisi agar, acara praktikum selanjutnya adalah melakukan
inokulasi pada mikrobia yang dipilih ke media agar yang baru. Tahapan
inokulasi mikrobia dibagi menjadi dua, yaitu inokulasi jamur dan inokulasi
bakteri.
Pada inokulasi jamur, pemindahan jamur menggunakan alat pelubang media
agar, dimana jamur yang ingin dipindahkan serta medianya di pindahkan ke
media baru. Setelahnya, dilakukan pengamatan pertumbuhan jamur, dengan
melihar penambahan diameter jamur tersebut. Jamur yang diambil, merupakan
sampel jamur tangga dan jamur lab.
Sedangkan pada inokulasi bakteri, pemindahan bakteri dilakukan pada
cawan petri dan pada media agar miring di tabung reaksi. Kelompok kami
mendapatkan jenis teknik goresan T dan kuadran. Teknik goresan ini di lakukan
pada media agar di cawan petri, sebenarnya teknik goresan ini merupakan
teknik goresan sinabung dimana yang menjadi pembeda adalah pada goresan T
media dibagi menjadi tiga membentuk T, pada teknik goresan kuadran media
dibagi menjadi empat, tahapan yang dilakukan berupa pengambilan sampel
bakteri pengenceran 10-5 tanah perakaran bambu, setelahnya dilakukan goresan
membentuk zig-zag.
Inokulasi bakteri pada agar miring, dilakukan guna memudahkan
pengamatan pertumbuhan bakteri pada sempel ruang dosen. Dilakukan, goresan
membentuk zig-zag. Selanjutnya, selama tujuh hari dilakukan pengamatan
bagaimana pertumbuhan bakteri tersebut. Berbagai inokulasi tersebut
dimaksudkan untuk mengamati bagaimana pertumbuhan mikrobia pada media
baru.
1.2 Tujuan
Untuk mengetahui bagaimana pertumbuhan mikrobia pada media baru.
2

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

Persiapan Suspensi Bakteri, biakan bakteri yang telah diperbanyak pada


media NA, dipanen dengan cara mengikis biakan tersebut menggunakan batang L
dan dicampur dengan 30 ml aquades steril. Setelah dihomogenkan, kemudian
dihitung kerapatannya dengan pengenceran berseri dan plating pada media NA.
Kerapatan bakteri dalam suspensi yang digunakan untuk inokulasi yaitu cfu/ml
(Djaya, 2016)
Teknik inokulasi mikroba untuk memisahkan dan mengidentifikasi,jenis
mikroba dari biakan dapat diklasifikasikan berdasarkan sifat pertumbuhan yang
nampak pada media.(Buku Penuntun Mikrobiologi,2015)
Berdasarkan hasil pengukuran berat kering sel, dengan bertambahnya waktu
inokulasi inokulum maka berat kering sel cenderung meningkat. Pada waktu
inokulasi 12 jam, berat kering Saccharomyces cerevisiae masih relatif rendah, hal
ini dikarenakan, pada tahap awal, sel masih melakukan adaptasi atau penyesuaian
diri terhadap medium inokulum dan waktu untuk melakukan pembelahan sel hanya
sedikit, sehingga jumlah sel yang dihasilkan masih belum maksimal. Pada waktu
24 jam, berat kering sel yang dihasilkan lebih banyak dibandingkan dengan waktu
inokulasi 12 jam, hal ini dikarenakan Saccharomyces cerevisiae memiliki banyak
waktu untuk membelah dan memperbanyak sel dibanding dengan waktu inokulasi
12 jam, begitu juga dengan waktu inokulasi 36 jam dan 48 jam, semakin lama waktu
inokulasi maka semakin banyak jumlah sel yang dihasilkan yaitu ditunjukkan
dengan berat kering sel yang semakin bertambah. berdasarkan hasil yang diperoleh,
kadar bioetanol terbesar didapatkan pada waktu inokulasi inokulum 24 jam dan 36
jam, yaitu sebesar 3% (v/v) pada fermentasi hari ketiga dan keempat. Pada waktu
inokulasi inokulum 24 jam mikroorganisme berada dalam fase eksponensial,
sehingga banyak jumlah sel yang dihasilkan. Pada waktu inokulum 12 jam, jumlah
mikroorganisme yang ada lebih sedikit dibanding dengan waktu inokulasi 24 jam,
sedangkan pada waktu inokulasi 36 dan 48 jam, mikroorganisme telah memasuki
fase stasioner, yaitu fase dimana pertumbuhan mikroorganisme mencapai keadaan
yang maksimum dan mikroorganisme yang aktif dan mati relatif seimbang karena
sumber makanan dan nutrisi relatif sedikit, sehingga jumlah mikroorganisme yang
hidup lebih sedikit dibanding dengan jumlah mikroorganisme yang ada pada waktu
inokulasi 24 jam. (Ronald, 2015).
Sebagaimana diketahui bahwa peran utama nutrient adalah sebagai sumber
energi, bahan pembangun sel dan sebagai aseptor elektron dalam reaksi
bioenergenik (reaksi yang menghasilkan energi).Oleh karenanya bahan makanan
harus terdiri dari air, sumber karbon, sumber aseptor elektron, sumber mineral,
faktor pertumbuhan, dan nitrogen [5]. Menurut Wibowo (2012) Faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan bakteri adalah faktor zat gizi berupa sumber nutrisi
yang berasal dari zat kimawi (karbohidrat, karbondioksida & beberapa unsur
3

