HALAMAN PENGESAHAN
1. Identitas Matakuliah
a. Nama Matakuliah : Manajemen dan Teknologi Pupuk
b. Kode /SKS : C0143303/3
c. BidangIlmu : Agroteknologi
d. Status Matakuliah : Wajib
Mengetahui
Mata kuliah Teknologi Pupuk dan Pemupukan adalah matakuliah wajib bagi
mahasiswa Agroteknologi Universitas Gunadarma Semester 4. Mata kuliah ini mengenalkan
pengertian pupuk, jenis-jenis pupuk, bagaimana cara pembuatan pupuk dan aplikasinya terhadap
tanaman. Pada mata kuliah ini tidak cukup hanya menyampaikan teori mengenai pengertian
pupuk dan teknik pemupukan oleh karena itu diperlukan praktikum penunjang yang wajib
diikuti oleh semua mahasiswa yang mengambil mata kuliah ini. Kegiatan praktikum
diharapkan bisa mengasah kemampuan mahasiswa dan langsung mengaplikasikan teori yang
didapat selama kuliah berlangsung.
Bokashi adalah pupuk kompos yang dihasilkan dari proses fermentasi atau peragian
bahan organik dengan teknologi EM4 (Effective Microorganisms 4). Kata bokashi diambil dari
bahasa Jepang yang berarti bahan organik yang terfermentasi. Oleh orang Indonesia kata
bokashi dipanjangkan menjadi “bahan organik kaya akan sumber kehidupan”.
Keunggulan penggunaan teknologi EM4 adalah pupuk organik (kompos) dapat
dihasilkan dalam waktu yang relatif singkat dibandingkan dengan cara konvensional. EM4
sendiri mengandung Azotobacter sp., Lactobacillus sp., ragi, bakteri fotosintetik dan jamur
pengurai selulosa. Bahan untuk pembuatan bokashi dapat diperoleh dengan mudah di sekitar
lahan pertanian, seperti jerami, rumput, tanaman kacangan, sekam, pupuk kandang atau serbuk
gergajian. Namun bahan yang paling baik digunakan sebagai bahan pembuatan bokashi
adalah dedak karena mengandung zat gizi yang sangat baik untuk mikroorganisme.
Awalnya bokashi dibuat hanya untuk mempercepat proses fermentasi (pelapukan) bahan
organik mentah serta menyempurnakan pupuk organik yang dihasilkan dengan menambahkan
“Starter“ berupa inokulan mikroba pengurai pengurai bahan organik mentah. Starter lalu
berkembang tidak hanya mengandung mikroba lain seperti mikroba penambat nitrogen dan
mikroba pelarut fosfat. Dengan demikian bokashi yang dihasilkan memiliki manfaat yang lebih
besar lagi bagi tanaman.
Proses pembuatan bokashi sangat dipengaruhi oleh rasio kadar karbon terhadap kadar
nitrogen (C/N) yang dikandung bahan baku yang digunakan. Setiap bahan organik mentah
memiliki nilai C/N yang berbeda-beda. Kinerja mikroba pengurai (pembusuk) sangat
dipengaruhi oleh nilai C/N bahan baku tersebut. Unsur karbon (C) dimanfaatkan sebagai
sumber energi mikroba tanah dalam proses metabolisme dan perbanyakan sel. Sementara itu,
unsur nitrogen (N) digunakan untuk sintesis protein dan pembentukan protoplasma.
Jika kandungan karbon atau nilai C/N suatu bahan organik terlalu tinggi, maka
proses fermentasi atau penguraian akan berjalan lambat. Sebaiknya, jika kandungan karbon
atau nilai C/N suatu bahan organik terlalu rendah, maka dalam proses fermentasi akan terbentuk
amonia (NHᵌ) dalam jumlah besar. Amonia tersebut dapat meracuni mikroba pengurai. Nilai
C/N yang optimal dalam proses pembuatan bokashi adalah 25/1 hingga 30/1. Berikut
disajikan tabel nilai C/N beberapa bahan baku yang biasa digunakan untuk membuat
bokashi.
