EMELIANA JOVIANTY
C1071171031
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2020
Kata Pengantar
Hal yang paling mendasar yang mendorong kami menyusun makalah ini adalah tugas
dari mata kuliah Manajemen Agribisnis Peternakan, untuk mencapai nilai yang memenuhi
syarat perkuliahan.
Rasa terima kasih juga kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan makalah ini, terutama kepada ;
1. Edy Permadi , S.Pt., M.Sc dan Andri, S.Pt., M.Pt selaku dosen pengampu di mata
ajar Bioteknoogi Ternak
2. Orang tua yang telah memberikan motivasi untuk dapat menyelesaikan praktikum ini.
Emeliana Jovianty
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………. i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………. ii
Pembahasan…………………………………………………………………………………………………………
B. Pembahasan …………………………….8
BAB IV PENUTUP…………………………….9
A. Kesimpulan …………………………….10
B. Saran …………………………………11
DAFTAR ISI ……………………………….12
BAB 1
PENDAHULUAN
1.2. Tujuan
a. Bagaimana proses pembuatan pakan fermentasi menggunakan bahan pokok limbah
ampas tebu.
b. Bagaimana cara mengetahui dan melihat apakah pakan fermentasi dalam perlakuan
berhasil atau tidak.
c. Tujuan penulisan ini adalah untuk memberikan gagasan dan informasi dalam
pemanfaatan limbah tebu sebagai pakan ternak yang difermentasi dan diperkaya
dengan mikroba probiotik.
1.3. Manfaat
a. Agar mahasisa/i mengetahui proses pembuatan pakan fermentasi silase ampas tebu.
b. Agar mahasiswa/i mengetahui apa saja ciri-ciri pakan fermentasi sialse yang gagal
dan yang berhasil..
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman tebu tumbuh di daerah tropika dan subtropika sampai batas garis isoterm
20o C yaitu antara 19o LU sampai 35o LS. Tanaman tebu dapat tumbuh baik pada berbagai
jenis tanah seperti alluvial, grumusol, latosol, dan regosol dengan ketinggian antara 0 sampai
1400 m di atas permukaan laut (Indrawanto et al., 2010)
Silase dapat ditingkatkan kualitasnya dengan menambahkan bahan aditif seperti molase
dan bekatul sebagai sumber karbohidrat yang dapat digunakan mikrobia untuk perkembangan
dan aktifitasnya dalam menguraikan komponen selulosa dan hemiselulosa yang digunakan
pada proses fermentasi (Nunung, 2012).
Menurut Preston (1991) ada beberapa keuntungan jika hasil samping tanaman tebu
dijadikan sebagai sumber pakan bagi pengembangan ternak ruminansia, karena tebu
merupakan salah satu tanaman yang efisien dalam menangkap CO2 (karbon dioksida) dan
mentransformasikan menjadi, sangat toleran terhadap musim panas dan tahan terhadap hama
dan penyakit, teknologi kultivasi dan prosesing menjadi gula telah banyak di lakukan di
Indonesia. Ampas tebu belum memiliki nilai ekonomi yang tinggi sehingga sangat berpotensi
digunakan untuk bahan pakan ternak (Prihandana, 2005)
BAB III
METODE PENELITIAN
b. Bahan
a. Bahan pakan ternak lokal didaerah masing-masing, contohnya limbah pertanian
seperti
b. jerami, ampas sagu, ampas tebu, atau tanaman pengganggu seperti eceng gondok
(80% dari 10 kg) = 8 kg
c. Starbio atau EM4 (10 ml)
d. Dedak padi (20% dari 10 kg) = 2 kg
e. Gula merah (1% dari 10 kg) = 0,1 kg (100 gram) (hancurkan)
3.2. Metode
a. Bahan pakan diangin-anginkan sampai kadar air maksimal 30% (jika diremas masih
terasa basah)
b. Potong bahan pakan menjadi ukuran yang lebih kecil (3-5 cm) sebanyak 8 kg
c. Siapkan dedak padi 2 kg dan campurkan dengan bahan pakan ( missal : ampas tebu,
eceng gondok)
d. Tambahkan 10 ml EM 4 dan 100 gr gula merah kedalam campuran dedak dan bahan
pakan (di campur hingga homogen)
e. Setelah campuran EM4, gula merah, dedak dan bahan pakan homogen, masukkan
campuran bahan pakan tersebut ke dalam silo (plastic atau wadah tertutup)
f. Padatkan campuran bahan pakan, dedak, gula merah dan EM4 yang sudah homogen
di dalam silo untuk menghilangkan rongga udara. (pastikan padat dan tidak ada udara
didalam silo)
g. Setelah padat. Tutup atau ikat silo dengan rapat dan kuat. Pastikan tidak ada celah
untuk udara masuk kedalam silo. (jika silo robek bisa dilapisin dg plastic lagi)
h. Simpan silo ditempat yang tidak terkena sinar matahari langsung dan terhindar dari
hujan. Jangan simpan pada suhu ruangan dengan kelembaban tinggi.