logam), pH, suhu, waktu, ketersediaan osmotik, dan kelembaban. Pada umumnya
bakteri membutuhkan pH sekitar netral yaitu 7 . Mengingat sifat bakteri juga sama
seperti sifat-sifat sel yang lain terdapat tekanan osmosis maka untuk
pertumbuhannya bakteri membutuhkan media yang isotonis. Bila media tersebut
hipertonis, maka bakteri akan mengalami plamoptysis. Sedangkan bila media
tersebut hypotonis maka akan terjadi plasmolysis. Untuk mendapatkan
pertumbuhan yang optimal bakteri membutuhkan temperatur tertentu,umumnya
bakteri patogen membutuhkan temperatur sekitar 37⁰C sesuai dengan temperatur
tubuh [6] (Rahayyu, 2016)
Dalam mikrobiologi , melesat adalah teknik yang digunakan untuk
mengisolasi strain murni dari satu spesies mikroorganisme,
seringkali bakteri . Sampel kemudian dapat diambil dari koloni yang dihasilkan
dan kultur mikrobiologis dapat ditanam di piring baru sehingga organisme dapat
diidentifikasi, dipelajari, atau diuji (Black, 1999).
Metode streak plate modern telah berkembang dari upaya Robert Koch dan
ahli mikrobiologi lainnya untuk mendapatkan kultur mikrobiologis bakteri untuk
mempelajarinya. Pengenceran atau isolasi dengan metode goresan pertama kali
dikembangkan oleh Loeffler dan Gaffky di laboratorium Koch, yang melibatkan
pengenceran bakteri dengan secara sistematis melesatnya di bagian
luar agar - agar dalam cawan Petri untuk mendapatkan koloni terisolasi yang
kemudian akan tumbuh menjadi jumlah sel. , atau koloni yang terisolasi. Jika
permukaan agar tumbuh mikroorganisme yang semuanya secara genetik sama,
kultur tersebut kemudian dianggap sebagai kultur mikrobiologis (Bauman, R,
2004)
TEKNIK,Coretan cepat dan idealnya merupakan proses pengenceran isolasi
yang sederhana. Teknik ini dilakukan dengan mengencerkan konsentrasi bakteri
yang relatif besar ke konsentrasi yang lebih kecil. Penurunan bakteri harus
menunjukkan bahwa koloni tersebar cukup luas untuk mempengaruhi pemisahan
berbagai jenis mikroba . Coretan dilakukan menggunakan alat steril ,
seperti kapas atau loop inokulasi . Teknik aseptik digunakan untuk
memelihara kultur mikrobiologis dan mencegah kontaminasi media
pertumbuhan . Ada banyak jenis metode yang digunakan untuk menggoreskan
piring. Memilih teknik adalah masalah preferensi individu dan juga dapat
bergantung pada seberapa besar jumlah mikroba yang terkandung dalam sampel
(Bauman, R, 2004)
Pola goresan tiga fase, yang dikenal sebagai T-Streak, direkomendasikan
untuk pemula. Goresan dilakukan dengan menggunakan alat steril ,
seperti kapas atau loop inokulasi . Loop inokulasi pertama-tama disterilkan dengan
melewatkannya melalui nyala api. Ketika loop dingin, ia dicelupkan ke
dalam inokulum seperti kaldu atau spesimen pasien yang mengandung banyak
spesies bakteri. Loop inokulasi kemudian diseret melintasi
permukaan agar - agar bolak-balik dalam gerakan zigzag sampai sekitar 30% dari
4

