DISUSUN OLEH :
NAMA : M Safriyansyah A
NIM : 190110002
KELOMPOK :1
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang atas
rahmat-nya maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan tentang
“Perbanyakan Vegetatif Tanaman”.
Penulisan laporan adalah salah satu tugas mata kuliah Praktikum Perbanyakan
Vegetatif di Universitas Mercu Buana Yogyakarta yang dilaksanakan di
Laboratorium Agroteknologi. Dalam penulisan laporan ini penulis merasa masih
banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi,
mengingat akan kemampuan yang di miliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari
semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan laporan ini.
Dalam penulisan laporan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
tak terhinga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan laporan ini,
khususnya kepada Ibu dosen dan Asisten Praktikum yang telah memberikan materi,
sehingga memberikan modal awal buat penulisan laporan ini.
Semoga materi ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi
pihak yang membutuhkan, khususnya bagi penulis sehinga tujuan yang di harapkan
dapat tercapai.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................................
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan Praktikum 2
A. Hasil 9
B. Pembahasan 10
A. Kesimpulan 11
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................................
LAMPIRAN
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kultur jaringan tanaman merupakan budidaya sel, jaringan, dan organ secara
aseptik. Teknik kultur jaringan (in vitro) mensyaratkan kondisi yang steril baik
ruang, peralatan, bahan maupun seluruh rangkaian kerjanya. Hal tersebut disebabkan
pertumbuhan eksplan di dalam kultur harus selalu dalam kondisi aseptik. Agar proses
kultur jaringan berhasil, tahapan pelaksanaan teknik kultur in vitro harus
dilaksanakan di dalam laboratorium dan harus ditunjang oleh fasilitas serta
perlengkapan laboratorium yang memadai.
Laboratorium yang baik untuk pekerjaan teknik kultur jaringan harus
memenuhi kriteria aman, bersih, memiliki organisasi dan penataan ruang yang sesuai.
Tata ruang laboratorium yang ideal hendaknya terdiri atas ruangan-ruangan yang
terpisah untuk masing-masing kegiatan, seperti persiapan media, prosedur aseptik,
inkubasi kultur, dan pekerjaan laboratorium yang sifatnya umum (Darmadi, 2008)
Keberhasilan kultur jaringan sangat dipengaruhi oleh peralatan yang
digunakan. Beberapa alat yang harus ada dalam kultur jaringan yaitu laminar air
flow, oven, autoklaf, hotplate, timbangan, rak, botol kultur, erlenmeyer, magnetik
striter, pH meter, blade, skalpel, pinset, lampu bunsen, cawan petri, gelas ukur, gelas
beacker, pipet tetes, spatula, destilator, shaker, dan lemari es. Masing masing alat
memiliki fungsi yang berbeda. Selain peralatan dibutuhkan juga berbagai jenis bahan
seperti bermacam media Murashige-Skoog (MS), media Vacint Went, HCl. NaOH,
agar, sukrosa, zat pengatur tumbuh (kinetin, BAP, NAA, 2,4-D, IAA) (Nursetiadih
E. 2018)
B. Tujuan
1. Mengetahui proses pembuatan media untuk media kultur jaringan.
2. Mengetahui komposisi bahan untuk pembuatan media kultur jaringan.
3. Mengetahui bagaimana cara persiapan eksplan.
4. Mengenal perbedaan bermacam-macam media kultur jaringan.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Media merupakan faktor utama dalam perbanyakan dengan kultur jaringan.
Keberhasilan perbanyakan dan perkembangbiakan tanaman dengan metode kultur
jaringan sangat tergantung pada jenis media. Untuk membuat media, diperlukan
penimbangan dan penakaran bahan secara tepat. Komponen utama penyusun media
kultur jaringan adalah unsur hara makro dan mikro ditambah dengan gula sebagai
pengganti unsur karbon yang didapat dari hasil proses fotosintesis. Selain itu, di
dalam media juga diperlukan vitamin, asam amino, dan bahan-bahan organik. Pada
tahapan subkultur dan multiplikasi, ada penambahan Zat Pengatur Tumbuh (ZPT)
atau hormone pada media untuk mempercepat terjadinya organonesis Kebutuhan zat
hara untuk pertumbuhan optimal suatu eksplan secara in vitro berbeda-beda untuk
setiap spesies. Metode kultur jaringan bukan hanya digunakan untuk tujuan
perbanyakan tanaman, namun dapat pula digunakan untuk pelestarian plasma nutfah
(Yusnita, 2003).