Tahap Pembuatan:
1. Potong seresah daun menjadi potongan yang kecil.
2. Campur potongan seresah, sekam dan dedak hingga rata lalu masukkan ke dalam tong.
3. Buat larutan dari EM4, molase/gula dan air dengan perbandingan 1 ml : 1 ml : 1 liter air.
4. Siramkan larutan EM4 dan gula secara merata ke no.2 hingga kandungan air mencapai 30-
40%, tandanya adonan yang terbentuk jika dikepal dengan tangan, maka tidak ada air yang
keluar dari adonan. Begitu pula bila kepalan dilepaskan maka adonan kembali
mengembang (kandungan air sekitar 30%).
5. Tutup tong komposter dengan rapat selama 4-7 hari.
6. Agar suhu adonan tidak terlalu panas, aduk adonan untuk mempertahankan suhu 40-50°C.
Untuk mengontrolnya, setiap 5 jam sekali (minimal sekali sehari) suhunya diukur. Apabila
suhunya tinggi, bahan tersebut dibalik didiamkan sebentar agar suhunya turun, lalu ditutup
kembali. Demikian seterusnya
7. Setelah 7 hari tong dapat dibuka. Pembuatan bokashi dikatakan berhasil jika bahan bokashi
terfermentasi dengan baik. Ciri-cirinya adalah bokashi akan ditumbuhi oleh jamur yang
berwarna putih dan aromanya sedap. Sedangkan jika dihasilkan bokashi yang berbau busuk,
maka pembuatan bokashi gagal.
8. Bokashi yang sudah jadi sebaiknya langsung digunakan. Jika bokashi ingin disimpan terlebih
dahulu, maka bokashi harus dikeringkan terlebih dahulu dengan cara menganginanginkan di
atas lantai hingga kering. Setelah kering bokashi dapat dikemas di dalam kantung plastik
9.
Tahap Pembuatan :
Cara pembuatan bokashi pupuk kandang mirip dengan pembuatan bokashi jerami,
hanya jerami digantikan dengan pupuk kandang.
BOKASHI PADAT – PUPUK KANDANG DAN TANAH
Tahap Pembuatan :
Cara pembuatan bokashi pupuk kandang tanah mirip dengan
pembuatan bokashi pupuk kandang-arang, hanya perlu ditambahkan tanah.
BOKASHI CAIR – PUPUK KANDANG DAN JERAMI
Tahap Pembuatan:
1. Pupuk kandang dan hijauan daun diaduk hingga rata.
2. EM4 dan gula dilarutkan dengan air secukupnya.
3. Campurkan campuran no 1 dan no 2, masukkan ke dalam drum plastik dan tambahkan
air kira-kira 50 liter.
4. Drum ditutup rapat dan setiap hari dibuka dan diaduk sebentar lalu ditutup kembali.
5. Setelah 7 hari fermentasi, saring campuran tadi.
6. Bokashi cair siap digunakan.
Tahap Pembuatan:
1. Isi tong komposter dengan air setengahnya atau kurang lebih 25 liter.
2. Buat larutan molase sebanyak 1 liter, yaitu mencampurgula pasir/merah 65 gr
dengan air 1 liter ke dalam ember.
3. Masukkan larutan molase tadi ke dalam tong, lalu tambahkan larutan EM4.
4. Aduk perlahan hingga rata.
5. Masukkan pupuk kandang dan aduk perlahan.
6. Tambahkan air sebanyak 25 liter, aduk rata lalu tutup tong komposter.
7. Lakukan pengadukan secara berkala setiap pagi selama 4 hari. Pengadukan dilakukan 5
putaran saja. Setelah diaduk, biarkan larutan tenang lalu tong ditutup kembali.
8. Setelah 4 hari bokashi cair siap digunakan.
PUPUK KOMPOS
Sampah-sampah organik termasuk daun-daun yang sudah tua ternyata memiliki nilai
lebih dan bisa berguna, salah satu pemanfaatan daun yang sudah tua adalah untuk
pembuatan kompos. Kompos merupakan perombakan bahan organik segar dari tanaman atau
dedaunan yang sengaja dibuat atau dari timbunan sampah organik di tempat sampah yang
sudah berwarna hitam dan sudah tidak dapat dilihat lagi serat aslinya dan tidak lagi panas
karena proses fermentasinya telah usai.
Kompos yang dihasilkan dari dekomposisi seresah daun merupakan salah satu pupuk
organik yang mampu mendukung suatu pertumbuhan tanaman dalam sistem pertanian
organik. Kompos dapat tersusun oleh berbagai bahan organik salah satunya adalah seresah.