pelat telah ditutup. Loop kemudian disterilkan kembali dan plat diputar 90
derajat. Mulai dari bagian yang sebelumnya dilesat, loop diseret melalui itu dua
hingga tiga kali melanjutkan pola zigzag. Prosedur ini kemudian diulangi sekali lagi
dengan hati-hati agar tidak menyentuh sektor-sektor yang sebelumnya
dilesat. Setiap kali loop mengumpulkan lebih sedikit dan lebih sedikit bakteri
sampai hanya mengumpulkan sel bakteri tunggal yang dapat tumbuh menjadi
koloni. Piring harus menunjukkan pertumbuhan terberat di bagian pertama. Bagian
kedua akan memiliki pertumbuhan yang lebih sedikit dan beberapa koloni yang
terisolasi, sedangkan bagian terakhir akan memiliki jumlah pertumbuhan paling
sedikit dan banyak koloni yang terisolasi (Black, 1999).
MEDIA PERTUMBUHAN, Sampel tersebar di satu kuadran dari cawan
Petri yang mengandung media pertumbuhan . Bakteri membutuhkan nutrisi yang
berbeda untuk tumbuh. Ini termasuk air, sumber energi, sumber karbon, belerang,
nitrogen, fosfor, mineral tertentu, dan vitamin lainnya serta faktor
pertumbuhan. Jenis media yang sangat umum digunakan dalam laboratorium
mikrobiologi dikenal sebagai agar , zat agar-agar yang berasal dari rumput
laut. Agar nutrisi memiliki banyak bahan dengan jumlah nutrisi yang tidak
diketahui di dalamnya. Di satu sisi, ini bisa menjadi media yang sangat selektif
untuk digunakan karena seperti yang disebutkan bakteri tertentu. Jika ada nutrisi
tertentu di media, bakteri itu pasti tidak bisa tumbuh dan bisa mati . Di sisi lain,
media ini sangat kompleks. Media kompleks sangat penting karena memungkinkan
pertumbuhan mikroba yang luas. Pertumbuhan bakteri dapat didukung oleh media
ini sebagian karena tingginya jumlah nutrisi. Pilihan media pertumbuhan yang
digunakan tergantung pada mikroorganisme mana yang sedang dikultur, atau
dipilih (Black, 1999).
INKUBASI Bergantung pada strain, pelat kemudian dapat diinkubasi ,
biasanya selama 24 hingga 36 jam, untuk memungkinkan bakteri berkembang
biak. Pada akhir inkubasi, harus ada cukup bakteri untuk membentuk koloni yang
terlihat di area yang disentuh oleh loop inokulasi. Dari koloni campuran ini, bakteri
tunggal atau spesies jamur dapat diidentifikasi berdasarkan perbedaan morfologis
(ukuran / bentuk / warna) mereka, dan kemudian disubkultur ke media baru untuk
menghasilkan kultur murni untuk analisis lebih lanjut (Black, 1999).
Peralatan otomatis digunakan pada tingkat industri untuk melapisi lapisan
media padat untuk mencapai sterilisasi dan konsistensi lapisan yang lebih baik dan
untuk pekerjaan yang lebih cepat dan andal. Sementara melesat secara manual,
penting untuk menghindari menggaruk media padat karena garis-garis beruntun
berikutnya akan rusak dan pengendapan inokulum yang tidak seragam di lokasi
yang rusak pada media yang menghasilkan pertumbuhan mikroba berkerumun yang
dapat meluas ke garis garis terdekat (Bauman, R, 2004).
Bakteri ada dalam air, tanah dan makanan, pada kulit, dan flora
normal saluran usus. Bermacam-macam mikroba yang ada di lingkungan dan pada
tubuh manusia sangat besar. Tubuh manusia memiliki miliaran bakteri yang
5

menciptakan flora normal yang melawan patogen yang menyerang. Bakteri sering
terjadi pada populasi campuran. Sangat jarang menemukan satu spesies bakteri
yang muncul. Untuk dapat mempelajari karakteristik budaya, morfologi, dan
fisiologis dari suatu spesies individu, sangat penting bahwa bakteri dibagi dari
spesies lain yang umumnya berasal dari lingkungan. Ini penting dalam
menentukan bakteri dalam sampel klinis. Ketika bakteri tercoret dan diisolasi, agen
penyebab penyakit bakteri dapat diidentifikasi (Bauman, R, 2004).
6