i. Biarkan hingga 1 minggu.
j. Setelah 1 minggu, amati pakan fermentasi dengan melihat tampilan fisik seperti
tekstur dan warna, aroma, pH (jika memiliki alat pH meter). Amati pakan sebelum
dan sesudah fermentasi.
BAB IV
PEMBAHASAN
Gambar Gambar
4.2 Pembahasan
Gula merah sendiri tempat makanan bakteri yang akan di fermentasikan menjadu
Gula merah sebagai bahan alternatif berfungsi sebagai mempercepat terbentuknya asam laktat
serta menyediakan sumber energi yang cepat tersedia dalam bakteri. Fungsi lain molasses
adalah mempercepat terciptanya kondisi asam (Plantus, 2008)
Berdasaran hasil pengamatan secara organoleptic pada hari sebelum penyimpanan
silase ampas tebu diperoleh bahan yang baku yang berwarnak keputihan, beraroma wangi
gula, dengan tektur yang kasar dan agak keras dan cenderung basah (lembab) dan rasa yang
manis. Dari pengamatan tersebut, maka proses pembuatannya belum terjadi perubahan apa
pun dari bahan dasar limbah ampas tebu. Maka dilakukan proses penyimpanan selama 1
minggu untuk di amati perubahan fisik yang terjadi.
Berdasarkan hasil uji kualitas silase dengan parameter warna dapat dilihat bahwa
silase yang dihasilkan berwarna putih kecoklatan. Hal ini dipengaruhi oleh warna
dari bahan dasar yang yang digunakan dalam pembuatan silase yaitu ampas tebu. Hal ini
sesuai dengan pendapat Cullinson (1975) menyatakan bahwa silase yang baik
memilikiwarna yang tidak jauh berbeda dengan warna bahan dasar itu sendiri, memiliki pH
rendah dan baunya asam.
Berdasarkan hasil uji kualitas silase pada parameter pH dapat diketahui bahwasilase
yang dihasilkan memiliki pH yang asam. Hal ini menunjukkan bahwa kondisikeasaman pada
silase yang dibuat telah tercapai, yang mana silase yang baik harusdalam suasana atau kondisi
asam akibat terjadinya proses fermentasi. Hal ini sesuaidengan pendapat pH hasil silase yang
kita peroleh sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Kartadisastra (1997) yang menyatakan
bahwa silase yang baik memiliki pH 4-4,8.Semakin rendahnya pH yang diperoleh maka
kualitas hasil silase yamg kita dapatkan sangat baik,ini dikarenaka hasil silase dalam suasana
sangat asam,dimana hasil silase yang baik jika dalam suasana asam.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yamg didapatkan dalam melakukan praktikum ini adalah sebagai
berikut:
5. Silase adalah makanan ternak yang dihasilkan melalui proses fermentasi hijauan dan
limbah pertanian ampas tebu dengan kandungan uap air yang tinggi. Pembuatan silase
tidak tergantung kepada musim jika dibandingkan dengan pembuatan hay yang
tergantung pada musim.
6. Kualitas dan nilai nutrisi silase dipengaruhi sejumlah faktor seperti spesies tanaman
yang dibuat silase, fase pertumbuhan dan kandungan bahan kering saat panen,
mikroorganisme yang terlibat dalam proses dan penggunaan bahan tambahan.
7. Hasil silase ampas tebu yang di dapatkan berkualitas baik
5.2. Saran
Dalam pembuatan pakan berupa pakan fermentasi banyak yang harus diperhatikan
salah satunya prosedur pembuatan silase tersebut, apasaja yang harus di tambahkan dalam
silase agar silase yang dibuat bias berkualitas, penambahan stimulant adiktif ataupun inhibit
sangat membantu dalam pembuatan silase agar dapat menghasilkan pertumbuhan bakteri
yang di inginkan. Silase harus dalam kondisi anaaerob supaya berhasil,
DAFTAR PUSTAKA
Cullison, A. E. 1975.Feed And Feding . University Of George Reston Publishing.
Ensminger, M., E. Old Field J. E., Heinemann W. W. 1990. Feeds and Nutrotion.
Second Edition. The Ensminger Publishing Company, USA