Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM BIOTEKNOLOGI

“Pembuatan Pakan Fermentasi Silase Menggunakan Limbah Ampas


Tebu”

EMELIANA JOVIANTY
C1071171031

PROGRAM STUDI PETERNAKAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

PONTIANAK

2020
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang


senantiasa  memberikan  nikmat kesehatan, keselamatan, dan kemudahan, sehingga kami
dapat menyusun dan menyelesaikan  tugas makalah ini dengan tepat waktu, adapun judul
makalahnya “Pembuatan Pakan Fermentasi Silase Menggunakan Limbah Ampas Tebu”

Hal yang paling mendasar yang mendorong kami menyusun makalah ini adalah tugas
dari mata kuliah Manajemen Agribisnis Peternakan, untuk mencapai nilai yang memenuhi
syarat perkuliahan.

Rasa terima kasih juga kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan makalah ini, terutama kepada ;

1. Edy Permadi , S.Pt., M.Sc dan Andri, S.Pt., M.Pt selaku dosen pengampu di mata
ajar Bioteknoogi Ternak
2. Orang tua yang telah memberikan motivasi untuk dapat menyelesaikan praktikum ini.

Namun, dalam penyusunan praktikum, penyusun menyadari masih banyak


kekurangan dan jauh dari taraf kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan rendah hati penyusun
menanti saran dan kritik yang sifatnya membangun dari semua pembaca. Akhir kata
penyusun mengucapkan terimakasih,

Putussibau, 26 Juni 2020

                                                                                   

Emeliana Jovianty
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………. i

DAFTAR ISI…………………………………………………………………. ii

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………….. 1


A. Latar belakang …………………………………………………………… 1
B. Tujuan praktikum………………………………………………………. 2
C. Manfaat praktikum……………………………………………………… 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………. 3

BAB II MATERI DAN METODE……………………………………… 4


Alat dan bahan…………………………………………………………………………. 4
Metode…………………………………………………………………………………. 4
BAB IV PEMBAHASAN………………………………………………………… 6
Hasil pengamatan……………………………………………………………………………………………………………. 6

Pembahasan…………………………………………………………………………………………………………
B. Pembahasan …………………………….8

BAB IV PENUTUP…………………………….9
A. Kesimpulan …………………………….10
B. Saran …………………………………11
DAFTAR ISI ……………………………….12
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pakan merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha peternakan, lebih dari
separuh biaya produksi digunakan untuk memenuhi kebutuhan pakan. Oleh karena itu
penyediaan pakan harus diusahakan dengan biaya murah, mudah diperoleh dan tidak bersaing
dengan kebutuhan manusia. Hijauan merupakan salah satu makanan utama bagi ternak,
namun penyediaan hijauan secara kontinu mengalami beberapa kendala, karena semakin
sempitnya lahan untuk penanaman hijauan sehingga ketersediaan pakan semakin berkurang.
Salah satu alternatif menanggulangi masalah ketersediaan pakan adalah memanfaatkan hasil
sampingan pertanian.
Salah satu hasil sampingan pertanian yang dapat dimanfaatkan adalah ampas tebu.
Upaya pemanfaatan produk samping tebu telah banyak dilakukan akan tetapi masih belum
optimal. Hal ini dibutuhkan pendekatan teknologi tepat guna untuk lebih meningkatkan nilai
tambah dari limbah tanaman tebu. Salah satu strategi yang dapat dilakukan adalah dengan
memanfaatkannya menjadi pakan fermentasi probiotik.
Pakan fermentasi probiotik merupakan pakan yang memiliki nilai nutrisi tinggi dari
hasil fermentasi mikroba pengurai komponen organik yang tidak tercerna dengan diperkaya
oleh mikroba probiotik untuk meningkatkan daya cerna dalam sistem pencernaan hewan.
Aplikasi pemanfaatan limbah tebu menjadi pakan fermentasi probiotik memiliki banyak
kelebihan, yaitu meningkatkan nilai gizi dan daya cerna pakan, mengurangi limbah organik,
memberikan nilai tambah usaha tani tebu, dan juga dapat diintegrasikan menjadi sistem
pertanian terpadu tebu dan ternak
Hasil sampingan penggilingan tebu dapat dimanfaatkan sebagai pakan ruminansia.
Pemanfaatan hasil sampingan tebu sebagai bahan pakan membutuhkan sentuhan teknologi
karena memiliki serat kasar yang tinggi dan kadar protein kasar yang rendah. Menurut
Plantus (2008) hasil sampingan tebu berpotensi sebagai pakan, namun perlu ditambahkan
beberapa bahan untuk melengkapi kebutuhan mineral yang diperlukan dalam bahan pakan
tersebut. Oleh karena itu, limbah dari tanaman perkebunan berpeluang besar untuk
dimanfaatkan sebagai pakan ternak melalui inovasi teknologi pakan.