BAB 3
METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat Praktikum


Praktikum ini dilaksanakan pada pukul 07:00 – 09:00 tanggal 09 Oktober
2019 di ruang P202, Fakultas Pertanian, Universitas Tidar.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum ini, antara lain: 3 tabung reaksi, 1 rak
tabung reaksi, 4 cawan petri, label, jarum inokulum, pelubang jamur, penggaris,
dan lampu bunsen. Sedangkan, bahan yang digunakan pada praktikum ini, antara
lain: Alkohol, bakteri, jamur, dan media agar.
3.3 Langkah Kerja
Media agar miring dengan teknik goresan (pada tabung reaksi), mula-mula
menyiapkan tabung reaksi yang suadah berisi media agar. Selanjutnya lakukan
tahapan sterilisasi sebelum melakukan inokulasi. Setelah dalam keadaan steril,
nyalakan lampu bunsen. Kemudian, panaskan jarum inokulum, ambil sampel
bakteri ruang dosen menggunakan jarum inokulumtersebut. Selanjutnya
memindahkan bakteri ke media baru. Lakukan pemindahan dekat dengan nyala api
lampu bunsen.
Inokulasi pada cawan petri menggunakan teknik sinabung, lakukan seperti
tahapan sebelumnya. Kemudian, sampel bakteri pengenceran 10-5 tanah perakaran
bambu menggunakan jarum oase yang sudah dipanaskan. Selanjutnya, melakukan
goresan setengah bagian media baru membentuk zig-zag dengan menggunakan
jarum inokulum berisi bakteri sampel. Tutup cawan petri menggunakan plastik
wrape.
Inokulasi pada cawan petri menggunakan teknik goresan T, seperti langkah
pada inokulasi teknik sinabung, bedanya hanya terletak pada, mula-mula media
dibai menjadi tiga bagian membentuk T. Selanjutnya dilakukan pemindahan sampel
bakteri ruang dosen menggunakan jarum inokulum. Lakukan goresan membentuk
zig-zag, pada bagian media ke-1 zig- zag renggang, pada ke-2 dan ke-3 goresan zig-
zag semakin rapat. Serta, setiap zig-zag pada bagian 1,2, dan 3 harus saling
menyatu.
Inokulasi pada cawan petri menggunakna teknik kuadran, sama seperti pada
teknik goresan T, yang menjadi pembeda adalah, mula-mula media dibagi menjadi
4 bagian. Setelahnya memidahkan sampel menggunakan jarum inokulum,
membentuk zig-zag yang saling menyatu di setiap bagian medai 1,2,3, dan 4.
Inokulasi jamur, mula- mula lakukan teknik sterilisasi. Selanjutnya,
memanaskan alat pelubang media menggunakan nyala api lampu bunsen.
Kemudian, melubangi sampel beserta medianya menggunakan alat pelubang
tersebut. Panaskan jarum inokulum, selanjutnya ambil sampel tersebut lalu,
pindahkan ke media baru. Lakukan penutupan cawan petri menggunakan plastik
wrape.
7

BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Tabel Pengamatan Mikrobia


Tabung reaksi 1 1
Tabung reaksi 2 Jumlah 1
Cawan petri 1 Koloni -
Cawan petri 2 -
Bakteri
Tabung reaksi 1 Putih
Tabung reaksi 2 Warna Putih
Cawan petri 1 -
Cawan petri 2 -
Cawan petri 1 Jumlah 2
Cawan petri 2 Koloni 6
Jamur
Cawan petri 1 Hijau tua
Warna
Cawan petri 2 Hijau tua

Diameter (cm) Pengamatan hari ke


Jamur
1 2 3 4 6
Lab 0,5 1,5 1,7 2,1 2,5
Tangga 0,5 0,7 1 1,5 1,5

Dari tabel diatas didapatkan, pada tabung reaksi inokulum berupa bakteri
dari sampel ruang dosen tumbuh sesuai dengan arsiran, jumlah koloni satu
membentuk goresan yang sesuai dengan perlakuan yaitu berupa bentuk zig-zag.
Sedangkan sampel bakteri dicawan petri tidak mengalami pertumbuhan, ini
disebabkan atas kelalaian praktikan yaitu, saat pemindahan inokulum, media yang
digunakan membentuk lubang (rusak).
Sedangkan, inokulasi yang dilakukan pada mikrobia jamur, mengalami
pertumbuhan berupa penambahan diameter jamur. Mula-mula jamur sebesar 0,5
(sesuai dengan diameter pelubang media) selanjutnya, pertumbuhan terus
mengalami peningkatan hingga pada hari ke-6. Pengamatan seharusnya sebanyak 7
kali, tetapi kami hanya melakukan pengamatan sebanyak 5 kali, dikarenakan 2 hari
merupakan hari libur. Dengan pertumbuhan yang tidak selalu naik (fluktuatif). Ini
disebabkan oleh beragam faktor. Kegagalan pertumbuhan bakteri di media baru
pada cawan petri, juga dapat disebabkan oleh beragam faktor, seperti ketidak
sesuaian media terhadap bakteri yang ingin ditumbuhkan. Menurut Wibowo (2012)
Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri adalah faktor zat gizi berupa
sumber nutrisi yang berasal dari zat kimawi (karbohidrat, karbondioksida &
beberapa unsur logam), pH, suhu, waktu, ketersediaan osmotik, dan kelembaban
8