Tiap seresah penyusun kompos mempunyai pengaruh yang berbeda dalam menyusun sifat
kompos.
Tahap Pembuatan:
1. Potong sampah menjadi ukuran yang kecil-kecil.
2. Larutkan 4 tutup EM4 dan gula pasir/molase/gula jawa ke dalam 2 ember air.
3. Letakkan potongan sampah dedaunan di dalam tong.
4. Siram dengan larutan EM4 secara merata.
5. Tutup tong dengan rapat agar terhindar dari sinar matahari langsung.
6. Seminggu sekali aduk tumpukan, bolak balik agar fermentasi merata.
7. Tambahkan sampah yang kita peroleh setiap hari agar menjadi lebih banyak.
8. Setiap menambahkan sampah, semprot dengan larutan EM4 dan diaduk.
9. Mengontrol dan mencatat kondisi suhu dan kelembaban pupuk.
10. Jika adonan dirasa kering pertanda bakteri tidak bekerja. Maka tambahkan
air secukupnya.
11. Jika cacahan sampah daun sudah terurai/teras lembut, pupuk siap dipakai.
Tahap Pembuatan:
1. Siapkan sampah organik dari limbah rumah tangga.
2. Cincang semua sampah hijau seperti sisa sayuran, sisa buah, sisa tulang dan sebagainya.
3. Siapkan tong komposter lengkap dengan tutupnya.
4. Siapkan kantong plastik dan beri beberapa lubang sebesar 1 cm di tiap sisi. Lubang ini untuk
memperlancar sirkulasi dalam tong.
5. Siapkan tetes tebu atau gula yang sudah dilarutkan.
6. Siapkan EM4 dan air.
7. Campurkan cincangan sampah hijau, EM4 dan air gula ke dalam tong plastik.
8. Setelah itu campuran dimasukkan ke dalam kantong plastik yang sudah dilubangi.
9. Kemudian masukkan kantong plastik ini ke dalam tong dan tambahkan dengan air.
10. Ikat kantong plastik berisi sampah hijau dan tutup rapat tong komposter selama kurang lebih
3 minggu (cek tong setiap minggu).
11. Setelah 3 minggu, buka tutup tong dan cek hasilnya. Jika sampah dalam tong itu tidak
berbau busuk dan kelihatan menyusut berarti pembuatan pupuk organik cair berhasil.
12. Ada 2 pupuk yang didapatkan, yaitu sampah dari dalam kantong plastik menjadi pupuk
padat, sedangkan air dalam tong menjadi pupuk organik cair.
Tahap Pembuatan:
1. Campur pepaya, pisang, nanas, kacang panjang dan sayuran dan lumatkan bahan-bahan
tersebut dengan blender.
2. Masukkan bahan-bahan yang telah lumat ke dalam ember yang ada penutupnya.
3. Lalu tambahkan 1 liter air, gula pasir dan ragi tape. Aduk perlahan hingga merata.
4. Tutup ember dengan rapat dan diamkan selama 7 hari.
5. Setelah 7 hari akan terbentuk cairan berwarna coklat gelap.
6. Saring cairan tersebut. Air hasil saringan merupakan larutan efektif mikroorganisme (EM)
yang bisa dijadikan dekomposer pupuk.
7. Simpan cairan dalam wadah atau botol. Larutan EM bisa dipakai hingga 6 bulan,
sedangkan ampasnya bisa digunakan sebagai kompos.
Tahap Pembuatan:
Tahap I
1. Nasi bekas atau nasi basi kita buat bulat sebesar bola pimpong, sebanyak 3-4 bulatan.
2. Setelah itu, nasi basi yang telah dibentuk bulat sebesar bola pimpong kita simpan di dalam
wadah (kaleng/botol plastik) kemudian ditutup rapat.
3. Letakkan botol berisi nasi basi ditempat yang tidak langsung terkena sinar matahari.
4. Setelah 1 minggu, nasi basi akan ditumbuhi jamur (cendawan) yang berwarna merah hingga
kekuning-kuningan.