1.2. Tujuan
a. Bagaimana proses pembuatan pakan fermentasi menggunakan bahan pokok limbah
ampas tebu.
b. Bagaimana cara mengetahui dan melihat apakah pakan fermentasi dalam perlakuan
berhasil atau tidak.
c. Tujuan penulisan ini adalah untuk memberikan gagasan dan informasi dalam
pemanfaatan limbah tebu sebagai pakan ternak yang difermentasi dan diperkaya
dengan mikroba probiotik.
1.3. Manfaat
a. Agar mahasisa/i mengetahui proses pembuatan pakan fermentasi silase ampas tebu.
b. Agar mahasiswa/i mengetahui apa saja ciri-ciri pakan fermentasi sialse yang gagal
dan yang berhasil..
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman tebu tumbuh di daerah tropika dan subtropika sampai batas garis isoterm
20o C yaitu antara 19o LU sampai 35o LS. Tanaman tebu dapat tumbuh baik pada berbagai
jenis tanah seperti alluvial, grumusol, latosol, dan regosol dengan ketinggian antara 0 sampai
1400 m di atas permukaan laut (Indrawanto et al., 2010)

EM-4 merupakan kultur campuran dari berbagai mikroorganisme yang


menguntungkan antara lain: Lactobacillus sp, bakteri fotosintetik, bakteri asam laktat,
Streptomycetes sp, jamur pengurai selulosa, bakteri fosfat dan ragi. EM-4 dibidang
peternakan digunakan sebagai inokulan untuk meningkatkan keragaman dan populasi
mikroorganisme yang menguntungkan di dalam saluran pencernaan, memperbaiki aktivitas
pencernaan, meningkatkan kesehatan ternak, menekan bakteri pathogen dan menghilangkan
bau pada kandang. EM-4 juga dapat menguraikan bahan organik komplek menjadi sederhana
dan mampu melonggarkan ikatan selulosa.7)

Silase dapat ditingkatkan kualitasnya dengan menambahkan bahan aditif seperti molase
dan bekatul sebagai sumber karbohidrat yang dapat digunakan mikrobia untuk perkembangan
dan aktifitasnya dalam menguraikan komponen selulosa dan hemiselulosa yang digunakan
pada proses fermentasi (Nunung, 2012).

Menurut Preston (1991) ada beberapa keuntungan jika hasil samping tanaman tebu
dijadikan sebagai sumber pakan bagi pengembangan ternak ruminansia, karena tebu
merupakan salah satu tanaman yang efisien dalam menangkap CO2 (karbon dioksida) dan
mentransformasikan menjadi, sangat toleran terhadap musim panas dan tahan terhadap hama
dan penyakit, teknologi kultivasi dan prosesing menjadi gula telah banyak di lakukan di
Indonesia. Ampas tebu belum memiliki nilai ekonomi yang tinggi sehingga sangat berpotensi
digunakan untuk bahan pakan ternak (Prihandana, 2005)

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Alat dan bahan


a. Alat
1) Parang
2) pisau
3) Timbangan
4) Alas
5) Lakban/isolasi
6) Ember yang ada tutup
7) Talenan kayu

b. Bahan
a. Bahan pakan ternak lokal didaerah masing-masing, contohnya limbah pertanian
seperti
b. jerami, ampas sagu, ampas tebu, atau tanaman pengganggu seperti eceng gondok
(80% dari 10 kg) = 8 kg
c. Starbio atau EM4 (10 ml)
d. Dedak padi (20% dari 10 kg) = 2 kg
e. Gula merah (1% dari 10 kg) = 0,1 kg (100 gram) (hancurkan)