Jumlah koloni yang terinokulasi sesuai dengan sampel bakteri ataupun


jamur, tidak terdapatnya kontaminan mikrobia lain selain inokulum yang diamati.
Proses sterilisasi yang dilakukan pada saat pemindahan mikrobia berlangsung baik.
Maka dari itu mikrobia yang tumbuh pada media baru hanya satu jenis saja.
Sedangkan, kontaminan tidak tumbuh pada media baru.
Dampak fatal yang terjadi, diakibatkan oleh media baru yang rusak, tetapi
kekurangan nutrisi pada media barupun dapat mepengaruhi pertumbuhan bakteri
maupun jamur. Nutrisi yang terbantas berdampak pada penurunan laju pertumuhan
mikrobia.
9

BAB 5
KESIMPULAN

Pertumbuhan mikrobia pada media baru mengalami keberhasilan pada


inokulasi bakteri di tabung reaksi serta, inokulasi jamur pada cwan petri.
Sedangkan, pada proses inokulasi bakteri dicawan petri mengalami kegagalan,
dikarenakan media yang digunakan tergores (terlubangi) oleh jamur inokulum, ini
menyebabkan tidak terjadinya pertumbuhan bakteri disebabkan oleh ketidak
tersediaannya media untuk pertumbuhan bakteri pada goresan tersebut.
Pertumbuhan dari jamur dapat diamati dengan cara pertambahan diameter koloni
jamur dari 0,5cm hingga mencapai 1,5 cm. Waktu optimum untuk inokulasi
inoculum jamur lab pada hari ke-2 sedangkan, pada jamur sampel tangga pada
pengamatan ke-4 yaitu pada hari ke 7.
10

DAFTAR PUSTAKA

Black, Jacquelyn G. 1999. Mikrobiologi: Prinsip dan Penjelajahan. Universitas


Marymount
Bauman, R. (2004) Mikrobiologi. Pearson Benjamin Cummings.
Djaya, L. I. (2016). Teknik Inokulasi Buatan Clavibacter michiganensis subsp.
sepedonicus, Penyebab Penyakit Busuk Cincin Bakteri, pada tanaman
Kentang (Solanum tuberosum L.). Agrikultura, 27 (2), 67.
Pakadang, Sesilia.dkk. 2015. Buku Penuntun Praktikum Mikrobiologi
Parasitologi.Makassar:Tim Penyusun.
Rahayyu, Y. S. (2016). Modification Of Carry-Blair Transport Media.
TEKNOLOGI LABORATORIUM, 5, 5.

Ronald, R. S. (2015). Pengaruh Waktu Inokulasi Inokulum dalam Pembuatan


Bioetanol Dari Pelepah Sawit. JOM FTEKNIK, II, 5.
11

LAMPIRAN

No. Gambar Alat Nama Alat


1 Korek Api

2 Tabung reaksi

3 Cawan petri

4 Plastik Wrape

5 Lampu Spiritus (lampu bunsen)

6 Rak tabung reaksi

7 Jamur iokulum
12

No. Gambar Keterangan


Penyemprotan alkohol

1 Penterilan meja kerja

3 Pembakaran bibir cawan petri untuk


pensterilan dari kontaminan.

Proses penyeterilan Jarum inokulum


menggunakan nyala api lampu bunsen.

Proses pemindahan inokulum

Proses pemindahan inokulum bakteri


ke media baru di tabung rekasi
13

Proses pengambilan inokulum bakteri


pada sampel pengenceran tanah
perakaran bambu

Hasil inokulasi jamur lab

Hasil inokulasi jamur tangga

Hasil Inokulasi bakteri pengenceran


tanah perakaran bambu

Hasil Inokulasi bakteri pengenceran


tanah perakaran bambu (ulangan ke-2)
14

Hasil inokulasi bakteri ruang dosen


pada tabung reaksi

Hasil inokulasi bakteri ruang dosen


pada tabung reaksi (ulangan ke-2)
15

Anda mungkin juga menyukai