Tahap II
1. Siapkan botol kapasitas 2 liter air.
2. Masukan nasi basi yang telah ditumbuhi jamur kedalam botol.
3. Buat larutan air bercampur gula pasir atau gula merah. Perbandingan antara air dan gula pasir
atau gula merah adalah; 1,5 ltr air : 5 sendok gula pasir atau gula merah.
4. Masukkan larutan air gula pasir atau gula merah kedalam botol yang berisi nasi basi yang
telah ditumbuhi jamur.
5. Botol yang berisi campuran nasi basi dan gula pasir atau gula merah lalu ditutup
6. Setelah 4 hari, botol dibuka sambil dikocok, agar nasi basi dan gula bercampur merata. Perlu
diperhatikan dalam mengocok larutan, agar sesekali botol dibuka agar kandungan gas-gas
yang ada dalam botol dapat keluar. Tekanan gas yang ada di dalam botol cukup tinggi,
hingga cukup mengejutkan bila tutup botol dibuka selesai cairan pupuk dikocok.
7. Tutup kembali botol, dan simpan kembali.
8. MOL sudah dikatakan siap pakai, apabila tercium bau masam manis seperti tapai yang
keluar dari dalam botol hasil fermentasi nasi basi dan gula pasir.
9. Saring cairan MOL dengan kain kasa, kemudian masukan ke dalam botol, dan MOL siap
untuk dipakai.
10. Ampas sisa MOL bisa dimanfaatkan kembali yaitu dengan menambahkan cairan gula
seperti yang telah tertera di atas.
Tahap Pembuatan :
1. Bonggol pisang dipotong kecil-kecil lalu dihaluskan.
2. Iris-iris gula merah lalu masukkan ke dalam air beras dan aduk sampai larut.
3. Campurkan campuran air beras dan gula merah ke dalam wadah berisi bonggol pisang.
4. Tutup wadah dengan rapat, buka setiap 2 hari sekali atau jika wadah menggembung.
5. MOL sudah bisa dipanen dalam jangka waktu sekitar 15 hari
Catatan:
Cara Memperbanyak MOL
Daripada membuat MOL berulang-ulang, lebih baik memperbanyaknya alias
menternakkannya. Caranya, bagi dua MOL ke dalam 2 wadah. Misalnya jika kita punya 1
botol MOL, bagi dua ke botol kedua, separuh-separuh. Lalu tambahkan air sampai hampir
penuh. Masukkan gula pasir/gula merah sesuai takaran di atas. Beberapa hari kemudian akan
terlihat cairan MOL di dalam botol menjadi lebih pekat, itu tandanya MOL sudah beranak-
pinak. Lakukan cara yang sama untuk membuat MOL di botol-botol berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Djuarni, N., Kristian., Setiawan., B. Susilo. 2006. Cara Cepat Membuat Kompos. Jakarta :
Agromedia. Hal 36-38.
Irawan, U. S. 2012. Teknik Pembuatan Pupuk Bokashi. Embassy of Denmark DANIDA. Jakarta.
Mulyono. 2014. Membuat MOL dan Kompos dari Sampah Rumah Tangga.
Penerbit PT. Agro Media Pustaka. Jakarta.
Novizan, 2002. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. Agromedia Pustaka, Jakarta. Parnata, S. S.
2004. Pupuk Organik Cair. Jakarta : PT Agromedia Pustaka. Hal
15.
Rosmarkam, A. dan N. W. Yuwono. 2007. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanius.
Yogyakarta.
Rinsema, W.T. 1986. Pupuk dan Cara Pemupukan. Bharata Karya Aksara, Jakarta.
Salma, S. dan J., Purnomo. 2015. Pembuatan MOL dari Bahan Baku Lokal Sebagai Dekomposer
dan Pemacu Tumbuh Tanaman. Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Kementerian
Pertanian. Bogor.
Supardi, A. 2001. Aplikasi pupuk Cair hasil Fermentasi Kotoran Padat Kambing Terhadap
Pertumbuhan Tanaman Sawi (Brassica Juncea l). Skripsi FKIP UMS: Surakarta.
Suparman, M. 1994. EM4 Mikroorganisma Yang Efektif. KTNA. Sukabumi Suwahyono, U.
2011. Petunjuk Praktis Penggunaan Pupuk Organik Secara Efektif dan Efisien. Penerbit
Penebar Swadaya. Jakarta