3.2. Metode
a. Bahan pakan diangin-anginkan sampai kadar air maksimal 30% (jika diremas masih
terasa basah)
b. Potong bahan pakan menjadi ukuran yang lebih kecil (3-5 cm) sebanyak 8 kg
c. Siapkan dedak padi 2 kg dan campurkan dengan bahan pakan ( missal : ampas tebu,
eceng gondok)
d. Tambahkan 10 ml EM 4 dan 100 gr gula merah kedalam campuran dedak dan bahan
pakan (di campur hingga homogen)
e. Setelah campuran EM4, gula merah, dedak dan bahan pakan homogen, masukkan
campuran bahan pakan tersebut ke dalam silo (plastic atau wadah tertutup)
f. Padatkan campuran bahan pakan, dedak, gula merah dan EM4 yang sudah homogen
di dalam silo untuk menghilangkan rongga udara. (pastikan padat dan tidak ada udara
didalam silo)
g. Setelah padat. Tutup atau ikat silo dengan rapat dan kuat. Pastikan tidak ada celah
untuk udara masuk kedalam silo. (jika silo robek bisa dilapisin dg plastic lagi)
h. Simpan silo ditempat yang tidak terkena sinar matahari langsung dan terhindar dari
hujan. Jangan simpan pada suhu ruangan dengan kelembaban tinggi.
i. Biarkan hingga 1 minggu.
j. Setelah 1 minggu, amati pakan fermentasi dengan melihat tampilan fisik seperti
tekstur dan warna, aroma, pH (jika memiliki alat pH meter). Amati pakan sebelum
dan sesudah fermentasi.
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Hasil pengamatan

Gambar Gambar

( Sebelum Fermentasi ) ( Setelah fermentasi

Keterangan : - warna : keputihan- Keterangan : - warna putih kecoklatan,


putihan, tekstur : agak keras, bau : tektur : lembut bau: seperti tapai rasa:
wangsi tebu , rasa manis. wangi asam.

4.2 Pembahasan

Menurut Cullison (1975) dan Utomo (1999), bahwa karakteristik silase


yang baik adalah :
1. Warna silase, silase yang baik umumnya berwarna hijau kekuningan atau kecoklatan.
Sedangkan warna yang kurang baik adalah coklat tua atau kehitaman.
2. Bau, sebaiknya bau silase agak asam atau tidak tajam. Bebas dari bau manis, bau amonia.
3. Tekstur, kelihatan tetap dan masih jelas. Tidak menggumpal, tidak lembek dan
tidak berlendir.
4. Keasaman, kualitas silase yang baik mempunyai pH 4,5 atau lebih rendah dan
bebas jamur.

Ketersediaan pakan merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan


keberhasilan suatu peternakan. Untuk menjaga ketersediaan pakan ini terdapat beberapa cara,
salah satunya dengan pembuatan silase. Silase adalah suatu hasil pengawetan dari suatu
bahan dalam suasana asam dalam kondisi anaerob (Ensminger, 1990). Suasana asam dapat
diperoleh secara kimia dengan menambahkan asam-asam mineral atau asam-asam organik
atau campuran dari keduanya (Sukarsa et al., 1985). Dalam meningkatkan kualitas silase
dapat dilakukan penambahan zat aditif yang secara umum dapat dibagi menjadi dua jenis,
yaitu sebagai stimulan fermentasi dan inhibitor fermentasi. Sebagai stimulan fermentasi dapat
ditambahkan bakteri asam laktat yang berfungsi untuk meningkatkan populasi bakteri asam
laktat dalam bahan pakan. Pada inhibitor fermentasi digunakan untuk menghambat
pertumbuhan mikroorganisme pembusuk seperti Clostridia sehingga pakan bisa awet, sebagai
contoh yaitu asam-asam organik seperti asam format, propionat, laktat (McDonald et al.,
1991).

Pada pembuatan silase ampas tebu kali ini dilakukan penambahan bahan aditif) yaitu


dedak padi 2kg dan sebagai media pertumbuhan mikroba dari EM4 agar mikroba dapat
berkembang biak dengan stabil.. Secara umum yang dimaksud dengan zat aditif dalam
pembuatan sulase adalah segala sesuatu yang dapat membantu ensilase, dengan
berperandalam mensuplainutrien bagi bakteri asam laktat , enzim atau mikrobio yang dapat
meningkatkan ketersediaan karbohidrat atau nutrient lainyang dibutuhkan pembentuk bakteri
asam laktat.

Gula merah sendiri tempat makanan bakteri yang akan di fermentasikan menjadu
Gula merah sebagai bahan alternatif berfungsi sebagai mempercepat terbentuknya asam laktat
serta menyediakan sumber energi yang cepat tersedia dalam bakteri. Fungsi lain molasses
adalah mempercepat terciptanya kondisi asam (Plantus, 2008)
Berdasaran hasil pengamatan secara organoleptic pada hari sebelum penyimpanan
silase ampas tebu diperoleh bahan yang baku yang berwarnak keputihan, beraroma wangi
gula, dengan tektur yang kasar dan agak keras dan cenderung basah (lembab) dan rasa yang
manis. Dari pengamatan tersebut, maka proses pembuatannya belum terjadi perubahan apa
pun dari bahan dasar limbah ampas tebu. Maka dilakukan proses penyimpanan selama 1
minggu untuk di amati perubahan fisik yang terjadi.