Eksplan adalah bagian dari tanaman yang digunakan sebagai sumber untuk
kultur jaringan. Semua bagian tanaman bisa digunakan sebagai eksplan, tetapi ada
bagian atau organ tertentu dari tanaman yang mempunyai nilai lebih apabila
digunakan sebagai ekplan, yaitu bagian tunas karena mempunyai sifat meristematis
yang tinggi. Pemilihan eksplan harus tepat karena akan menentukan tingkat
keberhasilan kultur yang dilakukan. Kriteria pemilihan ekplan yang harus
diperhatikan diantaranya yaitu bagian tanaman yang digunakan sebagai ekplan, umur
fisiologis tanaman induk, dan ukuran ekplan. Untuk mendapatkan tanaman yang
bebas dari kontaminasi, terlebih dahulu ekplan harus disterilisasi. Sterilisasi eksplan
ini meliputi 2 macam, yaitu sterilisasi di luar laminar dan sterilisasi di dalam laminar.
5
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
6
Bahan:
1) Media MS sebagai kontrol
2) Pisang hijau (25 g)
3) Gula pasir (5 g)
4) Arang aktif (0, 125 g)
5) Air kelapa muda (37, 5 ml)
6) Aquadest (250 ml)
7) Alumunium foil
8) Karet gelang
9) Plastik tahan panas
10) Label
11) Benih kacang hijau
12) Air
13) Detergen
14) Bayclin
15) Kapas
16) Alkohol
2. Persiapan Eksplan
Alat :
1) LAF (Laminar Air Flow)
2) Erlenmeyer (untuk menggojok pada saat sterilisasi bahan)
3) Pinset panjang dan sedang
4) Alumunium foil
5) Plastik tahan panas
6) Karet gelang
7) Masker
8) Sarung tangan
7
Bahan:
1) Kecambah steril yang telah disiapkan pada praktikum sebelumnya
2) Wortel yang sehat, tidak busuk dan bagus
3) Detergen
4) Bayclin
5) Bakterisida (seusai petunjuk penggunaan)
6) Fungisida (seusai petunjuk penggunaan)
7) Air steril
8) Botol kultur yang telah berisi media (steril), dari praktikum
sebelumnya
9) Alkohol
10) Betadine
C. Cara Kerja
1. Pembuatan atau penyiapan media
8
Media selanjutnya dimasukkan ke dalam botol kultur dan disterilkan
selama 15 menit dengan tekanan 1 atm.
2. Penyiapan eksplan
Wortel dicuci dengan air mengalir sambil disikat dan dicuci pada air
yang telah diberi detergen sambil disikat dan digojok.
Dibawa ke LAF
9
BAB IV
10
B. PEMBAHASAN
1. Penyiapan atau pembuatan media
Nutrisi merupakan faktor yang penting dalam keberhasilan kultur
jaringan tanaman karena tanaman memerlukan bantuan nutrisi saat belum
autotrof di dalam kondisi in vitro. Faktor-faktor fisik seperti suhu, cahaya, pH
dan konsentrasi O2 akan berpengaruh terhadap proses-proses seperti
penyerapan air, evaporasi, dan fotosintesis. Senyawa organik ZPT diperlukan
dalam jumlah sedikit untuk membantu dalam pembelahan sel serta
diferensiasi sel-sel menjadi organ tertentu (Subarnas. 2011).
Pemberian nutrisi dalam jumlah dan perbandingan yang sesuai pada
media in vitro sangat diperlukan untuk menghasilkan planlet sesuai yang
diinginkan. Medium kultur jaringan yang terdiri dari unsur-unsur hara esensiel
makro maupun mikro, gula dan zat-zat organik, seperti vitamin dan hormon.
Susunan zat-zat tersebut di dalam medium kultur jaringan bervariasi
tergantung dari tujuan penggunaan media tersebut dalam kultur jaringan dan
bahan yang akan dipakai. Salah satu medium yang banyak dipakai, terutama
untuk tanaman-tanaman herba adalah medium dasar Murashige dan Skoog
(medium MS).
Media MS mengandung konsentrasi garam mineral yang tinggi dan
senyawa N dalam bentuk NO3- dan NH4+ . Konsentrasi sukrose dan agar
yang ditambahkan di dalam media juga akan bervariasi tergantung kebutuhan
eksplan. Untuk satu liter media MS biasanya digunakan 30 gram sukrose dan
8 gram agar. Konsentrasi agar dapat bervariasi tergantung media yang
diinginkan berupa media padat (solid), semi-solid atau cair. Penambahan zat
pengatur tumbuh yang seringkali digunakan dalam kultur jaringan tumbuhan
adalah dari golongan auksin dan sitokinin. Auksin biasanya digunakan untuk
induksi kalus (kadang bersama dengan sitokinin) dan induksi akar. Senyawa
seperti 2,4-dichlorophenoxyacetic acid (2.3-D) sangat efektif dalam memicu
11
pertumbuhan kalus. Auksin yang juga digunakan dalam kultur jaringan adalah
naphtaleneacetic acid (NAA), indoleacetic acid (IAA), dan indolebutyric acid
(IBA).