Berdasarkan hasil uji kualitas silase dengan parameter warna dapat dilihat bahwa
silase yang dihasilkan berwarna putih kecoklatan. Hal ini dipengaruhi oleh warna
dari bahan dasar yang yang digunakan dalam pembuatan silase yaitu ampas tebu. Hal ini
sesuai dengan pendapat Cullinson (1975) menyatakan bahwa silase yang baik
memilikiwarna yang tidak jauh berbeda dengan warna bahan dasar itu sendiri, memiliki pH
rendah dan baunya asam.

Berdasarkan hasil uji kualitas silase pada parameter tekstur dapat


diketahui bahwa silase yang dihasilkan memiliki tekstur yang lembut dan masih utuh.
Dari segi tekstur dapat diketahui bahwa silase yang dihasilkan tergolong berkualitas baik
karena pada saat dibuka silase tersebut masih utuh, remah dan lembut namun apabila
melihat parameter lainnya maka secara keseluruhan kualitas silase yang dihasilkan tidak
begitu baik. Hal ini sesuai dengan Cullison (1975) yang menyatakan bahwa silase yang berku
alitas baik mempunyai ciri-ciri tekstur, kelihatan tetap dan masih jelas, tidakmenggumpal,
tidak lembek dan tidak berlendir.

Berdasarkan hasil uji kualitas silase pada parameter pH dapat diketahui bahwasilase
yang dihasilkan memiliki pH yang asam. Hal ini menunjukkan bahwa kondisikeasaman pada
silase yang dibuat telah tercapai, yang mana silase yang baik harusdalam suasana atau kondisi
asam akibat terjadinya proses fermentasi. Hal ini sesuaidengan pendapat pH  hasil silase yang
kita peroleh sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Kartadisastra (1997) yang menyatakan
bahwa silase yang baik memiliki pH 4-4,8.Semakin rendahnya pH yang  diperoleh maka
kualitas hasil silase yamg kita dapatkan  sangat baik,ini dikarenaka hasil silase dalam suasana
sangat asam,dimana hasil silase yang baik jika dalam suasana asam.

BAB V

PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yamg didapatkan dalam melakukan praktikum ini adalah sebagai
berikut:
5. Silase adalah makanan ternak yang dihasilkan melalui proses fermentasi hijauan dan
limbah pertanian ampas tebu dengan kandungan uap air yang tinggi. Pembuatan silase
tidak tergantung kepada musim jika dibandingkan dengan pembuatan hay yang
tergantung pada musim.
6. Kualitas dan nilai nutrisi silase dipengaruhi sejumlah faktor seperti spesies tanaman
yang dibuat silase, fase pertumbuhan dan kandungan bahan kering saat panen,
mikroorganisme yang terlibat dalam proses dan penggunaan bahan tambahan.
7. Hasil silase ampas tebu yang di dapatkan berkualitas baik

5.2. Saran

Dalam pembuatan pakan berupa pakan fermentasi banyak yang harus diperhatikan
salah satunya prosedur pembuatan silase tersebut, apasaja yang harus di tambahkan dalam
silase agar silase yang dibuat bias berkualitas, penambahan stimulant adiktif ataupun inhibit
sangat membantu dalam pembuatan silase agar dapat menghasilkan pertumbuhan bakteri
yang di inginkan. Silase harus dalam kondisi anaaerob supaya berhasil,

DAFTAR PUSTAKA
Cullison, A. E. 1975.Feed And Feding . University Of George Reston Publishing.

Company Inc. Virginia

Ensminger, M., E. Old Field J. E., Heinemann W. W. 1990. Feeds and Nutrotion.
Second Edition. The Ensminger Publishing Company, USA

Indrawanto C, Purwono, Siswanto, Syakir M, Rumini W. 2010. Budidaya dan Pasca


Panen Tebu. Jakarta: ESKA Media.

Kartadisastra, H.R.2004. Penyediaan dan Pengelolaan Pakan Ternak Ruminansia. 

Penerbit Kanisius, Jakarta.

Nunung A. 2012. Silase ikan untuk pakan ternak. Makassar (Indonesia):


Dinas Peternakan Sulawesi Selatan. Sulawesi Utara.
Plantus. 2008. Fermentasi Ampas Tebu Untuk Pakan Ternak. http ://www. fermentasi
aneka plantasia cybermedia clips .htm.

Anda mungkin juga menyukai