Dalam pembuatan media yang mengandung auksin, biasanya akan
bersifat asam saat pengukuran pH sehingga perlu disesuaikan dengan
penambahan basa untuk mencapai pH sekitar 5.7. sitokinin juga sering
ditambahkan dalam media kultur jaringan. Sitokinin yang sering digunakan
adalah kinetin, benzyl adenine (BA) dan zeatin. Sitokinin biasanya dibutuhkan
untuk memicu pertumbuhan tunas, tetapi penggunaannya bersama dengan
auksin juga mampu menginduksi kalus.
2. Persiapan Eksplan
Menurut teori sel yang dikemukakan oleh Schleiden dan Swann, sel
mempunyai kemampuan otonom dan totipotensi. Sel hidup apabila diletakkan
pada suatu lingkungan yang sesuai, akan bertumbuh dan berkembang menjadi
tanaman yang sempurna.
Kultur jaringan merupakan pengembangan dari teori sel, yaitu dengan
menumbuhkan sel atau kumpulan sel (jaringan) pada media dengan nutrisi
yang sesuai dengan kebutuhan sel atau jaringan tanaman yang ditanam pada
media tersebut. Jaringan yang ditumbuhkan pada media yang padat akan
membentuk kalus, yaitu massa atau sel-sel yang tidak beraturan. Kalus yang
terbentuk dipotong menjadi bagian yang lebih kecil, yang kemudian
dipindahkan pada media yang masih baru, dengan susunan hara yang tepat
supaya kalus dapat tumbuh menjadi tunas dan tanaman yang sempurna
(Wattimena,1992).
Dalam menginduksi kalus, sebaiknya dilakukan dengan banyak
ulangan karena laju pertumbuhan dan struktur kalus dapat bervariasi pada
suatu spesies meskipun pada ulangan yang berada pada media yang sama.
12
Media yang digunakan juga dapat berupa media solid atau media cair. Kalus
yang friable (remah) lebih mudah untuk memperbanyak diri daripada kalus
yang terlalu padat.
Banyak eksplan yang dapat digunakan untuk induksi kalus. Eksplan
tersebut dapat berasal dari akar, batang, daun, bunga, maupun polen. Asal
eksplan akan menentukan pertumbuhan kalus karena memerlukan proses
pembelahan sel yang tidak akan terdiferensiasi menjadi organ. Hormone
tumbuhan atau zat pengatur tumbuh yang ditambahkan di dlaam media untuk
menginduksi kalussangat bervariasi tergantung genotype eksplan yang
digunakan serta hormone yang sudah ada di dalam tanaman induk
(endogeneous hormone). Kalus dapat diinduksi dengan penambahan hanya
auksin, hanya sitokinin, atau campuran auksin dan sitokinin dalam
perbandingan tertentu.
Selain tekstur kalus yang dapat berbeda (padat atau remah), sifat lain
seperti warna dan kemampuan untuk menyebar di dalam media cair juga
menentukan keberhasilan kultur kalus. Untuk produksi kalus dalam jumlah
banyak biasanya digunakan media cair karena beberapa alasan. Kalus pada
media padat hanya bersentuhan dengan permukaan media yang lebih sedikit
daripada jika berada dalammedia cair. Jika dalam media cair, maka kalus
dapat menyerap lebih banyak nutrisi dan pertukaran gas juga lebih lancar
dengan media cair.
Kultur kalus mempunyai banyak tujuan, diantaranya untuk
perbanyakan tanaman, induksi keragaman, produksi metabolit sekunder, dan
produksi tanaman haploid. Sebagai contoh kultur anther padi yang dapat
menghasilkan tanaman haploid melalui induksi kalus dengan penambahan
2,4- D kemudian regenerasi tanaman dari kalus dengan media MS yang
ditambah dengan NAA. Pada eksplan daun kopi, kalus tumbuh lebih baik
pada media MS yang ditambah dengan 2,4-D dan kinetin. Zat pengatur
13
tumbuh yang diperlukan untuk induksi kalus terlihat sangat bervariasi
tergantung asal eksplan yang akan ditanam.
BAB V
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum sterilisasi alat dan pembuatan media ini adalah
sebagai berikut:
a. Sterilisasi merupakan suatu proses atau kegiatan membebaskan suatu bahan atau
benda dari semua mikroorganisme. Sterilisasi yang digunakan pada praktikum ini
dengan menggunakan senyawa kimia dan pemanasan uap air bertekanan (Autoklaf).
b. Media alami yang digunakan dalam kultur jaringan sebaiknya terdiri atas, zat
organik, vitamin, hormon, bahan pemadat, sumber karbon dan zpt.
c. Media Murashige dan Skoog (MS Medium) adalah media yang khusus dibuat untuk
pertumbuhan kalus dalam kultur jaringan, tetapi bisa diapikasikan ke semua jenis
tanaman walau kurang spesifik.
14
DAFTAR PUSTAKA
15
LAMPIRAN
16
17